Anda di halaman 1dari 6

B.

Manajemen berbasis sekolah (MBS)

Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “scholl-based management”.istilah


ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi
pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat. MBS merupakan paradigma
baru pendidikan, yang memberikan otomoni luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam
kerangka kebijaka pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber
daya dan sumber dana dengan mengalokasikan nya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih
tanggap terhadap kebutuhan setempat. Pelibatan masyarakat di maksudkan agar mereka lebih
memahami, membantu, dan mengontrol pengelolaan pendidikan. Dalam pada itu, kebijakan
nasional yang menjadi prioritas pemerintah harus pula dilakukan oleh sekolah.pada sistem MBS,
sekolah dituntut secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan,
baik kepada masyarakat maupun pemerintah.

MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah
untuk menyediakan pendidikan, yang lebih baik memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam
manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan
partisipasi langsung kelompok-kelompk yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadap pendidikan. Sejalan dengan jiwa dan semangat desentralisasi serta otonomi dalam bidang
pendidikan, kewenangan sekolah juga berperan dalam menampung konsensus umum yang oleh
mereka yang memiliki akses paling baik terhadap infromasi setempat, yang bertanggung terhadap
pelaksanaan kebijakan, dan yang terkena akibat- akibat dari kebijaka tersebut.

Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki
tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut.

1 .kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta


didik, orang tua, dan guru;
2 . Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokat;
3 . Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat
pengulangan, tingkat putus sekolah,moral guru, dan iklim sekolah;
4 . Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,
manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan (fattah, 2000).

Dalam pelaksanaan nya di Indonesia,perlu ditekankan bahwa kita tidak harus meniru secara
persis model-model MBS dari negara lain. Sebaliknya Indonesia akan belajar banyak dari
pengalaman-pengalaman pelaksanaan MBS di negara lain, kemudian memodifikasi,
merumuskan, dan menyusun model dengan mempertimbangkan berbagai kondisi setempat
seperti sejarah, geografi, struktur masyarakat, dan pengalaman-pengalaman pribadi di
bidang pengelolaan pendidikan yang telah dan sedang berlangsung selama ini.

1.Tujuan MBS
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai keungulan masyarakat bangsa dalam pengusaha ilmu dan teknologi, yang
dinyatakan dalam GBHN. Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam
pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara
makro, meso, maupun mikro.
MBS, yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan
respons pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi, antara
lain, diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumberdaya pertisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu, dapat diperoleh, antara lain,
melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas,
peningkatan profesionalisme guru dan kepada sekolah, berlakunya sistem insentif serta
disinsetif. Peningkatan pemerataan antara lain, diperoleh melalui peningkatan lebih
berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.

2.manfaat MBS
MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, di sertai
seperangkat tanggungjawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab
pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategis MBS sesuai dengan kondisi
setempat, sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih ber
konsentrasi pada tugas. Keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan dalam menyertakan
masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepada sekolah, dalam
peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah. Dengan diberikannya kesempatan
kepada sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk berinovasi, dengan
melakukan eksperimentasi-eksperimentasi di lingkungan sekolahnya. Dengan demikian,
MBS mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di
sekolah. Melalui penyusunan kurikulum efektif, rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan
setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta
didik dan masyarakat pendidikan. Prestasi peserta didik dapat di maksimalkan melalui
peningkatan partisipasi orang tua misalnya orang tua dapat mengawasi langsung proses
belajar anaknya.
MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti pada sekolah sekolah
swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orang tua, peserta didik, dan masyarakat yang
lebih luas dalam perumusan perumusan keputusan tentang pendidikan. Kesempatan
berpartisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap sekolah.

3.Faktor -Faktor Yang Perlu Diperhatikan


BPPN bekerja sama dengan Bank Dunia(1999) telah mengkaji beberapa faktor yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan manajemen berbasis sekolah. Faktor-faktor tersebut
berkaitan dengan kewajiban sekolah,kebijakan dan prioritas pemerintah, peranan
profesionalisme dan manajerial, serta pengembangan profesi.
a. Kewajiban sekolah
Manajemen berbasis sekolah yang menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah
memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru dan pengelola
sistem pendidikan profesional. Oleh karena itu, pelaksaannya perlu disertai
seperangkat kewajiaban, serta monitoring dan tuntanan pertanggungjawaban yang
relatif tinggi, untuk manajemen, bahwa sekolah selain memiliki otonomi juga
mempunyai kewajiban pemerintah dan memenuhi harapan masyarakat sekolah.
b. Kebijakan dan Prioritas Pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan nasional berhak merumuskan
Kebijakan-kebijakan yang menjadi prioritas nasional terutama yang berkaitan dengan
program peningkatan melek huruf dan angka(literacy and numeracy),efesiensi, mutu,
dan pemerataan pendidikan. Dalam hal tersebut,sekolah tidak diperbolehkan untuk
berjalan sendiri dengan mengabaikan kebijakan dan standardisasi yang ditetapkan oleh
pemerintah yang di pilih secara demonstrasi.
c. Peranan Orang tua dan Masyarakat
MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas untuk
membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas
daerah setempat, serta mengefesiensikan sistem dan menghilangkan birokrasi yang
tumpang tindih.
d. Peranan Profesional dan Manajerial
Manajemen berbasis sekolah menuntut perubahan- perubahan tingkah laku kepala
sekolah, guru dan tenaga administrasi dalam mengoperasikan sekolah. Pelaksanaan
MBS berpotensi meningkatkan gesekan peranan yang bersifat profesional dan
manajerial.
Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan MBS, kepala sekolah, guru, dan tenaga
administrasi harus memiliki kedua sifat tersebut yaitu profesional dan manajerial.
Mereka harus memiliki pengetahuan yang dalam tentang peserta didik dan prinsip-
prinsip pendidikan untuk menjamin bahwa segala keputusan penting yang dibuat oleh
sekolah, didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan pendidikan. Kepala sekolah
khususnya, perlu mempelajari dengan tetili, baik kebijakan dan prioritas pemerintah
maupun prioritas sekolah sendiri. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus:
1. Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dengan guru dan masyarakat sekitar sekolah;
2. Memiliki pemahaman dan wawasan yang luas tentang terori pendidikan dan pembelajaran;
3. Memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menganalisis situasi sekarang berdasarkan
apa yang seharusnya serta mampu memperkirakan kejadian di masa depan berdasarkan
situasi sekarang;
4. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang
berkaitan dengan efektivitas pendidikan di sekolah;dan
5. Mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangan sebagai peluang, serta
mengkonseptualkan arah baru untuk perubahan.

Pemahaman terhadap sifat profesional dan manajerial tersebut sarta penting agar
peningkatan efesiensi, mutu, dan pemerataan serta supervisi dan monitoring yang
direncanakan sekolah betul-betul untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan
kerangka kebijakan pemerintah dan tujuan sekolah.

e. Pengembangan profesi
Dlam MBS pemerintah harus menjamin bahwa semua unsur penting tenaga
kependidikan (sumber manusia) menerima pengembangan profesi yang diperlukan
untuk mengelola sekolah secara efektif.agar sekolah dapat mengambil manfaat yang
ditawarkan MBS, perlu dikembangkan adanya pusat pengembangan profesi, yang
berfungsi sebagai penyedia jasa pelatihan bagi tenaga kependidikan untuk MBS. Selain
itu, penting untuk dicatat bahwa sebaiknya sekolah dan masyarakat perlu dilibatkan
dalam proses pelaksanaan MBS sedini2 mungkin. Mereka tidak perlu hanya menunggu,
tetapi melibatkan diri dalam diskusi-diskusi tentang MBS dan berinisiatif untuk
menyelenggarakan pelatihan tentang aspek-aspek yang terkait.

4.karakteristik manajemen berbasis sekolah


MBS yang ditawarkan sebagai bentuk operasional desentralisasi pendidikan akan
memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini
diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan efesisen dan efektivitas
kinerja sekolah dengan penyediaan layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggal
terhadap kebutuhan masyarakat sekolah setempat. Karena peserta didik biasanya
datang dari berbagai layar belakang kesukuan dan tingkat sosial, salah satu perhatian
sekolah harus ditujukan pada asas pemerataan, baik dalam bidang sosial, ekonomi,
maupun politik.
Karakteristik MBS bisa di ketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat
mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar-mengajar, pengelolaan
sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber daya dan administrasi.

C. MBS sebagai Proses Pemberdayaan

Pemberdayaan merupakan istilah yang sangat populer dalam era reformasi. Jika di kaitkan dengan
termminologi demokratisasi, pembangkitan ekonomi kerakyatan, keadilan dan penegakan hukum,
serta partisipasi politik. Pemberdayaan di maksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat
masyarakat dalam perekonomiannya, hak-haknya, dan memiliki posisi yang seimbangan dengan
kaum lainnya yang selama ini telah lebih mampan kehidupannya melalui pemberdayaan, kaum
idealis atau pejuang Demokrasi,keadilan, dan hak asasi manusia, menginginkan adanya tata
kehipuan yang lebih adil, domokratis, serta tegaknya kebenaran dan keadilan.

Pemberdayaan telah merambah pada berbagai bidang dan aspek kehidupan manusia, termasuk
pendidikan, antara lain dikeluarkannya. Kebijakan MBS sebagai paradigma baru manajemen
pendidikan. Manajemen berbasis sekolah merupakan konsep pemberdayaan sekolah dalam rangka
peningkatan mutu kemandirian sekolah. Dengan MBS diharapkan para kepala sekolah, guru, dan
personel lain di sekolah serta masyarakat setempat dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan zaman, karakteristik lingkungan dan tuntutan global.

Kindervatter (1979) memberikan batasan pemberdayaan sebagai peningkatan pemahaman manusia


untuk meningkatkan kedudukannya di masyarakat. Peningkatan kedudukan itu meliputi kondisi-
kondisi sebagai berikut:

1. akses, memiliki peluang yang cukup besar untuk mendapatkan sumber-sumber daya dan
sumber dana;
2. Daya pengungkit, meningkat dalam hal daya tawar kolektifnya;
3. Pilihan-pilihan, mampu dan memiliki peluang terhadap berbagai pilihan;
4. Status, meningkatnya citra diri, kepuasaan diri, dan memiliki perasaan yang positif atas
identitas budayanya;
5. Kemampuan refleksi kritis,menggunakan pengalaman untuk mengukur potensi
keunggulannya atas berbagai peluang pilihan-pilihan dalam pemecahan masalah;
6. Legitimasi, pertimbangan ahli yang menjadi justifikasi atau yang membenarkan terhadap
alasan-alasan rasional atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat; Siplin menetapkan sendiri
standar mutu untuk pekerjaan yang dilakukan untuk orang lain;
7. Persepsi kreatif, sebuah padangan yang lebih positif dan inovatif terhadap hubungan dirinya
dengan lingkungan.

C. Manajemen kesiswaan
Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuri dan (peserta didik)
Merupakan salah satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan
pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai
dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan
hanya berbentuk pencatatan data peserta didik melainkan meliputi aspek yang lebih luas
yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang
kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur,
serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang
manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu
penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan
disiplin. Berdasarkan tiga tugas utama tersebut Sutisna(1985) menjabarkan tanggung jawab
kepala sekolah dalam mengelola bidang kesiswaan berkaitan dengan hal-hal berikut:
1. Kehadiran murid disekolah dan masalah- masalah yang berhubungan dengan itu;
2. Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukan murid ke kelas dan program studi;
3.Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar
4.Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti pengajaran, perbaikan,
dan pengajaran luar biasa;
5. Pengendalian disiplin murid;
6.program bimbingan dan penyuluhan;
7.program kesehatan dan keamanan
8.penyesuian pribadi, sosial, dan emosial. Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian
rupa mulai dari perencanaan penentuan daya tampung sekolah atau jumlah siswa baru yang
akan diterima, yaitu dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak yang tinggal
kelas atau mengulang Kegiatan penerimaan siswa baru biasanya dikelola oleh panitia
penerimaan siswa baru (PSB) atau panitia penerimaan murid baru (PMB). Dalam kegiatan ini
kepala sekolah membentuk panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung
jawab dalam tugas tersebut. Setelah para siswa diterima lalu dilakukan penge lompokan dan
orientasi sehingga secara fisik, mental dan emosional siap untuk mengikuti pendidikan di
sekolah.

Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para siswa memer- lukan data yang otentik,
dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan
mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di
sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara periodik harus dila- porkan kepada orang tua,
sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya
belajar, baik di rumah maupun di sekolah.

Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengeta huan anak, tetapi juga sikap
kepribadian, serta aspek sosial emosi. onal, di samping keterampilan-keterampilan lain.
Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi
memberi bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar,
emosional, maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap
tentang peserta didik. Untuk itu, di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan
kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku klapper, buku laporan keadaan siswa, buku
presensi siswa, buku rapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi, dan sebagainya.

E. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana pendidikan adalah peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khusus- nya
proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media
pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman
sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar
mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus
lapangan olah raga, komponen tersebut.

merupakan sarana pendidikan. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas meng atur
dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapatmemberikan kontribusi secara optimal dan
berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan,
pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta penataan.

Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih,
rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk
berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat- alat atau fasilitas belajar yang
memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai
pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar.

Anda mungkin juga menyukai