Anda di halaman 1dari 12

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Latif, Y. (2020) Mengemukakan pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam
pembangunan suatu bangsa. Untuk mencapai mutu pendidikan yang optimal, pengelolaan
atau manajemen pendidikan menjadi aspek yang tak terhindarkan. Pendidikan bukanlah
formalitas untuk mendapatkan nilai yang tercantum dalam Ijazah. Di era sekarang,
Pendidikan harus senantiasa tampil dengan rencana pembelajaran Yang disenangi,
diminati dan diimplementasikan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan Pendidikan nasional
yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 th 2003 (UU RI. NO. 20,2003:7)
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk Watak
serta peradaban yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman Dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, Kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Masalah mutu peyelenggaraan pendidikan selalu terkait dengan Manajemen sumber
daya manusia yang terdapat dalam institusi pendidikan tersebut. Manajemen sumber daya
manusia adalah bagian dari proses manajemen yang khusus mengelola orang-orang di
organisasi. Pengelolaan sumber daya manusisa merupakan hal yang penting karena
organisasi yang dapat terus maju tentunya tergantung kepada personil yang dapat
mengelola organisasi tersebut dengan baik dan sebaliknya tidak sedikit organisasi hancur
karena tidak mampu mengelola sumber daya manusia. Masalah sumber daya manusia
terutama di lembaga pendidikan selalu mewarnai baik buruknya mutu pendidikan yang
dihasilkan.
Kepala sekolah, guru, konselor, dan tenaga kependidikan lainnya adalah tenaga
profesional yang terus menerus berinovasi untuk kemajuan sekolah, bukan birokrat yang
sekadar patuh menjalankan petunjuk atasan mereka. Konsep sekolah sebagaimana
dikemukakan di atas mengacu kepada konsep sekolah efektif, yaitu sekolah yang
memiliki profil yang kuat: mandiri, inovatif, dan memberikan iklim yang kondusif bagi
warganya untuk mengembangkan sikap kritis, kreatifitas, dan dinamis. Sekolah yang
demikian memiliki kerangka akuntabilitas yang kuat kepada siswa dan warganya melalui
pemberian pelayanan yang bermutu, dan bukan semata-mata akuntabilitas
pemerintah/yayasan melalui kepatuhannya menjalankan petunjuk.
Sebagai top manajer, maka kepala sekolah mempunyai peran sentral didalam
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya
manusia disekolah-sekolah yang menjadi tanggung jawab organisasi yang dipimpinnya
serta lingkungan sekitarnya, sehingga dalam pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu,
peran kepala sekolah sebagai manajer sangat menentukan dalam rangka memberdayakan
secara manusiawi stake holder yang ada sehingga mampu menciptakan iklim yang
kondusif dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien.
Kemampuan seorang pemimpin dalam merancang dan menjabarkan program kerja
dengan disertai langkah-langkah yang relevan sangat menentukan berhasilnya suatu
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan cara-cara yang strategis pemimpin mampu
meningkatkan mutu sumber daya guru yang ada. Oleh karenanya manajemen yang ada
harus mampu merancang rencana kerja yang berorientasi kepada peningkatan mutu
sumber daya guru sebagai stake holder lembaga pendidikan.
Peningkatan kemampuan profesional guru ataupun mutu sumber daya guru, dapat
ditempuh dengan melaksanakan pembinaan secara berkesinambungan. Bagi seorang
pembina yang dalam hal ini adalah peran kepala sekolah, diperlukan pola-pola
kepemimpinan maupun ketrampilan-ketrampilan teknis, ketrampilan hubungan
kemanusiaan, ketrampilan konseptual untuk meningkatkan mutu sumber daya guru. Oleh
karenanya, kunci keberhasilan peningkatan mutu sumber daya guru juga merupakan tugas
dan tanggungjawab peran kepala sekolah sebagai top manejer pada sebuah lembaga
pendidikan.
Oleh karena itu penulis merasa perlu mengangkat judul “Analisis Penerapan
Manajemen Sekolah di SDN 060899” supaya penulis mengetahui penerapan manajemen
di sekolah tersebut dan dapat menganalisisnya.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari penjelasan latar belakang masalah diatas, dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi identifikasi masalah yaitu bagaimana penerapan Manajemen
Sekolah di SDN 060899.
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang akan diteliti maka penulis
membatasi ruang lingkup permasalah yang ada dalam penelitian ini yaitu Analisis
penerapan Manajemen Sekolah di SDN 060899.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut “Bagaimana penerapan Manajemen Sekolah di
SDN 060899 ?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
Manajemen Sekolah di SDN 060899.
`1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
memiliki manfaat dalam dunia pendidikan secara langsung maupun tidak langsung
diantaranya sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memperjelas tentang
manajemen pendidikan di SDN 60899.
2. Secara Praktis
a) Bagi peneliti, diperolehnya data terkait penerapan Manajemen Sekolah di
SDN 060899 dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan serta
pengalaman dalam bidang pendidikan.
b) Bagi kepala sekolah/guru, diharapkan dapat mengetahui Manajemen Sekolah
di SDN 060899 sehingga melalui data tersebut kepala sekolah, guru mampu
memaksimalkan penerapan manajemen dengan baik.
c) Bagi mahasiswa/siswa, dapat menjadi masukan tentang pentingnya
Manajemen Sekolah di SDN 060899 supaya terciptanya pendidikan yang
berkualitas dan bermutu.
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori
A. Definisi Manajemen Pendidikan
Manajemen adalah proses pengaturan dan pengarahan untuk mencapai
tujuan organisasi. Manajemen juga disebut sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.Manajemen sangat dibutuhkan untuk mencapai efektivitas kerja
suatu organisasi. Orang yang mengatur dan melaksanakan fungsi manajemen
disebut sebagai manajer. Manajemen Pendidikan adalah proses perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan dalam mengelola sumber daya untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.Dalam pengertian lain, manajemen
Pendidikan adalah Kerjasama yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu dalam
mencapai tujuan Pendidikan.
Dash dan Neena (2008 dalam Sari, M. N. 2022:12) memberikan definisi
manajemen pendidikan sebagaimana berikut: “Educational management means
the use of people and other resources to accomplish the objectives of the school In
schools, the manager needs to make proper use of human, material and financial
resources to accomplish objectives of the school”.Dalam terjemahan bebas
pendapat Dash dan Neena di atas dapat diartikan bahwa manajemen pendidikan
berarti penggunaan orang dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan
sekolah. Di sekolah, manajer perlu memanfaatkan sumber daya manusia, material,
dan keuangan dengan tepat untuk mencapai tujuan sekolah. Pengertian ini
memberikan kesan bahwa kemampuan dalam mengelola SDM dan perangkat
yang terkait dengan maksud untuk mencapai goal (tujuan) dari lembaga
pendidikan adalah kuncinya.
Pendapat lain dari Bush dan Coleman (2000 dalam Sari, M. N. 2022:12)
yang menyatakan bahwa “Manajemen pendidikan adalah suatu studi dan praktik
yang dikaitkan atau diarahkan dalam operasional organisasi pendidikan”.
Pendapat ini sejalan seperti Kadi dan Beytekin (2017dalam Sari, M. N. 2022:12 )
tuliskan dalam artikelnya yang menguraikan seperti berikut: “As other
organizations, schools consist of individuals that are responsible to achieve
organizational goals. The main components of school are students, teachers,
parents and administrators. Coordinating these components for school goals is
the task of school management.” Menurut keduanya, seperti organisasi lainnya,
sekolah pada dasarnya terdiri dari individu-individu yang bertanggung jawab
untuk mencapai tujuan organisasi. Komponen utama sekolah adalah siswa, guru,
orang tua dan administrator. Mengkoordinasikan komponen-komponen ini untuk
tujuan sekolah adalah tugas manajemen sekolah.
Memperhatikan dari berbagai pendapat tersebut, akhirnya dapat
disimpulkan bahwa manajemen pendidikan sebagai upaya perencanaan,
pengorganisasian,pengarahan, pengawasan, dan penilaian usaha-usaha dalam
ruang lingkup pendidikan dengan bekerja sama antar pihak pendidikan agar bisa
mencapai tujuan pendidikan.

B. Tujuan manajemen pendidikan


Tujuan belajar manajemen pendidikan mencakup beberapa hal penting yang
dapat membantu dalam meningkatkan kualitas dan efektivitas sistem pendidikan.
Berikut adalah beberapa tujuan utama dari mempelajari manajemen pendidikan:
 Efisien dalam menggunakan sumber daya.

Dengan mempelajari manajemen pendidikan dengan baik, diharapkan


seseorang dapat mengelola sumber daya secara efisien, misalnya sumber daya
yang berupa pembiayaan, waktu dan lain sebagainya.
 Efektif dalam pencapaian tujuan.

Dengan mempelajari manajemen pendidikan secara berkesinambungan


dan secara sungguh-sungguh, diharapkan seseorang dapat mengefektifkan
proses dan sumber daya yang dikelola untuk mencapai tujuan dengan optimal.
 Bermuara pada tujuan pendidikan.

Tujuan manajemen pendidikan tidak akan lepas dari tujuan pendidikan


nasional, yaitu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
 Mendukung kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan.

Manajemen pendidikan juga mendukung dan memfasilitasi kegiatan


pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan pendidikan
yang didukung dengan manajemen pendidikan yang baik, akan mendapatkan
hasil yang baik sehingga tujuan pendidikan yang ditargetkan dapat tercapai.
Menurut Shrode dan Voich, tujuan utama manajemen adalah produktifitas
dan kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak tunggal, bahkan jamak. Seperti
peningkatan mutu pendidikan atau kelulusannya, keuntungan yang tinggi,
pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah atau nasional, dan tanggung
jawab sosial. Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian
terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang,
serta ancaman.
Dalam kesimpulannya, manajemen pendidikan bertujuan untuk memastikan
bahwa pendidikan berjalan efisien, efektif, dan sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional, sambil memperhatikan produktivitas dan kepuasan dalam konteks yang
berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi. Tujuan-tujuan ini membantu
mencapai kemajuan dan perkembangan pendidikan yang berkelanjutan.

C. Kaidah-kaidah Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pelaksanaan,


pengawasan, dan evaluasi kebijakan, program, dan praktik dalam dunia
pendidikan. Kaidah atau prinsip utama dalam manajemen pendidikan oleh
Douglas (1963 dalam Kristiawan, M. 2022). Merumuskan prinsip-prinsip
manajemen pendidikan sebagai berikut :
 Memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan
mekanisme kerja;
 Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab;
 Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya
sesuai dengan sifatsifat dan kemampuannya;
 Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia; dan
 Relativitas nilai-nilai.
Prinsip-prinsip tersebut memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan
praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas dan nilai-nilai.
Tujuan dirumuskan dengan tepat sesuai dengan arah organisasi, tuntunan zaman,
dan nilai-nilai yang berlaku. Tujuan suatu organisasi dapat dijabarkan dalam
bentuk visi, misi, dan sasaransasarannya.
Drucker (1995 dalam Kristiawan, M. 2022) melalui MBO (Mangement by
Objective) memberikan gagasan prinsip manajemen berdasarkan sasaran sebagai
suatu pendekatan dalam perencanaan. Penerapan pada manajemen pendidikan
adalah bahwa kepala dinas memimpin tim yang beranggotakan unsur pejabat dan
fungsional dinas, dan stakeholder untuk merumuskan visi, misi, dan objektif dinas
pendidikan. Tujuh langkah MBO antara lain
1) Menentukan hasil akhir apa yang ingin dicapai oleh sekolah;
2) Menganalisis apakah hasil itu berkaitan dengan tujuan sekolah;
3) Berunding menetapkan sasaransasaran yang dibutuhkan;
4) Menetapakan kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran;
5) Menyusun tugas-tugas untuk mempermudah mecapai sasarannya;
6) Menentukan batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan
dipergunakan oleh atasan;
7) Lakukan monitoring dan buat laporan.

Kesimpulannya, manajemen pendidikan harus mengutamakan pencapaian


tujuan, koordinasi yang efektif, penugasan yang sesuai dengan kemampuan
individu, pemahaman psikologis manusia, menghormati nilai-nilai yang berlaku,
serta pendekatan berdasarkan sasaran. Prinsip-prinsip ini membantu dalam
mengelola pendidikan secara efisien dan efektif, menjaga fokus pada hasil, dan
memastikan bahwa pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman dan nilai-nilai yang
relevan.

D. Fungsi Manajemen di Sekolah Dasar


Fungsi manajemen sekolah adalah mengoptimalkan kemampuan menyusun
rencana sekolah dan rencana anggaran. Sekolah dikelola berdasarkan rencana sekolah
dan rencana anggaran. Masyarakat juga didorong untuk berpartisipasi mengelola
sekolah.
Berikut diuraikan fungsi-fungsi pengelolaan sekolah yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengoordinasian, pengarahan, dan pengawasan
dalam konteks kegiatan satuan pendidikan.
1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan sekolah adalah proses menentukan sasaran alat, tuntutan-
tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman, dan kesepakatan yang menghasilkan
program-program sekolah yang terus berkembang (Sagala, 2007: 58).
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian sekolah merupakan kemampuan kepala sekolah bersama
guru, tenaga kependidikan, dan personel lainnya di sekolah dalam melakukan
semua kegiatan manajerial untuk mewujudkan hasil yang direncanakan dengan
menentukan hasil yang direncanakan dengan menentukan sasaran, menentukan
struktur tugas, wewenang dan tanggung jawab (Sagala, 2007: 60). Fattah (2006:
71) mengartikan pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-
tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai
dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta
mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi .
3. Fungsi Penggerakan (Actuating)
Berdasarkan seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses
manajemen. Fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Menggerakkan (Actuating) menurut Terry berarti merangsang anggota-
anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang
baik. Menggerakkan dalam organisasi sekolah adalah merangsang guru dan
personel sekolah lainnya melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan
yang baik untuk mencapai tujuan dengan penuh semangat (Sagala, 2007: 60).
4. Fungsi Pengkoordinasian
Pengkoordinasian dalam organisasi sekolah adalah mempersatukan rangkaian
aktifitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dengan
menghubungkan, manyatupadukan, dan menyelaraskan kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, dan personel lainnya sehingga berlangsung secara tertib ke
arah tercapainya maksud yang telah ditetapkan (Sagala, 2007: 62).
E. Langkah langkah dalam penerapan manajemen di sekolah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “langkah” diartikan sebagai
perbuatan, sikap ataupun tindakan. Sehingga, antara pemahaman terhadap “langkah-
langkah” manajemen dan “tindakan” dalam manajemen dapat difahami ke dalam
satu pengertian, sehingga membahas langkah-langkah manajemen tidak berbeda
dengan membahas tindakan-tindakan yang mesti dilakukan dalam proses
manajemen. Sedangkan tindakan itu sendiri, membentuk sebuah fungsi atau
pekerjaan yang dilakukan. Oleh karena itu, antara langkah, fase, tindakan, dan fungsi
memiliki status pengertian serupa dalam manajemen. Maka dari sudut manajemen,
sebagaimana Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:420) mendefinisikan fungsi
sebagai pekerjaan yang dilakukan, maka ternyata langkah-langkah manajemen
memiliki makna yang sama dengan fungsi-fungsi dalam manajemen, sehingga
dilihat pada beberapa pendapat para pakar, perinciannya memang hampir sama.
Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah adalah:
 Melakukan Sosialisasi;
 Mengidentifikasi Tantangan Nyata Sekolah;
 Merumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah (Tujuan Situasional
Sekolah);
 Mengidentifikasi Fungsi-fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai Sasaran;
 Melakukan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat);
 Menyusun Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan;
 Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu;
 Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu;
 Melakukan Evaluasi Pelaksanaan; dan
 Merumuskan Sasaran Mutu.
Kesimpulan yang dperoleh dari uraian di atas adalah pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah harus melalui tahap-tahap yang urut dan berkesinambungan.
Keberhasilan melalui tahap-tahap ini akan membantu pencapaian keberhasilan
program. Manajemen berbasis sekolah yang menawarkan keleluasaan pengelolaan
sekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru dan
pengelola pendidikan yang profesional.
Pelaksanaannya juga memerlukan seperangkat kewajiban, disertai dengan
monitoring dan tuntutan pertanggung jawaban yang relatif tinggi, untuk menjamin
bahwa sekolah selain memiliki otonomi juga memiliki kewajiban melaksanakan
kebijakan pemerintah dan memenuhi harapan masyarakat sekolah. Sekolah juga
dituntut mampu menampilkan pengelolaan sumber daya secara transparan,
demokratis, tanpa monopoli, dan bertanggung jawab baik terhadap masyarakat
maupun pemerintah dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan terhadap
peserta didik.Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan
sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan
direalisasikan. Kepala sekolah juga dituntut untuk senantiasa meningkatkan
efektivitas kinerja. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan
manajemen berbasis sekolah adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang
dicapai oleh kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen berbasis sekolah di
sekolahnya tersebut.
Gorton, (dalam Ibrahim Bafadal, 2009:39) memberikan rincian yang cukup
detail mengenai beberapa langkah untuk mencapai tujuan dalam manajemen, sebagai
berikut :
a. Identifikasi masalah
b. Diagnosis masalah
c. Penetapan tujuan
d. Pembuatan keputusan
e. Perencanaan
f. Pengorganisasian
g. Pengkoordinasian
h. Pendelegasian
i. Penginisiasian
j. Pengkomunikasian
k. Kerja dengan kelompok-kelompok,
l. Penilaian
Keduabelas langkah tersebut sebagai alur prosedur yang berkedudukan “harus
dilaksanakan” untuk memperoleh tujuan dan cita-cita, baik pribadi maupun
organisasi. Penjabaran ini memaparkan lebih luas berbagai bagian atau fase-fase
kegiatan yang harus dilakukan, baik skala lokal maupun nasional. Sebuah
manajemen dituntut mampu meingidentifikasi masalah, menampungnya, lantas
meruntut sebab akibatnya, manganalisis, dan mendapatkan kesimpulan tentang
berbagai hal mengenainya. Konklusi tersebut penuh makna dan dibubuhkan sebagai
bahan memupuk pengambilan keputusan berikutnya.
Tujuan dirumuskan sesuai dengan visi pendiri organisasi atau disesuaikan
dengan kesepakatan seluruh sumber daya yang ada, dan dibentuklah garis-garis besar
haluan organisasi, sehingga sebelum adanya pengorganisasian manusia, skema kerja
sudah terprogram dengan lugas, jelas dan tana bias. Pendapat lebih ringkas
disampaikan oleh Seckler (dalam, B.Suyosubroto, 201 0:9-1 0), memberikan
gambaran tentang langkah-langkah dalam manajemen, yaitu :
a. Proses perumusan dan perumusan kembali pokok kebijakan umum
b. Proses pemberian, pembagian, dan penggunaan wewenang
c. Proses perencanaan
d. Proses pengorganisasian
e. Proses penganggaran
f. Proses kepegawaian
g. Proses pelaksanaan
h. Proses pelaporan
i. Proses pengerahan, pembimbingan dan pengendalian.

2.2 Hipotesis
Dari kajian teori dan kerangka berfikir di atas dapat dirumuskan jawaban
sementara dari rumusan masalah yang disusun dalam bentuk hipotesis yaitu
Permasalahan penerapan Manajemen Sekolah di SDN 060899.
Ariyani, R. (2021). Pengertian manajemen pendidikan, diakses pada 28 September 2023.
https://www.rikaariyani.com/2021/11/pengertian-manajemen-pendidikan.html?m=1

chirdani muhammad. (2020). IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 17
PURWOREJO. Ejournal, Cakrawla: Studi Manajemen Pendidikan Islam Dan Studi
Sosial.4(1).2581-0197

David, R. (2023). EKSTREMISME DALAM DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA


PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISBAH (Doctoral dissertation, UIN RADEN INTAN
LAMPUNG).

Kristiawan, M. (2022). Manajemen pendidikan.

Latif, Y. (2020). Pendidikan yang berkebudayaan. Gramedia Pustaka Utama.

Rahmansyah. 2019. Analisis Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Meningkatkan Sumber


Daya Guru Pada Sekolah Dasar Muhammadiyah 02 Medan

Sari, M. N., Kurniawan, A., Fayola, A. D., Nawawi, I., Aprianti, K., & Lotulung, C. V.
(2022). Manajemen Pendidikan. Global Eksekutif Teknologi.

Sulkifly. (2020). KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN, diakses pada 28


September 2023. https://dosen.ung.ac.id/Sulkifly/home/2020/10/14/konsep-dasar-
manajemen-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai