GURU PENGGERAK
PENDAHULUAN
Guru penggerak juga memiliki peran penting di masa depan sebagai calon
kepala sekolah, pimpinan sekolah, dan pelatih kurikulum. Mereka diharapkan
dapat memajukan dunia pendidikan, menjaga komunikasi yang baik dengan siswa
dan komunitas sekolah, menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, serta melakukan refleksi dan evaluasi dalam proses pembelajaran.
Selain itu, mereka juga diharapkan mampu menggerakkan rekan-rekan guru untuk
berinovasi dan memiliki kepribadian yang matang sehingga bisa menjadi teladan
bagi siswa dan warga sekolah.
Guru penggerak dalam Ayu Reza Ningrum (2022), yang berperan sebagai
pemimpin pembelajaran dalam kurikulum penggerak, harus melewati sejumlah
tahapan seleksi dan menyelesaikan sembilan program pelatihan untuk dianggap
lulus sebagai guru penggerak. Proses yang melibatkan banyak tahapan ini
bertujuan untuk menciptakan guru yang memiliki karakteristik dan kemampuan
sebagai berikut :
1. Guru yang Mandiri: Salah satu tujuan akhir dari program pelatihan guru
penggerak adalah melahirkan guru yang mandiri. Dalam konteks
kurikulum merdeka belajar, guru penggerak didesain untuk tidak merasa
terlalu terikat oleh kurikulum yang ada. Mereka diberikan keleluasaan
untuk merancang pembelajaran sesuai dengan keadaan siswa dan fasilitas
yang tersedia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dengan memungkinkan penyesuaian yang lebih baik dengan kebutuhan
siswa.
Kedua, guru penggerak dikenal sebagai individu yang inovatif dan kreatif.
Mereka senantiasa mencari cara-cara baru untuk memberikan layanan terbaik
kepada siswa dan terus menciptakan metode pembelajaran yang efektif. Ini berarti
mereka tidak ragu untuk mencoba pendekatan yang berbeda dan berpikir out of
the box. Guru penggerak memahami bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar
yang berbeda, dan tidak ada satu pendekatan pembelajaran yang cocok untuk
semua. Oleh karena itu, mereka senantiasa mencari cara-cara baru dan inovatif
untuk memberikan layanan terbaik kepada siswa mereka. Mereka tidak terpaku
pada metode pembelajaran konvensional, tetapi bersedia untuk mencoba
pendekatan yang berbeda dan berpikir out of the box. Mereka mungkin
mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, menciptakan proyek-proyek
penelitian yang menarik, atau menggunakan alat pembelajaran yang interaktif dan
menyenangkan.
Ketiga, guru penggerak berperan sebagai pemimpin dalam melaksanakan
kurikulum yang berfokus pada siswa. Mereka memberikan keleluasaan kepada
rekan-rekan guru untuk mendesain pembelajaran sesuai dengan situasi siswa dan
fasilitas yang ada, menjadikan pembelajaran lebih relevan dan efektif. Guru
penggerak memberikan keleluasaan kepada rekan-rekan guru untuk merancang
pembelajaran sesuai dengan situasi siswa dan sumber daya yang tersedia. Mereka
memahami bahwa setiap kelas atau sekolah mungkin memiliki kebutuhan dan
tantangan yang berbeda, dan oleh karena itu, satu pendekatan pembelajaran tidak
bisa cocok untuk semua. Dengan memberikan kebebasan ini, guru penggerak
memungkinkan rekan-rekan guru untuk lebih fleksibel dalam merancang
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa mereka. Ini berarti
pembelajaran menjadi lebih relevan, kontekstual, dan efektif karena lebih
memperhatikan kebutuhan dan minat siswa. Selain itu, peran pemimpin guru
penggerak juga melibatkan memberikan contoh yang baik dalam menerapkan
pendekatan berpusat pada siswa. Mereka mempraktikkan apa yang mereka
ajarkan dengan menjadi inovatif dalam metode pembelajaran dan berfokus pada
perkembangan holistik siswa.
Pandangan K.H. Hasyim Asy'ari dalam Nurhadi (2021) tentang etika guru
terhadap diri sendiri, anak didik, dan dalam pembelajaran sangat menitikberatkan
pada prinsip-prinsip moral dan spiritual yang kuat. Menurutnya, seorang guru
harus memiliki hubungan yang mendalam dengan Tuhan, yaitu melalui ketakwaan
dan akhlak yang mulia. Guru diharapkan untuk memiliki kualitas batin yang baik,
yang mencakup rendah hati dan kesediaan untuk selalu belajar dan berkembang.
Sikap hati yang tulus juga menjadi unsur penting, di mana guru harus mendekati
tugas pendidikan dengan niat murni tanpa pamrih, semata-mata untuk mencari
ridlo Allah. Selain itu, dalam hubungannya dengan anak didik, Hasyim Asy'ari
menekankan pentingnya kasih sayang, keadilan, penghargaan terhadap
individualitas, dan perhatian terhadap perkembangan mereka. Ini berarti guru
harus memiliki sikap penuh empati, memberikan perlakuan yang adil kepada
setiap siswa, menghargai keunikan masing-masing individu, dan aktif dalam
memantau perkembangan siswa. Dalam konteks pembelajaran, Hasyim Asy'ari
melihat etika guru mencakup profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Ini
mencakup kemampuan untuk memberikan ilmu dengan baik dan efektif, serta
menciptakan lingkungan belajar yang memberkati. Guru harus menjadi panutan
moral yang kuat dalam kelas dan berperan sebagai teladan dalam sikap dan
perilaku. Pendekatan ini menyiratkan bahwa etika guru mencakup aspek-aspek
eksternal dan internal yang saling melengkapi, membantu membentuk karakter
siswa, dan menciptakan lingkungan belajar yang berorientasi pada nilai-nilai
moral yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA