4.
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan (Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media. 2008), hlm. 239.
5.
Slamet, Manajemen Berbasis Sekolah. (Diambil dari Jurnal Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia [online]), dalam (http//www.manajemen-berbasis-Sekolah.html), diakses
tanggal 27 Oktober 2009.
berbagai program untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuia dengan kebutuhan
sekolah sendiri yang tidak lepas dari kerangka tujuan pendidikan nasional dengan
melibatkan yang berkepentingan (stakeholders) serta sekolah harus pula
mempertanggungjawabkan kepada masyarakat (yang berkepentingan).
Gagasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) perlu dipahami dengan baik
oleh seluruh pihak yang berkepemtimgam (stakeholders) dalam penyelenggaraan
pendidikan, khususnya sekolah karena implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) tidak sekedar membawa perubahan dalam kewenangan akademik
sekolah dan tatanan pengelolaan sekolah, tetapi membawa perubahan pula dalam
pola kebijakan dan orientasi partisipasi orangtua dan masyarakat dalam
pengelolaan sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberikan otonomi yang lebih besar
pada sekolah. Sekolah memiliki kewenangan dan tanggung jawab yanng lebih
besar dalam mengelola sekolahnya sehingga lebih mandiri. Dengan
kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program
yang tentu saja lebih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan/potensi yang
dimiliki. Dengan fleksibilitas/keluwesan-keluwesannya, sekolah akan lebih lincah
dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal. Dengan
partisipasi/pelibatan warga sekolah dan masyarakat secara aktif dalam
penyelenggaraan sekolah, rasa memiliki terhadap sekolah dapat ditingkatkan.
Dengan demikian, sekolah dalam menjalankan program-program akan mendapat
dukungan langsung dari masyarakat dan juga di sisi lain sokongan pendanaan
akan mudah didapatkan oleh sekolah.
Di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan
Nasional, terminologi yang populer adalah Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah (MPMBS). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS) pada intinya adalah otonomi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan. MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah) dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) hakikatnya tidak
berbeda. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) terfokus
pada peningkatan mutu, sedangkan MBS pada efektivitasnya pengelolaan sekolah.
Otonomi Pengelolaan Pendidikan
6.
Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(Direktorat SLTP, 2001), hlm. 9-10.
2. Domain manajemen peningkatan mutu pendidikan yang mencakup
keseluruhan aspek peningkatan mutu pendidikan, mencakup kurikulum,
kepegawaian, keuangan, sarana prasarana, penerimaan, dan siswa baru.
3. Walaupun keseluruhan domain manajemen peningkatan mutu pendidikan
didesentralisasikan kepada sekolah-sekolah, diperlukan regulasi yang
mengatur fungsi kontrol pusat terhadap keseluruhan pelaksanaan kewenangan
dan tanggung jwab pemerintah.
Adapun Edmon, seperti yang dikutip oleh B. Suryosubroto, mencoba untuk
mengemukakan berbagai indikator yang menunjukkan karakteristik dari konsep
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini, antara lain sebagai berikut.
1. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib.
2. Sekolah memiliki visi dan target mutu yang ingin dicapai.
3. Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat.
4. Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan
staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi.
5. Adanya pengembangan staf sekolah yang terus-menerus sesuai tuntutan
IPTEK.
6. Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus-menerus terhadap berbagai aspek
akademik dan administratif, serta pemanfaatan hasilnya untuk
penyempurnaan/perbaikan mutu.
7. Adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orangtua murid dan
masyarakat.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki karakteristik yang harus
dipahami oleh sekolah yang menerapkan. Karakteristik Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) didasarkan atas input, proses, dan output.
1. Output yang Diharapkan
Output pendidikan adalah kinerja (prestasi) sekolah. Kinerja sekolah
dihasilkan dari proses pendidikan. Output pendidikan dinyatakan tinggi jika
prestasi sekolah tinggi dalam hal berikut.
a. Prestasi akademik siswa berupa nilai ulangan umum, nilai UN, Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), lomba bahasa inggris, lomba fisika,
lomba kimia, dan sebagainya.
b. Prestasi nonakademik siswa, seperti imtak, kejujuran, kerja sama, rasa
kasih sayang, keingintahuan, solidaritas, kerajinan, olahraga, ketrampilan,
kesenian, dan ekstrakurikuler lainnya.
c. Prestasi lainnya, seperti kinerja sekolah dan guru meningkat, kepuasan,
kepemimpinan kepala sekolah andal, jumlah peserta didik yang berminat
masuk kesekolah meningkat, jumlah putus sekolah menurun, hubungan
sekolah-masyarakat meningkat, dan kepuasan stakeholder meningkat.
2. Proses Pendidikan
Proses ialah berubahnya sesuatu (input) menjadi sesuatu yang lain (output).
Sekolah yang efektif memiliki : (a) Proses Belajar Mengajar (PBM) yang
efektivitasnya tinggi; (b) kepemimpinan sekolah yang kuat; (c) lingkungan
sekolah yang aman dan tertib; (d) pengelolaan tenaga pendidik dan
kependidikan yang efektif; (e) memiliki budaya mutu; (f) memiliki tim kerja
yang kompak, cerdas dan dinamis; (g) memiliki kewenangan (kemandirian);
(h) partisipasi stakeholder tinggi; (i) memiliki keterbukaan manajemen; (j)
memiliki kemauan dan kemampuan berubah (psikologis dan fisik); (k)
melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan; (l) responsif dan
antisipatif terhadap kebutuhan; (m) komunikasi yang baik; (n) memiliki
akuntibilitas; (o) sekolah memiliki sustainibilitas (kelangsungan hidup).
3. Input Pendidikan
Input adalah sesuatu yang harus tersedia untuk berlangsungnya proses. Input
terbagi empat, yaitu input Sumber Daya Manusia (SDM), input sumber daya,
input manajemen, dan input harapan. Input pendidikan meliputi (a) memiliki
kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas; (b) sumber daya tersedia dan
siap; (c) staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi; (d) memiliki harapan
prestasi yang tinggi; (e) fokus pada pelanggan (khususnya siswa); dan (f)
manajemen.