Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI

GURU PENGGERAK

Nur Afdalia Tahir (220407561003)


Kelas 32B
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Makassar

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan fondasi utama dalam membangun masyarakat yang


berkembang dan beradab. Dalam proses ini, guru memiliki peran yang tak
tergantikan dalam membimbing, memberikan pengetahuan, dan membentuk
karakter generasi muda. Guru bukan sekadar pendidik, melainkan juga menjadi
teladan yang memengaruhi perkembangan intelektual, moral, dan sosial siswa.
Oleh karena itu, peran guru sebagai agen utama dalam menciptakan pendidikan
berkualitas tidak boleh diabaikan. Pengembangan potensi guru menjadi hal yang
sangat penting agar mereka mampu meningkatkan kapasitas sebagai guru
profesional yang efektif (Aiman Faiz, 2022).

Salah satu langkah krusial dalam pengembangan potensi guru adalah


melalui pelaksanaan Program Guru Penggerak (PGP). PGP adalah program
pelatihan yang dirancang khusus untuk meningkatkan kompetensi guru dengan
menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Tujuan utama PGP adalah
menciptakan hasil belajar siswa yang lebih optimal. PGP diatur dalam Surat
Keputusan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Nomor
1917/B.BI/HK.01.01/2021, yang mengatur pedoman pelaksanaan program guru
penggerak. PGP menjadikan guru penggerak sebagai agen reformasi pendidikan.
Mereka memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan atau transformasi
di lingkungan sekitarnya, baik di sekolah, organisasi pendidikan, maupun di
masyarakat. Berbeda dengan program pelatihan guru lainnya, PGP memiliki
durasi yang lebih panjang, yaitu selama sembilan bulan, agar guru tetap dapat
menjalankan tugas pokok mereka dalam mengajar. Program ini juga mengadopsi
konsep blended learning, menggabungkan pembelajaran daring dan tatap muka,
agar sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan peserta (Aiman Faiz, 2022).

Pendampingan calon guru penggerak menjadi bagian integral dari PGP.


Pendampingan ini dilakukan secara intensif oleh pengajar praktik, baik secara
individu maupun dalam kelompok. Tujuannya adalah membantu calon guru
penggerak dalam melaksanakan tugas-tugas mereka serta mengimplementasikan
inovasi yang mereka bawa ke sekolah. Dengan demikian, PGP bukan hanya
merupakan pelatihan sekadar teori, tetapi juga berfokus pada praktik yang relevan
dengan tantangan yang dihadapi oleh guru penggerak di lapangan.

Dalam esai ini, kita akan menjelajahi aspek-aspek ontologi, epistemologi,


dan aksiologi dalam konteks peran guru penggerak. Melalui pemahaman yang
lebih dalam tentang konsep-konsep filosofis ini, kita dapat menggambarkan peran
guru penggerak sebagai agen perubahan yang kuat dalam dunia pendidikan, yang
mampu membawa perubahan positif dalam proses pembelajaran dan
perkembangan siswa serta membantu menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Penulis juga akan mengeksplorasi bagaimana ontologi, epistemologi, dan
aksiologi memengaruhi pemahaman guru penggerak tentang peran mereka dalam
proses pendidikan dan transformasi yang mereka bawa ke dalam lingkungan
pendidikan.

Penting untuk dipahami bahwa peran guru penggerak dalam menciptakan


perubahan positif dalam dunia pendidikan bukanlah tugas yang mudah. Mereka
dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk perubahan kurikulum,
perkembangan teknologi, serta dinamika sosial dan budaya yang terus
berkembang. Oleh karena itu, pemahaman tentang ontologi, epistemologi, dan
aksiologi menjadi landasan yang penting dalam membimbing guru penggerak
dalam menghadapi perubahan-perubahan ini. Melalui esai ini, kita akan menggali
lebih dalam bagaimana konsep-konsep filosofis ini mampu memberikan panduan
dan pemahaman yang kokoh bagi guru penggerak dalam perjalanan mereka untuk
memajukan dunia pendidikan dan memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan generasi muda dan masyarakat secara keseluruhan.
PEMBAHASAN

Ontologi guru penggerak adalah konsep yang merujuk pada pandangan


atau pemahaman seorang guru penggerak tentang eksistensi, realitas, dan esensi
dari peran mereka dalam dunia pendidikan. Istilah "ontologi" dalam konteks ini
mengacu pada pemahaman mereka tentang apa yang ada dalam pendidikan,
bagaimana mereka memandang eksistensi siswa, pengetahuan, nilai-nilai, dan
peran mereka dalam menciptakan perubahan positif dalam dunia pendidikan
(Nurhadi Kastamin, 2021).

Guru penggerak tidak hanya dipandang sebagai pengajar yang mentransfer


ilmu pengetahuan kepada siswa. Mereka juga memiliki tanggung jawab yang
lebih luas, termasuk membentuk sikap dan moral siswa. Oleh karena itu, perlu
peningkatan kualitas guru secara berkelanjutan, dan salah satu upayanya adalah
melalui program guru penggerak.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, guru


penggerak adalah ujung tombak dalam perubahan kurikulum saat ini. Mereka
adalah individu yang memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan
pembelajaran dengan menjadikan siswa sebagai fokus utamanya, memfasilitasi
siswa untuk menjadi manusia seutuhnya, dan menciptakan hasil belajar siswa
yang lebih optimal (Ayu Reza Ningrum, 2022). Oleh karena itu, melalui program
guru penggerak, guru harus menjalani berbagai pelatihan dan lokakarya yang
sesuai sebagai upaya peningkatan kualitas mereka.

Guru penggerak juga memiliki peran penting di masa depan sebagai calon
kepala sekolah, pimpinan sekolah, dan pelatih kurikulum. Mereka diharapkan
dapat memajukan dunia pendidikan, menjaga komunikasi yang baik dengan siswa
dan komunitas sekolah, menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, serta melakukan refleksi dan evaluasi dalam proses pembelajaran.
Selain itu, mereka juga diharapkan mampu menggerakkan rekan-rekan guru untuk
berinovasi dan memiliki kepribadian yang matang sehingga bisa menjadi teladan
bagi siswa dan warga sekolah.
Guru penggerak dalam Ayu Reza Ningrum (2022), yang berperan sebagai
pemimpin pembelajaran dalam kurikulum penggerak, harus melewati sejumlah
tahapan seleksi dan menyelesaikan sembilan program pelatihan untuk dianggap
lulus sebagai guru penggerak. Proses yang melibatkan banyak tahapan ini
bertujuan untuk menciptakan guru yang memiliki karakteristik dan kemampuan
sebagai berikut :

1. Guru yang Mandiri: Salah satu tujuan akhir dari program pelatihan guru
penggerak adalah melahirkan guru yang mandiri. Dalam konteks
kurikulum merdeka belajar, guru penggerak didesain untuk tidak merasa
terlalu terikat oleh kurikulum yang ada. Mereka diberikan keleluasaan
untuk merancang pembelajaran sesuai dengan keadaan siswa dan fasilitas
yang tersedia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dengan memungkinkan penyesuaian yang lebih baik dengan kebutuhan
siswa.

2. Penggerak Inovasi: Seorang guru penggerak juga diharapkan menjadi


penggerak bagi sesama rekan guru dalam dunia pendidikan. Mereka
dianjurkan untuk terus mendorong inovasi dalam proses pembelajaran.
Selain itu, mereka juga diharapkan menjalin kerjasama dengan orang tua
siswa dan masyarakat. Kerjasama ini bertujuan untuk memaksimalkan
hasil yang ingin dicapai dalam proses pendidikan.

3. Prioritas Utama: Siswa: Guru penggerak diharapkan menjadikan siswa


sebagai prioritas utama dalam tugas mereka. Artinya, mereka harus
mampu memfasilitasi perkembangan setiap kemampuan yang dimiliki
oleh siswa. Hal ini bertujuan untuk menciptakan siswa yang mampu
berpikir kritis, memiliki daya saing, dan tercapainya tujuan pendidikan
nasional.

4. Komunikasi yang Baik: Guru penggerak juga diharapkan memiliki


kemampuan untuk menjalin komunikasi yang baik dengan siswa dan
orang tua siswa. Komunikasi yang efektif menjadi kunci dalam memahami
kebutuhan dan perkembangan siswa, serta dalam membangun dukungan
dari orang tua siswa dalam proses pendidikan.

5. Kepribadian yang Baik: Sebagai tambahan, guru penggerak diharapkan


memiliki kepribadian yang baik. Mereka harus menjadi teladan bagi siswa
dan warga sekolah. Kepribadian yang baik tercermin melalui pembiasaan
sikap, perilaku, dan etika yang sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat.

Dengan menjalani serangkaian program pelatihan dan mencapai tujuan-


tujuan ini, seorang guru dapat dianggap sebagai seorang guru penggerak yang siap
untuk membawa perubahan positif dalam dunia pendidikan dan memberikan
kontribusi yang berarti terhadap perkembangan siswa dan pendidikan nasional
secara keseluruhan.

Epistemologi guru penggerak adalah pemahaman tentang teori


pengetahuan yang berkaitan dengan konsep, ciri-ciri, dan karakteristik guru
penggerak dalam konteks pendidikan. Konsep guru penggerak mengacu pada
seorang pendidik yang memiliki peran utama dalam menggerakkan perubahan dan
transformasi dalam dunia pendidikan. Mereka didefinisikan sebagai individu yang
lebih mengutamakan siswa daripada karier pribadi mereka (Nurhadi Kastamin,
2021).

Guru penggerak menjadi pemimpin pembelajaran dalam kurikulum


merdeka, yang bertujuan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Mereka memotivasi siswa untuk berkembang sebagai manusia seutuhnya dan
berperan aktif dalam menciptakan inovasi dalam dunia pendidikan. Sebagaimana
pendapat Syahril yang mengungkapkan bahwa guru penggerak sebagai roda
perubahan pendidikan ke arah yang lebih maju dengan mengubah pardigma
pendidikan yang berpusat pada siswa dan mengkonstruk ekosistem serta model
pendidikan yang unggul (Dahlia Sibagariang, 2021).

Menurut Tangahu (2021) Guru penggerak memiliki sejumlah ciri dan


karakteristik yang mencerminkan peran utama mereka dalam dunia pendidikan.
Pertama, mereka selalu menempatkan siswa sebagai fokus utama dalam setiap
aspek pekerjaan mereka. Mereka memahami bahwa pendidikan sejati tidak hanya
berkaitan dengan mentransfer pengetahuan, tetapi juga dengan mengembangkan
siswa secara holistik. Ini berarti bahwa semua tindakan dan keputusan yang
mereka ambil dalam konteks pendidikan selalu didasarkan pada kepentingan dan
perkembangan siswa. Pendekatan ini melampaui sekadar mentransfer
pengetahuan kepada siswa. Guru penggerak memahami bahwa pendidikan sejati
melibatkan pembangunan holistik siswa. Mereka peduli terhadap perkembangan
fisik, intelektual, emosional, dan sosial siswa. Mereka berusaha untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan
keseluruhan siswa, bukan hanya aspek akademik. Ketika menempatkan siswa
sebagai fokus utama, guru penggerak seringkali menggunakan pendekatan
berpusat pada siswa dalam pembelajaran. Mereka mengakui keunikan setiap siswa
dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan individual mereka. Selain itu, mereka
mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran,
mendorong pertanyaan, refleksi, dan pemecahan masalah.

Kedua, guru penggerak dikenal sebagai individu yang inovatif dan kreatif.
Mereka senantiasa mencari cara-cara baru untuk memberikan layanan terbaik
kepada siswa dan terus menciptakan metode pembelajaran yang efektif. Ini berarti
mereka tidak ragu untuk mencoba pendekatan yang berbeda dan berpikir out of
the box. Guru penggerak memahami bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar
yang berbeda, dan tidak ada satu pendekatan pembelajaran yang cocok untuk
semua. Oleh karena itu, mereka senantiasa mencari cara-cara baru dan inovatif
untuk memberikan layanan terbaik kepada siswa mereka. Mereka tidak terpaku
pada metode pembelajaran konvensional, tetapi bersedia untuk mencoba
pendekatan yang berbeda dan berpikir out of the box. Mereka mungkin
mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, menciptakan proyek-proyek
penelitian yang menarik, atau menggunakan alat pembelajaran yang interaktif dan
menyenangkan.
Ketiga, guru penggerak berperan sebagai pemimpin dalam melaksanakan
kurikulum yang berfokus pada siswa. Mereka memberikan keleluasaan kepada
rekan-rekan guru untuk mendesain pembelajaran sesuai dengan situasi siswa dan
fasilitas yang ada, menjadikan pembelajaran lebih relevan dan efektif. Guru
penggerak memberikan keleluasaan kepada rekan-rekan guru untuk merancang
pembelajaran sesuai dengan situasi siswa dan sumber daya yang tersedia. Mereka
memahami bahwa setiap kelas atau sekolah mungkin memiliki kebutuhan dan
tantangan yang berbeda, dan oleh karena itu, satu pendekatan pembelajaran tidak
bisa cocok untuk semua. Dengan memberikan kebebasan ini, guru penggerak
memungkinkan rekan-rekan guru untuk lebih fleksibel dalam merancang
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa mereka. Ini berarti
pembelajaran menjadi lebih relevan, kontekstual, dan efektif karena lebih
memperhatikan kebutuhan dan minat siswa. Selain itu, peran pemimpin guru
penggerak juga melibatkan memberikan contoh yang baik dalam menerapkan
pendekatan berpusat pada siswa. Mereka mempraktikkan apa yang mereka
ajarkan dengan menjadi inovatif dalam metode pembelajaran dan berfokus pada
perkembangan holistik siswa.

Keempat, mereka memiliki kemampuan untuk menginspirasi dan


menggerakkan rekan guru lainnya untuk berinovasi dan berkolaborasi dalam
dunia pendidikan. Mereka tidak hanya berjuang untuk pengembangan diri pribadi
tetapi juga aktif dalam mengembangkan komunitas pendidik di sekitar mereka.

Kelima, guru penggerak menjaga komunikasi yang baik dengan siswa,


orang tua siswa, dan masyarakat. Mereka menjalani kehidupan profesional dengan
kepribadian yang baik, menjadi teladan bagi siswa dan warga sekolah dalam hal
sikap, perilaku, dan etika.

Keenam, guru penggerak selalu berupaya untuk meningkatkan


profesionalitas mereka dengan terus belajar dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terbaru dalam pendidikan. Mereka memiliki dorongan
untuk menjadi lebih baik dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
Terakhir, guru penggerak memiliki daya juang yang tinggi dalam
menghadapi tantangan dan perubahan dalam dunia pendidikan. Mereka tidak takut
untuk mengambil tindakan kreatif dan proaktif demi meningkatkan kualitas
pendidikan. Dengan karakteristik ini, mereka menjadi agen perubahan yang sangat
berharga dalam meningkatkan sistem pendidikan (Dahlia Sibagariang, 2021).

Selanjutnya Aksiologi guru penggerak, yang mengkaji tentang nilai moral


dan etika dalam konteks pendidikan, memiliki peran kunci dalam membentuk
karakter siswa dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Guru
penggerak adalah agen perubahan yang berupaya untuk membawa nilai-nilai
moral yang kuat ke dalam pendidikan. Mereka memandang pendidikan bukan
hanya sebagai transmisi pengetahuan, tetapi juga sebagai pembentukan nilai-nilai
moral yang mendasar (Nurhadi Kastamin, 2021).

Dalam kerangka aksiologi guru penggerak, nilai moral seperti integritas,


kejujuran, empati, dan tanggung jawab ditekankan dalam pengajaran. Etika guru
juga mencakup tindakan yang bersifat tulus, rendah hati, dan penuh kasih sayang
dalam berinteraksi dengan siswa. Guru penggerak tidak hanya menjadi pengajar,
tetapi juga pembimbing yang memberikan teladan dan motivasi kepada siswa.

Pandangan K.H. Hasyim Asy'ari dalam Nurhadi (2021) tentang etika guru
terhadap diri sendiri, anak didik, dan dalam pembelajaran sangat menitikberatkan
pada prinsip-prinsip moral dan spiritual yang kuat. Menurutnya, seorang guru
harus memiliki hubungan yang mendalam dengan Tuhan, yaitu melalui ketakwaan
dan akhlak yang mulia. Guru diharapkan untuk memiliki kualitas batin yang baik,
yang mencakup rendah hati dan kesediaan untuk selalu belajar dan berkembang.
Sikap hati yang tulus juga menjadi unsur penting, di mana guru harus mendekati
tugas pendidikan dengan niat murni tanpa pamrih, semata-mata untuk mencari
ridlo Allah. Selain itu, dalam hubungannya dengan anak didik, Hasyim Asy'ari
menekankan pentingnya kasih sayang, keadilan, penghargaan terhadap
individualitas, dan perhatian terhadap perkembangan mereka. Ini berarti guru
harus memiliki sikap penuh empati, memberikan perlakuan yang adil kepada
setiap siswa, menghargai keunikan masing-masing individu, dan aktif dalam
memantau perkembangan siswa. Dalam konteks pembelajaran, Hasyim Asy'ari
melihat etika guru mencakup profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Ini
mencakup kemampuan untuk memberikan ilmu dengan baik dan efektif, serta
menciptakan lingkungan belajar yang memberkati. Guru harus menjadi panutan
moral yang kuat dalam kelas dan berperan sebagai teladan dalam sikap dan
perilaku. Pendekatan ini menyiratkan bahwa etika guru mencakup aspek-aspek
eksternal dan internal yang saling melengkapi, membantu membentuk karakter
siswa, dan menciptakan lingkungan belajar yang berorientasi pada nilai-nilai
moral yang tinggi.

Di sisi lain, Ki Hajar Dewantara, yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan


Indonesia, menggarisbawahi etika guru sebagai pembimbing dan penasehat yang
harus selalu mengembangkan diri. Ia menyoroti rendah hati, keikhlasan dalam
mendidik, dan kompetensi keguruan sebagai aspek-aspek penting dari etika guru
yang ideal.

Ki Hajar Dewantara dalam Nurhadi (2021) memiliki pandangan yang


kaya tentang etika guru, yang mencerminkan nilai-nilai moral dan profesionalisme
yang tinggi. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang etika guru menurut Ki
Hajar Dewantara:

1. Perubahan Diri yang Lebih Baik: Ki Hajar Dewantara menekankan


pentingnya guru untuk terus-menerus melakukan perubahan diri yang
lebih baik. Guru harus menjadi contoh bagi siswa dalam hal
perkembangan diri, baik secara pribadi maupun akademis. Guru yang terus
belajar dan berkembang akan lebih mampu menginspirasi siswa untuk
melakukan hal yang sama.

2. Peran sebagai Among atau Pembimbing: Ki Hajar Dewantara melihat


guru sebagai "among," yang berarti seorang pembimbing, penasehat, dan
pendidik. Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga figur yang membimbing
siswa dalam perjalanan pendidikan dan perkembangan mereka.
3. Rendah Hati: Etika guru ala Ki Hajar Dewantara mencakup rendah hati.
Guru harus bersikap rendah hati dalam menghadapi siswa dan masyarakat.
Sikap ini membantu guru untuk lebih mendekatkan diri kepada siswa dan
menjadi teladan dalam kerendahan hati.

4. Ikhlas dalam Mendidik: Guru harus ikhlas dalam memberikan


pendidikan kepada siswa. Ikhlas berarti bahwa guru melakukan tugasnya
tanpa pamrih dan dengan niat yang tulus untuk memberikan manfaat
kepada siswa. Ikhlas dalam mendidik akan menciptakan ikatan yang kuat
antara guru dan siswa.

5. Menguasai Kompetensi Keguruan: Ki Hajar Dewantara mengingatkan


guru untuk menguasai kompetensi keguruan mereka, termasuk pedagogik,
profesional, sosial, dan kepribadian. Guru yang kompeten akan mampu
memberikan pembelajaran yang efektif dan membangun hubungan yang
baik dengan siswa.

6. Pemberi Motivasi: Guru harus menjadi pemberi motivasi bagi siswa.


Mereka harus mampu menginspirasi dan mendorong siswa untuk
mencapai potensi terbaik mereka. Motivasi adalah salah satu kunci
keberhasilan dalam pendidikan.

7. Penuntun dan Tegas: Guru juga harus menjadi penuntun yang


memberikan arahan kepada siswa. Mereka perlu memberikan panduan
yang jelas dalam proses pembelajaran. Namun, guru juga harus tegas
dalam menjalankan aturan dan disiplin di kelas, sehingga lingkungan
belajar tetap kondusif.

8. Terhormat: Guru harus memperlakukan siswa dengan hormat. Ini


menciptakan suasana kelas yang saling menghormati, yang akan
berdampak positif pada proses pembelajaran

Etika guru ala Ki Hajar Dewantara mencerminkan prinsip-prinsip moral,


profesionalisme, dan pemberdayaan siswa. Guru yang mengikuti pandangan ini
diharapkan dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang beretika tinggi dan
efektif dalam membimbing siswa menuju perkembangan yang lebih baik.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pandangan keduanya adalah bahwa


guru penggerak bukan hanya pengajar kompeten tetapi juga agen perubahan moral
yang kuat dalam pembentukan karakter siswa. Etika guru memainkan peran kunci
dalam membentuk individu yang beriman, bertanggung jawab, dan berakhlak
mulia. Guru penggerak, dengan menjalankan peran mereka sesuai dengan prinsip-
prinsip moral dan etika ini, memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan
yang positif dalam pendidikan dan dalam menciptakan masyarakat yang lebih
baik. Dengan demikian, etika guru adalah landasan penting dalam membentuk
masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Guru penggerak dilihat sebagai agen perubahan yang berperan penting


dalam pendidikan, memengaruhi pembelajaran siswa, dan berkontribusi pada
perkembangan pendidikan berkualitas. Konsep-konsep filosofis ini membantu
membentuk pemahaman guru penggerak tentang peran mereka dalam menghadapi
berbagai tantangan dan perubahan dalam dunia pendidikan. Penting untuk
memahami bahwa peran mereka bukanlah tugas yang mudah, tetapi pemahaman
ontologi, epistemologi, dan aksiologi membantu mereka menjadi pemimpin
pendidikan yang kokoh, beretika, dan berkontribusi positif pada perkembangan
generasi muda dan masyarakat secara keseluruhan.

Dengan mendalamnya pemahaman terhadap aksiologi, epistemologi, dan


ontologi guru penggerak, kita memiliki landasan yang kokoh untuk
mengimplementasikan konsep-konsep ini dalam konteks pendidikan.
Implementasi yang tepat dapat membawa dampak positif terhadap kualitas
pendidikan dan pembelajaran di masa depan. Melalui pemahaman yang lebih
dalam tentang nilai-nilai moral, karakteristik guru penggerak, dan hakikat peran
mereka, kita dapat memastikan bahwa peran guru penggerak berkontribusi secara
signifikan dalam memajukan dunia pendidikan dan menciptakan lingkungan
pembelajaran yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aiman Faiz, F. (2022). Program Guru Penggerak Sebagai Sumber Belajar.


Konstruktivisme : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 85-86.

Ayu Reza Ningrum, Y. S. (2022). Peran Guru Penggerak Dalam Kurikulum


Merdeka Belajar. AR-RIAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 6, 225-229.

Dahlia Sibagariang, H. S. (2021). Peran Guru Penggerak Dalam Pendidikan


Merdeka Belajar Di Indonesia. Jurnal Dinamika Pendidikan, 94-96.

Nurhadi Kastamin, S. A. (2021). Tinjauan Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi


Terhadap Guru Profesional. Jurnal Dirosah Islamiyah.

Tangahu, W. (2021). Pembelajaran Di Sekolah Dasar: Guru Sebagai Penggerak.


Merdeka Belajar Dalam Menyambut Era Masyarakat 5.0, 356-358.

Anda mungkin juga menyukai