Anda di halaman 1dari 22

DRAFT PROPOSAL REVISI 1

STARTEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN SDM GURU DI MI


MIFTAHUL MUBTADI’IN ISLAMIYAH BANYAKAN

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

BAB I : PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pasal (1) disebutkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah. Pendidikan merupakan suatu proses dimana individu
memperoleh pengetahuan, baik secara langsung atau tidak, baik melalui Pendidikan
formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan bukan hanya sekedar pengajaran
tentang ilmu-ilmu umum saja, tetapi Pendidikan juga berkontribusi dalam
pembentukan kompetensi seseorang.
Salah satu yang menjadi faktor penting dan paling mendasar dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional adalah guru. Melalui kinerjanya, guru menjadi
salah satu komponen penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan
nasional serta menentukan mutu dan kualitas suatu lembaga. Kinerja guru ini tentunya
banyak sekali dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Guru
sebagai tenaga pendidik merupakan komponen yang paling menentukan, karena di
tangan gurulah kurikulum, sumber belajar, sarana dan prasarana, dan iklim
pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan peserta didik. Disinilah,
antara lain pentingnya guru. Guru sebagi komponen paling menentukan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan, harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama.
Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah
pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem
pendidikan. Guru sebagai peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya
yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan
keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan
hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan
sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan
berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari
guru dan berujung pada guru pula.
Dalam mewujudkan kinerja guru yang sesuai dengan harapan dibutuhkan
seorang kepala sekolah profesional. Kepala sekolah sebagai bagian dari sistem
sekolah menduduki posisi strategis dalam mengarahkan dan mendukung aktivitas
guru dalam pembelajaran siswa. Mulyasa mengatakan bahwa dalam paradigma baru
manajemen pendidikan.1 Kepala madrasah merupakan unsur vital bagi efektifitas
lembaga pendidikan. Kepala madrasah yang baik akan bersikap dinamis untuk
menyiapkan berbagai macam program pendidikan. Keberhasilan madrasah adalah
keberhasilan kepala madrasah. Kepala madrasah yang berhasil adalah apabila
memahami keberadaan madrasah sebagai organisasi yang kompleks, serta mampu
melaksanakan peranan dan tanggung jawab untuk memimpin madrasah. Kepala
madrasah sebagai pemimpin lembaga pendidikan memiliki andil besar dalam
menciptakan suasana kondusif yang ada dalam lingkungan kerjanya. Suasana
kondusif tersebut merupakan faktor yang terpenting dalam menciptakan guru yang
berprestasi. Guru sebagai pendidik memiliki peran yang sangat penting terhadap
kemajuan bangsa Indonesia, guru juga sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan
pendidikan. Tenaga pendidikan terutama guru merupakan jiwa dari madrasah. Oleh

1
Mulyasa. Menjadi kepala sekolah profesional, dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005 ), 98
karena itu, peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan mulai dari analisis
kebutuhan, perencanaan, pengembangan,.
Terwujudnya sumber daya manusia tenaga pendidik yang berkualitas seperti
yang diharapkan tujuan pendidikan nasional merupakan tugas dan tanggung jawab
sekolah atau madrasah terutama dalam menciptakan peserta didik yang unggul dalam
aspek intelektual, emosional, spiritual, kreativitas, moral dan profesional dalam
bidangnya masing-masing serta memiliki daya saing yang tinggi. sumber daya
manusia dimaknai pula sebagai strategi dan operasionalnya, sebuah organisasi
termasuk di lembaga pendidikan tidak akan mampu mempertahankan keberadaannya,
mengembangkan dan memajukan dimasa yang akan dating apabila ridak dapat
menjaga kualitas sumber daya manusianya.
Sumberdaya manusia sangat berperan dalam upaya meningkatkan dan
mengembangkan sebuah organisasi. Dalam dunia Pendidikan, guru adalah sumber
daya yang nyata, karena melalui guru inilah dapat memberikan kemampuan,
keterampilan, pengetahuan dan motivasi peserta didik. Guru pun tidak akan produktif
jika tidak diarahkan dan dikelola dengan baik. Maka pemberdayaan dan
pengorganisasia guru menjadi suatu keharusan bagi setiap Lembaga Pendidikan.
Dalam hal ini. Kepala sekolah di MI Miftahul Mubtadi’in Islamiyah Banyakan
melakukan beberapa strategi dalam rangka peningkatan mutu guru, antara lain dengan
mengikut sertakan guru dalam kegiatan KKG, Diklat, Seminar, melakukan
pendislipinan terhadap guru serta menumbuhkan budaya dan iklim kerja yang sehat di
sekolah.
KKG (Kelompok Kerja Guru) dilaksanakan setiap 3 bulan sekali di lembaga-
lembaga se-Kecamatan Banyakan secara bergilir. Kegiatan yang dilakukan antara lain
adalah simulasi mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam
cara mengajar yang benar, serta membuat soal-soal serta mendiskusikan penyelesaian
masalah yang terjadi selama proses KBM berlangsung. Selain itu juga mengikut
sertakan guru dalam kegiatan Diklat ataupun Seminar yang diselenggarakan oleh
kemenag.
Pencapaian visi, misi dan tujuan Lembaga akan berjalan sesuai harapan apabila
Lembaga memiliki sistem Pendidikan yang berkualitas. Hal ini dibutuhkan kerja sama
dan keselarasan pada semua aspek, salah satunya adalah menumbuhkan budaya
organisasi yang sehat. Selain mengikut sertakan guru dalam kegiatan-kegiatan
peningkatan kompetensi, kepala sekolah MI Miftahul Mubtadi’in Islamiyah juga
menerapkan strategi menumbuhkan budaya organisasi yang sehat dalam
meningkatkan sdm guru. Berdasarkan stratetegi-strategi pengembangan yang
dilakukan oleh kepala sekolah MI Miftahul Mubtadi’in Islamiyah, para guru
senantiasa mengembangkan anak didiknya dan meningkatkan professionalisme kerja.
Mengingat pentingnya peran guru dalam suatu lembaga pendidikan, maka
peningkatan SDM guru harus selalu dilakukan melalui strategi-strategi yang
dilakukan oleh kepala sekolah. Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di MI Miftahul Mubtadi’in Islamiyah Banyakan untuk
menganalisis apakah strategi-strategi tersebut benar-benar sudah dilaksanakan dan
bagaimana implementasinya, dengan Judul “ Strategi Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan SDM Guru di MI Miftahul Mubtadi’in Islamiyah Banyakan”

B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Konsep
Definisi konseptual adalah unsur penelitian yang menjelaskan tentang
karakteristik sesuatu masalah yang hendak diteliti. Berdasarkan landasan teori yang
telah dipaparkan di atas, dapat dikemukakan definisi konseptual dari penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Strategi
Strategi dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang diterapkan oleh
seorang dalam hal ini pemimpin untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Strategi dapat juga diartikan sebagai kiat seseorang pemimpin untuk mencapai
tujuan. Strategi adalah kerangka yang membimbing dan mengendalikan pilihan-
pilihan yang menetapkan sifat dan arah suatu organisasi perusahaan. 2
Startegi juga dapat dikatakan sebagai rencana yang disatukan, memperluas
dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan
tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan
utama dari perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
organisasi manajemen strategis dalam sejumlah keputusan dan tindakan yang
mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif

2
Akdon, “Strategic Management, for Educational Management (Manajemen Strategik untuk
Manajemen” (Bandung : ALFABETA, 2007), 4
untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategis
ialah cara dengan jalan mana para perencana strategis menentukan sasaran dan
mengambil keputusan.3
2. Kinerja
Kata kinerja berarti sesuatu yang dicapai atau prestasi yang
diperlihatkan; serta kemampuan kerja. Makna kinerja pendidik tersebut berarti
kerja keras yang dilakukan oleh pendidik dalam hal menjalankan tugasnya
mengajar, mendidik, membina, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik dalam pembelajaran. 4. Kinerja guru dapat digambarkan sebagai
tugas yang dilakukan oleh seorang guru pada periode tertentu dalam sistem
sekolah untuk mencapai tujuan organisasi. 5

F. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil dari penelurusan yang dilakukan oleh peneliti, terdapat
beberapa literatur yang relevan yang digunakan sebagai pijakan dalam penyusunan
penelitian ini, antara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dede Anik FH pada tahun 2011 dengan judul
“Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMP Al-
Shighor” prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fokus yang diangkat dalam skripsi
ini berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan adalah untuk mengetahui
bagaimana bentuk bentuk strategi kepala sekolah untuk meningkatkan
kompetensi guru berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh M. syafi’i pada tahun 2017 dalam bentuk tesis
yang berjudul ”Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Di Sman 3 Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan” prodi
Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana IAIN Palangkaraya. Fokus
dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan yang diangkat adalah berfokus

3
Yacob, Muslem, Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan
perpustakaan pada SMA Negeri Banda Aceh, Tesis Program Administrasi Pendidikan,
Pascasarjana UNSYIAH, Banda Aceh, 2012
4
Idhar, “Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada Pembelajaran Di
MAN 3 Bima,” UIN Alauddin Makassar (UIN Alauddin Makassar, 2012), 9.
5
Adeyemi . Principals’ Leadership Styles and Teachers’ Job Performance in Senior Secondary Schools in Ondo
State, Nigeria. Journal of Economic Theory, Department of Educational Foundations and Management,
University of Ado-Ekiti,(2011) 3(3), 84-92.
pada startegi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.
Selain itu juga membahas mengenai kendala-kendala yang muncul beserta
penyelesainnya. Hasil penelitian, Strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru di SMAN 3 Dusun Selatan dengan cara peningkatan
disiplin memberikan motivasi, menjadi teladan bagi para guru dan tenaga
kependidikan dan melakukan supervisi. Kendala yang terjadi dalam strategi
kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru di SMAN 3
Dusun Selatan, sebagian guru terlambat kesekolah, keluar lebih cepat dari waktu
yang ditentukan dalam mengakhiri proses belajar mengajar sekolah, tidak
termotivasi dalam meningkatkan kinerja, kurang merespon keteladanan
pimpinan dan supervisi di SMAN 3 dilaksanakan hanya 1 kali setahun.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Anggun Intansari pada tahun 2017 dengan judul
“Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru PAI (Studi di MTs
Nurul Huda Sukajawa)” jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan IAIN Metro. Fokus dalam penelitian ini adalah pentingnya
peran kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Peran kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru
di MTs Nurul Huda Sukajawa adalah Kepala madrasah sebagai supervisor,
Sebagai evaluator, serta Sebagai educator. Strategi kepala madrasah dalam
meningkatkan kinerja guru di MTs Nurul Huda Sukajawa adalah
Membangkitkan semangat kinerja para guru, Kerja sama dengan lembaga lain
dalam mengikutkan workshop dan pelatihan, Meningkatkan motivasi guru,
Melakukan komunikasi persuasif dan memberikan penghargaan bagi guru yang
berprestasi.
4. Penelian yang dilakukan oleh Idhar pada tahun 2012 dengan judul “Strategi
Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada
Pembelajaran di Man 3 Bima” program Pascasarjana UIN Alaudin Makasar.
Fokus penelitian yang diangkat adalah membahas strategi kepemimpinan kepala
madrasah dalam meningkatkan kinerja guru (pendidik) pada pembelajaran di
Madrasah Aliyah Negeri 3 Bima (MAN 3 Bima). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa strategi kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala madrasah dalam
meningkatkan kinerja guru sangat efektif, hal itu terlihat pada peran yang sangat
penting selaku kepala madrasah, yaitu: sebagai pemimpin madrasah, sebagai
administrator, dan sebagai supervisor. Sedangkan langkah yang ditempuh dalam
meningkatkan kinerja guru antara lain menciptakan situasi dan kondisi yang
kondusif di lingkungan kerja, membangun hubungan kerjasama yang harmonis,
mendorong semangat guru agar terus mengembangkan kreativitas dalam
pembelajaran, meningkatkan kedisiplinan para guru, memberi apresiasi dan
penghargaan pada guru yang berkinerja baik serta mampu mendorong peserta
didik untuk berprestasi, melakukan seleksi secara ketat terhadap penerimaan
tenaga pengajar, memberikan jaminan kesejahteraan bagi guru, serta melakukan
evaluasi pada setiap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Hari Irawan pada tahun 2021 dengan judul
“Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia Yang Berkompetensi Dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru Sdn Di Kecamatan Kalaena, Kabupaten
Luwu Timur (Studi Pada SDN 156 Kalaena)” program studi Manajemen
fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. hasil dari
penelitian ini adalah sumber daya manusia di SDN 156 Kalaena dapat di
kategorikan baik atau memadai baik kuantitas maupun kualitas. Upaya
meningkatkan profesionalisme guru di SDN 156 Kalaena sudah dilakukan
dengan baik dalam hal memahami tuntutan profesi, mencapai kualifikasi dan
kompetensi, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas melalui
organisasi profesi, mengembangkan etos kerja, dan mengadopsi inovasi dalam
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Penerapan manajemen
sumber daya manusia oleh kepala sekolah SDN 156 Kalaena sudah
dilaksanakan dengan baik terutama dalam hal: penempatan SDM, pelatihan dan
pengembangan SDM, penilaian kinerja menggunakan penilaian kualitatif dan
kuantitatif, serta kompensasi/pemberian honor insentif.
Berdasarkan hasil penelusuran dari penelitian-penelitian terdahulu,
terdapat perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Perbedaan tersebut
antara lain adalah penelitian ini memfokuskan pada peningkatan SDM guru
yang dimana bukan hanya terfokus pada kinerja saja, tetapi juga melalui budaya
kerja yang dibangun oleh kepala sekolah di lembaga. Walaupun ada persamaan
dalam pembahasannya mengenai peningkatan SDM guru melalui kinerja, tetapi
belum peneliti temukan yang menjelaskan secara khusus tentang membangun
budaya kerja yang sehat dalam rangka peningkatan SDM guru.
BAB II : PEMBAHASAN

A. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja dapat berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan,


dan kemampuan kerja. 6
Secara terminologi kinerja dari terjemahan bahasa
Inggris performance yaitu actual accomplishment as distinguished from potential
ability, capacity, or attitude, yang berarti pencapaian prestasi, aktual yang berbeda
dengan potensi kemampuan, kecakapan, atau bakat.Selain beberapa makna di atas,
Harold D. Stolovith dalam Muhammad Yaumi menyatakan bahwa makna atau
istilah performance improvement sering diterjemahkan dengan perbaikan kinerja
atau unjuk kerja dalam bahasa Indonesia.7
Kata performance dapat ditinjau dari dua perspektif yang berbeda:
pertama, dilihat dari pengertian yang lebih mengarah pada pertunjukkan panggung
dari pada maknanya yang substantif, yakni suatu hasil, pencapaian yang terukur
atau pelaksanaan dari sesuatu yang dialami termasuk pencapaian hasil pekerjaan.
Kedua, dipandang sebagai pencapaian yang sangat bernilai yang dihasilkan dari
aktivitas yang menghabiskan biaya tinggi. 8
Performance juga dimaknai sebagai
hasil yang berguna yang telah dicapai oleh setiap individu atau organisasi.Hal ini
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang melekat pada individu atau
organisasi yang diperoleh selama melakukan aktivitas belajar.
Pengertian performance (kinerja) dalam definisi tersebut di atas paling
tidak merujuk pada dua komponen utama, pertama, kemampuan pemelajar untuk
menggunakan dan menerapkan pengetahuan dan kemampuan baru yang diperoleh.
Kedua, kinerja dalam kaitannya dengan upaya untuk membantu pemelajar
menjadi lebih baik, peralatan dan pandangan-pandangan tentang teknologi
pendidikan dapat membantu pendidik dan perancang pembelajaran untuk menjadi
praktisi pendidikan yang lebih perspektif, dan mereka dapat membantu organisasi
dalam mencapai tujuan yang lebih efektif (unggul) dibandingkan dengan yang

6
Saiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Cet. IV; Bandung: CV. Alfabeta, 2008), 171
7
Good, Carter V. “Dictionary of Education”, dalam Teriningsi, eds. Supervisi Pengajaran, Motivasi Kerja, Kinerja
Guru dan Prestasi belajar Siswa (Cet. I; Barru, 1959), 39.
8
Harold D. Stolovith dalam Muhammad Yaumi, The Development and Evolution of Human Performance
Improvement, dalam Dempsey, John V. And Reiser, Robert A. Trends and Issues in Instrctional Design and
Technology, Second Edition (New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall, 2007), h. 134-146.
dilakukan sebelumnya atau yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak berorientasi
pada perbaikan kinerja sebagai mana yang terdapat pada definisi di atas.9
Kinerja seseorang (termasuk guru) dapat diukur melalui lima indikator
berikut: 10
a. Kualitas kerja. Indikator ini berkaitan dengan kualitas kerja guru dalam
menguasai seagala sesuatu berkaitan dengan persiapan perencanaan program
pembelajaran dan penerapan hasil penelitian dalam pembelajaran di kelas.
b. Kecepatan/ketetapan kerja. Indikator ini berkaitan dengan ketepatan kerja
guru dalam menyesuaikan materi ajar dengan karakteristik yang dimiliki
peserta didik dan penyelesaian program pengajaran sesuai dengan kalender
akademik. 3 Inisiatif dalam kerja. Indikator ini berkaitan dengan inisiatif
guru dalam penggunaan model pembelajaran yang variatif sesuai materi
pelajaran dan penggunaan berbagai inventaris sekolah dengan bijak
c. Kemampuan kerja. Indikator ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam
memimpin keadaan kelas agar tetap kondusif, pengelolaan kegiatan belajar
mengajar, dan penilaian hasil belajar peserta didik
d. Komunikasi. Indikator ini berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan guru
dalam proses layanan bimbingan belajar dengan siswa yang kurang mampu
mengikuti pembelajaran dan terbuka dalam menerima masukan untuk
perbaikan pembelajaran.
2. Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan karakteristik utama yang dimiliki oleh individu
dalam setiap bidang profesi yang dapat membantunya berhasil 11
. Memperkuat
kompetensi guru, sehingga seluruh potensinya bisa dimaksimalkan, merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Terdapat dua istilah
yang muncul dari dua aliran yang berbeda tentang konsep kompetensi dilihat dari
kesesuaian dalam pekerjaan yakni competency (kompetensi) yang berarti
deskripsi mengenai perilaku, dan competence (kecakapan) yang berarti deskripsi
tugas atau hasil pekerjaan . Kompetensi didefinisikan sebagai sekumpulan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.

9
Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan (Jakarta: Bina Aksara, 1999), 11.
10
Uno, H. B dan Lamatenggo, N. Teori kinerja dan pengukurannya. ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 34
11
Hakim. Contribution of Competence Teacher (Pedagogical, Personality, Professional Competence and Social)
On the Performance of Learning. The International Journal Of Engineering And Science. 4 ,(2015). 01-12.
Kompetensi guru dibahas pada peraturan pemerintah undang-undang No.
14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pada BAB IV dan V. Adapun kompetensi
yang harus dimiliki yaitu mencakup:12
a. Kompetensi pedagogik, kemampuan seorang pendidik dalam mengelola
proses pembelajaran yang berhubungan dengan peserta didik, perancangan,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian, kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik serta
berakhlak mulia.
c. Kompetensi sosial, kemampuan pendidik untuk memahami dirinya sebagai
bagian dari masyarakat dalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, tenaga pendidik, sesama pendidik, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi profesional, kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik
agar dapat menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas dapat terpenuhi, maka
akan mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif
dan dinamis dalam melaksanakan tugasnya.
3. Peran dan Tugas Guru
Guru memilki satu kesatuan peran serta tugas yang tak terpisahkan, antara
kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih. Keempat kemampuan
tersebut merupakan kemampuan integrativ, yang satu sama lain tak dapat dipisahkan
dengan yang lain. Secara terminologis akademis, pengertian mendidik, membimbing,
mengajar, dan melatih 13.
Secara komprehensif sebenarnya guru harus memiliki keempat kemampuan
tersebut secara utuh. Meskipun kemampuan mendidik harus lebih dominan
dibandingkan dengan kemampuan yang lainnya. Dari sisi lain, guru sering dicitrakan
memiliki peran ganda yang dikenal dengan EMASLIMDEF ( educator, manager,
administrator, supervisor, leader, innovator, dinamisator, evaluator, dan fasilitator).
EMASLIM lebih merupakan peran kepala sekolah. Akan tetapi, dalam skala mikro di
kelas, peran itu juga harus dimiliki oleh para guru. 14
12
Peraturan Pemerintah Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
13
Suparlan, Guru Sebagai Profesi, ( Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006), hal 29.
14
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, ( Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005), 29
a. Educator merupakan peran yang utama dan terutama, khususnya untuk peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP). Peran ini lebih tampak sebagai
teladan bagi peserta didik, sebagai role model, memberikan contoh dalam hal sikap
dan perilaku, dan membentuk kepribadian peserta didik.
b. Sebagai manager, pendidik memiliki peran untuk menegakkan ketentuan dan tata
tertib yang telah disepakati bersama di sekolah, memberikan arahan atau rambu-
rambu ketentuan agar tata tertib di sekolah dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya oleh warga sekolah.
c. Sebagai administrator, guru memiliki peran untuk melaksanakan administrasi
sekolah, seperti mengisi buku presensi siswa, buku daftar nilai, buku rapor,
administrasi kurikulum, administrasi penilaian dan sebagainya. Bahkan secara
administrative para guru juga sebaiknya memiliki rencana mengajar, program
smester dan program tahunan, dan yang paling penting adalah menyampaikan
rapor atau laporan pendidikan kepada orang tua siswa dan masyarakat.
d. Sebagai supervisor terkait dengan pemberian bimbingan dan pengawasan kepada
peserta didik, memahami permasalahan yang dihadapi peserta didik, menemukan
permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran, dan akhirnya memberikan
jalan keluar pemecahan masalahnya.
e. Sebagai leader bagi guru lebih tepat dibandingkan dengan peran sebagai manager.
Karena manager bersifat kaku dengan ketentuan yang ada. Dari aspek penegakan
disiplin misalnya, guru lebih menekankan disiplin mati. Sementara itu, sebagai
leader guru lebih memberikan kebebasan secara bertanggung jawab kepada
peserta didik. Dengan demikian, disiplin yang telah ditegakkan oleh guru dari peran
sebagai leader ini adalah disiplin hidup.
f. Sebagai innovator, seorang guru harus memiliki kemauan belajar yang cukup tinggi
untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya sebagai guru. Tanpa adanya
semangat belajar yang tinggi, mustahil bagi guru dapat menghasilkan inovasi-
inovasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
g. Sebagai motivator terkait dengan peran sebagai educator dan supervisor. Untuk
meningkatkan semangat dan gairah belajar yang tinggi, siswa perlu memiliki
motivasi yang tinggi, baik motivasi dari dalam dirinya sendiri (intrisik) maupun dari
luar (ekstrinsik), yang utamanya berasal dari gurunya sendiri.
B. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru
C. Strategi Kepala Sekolah dalam peningkatan kinerja guru
1. Strategi kepala sekolah

Strategi dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang diterapkan oleh
seorang dalam hal ini pemimpin untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Strategi
dapat juga diartikan sebagai kiat seseorang pemimpin untuk mencapai tujuan. Secara
bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, trik, cara. Sedangkan secara umum
strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan 15.
Menurut Ngalimun strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan
ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. 16
Sementara
Salusu mengemukakan bahwa strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan
nara sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang
efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.17 Menurut
Akdon “Strategi adalah kerangka yang membimbing dan mengendalikan pilihan-
pilihan yang menetapkan sifat dan arah suatu organisasi perusahaan”. 18
Sedangkan
menurut Drucker yang di kutip Akdon “Strategi adalah mengerjakan sesuatu yang
benar (doing the right things)”.
Lebih lanjut Winardi mengemukakan bahwa strategi merupakan pola
sasaran, tujuan atau maksud dan kebijakan utama serta rencana untuk mencapai tujuan
tersebut. Konsep tersebut lebih menitik beratkan pada upaya pimpinan dalam
menetapkan sasaran yang harus dicapai organisasi melalui suatu perencanaan yang
akurat, matang dan sistematis. Perencanan dalam hal ini merupakan suatu pola
kebijakan tertentu dalam mengelola organisasi menuju tujuan yang telah ditetapkan.19
Sejalan dengan pendapat Mac Donald yang dikutif oleh Syafaruddin, dalam
Ngalimun, strategi diartikan sebagai “ The art of crayying out a plan skillfully “
Strategi adalah seni melaksanakan suatu rencana secara terampil. Strategi adalah
penetapan tujuan jangka panjang yang dasar dari suatu organisasi, dan pemilihan
alternative tindakan dan alokasi sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Ia membagi strategi kedalam beberapa jenis, meliputi :
15
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2011) 3.
16
Ngalimun,Femeir Liadi dan Aswan, Strategi Dan Model Pembelajaran Berbasis Paikem, (Banjarmasin:
Pustaka Banua, 2013 ).8.
17
Salusu, Strategi Pengambilan Keputusan, (Jakarta: Pressindo, 2014 ) 101
18
Akdon, Strategic Managemen For Education Managemen (Manajemen Strategik Untuk Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011 ). 4.
19
Winardi, Dasar-dasar Manajemen,( Bandung: Mandar Maju, 2012 ). 1.
1. Strategi Fasilitatif (facilitative strategies)
Pelaksanaan program perubahan social dengan menggunakan strategi
fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan social yang telah ditentukan,
diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program perubahan social
berjalan dengan mudah dan lancer.
2. Strategi Pendidikan ( re-educative strategies)
Dengan menggunakan strategi pendidikan berarti untuk mengadakan
perubahan sosial dengan cara menyampaikan fakta dengan maksud orang akan
menggunakan fakta atau informasi itu untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan.
3. Strategi Bujukan (persuasive strategies)
Penggunaan strategi bujukan, artinya untuk mencapai tujuan perubahan
sosial dengan cara membujuk (merayu) agar sasaran perubahan (klien), mau
mengikuti perubahan social yang direncanakan. Sasaran perubahan diajak untuk
mengikuti perubahan dengan cara memberikan alasan, mendorong, atau
mengajak untuk mengikuti contoh yang diberikan. Strategi bujukan dapat
berhasil berdasarkan alasan yang rasional, pemberian fakta yang akurat, tetapi
mungkin juga justru dengan fakta yang salah sama sekali.
4. Strategi Paksaan (power strategies)
Pelaksanaan strategi paksaan , artinya dengan cara memaksa klien (sasaran
perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang dipaksa merupakan
bentuk dari hasil target yang diharapkan
Dari beberapa penjelasan diatas, Strategi dapat diartikan sebagai susunan,
pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai tujuan dengan menggunakan tenaga,
waktu, dan kemudahan secara optimal. Strategi juga merupakan seperangkat tindakan
yang koheren sebagai suatu pola tanggap organisasi terhadap lingkungan dalam
rencana jangka panjang berkenaan dengan alokasi dan penggunaan sumber daya yang
tersedia untuk mencapai tujuan, kiat, cara, atau taktik untuk mencapai tujuan
organisasi.20
Dalam hal ini, maka seorang pimpinan harus dituntut memiliki kepandaian
dalam menguasai situasi dan kondisi yang dimiliki oleh organisasi, sehingga mampu
menerapkan suatu pengembangan program dan menggerakkan sumber daya

20
Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah Konsep dan Aplikasi, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2012)
150.
organisasi yang dimilikinya. Salah satu faktor yang menentukan efektifitas
pelaksanaan program peningkatan SDM guru adalah ketepatan penggunaan strategi,
penggunaan berbagai macam strategi terletak pada seorang pemimpin untuk dapat
memahami beberapa strategi, akan dapat memilih dan menentukan strategi mana yang
akan diutamakan untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Raihani “untuk
merealisasikan peningkatan kinerja guru, kepala sekolah menetapkan strategi atau
menyusun program-program yang meliputi strategi prakondisional, akademik, non-
akademik, pendukung, dan evaluative”.21
1. Strategi Prakondisional Strategi prakondisional mencakup tema-tema berikut:
menegakkan kedisiplinan, memberikan motivasi, membangun kepercayaan.
2. Strategi Akademik Strategi akademik mengacu pada kurikulum dan
pengembangan program- program sekolah untuk meningkatkan wawasan guru.
3. Strategi Non-Akademik Strategi Non-Akademik, mengacu pada kegiatan
ekstrakurikuler, guru bertanggung jawab mengkoordinir ekstra-kurikuler.
4. Strategi Pendukung Untuk mendukung program akademik dan non-akademik,
mencakup penerapan pengembangan fasilitas sekolah, dan menyediakan program
pendukung merupakan suatu strategi yang dirancang untuk melayani siswa dan
guru.
5. Strategi Evaluatif Kepala sekolah secara rutin mengevaluasi program-program
sekolah. Evaluasi umum diadakan setiap tahun dan para siswa mengisi survey
evaluasi setiap tahun menyangkut program-program sekolah dan kepemimpinan
kepala sekolah.
2. Peningkatan kinerja guru
Kepala sekolah sebagai manajer pendidikan yang berada di sekolah memiliki
peranan yang sangat penting dalam menentukan atau membawa sekolah yang
dipimpinnya memperoleh mutu yang baik. Keadaan tersebut tentunya dapat
diwujudkan dengan baik, apabila kepala sekolah mampu menciptakan strategi yang
relevan dengan kondisi dalam meningkatkan kinerja guru.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru di sebuah institusi pendidikan, di antara strategi
yang dapat di lakukan oleh kepala sekolah adalah dengan cara melakukan
pembinaan terhadap kinerja guru, melakukan pengawasan (supervisi)
terhadap kinerja guru, mengadakan evaluasi terhadap proses dan hasil kerja
21
Raihani, Kepemimpinan Sekolah Transformatif, Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang, 2010, h. 184.
(kinerja) guru.
a. Pembinaan Kinerja Guru
Menurut Ali Imron dalam bukunya Pembinaan Guru di Indonesia,
pembinaan guru secara terminologi diartikan sebagai serangkaian usaha
bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional
yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta
pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.18
Berbeda dengan pendapat Ali Imron, menurut B. Suryo Subroto
dalam bukunya Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah
mengartikan pembinaan atau pengembangan guru yaitu pengembangan
profesi guru sebagai usaha-usaha melalui keaktifan sendiri untuk
meningkatkan pengetahuan dan kecakapan sehingga akan berguna dalam
menjalankan kewajiban sebagai guru.19
Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan
pembinan terhadap guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
melalui bantuan orang lain, baik itu kepala sekolah, pembina, ketua
yayasan,
pengawas dan instansi lain yang akan memberikan pembinaan. Selain itu
juga
kegiatan pembinaan guru dapat dilakukan sendiri oleh guru yang
bersangkutan, yaitu dengan keaktifan dan kesadaran diri untuk
mengembangkan potensi diri guru yang bersangkutan.
Ali Imron mengelompokkan pembinaan guru menjadi tiga macam
pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan guru dalam hal memelihara
program pengajaran di kelas; Kedua, kemampuan guru dalam hal menilai
dan
memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak didik; Ketiga,
memperbaiki situasi belajar anak didik.20
Dalam hal Pembinaan kemampuan guru dalam memelihara program
pengajaran di kelas, kepala sekolah harus mengetahui dan memahami
tahap tahap proses pengajaran sehingga dapat membantu kepala sekolah untuk
melaksanakan pembinaan program pengajaran kepada guru-guru.
Selanjutnya
kepala sekolah juga harus memahami faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi belajar anak didik, seperti faktor motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan,
rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi.
Jika kepala sekolah memahami faktor-faktor di atas, maka sangat
mudah bagi kepala sekolah untuk melakukan pembinaan kepada guru
dalam
hal bagaimana evaluasi dan penilaian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar anak didik di sekolah. Maka kepala sekolah juga
hendaknya terbuka tetapi tetap menjaga jarak dengan para tenaga
kependidikan, agar mereka dapat mengemukakan berbagai permasalahan
yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga
kependidikan..
b. Pembinaan disiplin tenaga kependidikan
Dalam meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah harus mampu
menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri, dalam
hal
ini kepala sekolah harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Membantu tenaga kependidikan mengembangkan pola perilakunya
2) Membantu tenaga kependidikan meningkatkan standar perilakunya
3) Menggunakan pelakasanaan aturan sebagai alat.21
Guru yang telah dibina oleh kepala sekolah dengan baik, maka dia
akan menjadi guru yang profesional dibidangnya. Dengan mengedepankan
disiplin kerja sebagai acuan untuk mencapai target pengajaran dan
pembelajaran yang diinginkan. Jika semuanya tercapai, maka kualitas
pendidikan di sekolah berkat kinerja guru yang ditopang oleh disiplin yang
baik akan segera tercipta. Kepala sekolah yang dapat menjadi pioneer,
pelaksana dan pengawas dalam hal disiplin tenaga kependidikan ini.
c. Pengendalian dan Pengawasan Kinerja Guru
Menurut E. Mulyasa kepala sekolah harus mampu melakukan
berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar
kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.22
Dalam hal pengawasan dan pengendalian kinerja guru, kepala sekolah
dapat melakukan pengawasan dan pengendalian dengan cara diskusi
kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi
pembelajaran. Namun dalam melaksanakan kepengawasannya, kepala
sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis.
2) Dilaksanakan secara demokratis.
3) Berpusat pada tenaga kependidikan (guru).
4) Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru).
5) Merupakan bantuan profesional. 23
Prinsip-prinsip di atas harus diperhatikan dengan benar oleh kepala
sekolah agar proses pengendalian dan pengawasan terhadap kinerja guru
dapat terlaksana dengan baik dan guru tidak merasa terbebani dengan
pengawasan yang ada, namun sebaliknya guru merasa dibantu dan
diperhatikan serta dihargai atas apa yang dia kerjakan.
d. Pemberian motivasi
Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus, yang satu
sama lain berbeda. Hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus
pula dari pemimpinnya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk
meningkatkan kinerjanya. Perbedaan tenaga kependidikan tidak hanya dalam
bentuk fisiknya, tetapi juga psikisnya, misalnya motivasi. Oleh karena itu
untuk meningkatkan produktivitas kerja, perlu diperhatikan motivasi para
tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.24
Motivasi yang diberikan dapat melalui reward, apresiasi, beasiswa
pendidikan, penugasan, promosi terhadap kinerja para guru. Guru akan lebih
giat lagi dalam meningkatkan kinerjanya, apabila ada motivasi atau dorongan
dari kepala sekolah. Hal ini bisa berupa dengan pembinaan atau dengan
dorongan kata-kata.
e. Penghargaan
Penghargaan sangat penting utuk meningkatkan produktivitas kerja
dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan
ini tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif
dan produktif. Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan
prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga
kependidikan meniliki peluang untuk meraihnya. Penggunaan penghargaan
ini perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien, agar tidak menimbulkan
dampak negatif.25
Kepala sekolah yang mengerti kebutuahan seorang guru, maka dia
akan memberikan penyemangat agar guru dapat meningkatkan kinerjanya.
Hal ini bisa dengan, kenaikan pangkat, finansial, piagam. Dan harus
disesuaikan dengan tugas yang diberikan serta hasil kerja guru tersebut.
Sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang RI No.14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen bahwa guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa,
dan/atau bertugas khusus berhak memperoleh penghargaan.26
f. Persepsi
Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
pancaindera (Badudu, 1990: 675). Sedangkan Sarlito (1982: 76) mengartikan
persepsi sebagai daya mengenal objek, mengelompokan, membedakan,
memusatkan perhatian, mengetahui dan mengartikan melalui pancaindera.
Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif serta
sekaligus akan meningkatkan produktivitas kerja. Kepala sekolah perlu
menciptakan persepsi yang baik bagi setiap tenaga kependidikan terhadap
kepemimpinan dan lingkungan sekolah, agar mereka dapat meningkatkan
kinerjanya.27
Persepsi sangat berpengaruh terhadap kinerja para gurunya, melalui
komitmen yang diberikan kepala sekolah terhadap guru maka akan tertanam
atau memunculkan tenaga pengajar yang berdedikasi tinggi dalam
menjalankan tugasnya.
Guru yang merasa dihargai hasil kerjanya oleh kepala sekolah,
merupaka salah satu cara untuk meningkatkan kinerja guru.
Dari upaya peningkatan kinerja guru yang dilakukan oleh kepala
sekolah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan disiplin tenaga
kependidikan, pemberian motivasi, penghargaan, persepsi harus dilaksanakan
dengan dukungan dari kedua belah pihak, baik kepala sekolah maupun guru

itu sendiri.BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan jenis penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif. Metode kualitatif membantu ketersediaan diskripsi
yang kaya atas fenomena, selain itu metode penelitian kualitatif mendorong
pemahaman atas substansi dari suatu peristiwa. Dalam proses penelitiannya, peneliti
mengamati dan memahami peristiwa, maupun fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi
penelitian melalui wawancara, observasi, maupun studi dokumentasi yang berkaitan
dengan keperluan penelitian dan kemudian data-data tersebut akan dianalisis dan
disajikan dan diberi kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif peneliti memaparkan data-
data hasil temuan dilapangan berdasarkan pengamatan secara langsung.
Tujuan dari penelitian ini adalah menggali data sesuai dengan faktanya di
lapangan yang kemudian dianalisis dengan teori yang sudah ada, serta untuk
mengetahui bagaimana strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan SDM Guru di MI
Miftahul Mubtadi’in Islamiyah Banyakan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif, penelitian ini tidak hanya untuk memenuhi keinginan
peneliti untuk mendapatkan gambaran/penjelasan, tetapi juga membantu untuk
mendapatkan analisis yang lebih mendalam tentang strategi kepala sekolah dalam
rangka peningkatan SDM guru.
B. Kehadiran peneliti
C. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang menjadi tempat berlangsungnya proses penelitian ini
adalah di MI Miftahul Mubtadi’in Islamiyah Banyakan, yang beralamat di Jl. Masjid
Hasan Alwi, No.05 RT/RW: 05/02, Dsn. Margosari Kec. Banyakan, Kediri. Strategi
kepala sekolah MI Miftahul Mubtadi’in Islamiyah untuk mengambangkan kompetensi
dan menjaga kualitas serta mutu dari tenaga pendidiknya yang melatarbelakangi
peneliti memilih lokasi ini sebagai lokasi penelitian. Beberapa pertimbangannya terkait
dengan strategi kepala sekolah di MI Miftahul Mubtadi’in Islamiyah antara lain :
1. Guru di MI Miftahul Mubtadi’in Islamiyah secara aktif mengikuti kegiatan-
kegiatan peningkatan kompetensi guru seperti KKG, diklat, seminar, dll.
2. Kinerja guru di MI Miftahul Mubtadi’in Islamiyah tergolong baik, hal ini
merupakan hasil dari proses pendisiplinan guru yang dilakukan oleh kepala
sekolah.
3. Salah satu strategi kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru adalah dengan
memberikan reward bagi guru yang telah memenuhi target.
4. Kepala sekolah secara konsisten menciptakan budaya kerja yang baik dan menjadi
contoh bagi guru-guru, salah satunya adalah dengan datang ke sekolah paling
awal.
D. Data dan sumber data
Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian. Kesalahan
dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga
tidak akan sesuai denga napa yang diperkirakan. Dalam penelitian ini data-data yang
diperlukan diperoleh dari dua sumber, yaitu :
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari sumbernya secara langsung, diamati dan dicatat
secara langsung, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan pihak
yang terkait atau informan yang mengetahui secara jelas dan rinci mengenai
masalah yang sedang diteliti. Informan dalam penelitian ini mempunyai ciri-ciri
antara lain, memiliki karakter yang sesuai dengan latar penelitian yakni yang
mempunyai kualitas akademik yang bagus, mempunyai waktu yang cukup,
mampu memberikan analisis tentang pertanyaan. Informan tersebut antara lain
Kepala Sekolah,…., serta guru-guru disekolah.
2. Data Sekunder
Data sekunder Adalah data yang diperoleh dari data yang sudah ada dan
mempunyai hubungan masalah yang diteliti yaitu meliputi literatur-literatur
yang ada, dokumen-dokumen yang penting dan mendukung penelitian. Dalam
penelitian ini seperti dokumentasi-dokumentasi pada saat pelaksanaan
wawancara. Dokumen-dokumen tersebut antara lain jadwal tempat dan
pelaksanaan KKG, undangan diklat ataupun seminar, sertifikat serta dokumen
pendukung lainnya.
E. Teknik pengumpulan data
F. Pengecekan dan keabsahan data
Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, diantaranya tahapan pendahuluan,
tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih kurang. Pengecekan
keabsahan data banyak terjadi pada tahap melengkapi data yang masih kurang
Pengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Pengecekan
data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat
dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkan secara pasti dan sistematis.
b. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian keabsahan data diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Tringulasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tringulasi sumber. Dengan
menggunakan tringulasi sumber, peneliti setidaknya membutuhkan tiga atau lebih
narasumber yang akan diwawancarai yang kemudian akan akan dideskripsikan,
dikategorisasi, mana pandangan yang sama atau yang berbeda dan mana yang
spesifik dari tiga sumber data tersebut.
c. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya bahan
pendukung unutk membuktikan data yang dilakukan oleh penliti, seperti adanya
rekaman wawancara, gamabaan suatu keadaan yang didukung oleh bukti foto-
foto ataupun dokumen autentik lainnya.

G. Teknik analisis data


H. Instrument penelitian
I. Tahap-tahap penelitian
J. Sistematika pembahasan
BAB I. PENDAHULUAN
BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan, sistematika Penelitian.
BAB II. TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori relevan
dan terkait dengan tema skripsi.
BAB III. METODE PENELITIAN
Memuat secara rinci metode penelitian penelitian yang digunakan peneliti
beserta justifikasi/alasannya, jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel,
metode pengumpulan data, definisi konsep dan variable, serta analisis data yang
digunakan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi : (1) Hasil Penelitian, klasifikasi bahasan disesuaikan dengan
pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus penelitiannya, (2)
Pembahasan, Sub bahasan (1) dan (2) dapat digabung menjadi satu kesatuan, atau
dipisah menjadi sub bahasan tersendiri.
BAB V. PENUTUP
Bab terakhir berisi kesimpulan, saran ataupun rekomendasi. Kesimpulan
menyajikan secara ringkas seluruh penemuan penelitian Kesimpulan diperoleh
berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya. Saran-saran dirumuskan berdasarkan hasil penelitian, berisi uraian
mengenai langkah-langkah apa saja yang perlu diambil oleh pihak terkait dengan
hasil penelitian yang bersangkutan. Saran dijelaskan menjadi dua hal, yaitu :
1. Saran dalam usaha memperluas hasil penelitian, misalnya disarankan perlunya
diadakan penelitian lanjutan.
2. Saran untuk menentukan kebijakan di bidang-bidang terkait dengan masalah atau
fokus penelitian.

OUTLINE (Daftar Isi Sementara)

DAFTAR PUSTAKA

Idhar. “Strategi Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada
Pembelajaran Di MAN 3 Bima.” UIN Alauddin Makassar. UIN Alauddin Makassar,
2012.

Anda mungkin juga menyukai