Anda di halaman 1dari 12

Makna Manajemen Pendidikan Taman Kanak-kanak erkembangan lembaga-lembaga

pendidikan prasekolah di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat dalam


dasawarsa terakhir sampai penghujung tahun 1999. Lembaga sejenis tidak saja muncul di
perkotaan, tetapi juga merambah ke daerah-daerah pedesaan. Salah satu lembaga pendidikan
prasekolah, yaitu Taman Kanak-kanak mendapat sorotan yang lebih tajam dari masyarakat
Indonesia karena dianggap cukup penting bagi pendidikan anak. Kondisi ini diikuti dengan
besarnya animo dan perhatian masyarakat dengan berbagai latar belakang pendidikan,
terhadap lembaga-lembaga pendidikan prasekolah terutama Taman Kanak-kanak. Indikator
tersebut menunjukkan kesadaran orang tua akan pentingnya memberikan rangsangan lebih
awal pada anak untuk membantu tumbuh pertumbuhan dan perkembangan berbagai potensi
anak. Pertumbuhan Lembaga Taman Kanak-kanak dan animo masyarakat yang tinggi masih
kurang diikuti oleh manajemen penyelenggaraan yang dilaksanakan secara profesional. Di
samping itu, rendahnya pembinaan dan perhatian pemerintah dalam mengalokasikan
anggaran pendidikan untuk anak juga menjadi penyebab rendahnya profesionalitas dan
kualitas pelaksanaan lembaga pendidikan tersebut. Dalam pembahasan berikut ini akan
diketengahkan beberapa konsep dasar manajemen dalam menyelenggarakan lembaga Taman
Kanak-kanak.
A. PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN TAMAN KANAK- KANAK (TK)
Sebelum memahami pengertian dasar manajemen pendidikan TK, ada baiknya Anda
mencoba memahami makna manajemen, pendidikan dan TK (Taman Kanak-kanak).
Makna harfiah ini akan membantu Anda merangkai pengertian yang menyeluruh dari
konsep dasar yang sedang kita bahas ini.
1.4 MANAJEMEN PENDIDIKAN TK
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola, memimpin atau
mengarahkan. Dalam bahasa Indonesia penggunaannya disamaartikan dengan
manajemen yang memiliki makna sebagai usaha mengelola, mengendalikan dan
mengarahkan berbagai sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Pengertian lain dari manajemen adalah suatu proses mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan sumber daya melalui kegiatan-kegiatan agar diselesaikan secara
efisien dan efektif dengan melibatkan orang lain.
Adapun makna pendidikan memiliki banyak arti, namun cukup memahami
salah satu dari sekian banyak arti pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses
interaksi antara peserta didik dengan pendidikan dan/atau lingkungan yang disadari,
teratur, terencana, dan sistematis untuk membantu mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal. Definisi ini dipakai karena cukup lengkap dalam memberikan
gambaran utuh tentang pendidikan sebagai sebuah proses.
Taman Kanak-kanak sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2003 dan diungkapkan dalam Pasal 28 merupakan bentuk pendidikan anak usia dini
yang terdapat di jalur formal. Makna formal dapat diartikan bahwa TK harus
memenuhi beberapa persyaratan dalam menyelenggarakan pendidikannya, seperti
kurikulum yang berstruktur, tenaga pendidik (guru), tata administrasi serta sarana dan
prasarana. Sebagai salah satu lembaga pendidikan anak usia dini, TK mengelola anak
usia 4 sampai 6 tahun. Jika Anda menelusuri lebih mendalam makna TK maka akan
sampailah pada pengertian taman yang mengandung makna filosofis bahwa TK
merupakan taman yang indah, tempat anak-anak bermain sehingga anak mempunyai
teman yang banyak dan bersosialisasi. Rangkaian makna tersebut terungkap dengan
indahnya dalam mars lagu TK, yaitu “Taman yang paling indah, hanya taman kami,
taman yang paling indah hanya taman kami... tempat bermain dan berteman banyak...
itulah taman kami, taman kanak-kanak”.
Ilustrasi makna harfiah dan yuridis tersebut mudah-mudahan dapat
memberikan gambaran pada Anda tentang konsep dasar manajemen pendidikan TK.
Sekarang kita mencoba membuat rangkaian makna dari manajemen pendidikan TK
atau sebagai suatu usaha mengelola, mengatur dan/atau mengarahkan proses interaksi
edukatif antara anak didik dengan pendidik dan lingkungannya secara terencana,
teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak. Dari
rangkaian makna ini, kita mencoba menelaah kembali satu per satu kata atau frase
yang dikandungnya. Kita mencoba mengilustrasikan rangkaian makna tersebut dalam
beberapa kalimat tanya, seperti berikut ini.
1. Apa yang dikelola, diatur dan diarahkan di TK dan bagaimana caranya?
2. Bagaimana pula merencanakan pendidikan di TK agar menjadi teratur?
3. Kemana pengelolaan dan pengaturan TK itu akan diarahkan? Jika
jawabannya untuk mencapai tujuan pendidikan di TK maka ke mana harus
diarahkan tujuan pendidikan TK itu?
Pertanyaan apanya dari pendidikan TK yang akan dikelola (dimana) akan
mengarahkan Anda untuk ketiga hal pokok yang biasa dibicarakan dalam manajemen,
yakni apa input (masukan) dari pendidikan TK, bagaimana proses yang akan
dilaksanakan dan apa product (hasil) yang diharapkan. Hal ini sering dikenal dengan
manajemen input, manajemen proses dan manajemen hasil. Dalam manajemen input
akan dibahas tentang manajemen kurikulum TK, manajemen pendidik, manajemen
anak didik, manajemen sarana dan prasarana. Manajemen proses menelaah proses
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan acuan konsep atau model yang
dipergunakan serta dari acuan manajemen waktu yang dipakai (TK konvensional, TK
setengah hari atau half day school dan TK sehari penuh atau full-day school). Adapun
manajemen hasil akan membahas tentang bagaimana pengelolaan hasil pendidikan
TK, yaitu berupa data dan pelaporan perkembangan anak. Ketiga aspek manajemen
tersebut akan dibahas secara rinci dan lengkap dalam modul-modul berikutnya.
Merencanakan pendidikan TK agar teratur harus dimulai dari pemahaman tentang
bagaimana pengelolaan perkembangan anak. Ketiga aspek manajemen tersebut akan
dibahas secara rinci dan lengkap dalam modul-modul berikutnya.
Merencanakan pendidikan TK agar teratur harus dimulai dari pemahaman
tentang bagaimana TK itu didirikan atau diselenggarakan. Dalam hal ini
penyelenggaraan TK membutuhkan pemahaman tentang beberapa tahapan yang harus
dilalui sampai TK itu memperoleh izin penyelenggaraan sebagai bentuk pendidikan
formal. Setelah TK memperoleh izin inaka selanjutnya adalah upaya bagaimana
memasarkan atau mempromosikan TK agar orang tua yang memiliki anak usia 4
sampai 6 tahun memasukkan anaknya pada lembaga pendidikan TK kita. Anda perlu
memahami management marketing atau manajemen pemasaran agar dapat
meyakinkan para calon orang tua bahwa TK yang kita selenggarakan adalah TK yang
baik. Itulah sebagian dari manajemen pendidikan TK. Semua manajemen tersebut
sudah tentu diarahkan pada satu tujuan utama TK, yaitu membantu meletakkan dasar
perkembangan sikap/perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang
diperlukan anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya pada pendidikan di Sekolah Dasar.
B. TUJUAN MANAJEMEN PENDIDIKAN TAMAN KANAK- KANAK (TK)
Tujuan manajemen adalah mencapai tujuan lembaga atau organisasi dengan
cara yang efisien dan efektif dalam segala aspeknya. Efisiensi adalah upaya
meminimalisasi biaya-biaya dan penggunaan sumber daya dalam setiap kegiatan
organisasi, sedangkan yang dimaksud efektivitas adalah pencapaian tujuan dengan
tepat atau “melakukan hal-hal yang tepat” dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain
efektivitas adalah upaya mencapai tujuan organisasi dengan tepat melalui serangkaian
kegiatan dan dengan menggunakan sumber daya yang ada. Berdasarkan pengertian di
atas maka tujuan manajemen pendidikan TK adalah bagaimana sebuah lembaga TK
berusaha mengefisienkan biaya-biaya pengeluaran, tetapi dengan hasil yang optimal
dan mengefektifkan langkah- langkah dalam mengambil setiap keputusan sehingga
tujuan lembaga dapat tercapai. Dalam hal ini yang berperan penting adalah manajer
lembaga TK dengan dibantu oleh seluruh komponen-komponen yang saling
membantu agar tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara yang efisien dan efektif.

Fungsi dan Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pendidikan Taman Kanak-kanak raian


Kegiatan Belajar 1 telah memberikan ilustrasi dan pemahaman pada bahwa kegiatan
pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) membutuhkan proses manajerial yang
profesional. Agar profesional, manajemen pendidikan di TK harus menjalankan
fungsi-fungsi manajemen secara tepat dan memperhatikan prinsip-prinsip dalam
manajemen pendidikan TK. Untuk itu, dalam Kegiatan Belajar 2 ini akan dibahas
fungsi- fungsi manajemen dan prinsip-prinsip manajemen pendidikan TK.
C. FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN TK
Pada dasarnya fungsi manajemen pada sebuah lembaga pendidikan TK
meliputi 4 fungsi dasar yang terkait satu dengan lainnya. Fungsi-fungsi manajemen
tersebut meliputi hal-hal berikut ini.
1. Perencanaan
Mencakup menentukan visi, misi, dan fungsi organisasi
mendefinisikan tujuan, menetapkan strategi dan mengembangkan rencana
untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sebuah lembaga. Oleh sebab
itu, seorang manajer sebelum menyelenggarakan pendidikan TK sudah
harus memikirkan visi dan misi lembaga TK yang akan didirikan, fungsi
dari lembaga TK tersebut, tujuan mendirikan TK, strategi apa yang akan
digunakan, rencana-rencana apa ke depan yang akan dilaksanakan.
Semuanya merupakan suatu rangkaian dalam perencanaan lembaga
pendidikan di TK.
2. Pengorganisasian
Meliputi penentuan tugas-tugas apa saja yang harus dikerjakan, siapa
saja yang mengerjakan, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan
dan dikelola, siapa yang melapor kepada siapa dan di tingkat mana
keputusan- keputusan harus dibuat dan ditentukan.
1.13 lembaga pendidikan TK Kemitmen bisa juga merupakan suatu
kesadaran yang mendalam bahwa penyelenggaraan pendidikan di TK itu
merupakan suatu fondasi utama dalam memberikan warna serta
membentuk unsur-unsur dasar kepribadian anak. Kesadaran itu tumbuh
sebagai bentuk pemahaman keilmuan dan praksis pendidikan di TK yang
memiliki karakteristik yang khas pada setiap aspek perkembangannya.
Melaksanakan pendidikan di TK merupakan tugas yang sangat mulia,
tetapi berat di dalam pelaksanaannya mengingat guru merupakan totalitas
pendidik yang harus menggunakan keseluruhan jati dirinya menjadi bagian
dari proses pendidikan di TK. Sesuai dengan perkembangan anak yang
berada pada masa imitasi maka guru sepenuhnya menjadi suri teladan atau
contoh. Meskipun guru memberikan contoh yang salah, anak usia TK akan
menganggapnya sesuatu hal yang benar sehingga guru akan menjadi
pewarna yang dominan dalam mengisi aspek kepribadian anak.
2. Profesionalitas Profesionalitas penyelenggaraan lembaga pendidikan TK
merupakan prinsip yang paling mendasar dan sebagai pembeda dengan pengelolaan
yang non profesional. Pengelolaan lembaga pendidikan TK yang profesional
didasarkan pada kesesuaian antara landasan konseptual penyelenggaraan dengan
praktik penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-kanak. Kesesuaian tersebut
menunjukkan bahwa penyelenggara menguasai konsep- konsep dasar
penyelenggaraan dan praktik pelaksanaannya. Konsep yang dirujuk didasarkan pada
landasan teoretik yang benar dan sudah teruji. 3. Koordinasi (Kesatuan Kerja) Proses
manajerial penyelenggaraan pendidikan TK harus didasarkan pada adanya koordinasi
yang baik dan jelas antara guru sebagai pelaksana langsung yang berhadapan dengan
orang tua dan anak, kepala sekolah sebagai pembina dan pengawas, serta yayasan
sebagai lembaga yang memayungi. Prinsip koordinasi merupakan suatu usaha untuk
menggerakkan dan melibatkan semua sumber daya manusia sebagai satu kesatuan
untuk mencapai satu tujuan yang sama. Melalui upaya ini, kegiatan manajerial akan
memberikan ruang gerak yang sama antara seluruh komponen sumber daya manusia
(guru, kepala sekolah, pengawas staf dan pesuruh sekolah) serta fungsi dan
kedudukannya. Kondisi ini akan terjadi manakala terdapat 1.14 MANAJEMEN
PENDIDIKAN TK. Gambaran yang jelas tentang fungsi dan kedudukan masing-
masing komponen (missal fungsi dan peran guru, kepala sekolah, pengawas dan
yayasan penyelenggara). Jika fungsi masing-masing komponen itu menjadi tidak jelas
maka kegiatan manajerial pasti akan terganggu karena masing- masing komponen
akan menunjukkan fungsi dan peran yang dipersepsikan secara subjektif oleh masing-
masing komponen tersebut. Lebih parah lagi jika masing-masing fungsi saling
berbenturan sehingga mengakibatkan terjadinya konflik internal, yang tidak jarang
berakhir dengan ke luarnya sumber daya manusia yang ada. 4. Kepemimpinan
(Leaderships) Kepemimpinan memegang peranan penting dalam mengelola
penyelenggaraan lembaga pendidikan TK. Kepemimpinan terkait secara langsung
dengan seluruh aspek penyelenggaraan lembaga pendidikan TK. Kepemimpinan yang
baik harus dimulai pada pemahaman secara utuh tentang seluruh komponen
penyelenggaraan lembaga TK, persamaan persepsi tentang arah dan proses
penyelenggaraan lembaga TK serta monitoring dan evaluasi terhadap proses dan
pencapaian tujuan penyelenggaraan lembaga TK. Di samping itu, prinsip
kepemimpinan harus mampu menciptakan suatu iklim kompetisi yang sehat antara
berbagai staf (khususnya guru) dalam menyelenggarakan pembelajaran di TK. Upaya
ini perlu diimbangi oleh adanya pemberian hadiah (reward) dan hukuman
(punishment) yang bersifat konstruktif dan mendidik. Prinsip kepemimpinan juga
diarahkan untuk membangun kebersamaan, perasaan memiliki serta kepedulian
terhadap permasalahan yang dihadapi oleh setiap staf. Dengan demikian, setiap staf
(khususnya guru) akan merasa aman menyelenggarakan berbagai tugas
profesionalnya.
A. LANDASAN YURIDIS PENYELENGGARAAN TK Untuk mengatur berbagai
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, pemerintah telah menyusun dan
memberlakukan Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Undang-undang ini menjadi payung bagi para pelaksana dan penyelenggara
pendidikan dari tingkat pendidikan prasekolah sampai tingkat pendidikan tinggi.
Sebagai bentuk penjabaran dari Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 yang berkaitan
dengan lembaga pendidikan TK telah dibuat peraturan pemerintah nomor 27 tahun
1990 yang juga mengatur penyelenggaraan KB dan TPA. Walaupun undang- undang
ini telah diganti oleh UU No. 20 Tahun 2003, ada baiknya Anda mencoba melakukan
perbandingan. Beberapa perbedaan penyebutan, pengelompokan, dan penjelasan
tentang TK di antara kedua Undang-undang tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 dikemukakan beberapa ayat yang
terkait dengan penyelenggaraan TK, di antaranya adalah berikut ini. A. Pasal 5 (ayat
1), yaitu “Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah
yang terdapat di jalur pendidikan sekolah”. B. Pasal 6 (ayat 1), yaitu “Taman Kanak-
kanak merupakan bentuk pendidikan prasekolah yang menyelenggarakan pendidikan
dini bagi anak 4 tahun sampai 6 tahun”. Pasal 14, yaitu “Persyaratan pendirian Taman
Kanak-kanak haru memenuhi adanya kurikulum, anak didik, pendidik, sarana d
prasarana”. 1.21 Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28
dikemukakan tentang Pendidikan anak usia dini salah satunya adalah TK yang berada
dalam jalur pendidikan formal yang isinya sebagai berikut. A. Pendidikan dasar.
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang b. Pendidikan anak usia
dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau
informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman
Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA) atau bentuk lain C. Yang sederajat. D.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan e. F. Ketentuan
mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.Berdasarkan
pasal dan ayat di atas terdapat perbedaan istilah dalam pengelompokan TK. Dalam
Undang-undang No.2 Tahun 1989, TK dikelompokkan sebagai lembaga pendidikan
prasekolah yang terdapat di jalur sekolah, sedangkan dalam Undang-undang No. 20
Tahun 2003, TK sebagai salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang terdapat
di jalur formal. Konsep tentang sekolah dan formal memiliki beberapa persamaan dan
perbedaan. Persamaan keduanya terletak pada substansi bahwa TK diselenggarakan
dengan mekanisme dan kurikulum yang berstruktur serta bersyarat dalam hal
penyelenggaraan. Adapun perbedaannya terletak pada konsep sekolah yang lebih
mengacu pada penyelenggaraan persekolahan yang mengharuskan adanya sarana
prasarana gedung, halaman dan peralatan minimal (di dalam dan di luar kelas),
sedangkan konsep formal lebih merujuk pada ketertiban dan keresmian dalam
penyelenggaraan lembaga pendidikan TK. Namun demikian, perbedaan tersebut
bukanlah merupakan hal yang prinsip dan jika diperdebatkan pada akhirnya akan
mencapai titik temu persamaan di antara keduanya. 1.22 B. LANDASAN
OPERASIONAL Pelaksanaan berbagai lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak di
Indonesia biasanya diatur melalui keputusan menteri atau surat edaran direktur atau
direktur jenderal. Untuk melaksanakan kegiatan pendidikan pada Taman Kanak-
kanak diatur dalam keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 0518/Kep-
Dikbud/97. Adapun untuk melaksanakan pendidikan pada Kelompok Bermain dan
Tempat Pengasuhan Anak (TPA) diatur dalam keputusan menteri pendidikan Nomor
0571/Kep-Dikbud/97. Di samping rambu-rambu pelaksanaan yang telah diatur dalam
surat keputusan tersebut, terdapat juga surat edaran tentang tata cara pendirian dan
mekanisme pelaksanaan. Di samping acuan operasional tersebut, penyelenggaraan TK
biasanya diatur secara lebih terperinci dalam bentuk Standar Pelayanan Minimal
(SPM). C. LANDASAN KONSEPTUAL Profesionalitas penyelenggaraan lembaga
pendidikan Taman Kanak- kanak akan banyak tergantung dari kejelasan landasan
konseptual (teoretik) yang dipergunakan oleh penyelenggara dan pendidik (guru) di
TK. Landasan konseptual yang dimaksud adalah berbagai bentuk atau model dasar
teoretik yang selama ini dikembangkan para ahli dalam melaksanakan dan
mengembangkan lembaga pendidikan anak usia dini, khususnya pada pendidikan
anak usia TK. Landasan ini akan memberikan warna tersendiri bagi lembaga
penyelenggara dan pendidik dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini.
Jika Anda mengamati kenyataan pelaksanaan pendidikan di TK sekarang ini terdapat
keragaman penyelenggaraan. Dalam penyelenggaraan pendidikan TK sekurang-
kurangnya telah berkembang secara nasional konsep tentang pendidikan TK Atraktif
yang dimulai tahun 1999, Pengembangan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif dan
Menyenangkan), CRI (Children Resources International) yang memberikan gambaran
tentang “Pembelajaran yang Berpusat pada Anak” dan model pembelajaran area.
Masing-masing ragam pembelajaran tersebut memiliki landasan konseptual sendiri-
sendiri walaupun di antaranya banyak memiliki kesamaan.Jika Anda menghendaki
penggunaan salah satu ragam pembelajaran tersebut dan menjadi guru yang
profesional, Anda seharusnya memahami secara konseptual dan praksis pelaksanaan
dari model tersebut. Kata praksis ini dipergunakan untuk merujuk makna praktik
pendidikan (pembelajaran) di TK yang berbasis pada landasan konseptual yang jelas.
Landasan konseptual tersebut akan memberikan dampak nyata pada cara berpikir,
bersikap dan bertindak guru terutama ketika melaksanakan proses pembelajaran di
TK. Sebagai contoh, seorang guru TK akan menyadari sepenuhnya mengapa dalam
pelaksanaan pembelajaran harus mengembangkan aktivitas permainan yang
memungkinkan anak aktif (active learning) dan bergerak (berpindah) atau sering
disebut pula dengan istilah moving atau moving class (kelas berpindah). Landasan
konseptual tersebut memberikan dasar bagi pembelajaran anak usia dini dengan
model area dan model sentra. Adapun tokoh-tokoh yang melahirkan pemikiran dan
praksis pendidikan seperti itu, mudah-mudahan telah Anda kenal dalam modul yang
membicarakan konsep dasar pendidikan Taman Kanak-kanak. Berbagai landasan
konseptual (teoretik) yang dimaksud di antaranya adalah berikut ini. 1. Model
Pembelajaran Pestalozi Model pembelajaran ini menitikberatkan pada AVM
(Auditory, Visual, Memory), yakni mengembangkan kemampuan penglihatan,
pendengaran dan daya ingat yang semua ini dapat dikemas melalui pengembangan
bahasa atau suara, bentuk dan konsep bilangan (berhitung permulaan) pada anak usia
dini. 2. Model Pembelajaran Frobel Model pembelajaran ini menitikberatkan pada
Utoaktivitas anak (anak menunjukkan keaktifan yang muncul atas dorongan dari
dalam dirinya sendiri) dan Frobel menciptakan alat permainan yang disebut spiel
foremen (spiel artinya permainan, Formen artinya membentuk bangunan), maksudnya
adalah permainan membentuk, seperti dari plastisin, mozaik, tanah liat, stick es krim,
kertas-kertas bekas atau kertas origami, balok-balok dan lain sebagainya.
Pembelajaran ini dilakukan dalam suasana 3 F, yakni Friede (suasana damai, Freude
(gembira) dan Freiheit (merdeka).
3. Model Pembelajaran Jan Lighart Model pembelajaran m menitikberatkan pada
“Pengajaran barang sesungguhnya”, mengajak anak pada suasana belajar yang
sesungguhnya melalui pengamatan alam sekitarnya. Langkah-langkah pembelajaran
Jan Lighart, yaitu: a. Menentukan sesuatu yang menjadi pusat minat anak; b.
Melakukan perjalanan sekolah; c. Pembahasan hasil pengamatan; d. Menceritakan
lingkungan yang diamati; e. Kegiatan ekspresi. 4. Model Pembelajaran Montessori
Model pembelajaran ini menitikberatkan pada “Pendidikan pedosentris” (pusat
aktivitas pendidikan terletak pada anak didik itu sendiri). Montessori beranggapan
bahwa semua bentuk pendidikan pada dasarnya adalah pendidikan diri sendiri. Dalam
mengembangkan kemampuan anak, pengembangan fungsi panca indra harus
mendapatkan kesempatan yang besar.
5. Model Pembelajaran Helen Parkhust Model pembelajaran ini menitikberatkan pada
“Pembelajaran sentra” (setiap ruangan sentra terdiri dari satu rumpun pengembangan)
yang masing- masing anak dapat memilih sentra sesuai dengan keinginan anak
masing- masing. Pembelajaran sentra memungkinkan anak dapat bebas bergerak
bebas sesuai dengan keinginan anak. 6. Model Pembelajaran John Dewey Model
pembelajaran ini menitikberatkan pada learning by doing atau “Belajar sambil
bekerja”, yaitu sebagai berikut: Pengajaran harus dapat menghubungkan isi kurikulum
dengan lingkungan hidup anak. B. Konsep dan cara mengajarkan membaca, menulis
dan berhitung permulaan dengan bahan yang menarik dan sesuai dengan lingkungan
hidup anak-anak. C. Konsep dan cara membangkitkan perhatian anak. 1.25 7. Model
Pembelajaran W.HI. Kilpatrick Model pembelajaran ini menitikberatkan pada
“Pengajaran proyek”, yaitu suatu model pengajaran yang memungkinkan anak
mengolah sendiri untuk menguasai bahan pelajaran yang dilakukan guru dengan jalan
menyajikan suatu bahan pengajaran melalui pengajaran proyek total, proyek parsial
dan proyek occasional. Langkah-langkah pembelajaran proyek adalah sebagai berikut:
a. Persiapan tema dan pokok masalah yang akan dilaksanakan dengan menggunakan
pengajaran proyek. B. Pendahuluan dengan melakukan percakapan bersama anak-
anak secara klasikal tentang tema atau pokok masalah. C. Perjalanan sekolah atau
survei ke tempat yang sudah ditentukan. Perjalanan dilakukan ke tempat yang terdekat
dengan lingkungan sekolah saja. D. Pengolahan masalah dilakukan anak-anak dengan
melaporkan apa yang telah ditemukan ketika melakukan survei. Pameran, dirancang
oleh anak-anak sendiri untuk memasang hasil karya yang telah dikerjakan bersama-
sama. E. 8. Model Pembelajaran Ovide Decroly Model pembelajaran ini
menitikberatkan pada “Pengajaran simbiotis”, yaitu pengajaran yang harus totalitas
atau satu kesatuan terpadu antara bahan pembelajaran satu dengan lainnya. Bahan
pengajaran harus dihubungkan berdasarkan persekutuan hidup bukan didasarkan atas
hubungan logis atau ilmiah. Langkah pembelajaran simbiotis, yaitu observasi
(pengamatan), asosiasi (pengolahan) dan ekspresi (pengungkapan). 9. Model
Pembelajaran Vigotsky Model pembelajaran ini menitikberatkan pada “Alat berpikir
mental”, melalui bentuk-bentuk kegiatan block building (bangunan balok), mapping
(pemetaan), making pattern (penyusunan pola), dramatic play (permainan dramatik),
story telling (menyampaikan cerita) dan journal writing (penulisan jurnal).
10. Model Pembelajaran Jean Piaget Model pembelajaran ini menitikberatkan pada
“Pembelajaran kognitif”, di mana anak usia TK sedang memasuki masa pra-
operasional, yaitu anak melakukan simbolisasi terhadap objek yang tidak ada atau
objek yang tidak diketahuinya ketika terjadi pemindahan objek. Anak pada usia ini
terpusat pada diri sendiri (egosentris).
Persyaratan dan Mekanisme Pendirian Lembaga Pendidikan Taman Kanak-kanak A.
PERSYARATAN PENDIRIAN LEMBAGA PENDIDIKAN TK Kegiatan Belajar 1
akan membawa Anda menelusuri dan mengenali mekanisme pendirian lembaga
pendidikan TK agar memperoleh izin penyelenggaraan. Mekanisme pendirian ini
bersifat umum atau pada umumnya menurut aturan yang berlaku. Perbedaan
penjabaran aturan biasanya terjadi atau mungkin timbul antara dinas pendidikan
daerah satu dengan lainnya. Meskipun demikian, secara prinsip persyaratan pokok
dalam mendirikan lembaga TK hampir sama. Persyaratan yang bersifat prinsipil yang
dimaksud sudah diatur dalam undang-undang lama maupun baru serta peraturan
pemerintahnya dan keputusan menteri pendidikan nasional sebagai jabaran
operasionalnya. Berdasarkan Pasal 62 ayat 2, persyaratan penyelenggaraan lembaga
pendidikan secara umum mencakup hal-hal berikut. 1. Isi pendidikan (kurikulum). 2.
Peserta didik. 3. Jumlah dan kualifikasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. 4.
Sarana prasarana. 5. Pembiayaan pendidikan. 6. Sistem evaluasi dan sertifikasi.
Berbagai persyaratan yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat panduan yang mengatur isi program dan proses
pendidikan sebagai acuan dalam menyelenggarakan pendidikan. Kurikulum yang
dimaksud dapat mengacu pada PKB-TK 94 (Program Kegiatan Belajar TK 1994) atau
Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 bagi yang akan mengacu pada kurikulum
2004. Ketersediaan dan kelengkapan kurikulum harus sudah dipersiapkan oleh
yayasan yang akan menyelenggarakan pendidikan TK. Kurikulum 1994 yang harus
dipersiapkan terdiri kurang lebih 16 set atau kurikulum berbasis kompetensi yang
terdir kurang lebih 4 set. Pada kurikulum Taman Kanak-kanak 1994 telah disediakan
beberapa panduan, yaitu sebagai berikut. Pc a. Landasan, program, dan rambu-rambu
pengembangan Buku acuan ini berisi hal-hal yang harus dijadikan landasan (dasar)
berpijak para praktisi dalam melaksanakan pendidikan pada lembaga pendidikan TK.
Di samping itu juga mencakup aturan tentang isi program pendidikan yang harus
dilaksanakan, prinsip-prinsip pelaksanaannya serta rambu-rambu pengembangannya.
P b. Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar (GBPKB) TK Garis-garis Besar
Program Kegiatan Pendidikan di TK ini diberi nama GBPKB-TK (Garis-garis Besar
Program Kegiatan Belajar Taman Kanak b kanak. GBPKB merupakan penjabaran
terperinci dari isi program yang digambarkan secara umum dalam buku landasan,
seperti program pengembangan bahasa, daya pikir, keterampilan, jasmani, dan
perilaku. B P a C. Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Pedoman KBM ini berisi
rambu-rambu yang harus diperhatikan para guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar secara umum, termasuk di dalamnya apa yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan kegiatan pembukaan (30 menit), kegiatan inti (60 menit), istirahat (30
menit), dan kegiatan penutup (30 menit). D. Pedoman evaluasi Pedoman evaluasi
berisi tentang penjelasan umum kegiatan evaluasi yang harus diperhatikan dan
dilaksanakan termasuk di dalamnya tujuan evaluasi, prinsip, dan prosedur umum. E.
Pedoman administrasi Panduan kurikulum ini berisi tentang bidang, proses, dan
bentuk kegiatan serta pelaporan administrasi yang harus dilakukan oleh TK. UUL 2
2.5 f. Pedoman bimbingan Panduan kurikulum ini membuat tujuan, fungsi, prinsip,
serta bentuk pelayanan bimbingan yang dapat diberikan pada lembaga pendidikan
TK. G. Pedoman sarana Pedoman ini memberikan petunjuk tentang jenis dan
penataan sarana dan prasarana yang perlu dipersiapkan dan ditata secara baik sebagai
ruang pelaksanaan kegiatan pendidikan. Di samping perangkat umum tersebut juga
harus disiapkan beberapa bentuk pedoman praktis (petunjuk praktis) dalam
melaksanakan kegiatan pengajaran, seperti berikut ini.samping perangkat umum
tersebut juga harus disiapkan beberapa bentuk pedoman praktis (petunjuk praktis)
dalam melaksanakan kegiatan pengajaran, seperti berikut ini. A. Petunjuk pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. B. Petunjuk pelaksanaan evaluasi. C. Petunjuk pelaksanaan
administrasi. D. Didaktik/metodik umum. Metodik khusus pengembangan bahasa e.
F. Metodik khusus pengembangan daya pikir. G. Metodik khusus pengembangan
keterampilan. H. Metodik khusus pengembangan jasmani. i. Metodik khusus
pengembangan perilaku. Buku-buku pedoman ini dapat dijadikan dasar dalam
melaksanakan kegiatan pengajaran, namun perlu agak kritis dari segi pemaknaan dan
pemahamannya. Kurikulum tersebut merupakan acuan pendidikan TK secara
nasional, namun dalam implementasinya para penyelenggara diberikan kesempatan
untuk mengembangkannya sesuai dengan ciri khas lembaga masing-masing. Dasar
untuk melaksanakan bentuk modifikasi dan pengembangan kurikulum ini adalah
prinsip ‘fleksibilitas’ kurikulum ini dalam pelaksanaan maupun pengembangannya.
Jika dalam pendirian Anda mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi maka
Anda (sebagai penyelenggara) perlu mempersiapkan 4 set panduan. Keempat set
tersebut adalah berikut ini. A. Kurikulum dan hasil belajar memuat perencanaan
pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak
lahir sampai 18 tahun. Kurikulum dan Hasil Belajar ini memuat kompetensi, hasil
belajar, dan indikator dari TK dan RA sampai dengan Kelas 12 (TK dan RA -12).
Khusus untuk penyelenggaraan lembaga pendidikan TK/RA Anda dapat
menggunakan beberapa acuan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan anak usia
dini yang diterbitkan oleh pusat kurikulum departemen Pendidikan Nasional. B.
Penilaian berbasis kelas memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian
berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui
identifikasi kompetensi/hasil belajar telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang
standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar anak dan pelaporan.
Yang c. Kegiatan belajar mengajar memuat gagasan-gagasan pokok tentang
pembelajaran dan pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta
gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis dalam mengelola pembelajaran agar
bermakna dan menyenangkan bagi peserta dan tidak mekanistik. D. Pengelolaan
kurikulum berbasis sekolah memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga
kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini
dilengkapi pula dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum (curriculum
council), pengembangan perangkat kurikulum (antara lain silabus), pembinaan
profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi kurikulum. 2.
Peserta Didik Perkiraan peserta didik yang akan ditampung harus dilampirkan sesuai
dengan hasil survei anak usia TK pada daerah atau wilayah di mana lembaga tersebut
akan didirikan. Para pengelola sebaiknya melakukan pemetaan jumlah anak usia dini
yang berada di wilayah di mana TK akan didirikan serta jumlah peserta didik yang
kemungkinan akan mendaftar.lah peserta didik yang kemungkinan akan mendaftar. 3.
Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Di samping itu, jumlah dan latar belakang
pendidikan yang akan memberikan pembelajaran pada lembaga pendidikan anak usia
dini harus disertakan. Prasyarat pendidikan bagi tenaga pendidik harus dipersiapkan
dan direkrut dari latar belakang pendidikan yang sesuai. Tenaga pendidik yang
dipersyaratkan untuk mengajar di TK/RA harus memiliki kualifikasi diploma 2.7
Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (PGTK) atan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Pendidik merupakan salah satu komponen yang dipersyaratkan ada dalam
menyelenggarakan lembaga pendidikan TK, baik dari segi jumlah maupun kualifikasi
pendidikannya. Jumlah tenaga pendidik (guru) harus sebanding dengan jumlah anak
(siswa), seperti yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal batas rasio
toleransi 1:25. Batas ini masih lebih tiga kali lipat dari standar internasional, yaitu 1
guru berbanding 8-10 murid. Adapun syarat keberadaan tenaga kependidikan
biasanya disesuaikan dengan kebutuhan TK/RA masing-masing. 4. Sarana dan
Prasarana Untuk kebutuhan pelaksanaan kurikulum, lembaga pendidikan TK harus
mempertimbangkan prasyarat minimal sarana dan prasarana yang memungkinkan
terciptanya proses pembelajaran secara baik dan lancar. Keseluruhan persyaratan di
atas harus dipandu oleh penataan administrasi yang baik dan minimal dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan yang akan diberikan. Pada pasal 45 ayat 1 (UU No.
20 tahun 2003) ditegaskan bahwa “setiap satuan pendidikan formal dan nonformal
harus menyediakan sarana prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional dan kejiwaan peserta didik”. 5. Pembiayaan Pendidikan Setiap
penyelenggara pendidikan (khususnya lembaga TK) yang secara umum
diselenggarakan oleh pihak swasta (masyarakat) perlu menyertakan pembiayaan
pendidikan bagi peserta didik maupun dana awal yang dimiliki untuk
penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pembiayaan harus memenuhi prinsip-
prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik atau
pertanggungjawaban pada masyarakat (pasal 48 ayat 1 UU No. 20 tahun 2003). 6.
Sistem Evaluasi dan Sertifikasi Taman Kanak-kanak sebagai bentuk lembaga
pendidikan formal harus memperhatikan sistem evaluasi, baik terhadap program,
proses, maupun hasil perkembangan peserta didik. Evaluasi ini dilaksanakan sebagai
upaya
D. MEKANISME PENDIRIAN LEMBAGA PENDIDIKAN TK Mekanisme pendirian
lembaga pendidikan TK secara umum dan prinsip hampir sama antara satu dinas
pendidikan nasional kota/kabupaten satu dengan kabupaten lainnya. Setelah
memenuhi beberapa persyaratan pokok di atas, penyelenggara lembaga TK dapat
berkonsultasi dengan dinas pendidikan setempat untuk menanyakan persyaratan
teknis yang harus dipersiapkan dalam memperoleh izin penyelenggaraan. Dinas
pendidikan biasanya akan menyampaikan beberapa persyaratan teknis yang harus
dipersiapkan. Beberapa persyaratan yang dimaksud adalah berikut ini. 1. Surat
domisili, termasuk lokasi TK yang didirikan. 2. Program Kerja TK selama satu tahun
pelajaran. 3. Surat persetujuan masyarakat setempat melalui pengantar RT dan RW. 4.
Surat rekomendasi lurah. 5. Rekomendasi dinas pendidikan kecamatan. 6.
Rekomendasi camat dari kecamatan setempat. 7. Akte yayasan penyelenggara.
Ketujuh berkas tersebut dijadikan sebagai lampiran dari yayasan penyelenggara yang
ditujukan kepada kepala dinas pendidikan nasional kota/kabupaten. Secara sederhana
izin pendirian secara langsung ditujukan RUZ/MODUL 2 2.9 pada Kantor
Departemen Pendidikan Nasional tingkat kabupaten/kota dengan melampirkan
ketujuh berkas sebagaimana telah disebutkan di atas. Usulan pendirian harus
dilakukan oleh sebuah yayasan yang telah berbadan hukum. Hal ini ditegaskan pada
pasal 53 ayat 1 bahwa “penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang
didirikan oleh pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan”.
Dengan demikian, apabila suatu lembaga pendidikan TK akan didirikan maka harus
berada dalam sebuah yayasan terlebih dahulu. Yayasan inilah yang akan mengurus
dan mengajukan permohonan izin pendiriannya. Dengan demikian, sebelum
melaksanakan kegiatan pendidikan/pembelajaran, orang-orang yang terlibat dalam
pendirian lembaga pendidikan harus membentuk kepengurusan dan mengajukan
perizinan pendirian yayasan yang biasanya dilakukan pada kantor Notaris yang
berwenang untuk itu. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggaraan pendidikan
memperoleh payung hukum yang jelas, terutama setelah lembaga pendidikan tersebut
mengalami perkembangan dari segi kuantitas maupun kualitas. Secara sederhana izin
pendirian dapat digambarkan sebagai berikut.

Pada mekanisme pendirian tersebut dapat dibaca bahwa pemberian izin pendirian sebuah
lembaga pendidikan anak usia dini diberikan oleh kantor Depdiknas kabupaten atau
kotamadya. Untuk memperoleh izin penyelenggaraan, yayasan penyelenggara harus
mengajukan surat resmi pada kantor Depdiknas kabupaten/kotamadya disertai lampiran
proposal lembaga pendidikan yang akan diselenggarakan serta akte yayasan penyelenggara.
Proposal yang diajukan memuat tentang identitas lembaga yang akan didirikan (misalnya, TK
Kuntum Mekar), dasar pemikiran (latar belakang) pendirian, visi, dan tujuan pendirian,
kurikulum yang dipergunakan (termasuk program/kegiatan pendidikan yang ditawarkan),
tenaga pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana, struktur organisasi. E IAN BELAJAR 2
Struktur Lembaga Penyelenggara Taman Kanak-kanak embentukan pengurus lembaga
penyelenggara pendidikan TK perlu mendapatkan perhatian walaupun tidak diungkapkan
secara eksplisit sebagai salah satu persyaratan. Sebelum mempelajari kegiatan belajar 2 ini,
ada baiknya Anda bertanya atau melakukan wawancara secara informal pada satu lembaga
pendidikan TK. Bertanyalah dengan santai, mungkin sambil mengamati anak, tentang
bagaimana struktur pengurus penyelenggara lembaga TK itu dibentuk. Dari pertanyaan itu,
Anda dapat mengajukan pertanyaan pendalaman tentang tugas dan wewenang masing-masing
pengurus pada lembaga TK yang bersangkutan. Hasil wawancara Anda dapat
dikonfirmasikan dengan pembahasan modul ini. Struktur lembaga menunjukkan mekanisme
kerja yang bersifat organisatoris dan fungsional serta menggambarkan struktur kewenangan,
tugas dan kepemimpinan. Atas dasar ini dapat disimpulkan bahwa keberadaan struktur
kelembagaan penyelenggara TK. Melalui struktur tersebut, pengorganisasian
penyelenggaraan lembaga TK sangat penting dan mendasar menjadi jelas, terarah dan
prosedural sehingga mekanisme kerja berjalan sesuai dengan wewenang dan tugas masing-
masing pengurus. Walaupun demikian, banyak penyelenggara yang menyepelekan
pentingnya struktur lembaga ini. Mereka umumnya mempermasalahkan struktur lembaga jika
TK yang didirikan itu mendapat masalah atau berkembang pesat dan menunjukkan tanda-
tanda adanya keuntungan yang bersifat finansial. Bagi pengurus lembaga (khususnya ketua)
dapat berperan aktif dalam Gabungan Organisasi Penyelenggara (GOP) TK. Dalam
organisasi ini, para pengurus dapat saling memberikan informasi dan tukar pengalaman
dalam mengelola lembaga TK. Dengan cara ini akan terjadi hubungan yang harmonis dan
saling membantu antara satu penyelenggara lembaga TK dengan penyelenggara lembaga TK
Pada sisi lain, kepala TK ataupun guru dalam struktur lembaga dapat mewakili lembaganya
berperan aktif dalam Ikatan Guru Taman Kanak-kanak (IGTK). Organisasi ini juga menjadi
wahana berkumpulnya para guru TK 2.16 MANAJEMEN PENDIDIKAN TK O profesional
untuk bertukar pikiran, pengalaman, dan penghayatan terhadap profesinya. Dalam organisasi
ini pula, beberapa kebijakan pemerintah daerah diri dan tentang pembinaan dan
pengembangan guru dan lembaga TK biasanya disampaikan sehingga guru yang aktif tidak
akan kehilangan informasi, pengetahuan dan momentum untuk mengembangkan
mengembangkan lembaga TK di tempat bekerjanya. Berdasarkan uraian tersebut maka
keberadaan struktur penyelenggara menjadi suatu kebutuhan dan tidak hanya merupakan
kebutuhan yang bersifat formalitas belaka. Bentuk dan mekanisme struktural pada suatu
lembaga biasanya disesuaikan dengan kebutuhan, keluasan, dan jangkauan kerja dari yayasan
penyelenggara. Struktur yayasan penyelenggara lembaga TK secara sederhana biasanya
terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara, serta diikuti oleh pelaksana operasional TK yang
terdiri dari Kepala TK, dewan guru, staf administrasi dan persatuan orang tua murid (POM).
Dalam undang-undang organisasi yayasan yang baru, pengurus yayasan penyelenggara tidak
diperkenankan merangkap jabatan antara menjadi pengurus di yayasan dan menjadi
pelaksana di tingkat operasional, seperti kepala TK atau guru. Hal ini berarti bahwa
kedudukan, fungsi, dan tugas pembina dan pengurus yayasan tidak boleh dirangkap jabatan
dengan tugas-tugas fungsional, baik guru maupun kepala TK. Struktur tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai