Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANAJEMEN PENDIDIKAN

RANGKUMAN MATERI
“MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH”

Dosen Pengampu :
Drs. Darmono, M.T

Disusun oleh :
Laillia Rakhmawati Sunaryo
(15505244003)
Kelas D1 2015

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Definisi MBS banyak dikemukakan oleh ahli manajemen pendidikan yang
berbeda antara satu dengan yang lain, namun maknanya menunjukkan adanya
kesamaan persepsi tentang perlunya reformulasi manajemen secara totalitas di
sekolah. Perbedaan formulasi rumusan definisi ini dilatarbelekangi pula oleh kondisi
dan suasana politis serta kondisi pendidikan di beberapa negara. Berikut
dikemukakan pengertian Manajemen Berbasis Sekolah dari beberapa ahli.
1. Myers dan Stonehill (1993) mengartikan MBS sebagai strategi untuk
memperbaiki pendidikan dengan mentransfer otoritas pengambilan keputusan
secara signifikan dari pemerintah pusat dan daerah ke sekolah-sekolah secara
individual. MBS memberi kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua, dan
masyarakat untuk memiliki kontrol yang lebih besar dalam proses pendidikan
dan memberikan mereka tanggungjawab untuk mengambil keputusan tentang
anggaran, personel, dan kurikulum.
2. MBS adalah suatu bentuk administrasi pendidikan, di mana sekolah menjadi
unit utama dalam pengambilan keputusan. Hal ini berbeda dengan bentuk
tradisional manajemen pendidikan, di mana birokrasi pemerintah pusat sangat
dominan dalam proses pembuatan keputusan.
3. MBS diartikan suatu strategi untuk memperbaiki pendidikan dengan
memindahkan kewenangan pengambilan keputusan yang penting dari
pemerintah pusat dan pemerintah daerah kepada pihak pengelola sekolah.
4. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pemberian otonomi dan
kewenangan pada tingkat sekolah. Tanggung jawab dan pengambilan
keputusan kegiatan operasional sekolah diserahkan kepada kepala sekolah, para
guru, orang tua, para siswa, dan anggota masyarakat lainnya. Pelaksana tingkat
sekolah, bagaimanapun mereka dapat menyusuaikan, atau menjalankan kegiatan
sekolah sesuai kebijakan pemerintah pusat (Bank Dunia).
5. Menurut Edmond yang dikutip Suryo Subroto merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan
kreatifitas sekolah. Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS)
adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan.
Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS)
dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah dan mendorong pengambilan Istilah manajemen berbasis sekolah
merupakan terjemahan dari “school-based management”. MBS merupakan paradigma
baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan
masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah
(guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi
sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan
administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari
administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi
(administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa
manajemen identik dengan administrasi.
Dalam hal ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi
atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber,
baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya
tujuan pendidikan di sekolah secara optimal. Pengertian manajemen menurut
Hasibuan merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu. Definisi manajemen tersebut menjelaskan pada kita bahwa untuk mencapai
tujuan tertentu, maka kita tidak bergerak sendiri, tetapi membutuhkan orang lain
untuk bekerja sama dengan baik.
Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai
fungsi yang sama, yaitu: merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing),
mengarahkan (directing), mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi
(controlling), dan mengevaluasi (evaluation).
Menurut Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan
mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sitemik, dan
komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang
dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan
berikut:
1. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada
peserta didik, orang tua, dan guru.
2. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.
3. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil
belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim
sekolah.
4. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan
guru, manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan
perencanaan.
B. Tujuan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk "memberdayakan"
sekolah, terutama sumber daya melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan
sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang
bersangkutan. Ciri-ciri sekolah yang "berdaya" pada umumnya: tingkat kemandirian
tinggi/tingkat ketergantungan rendah; bersifat adaptif dan antisipatif/proaktif
sekaligus; memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani mengambil
resiko, dsb.); bertanggungjawab terhadap hasil sekolah; memiliki kontrol yang kuat
terhadap input manajemen dan sumber dayanya; kontrol terhadap kondisi kerja;
komitmen yang tinggi pada dirinya; dan dinilai oleh pencapaian prestasinya.
Selanjutnya, bagi sumber daya manusia sekolah yang berdaya, pada umumnya,
memiliki ciri-ciri: pekerjaan adalah miliknya, dia bertanggung jawab, dia memiliki
suara bagaimana sesuatu dikerjakan, pekerjaannya memiliki kontribusi, dia tahu
posisinya dimana, dia memiliki kontrol terhadap pekerjaannya, dan pekerjaannya
merupakan bagian hidupnya. Chapman juga berpendapat bahwa penerapan MBS tak
lain tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Berdasarkan
penelitian mengenai efektivitas sekolah secara lebih luas bahwa salah satu ciri sekolah
efektif yang dapat meningkatkan perbaikan prestasi peserta didik adalah pada
sekolah-sekolah yang relatif otonom, memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri, dan kepemimpinan kepala sekolah yang kuat. Dengan kata lain,
MBS dimaksudkan untuk membentuk sekolah-sekolah efektif sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan. Kubick Kathlen mengutip hasil rumusan The
American Association of School Administration, The National Association of
Elementary School Principal, & The National Association of Secondary School
Principal yang mengadakan pertemuan pada tahun 1988 mengidentifikasi beberapa
tujuan penerapan MBS sebagai berikut:
1. Secara formal MBS dapat memahami keahlian dan kemampuan orang orang yang
bekerja di sekolah dan dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan dalam rangka
peningkatan kualitas pembelajaran,
2. Melibatkan guru, staf lainnya dan masyarakat dalam setiap pengambilan
keputusan di sekolah,
3. Meningkatkan moral guru-guru,
4. Keputusan yang diambil oleh sekolah memiliki akuntabilitas,
5. Menyesuaikan sumber-sumber keuangan terhadap tujuan instruksional yang
dikembangkan di sekolah,
6. Membina dan menstimulasi munculnya pemimpin baru di sekolah, dan
7. Untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan fleksibilitas komunikasi tiap
komunitas sekolah dalam rangka mencapai kebutuhan sekolah sesuai yang telah
diprogramkan.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2003), tujuan MBS
dengan adalah: pertama, meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
Kedua, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. Ketiga,
meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada sekolahnya. Keempat, meningkatkan
kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
MBS bertujuan untuk memberikan kebebasan yang luas kepada kepala
sekolah dalam mengelola sekolah tanpa mengabaikan kebijakan dan prioritas
pemerintah. Strategi-strategi yang dapat ditawarkan adalah: Pertama, kurikulum yang
bersifat inklusif. Kedua, proses pembelajaran yang efektif. Ketiga, lingkungan
sekolah yang mendukung. Keempat, sumber daya yang berasas pemerataan. Kelima,
standarisasi dalam hal-hal tertentu seperti monitoring, evaluasi, dan tes. Kelima
strategi itu harus menyatu ke dalam empat fungsi pengelolaan sekolah, yaitu pertama,
manajemen organisasi-kepemimpinan. Kedua, proses pembelajaran. Ketiga, sumber
daya manusia. Keempat, administrasi sekolah.
C. Manfaat MBS
Manajemen Berbasis Sekolah mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru
sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya;
2. Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakanmasyarakat
untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam
peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah;
3. Guru didorong untuk berinovasi;
4. Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin
layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.
D. Prinsip – Prinsip MBS
Prinsip utama pelaksanaan MBS ada 5 (lima) hal yaitu:
1. Fokus pada mutu
2. Bottom-up planning and decision making
3. Manajemen yang transparan
4. Pemberdayaan masyarakat
5. Peningkatan mutu secara berkelanjutan
Dalam mengimplementasikan MBS terdapat 4 (empat) prinsip yang harus difahami
yaitu:
1. Kekuasaan;
2. pengetahuan;
3. sistem informasi; daan
4. sistem penghargaan.
E. Konsep Dasar MBS
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan manajemen yang bernuansa
otonomi, kemandirian dan demokratis.
1. Otonomi
Merupakan kewenangan sekolah dalam mengatur dan mengurus kepentingan
sekolah dalam mencapai tujuan sekolah untuk menciptakan mutu pendidikan
yang baik.
2. Kemandirian
Merupakan langkah dalam pengambilan keputusan. Dalam mengelola sumber
daya yang ada, mengambil kebijakan, memilih strategi dan metode dalam
memecahkan persoalan tidak tergantung pada birokrasi yang sentralistik sehingga
mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dapat memanfaatkan
peluang-peluang yang ada.
3. Demokratif
Merupakan keseluruhan elemen-elemen sekolah yang dilibatkan dalam
menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk
mencapai tujuan sekolah demi terciptanya mutu pendidikan yang akan
memungkinkan tercapainya pengambilan kebijakan yang mendapat dukungan
dari seluruh elemen-elemen sekolah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami Konsep
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diantaranya adalah:
a. Pengkajian Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) terutama yang
menyangkut kekuatan desentralisasi, kekuasaan atau kewenangan di tingkat
sekolah, dalam system keputusan harus dikaitkan dengan program dan
kemampuan dalam peningkatan kinerja sekolah.
b. Penelitian tentang program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berkenaan
dengan desentralisasi kekuasaan dan program peningkatan partisipasi (local
stake holders). Pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dalam
kaitannya dengan pemberdayaan sekolah, perlu dibangun dengan efektifitas
programnya.
c. Strategi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) harus lebih menekankan
kepada elemen manajemen partisipatif. Kemampuan, informasi dan imbalan
yang memadai merupakan elemen-elemen yang sangat menentukan
efektifitas program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam
meningkatkan kinerja sekolah.

F. Karakteristik MBS
Mengacu pada penjelasan yang dikemukakan Nurkholis (2003:56). Dalam
uraiannya disebutkan bahwa ada 8 karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
yang diuraikan kembali berikut ini.
1. Sekolah dengan Manajamen Berbasis Sekolah memiliki misi atau cita-cita
menjalankan sekolah untuk mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan
dan nilai-nilai sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan
dan memberi arah kerja. Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
fungsi dan efektivitas sekolah, karena dengan misi ini warga sekola h dapat
mengembangkan budaya organisasi sekolah yang tepat, membangun komitmen
yang tinggi terhadap sekolah, dan mempunyai insiatif untuk memberikan tingkat
layanan pendidikan yang lebih baik.
2. Kedua, aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan
situasi sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, karena secara tidak langsung memperkenalkan
perubahan manajemen sekolah dari manajemen kontrol eksternal menjadi model
berbasis sekolah.
3. Ketiga, terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut
hakikat manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya
kepemimpinan, penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan
manajemen. Karena itu dalam konteks pelaksanaan manajemen berbasis sekolah,
perubahan strategi manajemen lebih memandang pada aspek pengembangan yang
tepat dan relevan dengan kebutuhan sekolah.
4. Keempat, keleluasaan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang
efektif untuk mencapai tujuan pendidi kan, guna memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan lain-lain.
5. Kelima, Manajemen Berbasis Sekolah menuntut peran aktif sekolah,
adiministrator sekolah, guru, orang tua, dan pihak-pihak yang terkait dengan
pendidikan di sekolah. Dengan MBS sekolah dapatmengembangkan siswa dan
guru sesu ai dengan karakteristik sekolah.
Dalam konteks ini, sekolah berperan mengembangkan insiatif, memecahkan
masalah, dan mengeksplorasi semua kemungkinan untuk menfasilitasi efektivitas
pembelajaran. Demikian pula unsur-unsur lain seperti guru, orang tua, komite
sekolah, administrator sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya sesuai dengan
perannya masing-masing.
6. Keenam, manajemen berbasis sekolah menekankan hubungan antar manusia yang
cenderung terbuka, bekerjasama, semangat tim, dan komitmen saling
menguntungkan. Sehingga iklim orgnanisasi cenderung mengarah ke tipe
komitmen dan efektivitas sekolah dapat tercapai.
7. Ketujuh, peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di
dalamnya kualitas yang dimiliki administrator.
8. Kedelapan, dalam manajemen berbasis sekolah, efektivitas sekolah dinilai
menurut indikator multitingkat dan multisegi. Penilaian tentang efektivitas
sekolah harus menca kup proses pembelajaran dan metode untuk membantu
kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah harus
memperhatikan multitingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, dan individu,
serta indikator multisegi yaitu input, proses dan output sekolah serta
perkembangan akademik siswa

Anda mungkin juga menyukai