Disusun Oleh:
Resty Kurnia Dewi
K7119223
6D
PENDAHULUAN
Manajemen Sekolah (MBS) bagian dari strategi pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan melalui desentralisasi pendidikan. Implementasi MBS yang diharapkan dapat memperkuat
kehidupan yang demokratis, desentralisasi wewenang, sumber daya, dan dana sekolah. setelah lebih
lebih dari satu dekade sejak manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diluncurkan dan lakukan, raih
kesuksesan dalam Sekolahnya sangat beragam. Banyak sekolah yang MBS telah berhasil dilaksanakan
dengan baik, tapi masih banyak sekolah kurang berhasil. Sesuai rencana Kementerian Pendidikan
Strategis dan Tahun Kebudayaan 2010 n.d. 2014, diharapkan pada akhir 2014, 90%. Keberhasilan
dalam penerapan MBS di Sekolah Dasar masih beragam. Berdasarkan penelitian dan observasi tentang
MBS, berbagai keberhasilan ini karena, antara lain, belum adanya komitmen yang kuat dari para
pengambil keputusan politik pendidikan di daerah (baik di tingkat provinsi) serta Kabupaten/Kota),
selain itu kurangnya pengetahuan pihak sekolah tentang pentingnya permintaan manajemen sekolah
yang dapat kualitas sekolah, Implikasi bagi manajemen berbasis sekolah (MBS) tidak dapat bekerja
dengan baik. (Kemendikbud, 201 : 1) Untuk itu, meskipun Manajemen Berbasis Sekolah semenjak dulu
telah disosialisasikan, dirintis dan dilaksanakan, tetapi perlu dilakukan penyegaran dan revitalisasi
dalam pelaksanaannya. Untuk sekolah yang telah melaksanakan dengan baik, perlu adanya peningkatan
dan perawatan secara keberlanjutan. Sedangkan untuk sekolah yang belum melaksanakannya secara
optimal, atau bahkan hanya dengan menerapkan MBS, perlu adanya dorongan dan pemberian wawasan
tentang arti dan pentingnya MBS bagi upaya meningkatkan kualitas pendidikan dalam sekolah, wilayah
dan negara. Keberhasilan dalam penerapan MBS dapat mencakup berbagai bidang manajemen sekolah.
Bidang manajemen Berbasis Siswa (MBS) meliputi: siswa, kurikulum, partisipasi komunitas,
keuangan/sponsor, pendidik dan tenaga kependidikan, fasilitas dan infrastruktur sekolah, sistem
informasi pengelolaan. Pengelolaan pendidik dan staf pendidikan di sekolah dasar negeri dan swasta
masih perlu ditingkatkan. Adanya manajemen PTK yang efektif dan efisien pada sekolah dasar, akan
berdampak pada meningkatnya kinerja PTK yang ada di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan hal tersebut maka MBS dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang
berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
b. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
Seperti yang ditulis oleh Mulyasa (2005:25) manajemen berbasis sekolah merupakan “salah satu
upaya pemerintah untuk mencapai keunggulaan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan
teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN.”
MBS yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan proses pemerintah
terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu,
dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi antara lain, diperoleh melalui keleluasaan
mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan penyerdehanaan birokrasi. Sementara peningkatan
mutu dapat diperoleh antara lain, melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah. Peningkatan
pemerataan antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan
pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
Dengan demikian tujuan dari manajemen pendidik dan tenaga kependidikan yaitu untuk
membentuk kemandirian yang berujung pada keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam
menyumbangkan aspirasi dalam penentuan kebijakan yang akan diambil oleh lembaga pendidikan
sekolah.
c. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah
Manfaat manajemen berbasis sekolah menurut Mulyasa (2005:26) menjelaskan bahwa:
MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai
seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung
jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi MBS sesuai dengan
kondisi setempat, keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan dalam menyertakan
masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam
peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah. Dengan demikian, MBS
mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di
sekolah. MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, kesempatan
berpartisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap sekolah.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa dalam penerapan MBS di sekolah memberikan banyak
manfaat bagi kelangsungan persekolahan. Yaitu memberikan kesempatan bagi semua komponen
untuk berinovasi dan bereksperimen di lingkungan sekolahnya.
d. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Karakteristik manajemen berbasis sekolah menurut Rohiat dalam bukunya (2008)
mengungkapkan yaitu:
1) Output yang diharapkan (tujuan yang ingin dicapai)
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan
melalui proses pembelajaran dan manajemen di sekolah.
2) Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakter proses sebagai berikut:
a) Proses belajar mengajar dengan efektivitas yang tinggi.
b) Menekankan pada pemberdayaan peserta didik.
c) Kepemimpinan sekolah yang kuat. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang
dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya
melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
d) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib. Sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah
yang aman, nyaman, dan tertib melalui pengupayaan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim
tersebut.
e) Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. Pada pengembangan tenaga kependidikan, hal
tersebut harus dilakukan secara terus menerus mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sedemikian pesat.
3) Input (produktivitas)
a) Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas.
Kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu dinyatakan oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada
semua warga sekolah sehingga tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai pada
kepemilikan karakter mutu oleh warga sekolah.
b) Sumber daya tersedia dan siap.
Sumberdaya merupakan input penting yang diperlukan untuk kelangsungan proses pendidikan di
sekolah.
c) Memiliki harapan prestasi yang tinggi
Mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan
sekolahnya. Kepala sekolah memiliki komitmen dan motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu
sekolah secara optimal.
d) Fokus pada pelanggan
Pelanggan, terutama siswa, harus menjadi fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya, semua
input dan proses yang dikerahkan di sekolah tujuan utamanya adalah meningkatkan mutu dan
kepuasan peserta didik.
e) Input manajemen
Sekolah yang memiliki input manajemen yang memadai untuk menjalankan roda sekolah.
Berdasarkan uraian karakteristik manajemen berbasis sekolah di atas bisa dikatakan bahwa
karakteristik manajemen berbasis sekolah sangat penting untuk diperhatikan dan dipenuhi dalam
rangka penggunaan Manajemen Berbasis Sekolah tersebut dengan baik dan sukses. Karakteristik
tersebut juga dapat menjadi pegangan dan arahan dalam rangka tercapainya Manajemen Berbasis
Sekolah dengan memusatkan pada perkembangan anak bukan hanya tau, tapi juga paham akan nilai
dan sadar akan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
e. Konsep dasar MBS
Konsep dasar MBS seperti yang dijelaskan oleh Hasbullah (2010:67) adalah:
Mengalihkan pengambilan keputusan dari pusat, kanwil, kandep, dinas ke level sekolah.
MBS mula-mula muncul di Amerika Serikat pada tahun 1970-an sebagai alternatif untuk
mereformasi pengelolaan pendidikan atau sekolah. Reformasi itu diperlukan karena kinerja
sekolah selama puluhan tahun tidak dapat menunjukkan peningkatan yang berarti dalam
memenuhi tuntutan perubahan lingkungan sekolah. Di antara tuntutan perubahan sekolah
yang dimaksudkan antara lain tuntutan dunia kerja, tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi, tuntutan sosial, ekonomi, hukum, dan politik. Lulusan sekolah-sekolah pada saat
itu dianggap di bawah standar tuntutan berbagai bidang kebutuhan yang mengakibatkan
kekecewaan banyak kalangan yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jelas terlihat bahwa MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah,
disertai seperangkat tanggungjawab. Dengan adanya pengalihan kewenangan pengambilan keputusan
ke level sekolah, maka sekolah diharapkan lebih mandiri dan mampu menentukan arah
pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya. Atau dengan
kata lain, sekolah harus mampu mengembangkan program yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat.
Selanjutnya Hasbullah (2010:70) juga menjelaskan bahwa:
MBS berfungsi untuk menjamin bahwa semakin rendahnya kontrol pemerintah
pusat, tetapi semakin meningkatkan otonomi sekolah untuk menentukan sendiri apa
yang perlu diajarkan dan mengelola sumber daya yang ada di sekolah untuk
berinovasi dan berimprovisasi.
Otonomi yang berarti mempunyai kewenangan mengatur semua masalah secara mandiri pada sekolah
bukanlah otonomi tanpa batas. Sebagai kewenangan yang diberikan oleh otoritas di atasnya, hal ini
merupakan pelimpahan wewenang yang ada batasnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa kemandirian sekolah dapat di lihat dari beberapa hal diantaranya: 1) sekolah memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku, dan 2) sekolah memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan sumber dayanya sendiri.
2) Partisipasi Masyarakat
Echols dan Shadily (2006:419) mengungkapkan bahwa: “Partisipasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu
“participation” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan”. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia (2008) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Berdasarkan definisi ini
maka partisipasi dapat diartikan sebagai peran serta atau dukungan dalam suatu kegaitan.
Depdiknas (2009:43) menyatakan bahwa partisipasi adalah:
proses dimana stakeholders (warga sekolah dan masyarakat) terlibat aktif baik secara
individual maupun koletif, secara langsung maupun tidak langsung, dalam
pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan/pengevaluasian pendidikan disekolah.
Oleh karena itu pendidik dalam hal ini adalah orang yang melakukan pembimbingan, pembelajaran,
penilaian dan pelatihan serta pengabdian dalam hal pemberian pengetahuan, keterampilan, 3atau
pengalaman kepada orang lain. Adapun pengertian tenaga kependidikan menurut UU RI No.20
Tentang Sisdiknas (2010:3) adalah “anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan.” Dimana tugas tenaga kependidikan dalam UU RI No.20
Tentang Sisdiknas (2010:21) yaitu “melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.”
Karena itulah pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dan posisi yang sama penting dalam
konteks penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran). Karena itu pula, pada dasarnya baik pendidik
maupun tenaga kependidikan memiliki peran dan tugas yang sama yaitu melaksanakan berbagai
aktivitas yang berujung pada terciptanya kemudahan dan keberhasilan siswa dalam belajar.
Setelah dijelaskan pengertian manajemen dan pengertian pendidik dan tenaga kependidikan,
maka selanjutnya definisi tentang manajemen pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam delapan
standar nasional pendidikan manajemen pendidik dan tenaga kependidikan di sebut sebagai
manajamen personalia atau kepegawaian. French dalam (Namiyah dan Jauhar,2015:62),
mendefinisikan manajemen personalia sebagai “penarikan seleksi, pengembangan, penggunaan, dan
pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi.” Sedangkan menurut Hasbullah (2010)
manajemen pendidik dan tenaga kependidikan adalah: Kegiatan yang mencakup penetapan norma,
standar, prosedur, pengangkatan, pembinaan, penatalaksanaan, kesejahteraan dan pemberhentian
tenaga kependidikan sekolah agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mencapai tujuan
sekolah.
Berdasarkan definisi di atas manajemen pendidik dan tenaga kependidikan di atas memiliki inti
yang sama yaitu, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan adalah
aktivitas yang harus dilakukan mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan masuk ke dalam
organisasi pendidikan sampai akhirnya berhenti.
a. Jenis-Jenis Tenaga Kependidikan
Menurut Rangkuti (2011:59) dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1) Tenaga struktural
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan-jabatan eksekutif umum
(pimpinan) yang bertanggung jawab baik langsung maupun tidak langsung atas satuan
pendidikan. Contohnya Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, WAKA Bidang
Kurikulum, WAKA Bidang Kesiswaan, WAKA BIdang Sarana dan Prasarana, WAKA
Bidang Pelayanan Khusus.
2) Tenaga fungsional
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan fungsional yaitu jabatan yang
dalam pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian akademis kependidikan.
Contohnya Guru, Pembimbing/Penyuluh (Guru BP), Pengembangan Kurikulum, dan
Teknologi Kependidikan, Pengembang tes, Pustakawan.
3) Tenaga Teknis
Merupakan tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya lebih dituntut
kecakapan teknis operasional atau teknis administratif. Contohnya Laboran Teknisi
Sumber Belajar, Pelatih (Olahraga), Kesenian & Keterampilan, Petugas TU.
Dari ketiga jenis tenaga kependidikan di atas dapat dikatakan bahwa tenaga kependidikan
merupakan seluruh komponen yang terdapat dalam instansi atau lembaga pendidikan yang tidak hanya
mencakup guru saja melainkan keseluruhan yang berpartisipasi dalam pendidikan.
b. Tugas Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Secara khusus tugas dan fungsi tenaga pendidik (guru dan dosen) didasarkan pada Undang-Undang
No 14 Tahun 2007, yaitu sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,
pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan
Penyelenggaraan Pendidikan pasal 171 Pendidik mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
1) guru sebagai pendidik profesional mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
2) Dosen sebagai pendidik profesional dan ilmuwan mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, pada jenjang
pendidikan tinggi
3) konselor sebagai pendidik professional memberikan pelayanan konseling kepada
peserta didik di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
4) pamong belajar sebagai pendidik professional mendidik, membimbing, mengajar,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, dan mengembangkan model
program pembelajaran, alat pembelajaran, dan pengelolaan pembelajaran pada jalur
pendidikan nonformal
5) widyaiswara sebagai pendidik professional mendidik, mengajar, dan melatih peserta
didik pada program pendidikan dan pelatihan prajabatan dan/atau dalam jabatan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
6) tutor sebagai pendidik professional memberikan bantuan belajar kepada peserta
didik dalam proses pembelajaran jarak jauh dan/atau pembelajaran tatap muka pada
satuan pendidikan jalur formal dan nonformal
7) instruktur sebagai pendidik professional memberikan pelatihan teknis kepada
peserta didik pada kursus dan/atau pelatihan
8) fasilitator sebagai pendidik professional melatih dan menilai pada lembaga
pendidikan dan pelatihan
9) pamong pendidikan anak usia dini sebagai pendidik profesional mengasuh,
membimbing, melatih, menilai perkembangan anak usia dini pada kelompok
bermain, penitipan anak dan bentuk lain yang sejenis pada jalur pendidikan
nonformal.
10) guru pembimbing khusus sebagai pendidik profesional membimbing, mengajar,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik berkelainan pada satuan pendidikan umum,
satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan
11) narasumber teknis sebagai pendidik profesional melatih keterampilan tertentu bagi
peserta didik pada pendidikan kesetaraan.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 1 bahwa:
“tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan,
dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.” Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan
Pendidikan pasal 173 Tenaga kependidikan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) pengelola satuan pendidikan mengelola satuan pendidikan pada pendidikan formal
atau nonformal.
2) penilik melakukan pemantauan, penilaian, dan pembinaan pada satuan pendidikan
nonformal.
3) pengawas melakukan pemantauan, penilaian, dan pembinaan pada satuan
pendidikan formal anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
4) peneliti melakukan penelitian di bidang pendidikan pada satuan pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, pendidikanmenengah, dan pendidikan tinggi, serta
pendidikan nonformal.
5) pengembang atau perekayasa melakukan pengembangan atau perekayasaan di
bidang pendidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, serta pendidikan nonformal.
6) tenaga perpustakaan melaksanakan pengelolaan perpustakaan pada satuan
pendidikan.
7) tenaga laboratorium membantu pendidik mengelola kegiatan praktikum di
laboratorium satuan pendidikan.
8) teknisi sumber belajar mempersiapkan, merawat, memperbaiki sarana dan prasarana
pembelajaran pada satuan pendidikan.
9) tenaga administrasi menyelenggarakan pelayanan administratif pada satuan
pendidikan.
10) psikolog memberikan pelayanan bantuan psikologis-pedagogis kepada peserta didik
dan pendidik pada pendidikan khusus dan pendidikan anak usia dini.
11) pekerja sosial pendidikan memberikan layanan bantuan sosiologis-pedagogis
kepada peserta didik dan pendidik pada pendidikan khusus atau pendidikan layanan
khusus.
12) terapis memberikan pelayanan bantuan fisiologis-kinesiologis kepada peserta didik
pada pendidikan khusus.
13) tenaga kebersihan dan keamanan memberikan pelayanan kebersihan lingkungan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tugas seorang pendidik dan tenaga kependidikan
merupakan ujung tombak keberhasilan suatu sekolah karena dilihat dari tugasnya tenaga pendidik dan
kependidikan sangat besar peranannya dalam pencapaian tujuan suatu lembaga pendidikan.
1) Perencanaan Pegawai
Hamiyah dan Jauhar (2015) dalam bukunya menjelaskan bahwa Perencanaan tenaga pendidik
dan kependidikan merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan tenaga pendidik dan
kependidikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk sekarang dan masa depan. Penyusunan
rencana tenaga kependidikan yang baik dan tepat memerlukan informasi yang lengkap dan jelas
tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan yang tentunya minimal harus sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Komptensi Guru dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008
Tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/MA/Madrasah dalam setiap lembaga pendidikan. Oleh
karena itu sebelum menyusun rencana ada dua tahap yang harus dilakukan yaitu:
a) Analisis Pekerjaan
Analisis kerja adalah upaya mengurai pekerjaan sehingga memperoleh keterangan rinci tentang
pekerjaan tersebut, yang kemudian dapat dipakai untuk menentukan kualifikasi personil yang
diperlukan. Analisis kerja akan menghasilkan dua hal yakni deskripsi kerja dan persyaratan kerja.
Supaya deskripsi kerja lengkap dapat diperoleh maka perlu diusahakan untuk memperoleh sebanyak
mungkin informasi penting melalui analisis kerja.
Termasuk dalam deskripsi kerja sebenarnya sangat banyak dan jenisnya berbeda antara setiap
kerja, namun pada umumnya dapat digolongkan dalam empat kategori besar yaitu:
(1) Informasi berkaitan dengan sifat pekerjaan, apakah bersifat fisik ataukah bersifat mental.
(2) Informasi tentang cara melakukan pekerjaan yakni berkenaan dengan metode kerja yang dipakai.
Apakah memerlukan mesin laboratorium ataukah bersifat analisis.
(3) Informasi mengapa pekerjaan itu dilakukan, yakni berkenaan dengan peranan dan fungsi kerja
dikaitkan dengan kehidupan organisasi unit-unit lainnya.
(4) Informasi mengenai persyaratan kualitas personil yang ditetapkan mencakup tingkat kecakapan
dan keterampilan tenaga yang akan melakukan tugas tersebut.
Persyaratan kerja adalah informasi yang memberi keterangan tentang persyaratan minimum yang
perlu dimiliki personil supaya dapat melakukan pekerjaan yang ada sebaik mungkin. Merupakan
informasi yang menentukan standar personil atau tipe-tipe personil yang cocok untuk pekerjaan itu.
Hal-hal yang perlu termuat dalam spefikasi kerja ialah: (1) Jenis kelamin pekerja, (2) Keadaan fisik
pekerja, (3) Stabilitas emosi yang diperlukan, (4) Keadaan mental pekerja, (5) Persyaratan
pendidikan minimal, (6) Persyaratan pengalaman kerja minimal, (7) Minat pekerja, (8) Karakter dan
tempramen pekerja.
b) Analisis jabatan
Analisis jabatan adalah proses, metode, tekhnik untuk mendapatkan data jabatan,
mengolahnya menjadi informasi jabatan, menyajikan untuk program-program kelembagaan,
kepegawaian serta ketatalaksanaan dan memberikan layanan pemanfaatan bagi pihak-pihak yang
menggunakannya. Analisis jabatan ini meliputi tiga kegiatan:
(1) Mengumpulkan data jabatan dan mengolahnya menjadi informasi jabatan.
(2) Menyajikan informasi bagi program-program kelembagaan, ketenagaan dan ketatalaksanaan.
(3) Memberikan layanan pemanfaatan informasi jabatan yang memerlukan.
Dari kegiatan analisis jabatan akan dihasilkan daftar tugas atau jabatan yang seharusnya
dimiliki sekolah, uraian tugas setiap jabatan dan prosedur bagaimana setiap tugas dikerjakan
sebagai contoh melalui analisis jabatan akan diketahui jumlah, jenis dan kualifikasi gur yang
diperlukan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
KARNATI, Neti. Implementasi manajemen pendidik dan tenaga kependidikan berbasis sekolah dalam
peningkatan mutu sekolah dasar di kota bekasi. Parameter, 2017, 29.2: 185-191.
SUSANTO, Hendri Murti, et al. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. Publ. Pendidik. Hum, 2015, 6.3: 93-105.
AMON, Lorensius; PING, Theresia; POERNOMO, Soerjo Adi. Tugas Dan Fungsi Manajemen Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan. Gaudium Vestrum: Jurnal Kateketik Pastoral, 2021, 1-12.
TRIWIYANTO, Teguh. Pemetaan mutu manajemen berbasis sekolah melalui audit manajemen
pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan, 2013, 24.2: 125-135.
LUBIS, Wildansyah. Manajemen Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Jurnal Educandum, 2017, 10.1: 1-12.