Dosen Pengampu:
Kelompok 4:
Marlina (230401040)
Abdul Latif (230401024)
Husnul Khotimah (230401032)
Muhammad Ardian (230401043)
MATARAM
2024
Latar Belakang
Kurikulum yang dirancang harus dapat mengembangkan potensi siswa. Kepala sekolah
menjadi penentu keberhasilan sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum, apakah dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas atau tidak? Kepala
sekolah yang baik akan memiliki guru yang baik pula, sebaliknya kepala sekolah yang kurang
baik maka gurunya tidak mau baik (bukan berarti gurunya tidak baik). Kepala sekolah sebagai
pemimpin dalam pendidikan formal perlu memiliki wawasan ke depan. Kepemimpinan
pendidikan memerlukan perhatian yang utama, karena melalui kepemimpinan yang baik,
diharapkan akan lahir tenaga-tenaga berkualitas dalam berbagai bidang sebagai pemikir,
pekerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pengembangan kurikulum sering kali bermula dari gagasan kepala sekolah. Hal ini
karena kewenangan yang dimiliki kepala sekolah, maka ide-ide barunya menjadi lebih terbuka
untuk diimplementasikan di sekolah. Begitu pula dalam konteks pengembangan kurikulum
sekolah. Kepala sekolah harus mampu manghadirkan inspirasi dan ide pembaharuan, sehingga
program sekolah (kurikulum) yang dijalankan senantiasa aktual / mutakhir. Berdasarkan hal
tersebut, maka menjadi sangat urgen menguatkan peran kepala sekolah termasuk jajaran guru
dalam memanajemen dan mengimplementasikan kurikulum yang ada.
PEMBAHASAN
1
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya (Yogyakarta: Kanisius, 1994), 20.
2
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), 98-122
Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan
guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang
bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu
sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus
mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
Sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim mengemukakan bahwa
menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam
tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru
mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka. Dari ungkapan ini,
mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang
kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran
dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan
baik.
d. Kepala sekolah sebagai LeaderI (Pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-
suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi
guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya
kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan
kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan
kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya
kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan yang ada. Mulyasa menyebutkan kepemimpinan seseorang sangat
berkaitan dengan kepribadian, dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin
akan tercermin sifat-sifat sebagai barikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung
jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi
yang stabil, dan (7) teladan.
e. Kepala sekolah sebagai innovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan sekolah, dan
mengembangkan model model pembelajaran yang inofatif. Kepala sekolah sebagai
inovator akan tercermin dari cara cara ia melakukan pekerjaannya secara
konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, objektif, pragmatis, keteladana
2) Pengelolaan kepegawaian
Termasuk dalam bidang ini yaitu menyelenggarakan urusan-urusan
yang berhubungan dengan penyeleksian, pengangkatan kenaikan pangkat, cuti,
perpindahan dan pemberhentian anggota staf sekolah, pembagian tugas-tugas di
kalangan anggota staf sekolah, masalah jaminan kesehatan dan ekonomi,
penciptaan hubungan kerja yang tepat dan menyenangkan, masalah penerapan
kode etik jabatan.
3) Pengelolaan kemuridan
Dalam bidang ini kegiatan yang nampak adalah perencanaan dan
penyelenggaran murid baru, pembagian murid atas tingkat-tingkat, kelas-kelas
3
Rian Nugroho, Kebijakan Pendidikan yang Unggul (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 151
4
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah., 25.
5
Dirawat, dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), 80.
atau kelompok-kelompok (grouping), perpindahan dan keluar masuknya murid-
murid (mutasi), penyelenggaraan pelayanan khusus (special services) bagi
murid, mengatur penyelenggaraan dan aktivitas pengajaran, penyelenggaran
testing dan kegiatan evaluasi, mempersiapkan laporan tentang kemajuan
masalah disiplin murid, pengaturan organisasi siswa, masalah absensi, dan
sebagainya.
4) Pengelolaan gedung dan halaman
Pengelolaan ini menyangkut usaha-usaha perencanaan dan pengadaan,
inventarisasi, pengaturan pemakaian, pemeliharaan, rehabilitasi perlengkapan
dan alat-alat material sekolah, keindahan serta kebersihan umum, usaha
melengkapi yang berupa antara lain gedung (ruangan sekolah), lapangan tempat
bermain, kebun dan halaman sekolah, meubel sekolah, alat-alat pelajaran
klasikal dan alat peraga, perpustakaan sekolah, alat-alat permainan dan rekreasi,
fasilitas pemeliharaan sekolah, perlengkapan bagi penyelenggaraan khusus,
transportasi sekolah, dan alat-alat komunikasi,
5) Pengelolaan keuangan
Dalam bidang ini menyangkut masalah-masalah urusa gaji guru-guru
dan staf sekolah, urusan penyelenggaraan otorisasi sekolah, urusan uang
sekolah dan uang alat-alat murid-murid, usaha-usaha penyediaan biaya bagi
penyelenggaraan pertemuan dan perayaan serta keramaian.
6
http://massofa.wordpress.com/2011/02/09/fungsi-dan-tanggung-jawab-kepala-sekolah/ Diakses pada
hari Minggu 21 Oktober 2019, pukul 11:15 WIB.
1) Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami secara jelas tujuan-
tujuan pendidikan pengajaran yang hendak dicapai dan hubungan antara
aktivitas pengajaran dengan tujuan-tujuan.
2) Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami lebih jelas tentang
persoalan-persoalan dan kebutuhan murid.
3) Menyeleksi dan memberikan tugas-tugas yang paling cocok bagi setiap guru
sesuai dengan minat, kemampuan bakat masing-masing dan selanjutnya
mendorong mereka untuk terus mengembangkan minat, bakat dan
kemampuannya.
4) Memberikan penilaian terhadap prestasi kerja sekolah berdasarkan standar-
standar sejauh mana tujuan sekolah itu telah dicapai.
Penelitian tentang harapan peranan kepala sekolah sangat penting bagi guru-guru
dan murid-murid. Pada umumnya kepala sekolah memiliki tanggung jawab sebagai
pemimpin di bidang pengajaran, pengembangan kurikulum, administrasi kesiswaan,
administrasi personalia staf, hubungan masyarakat, administrasi school plant, dan
perlengkapan serta organisasi sekolah. Dalam memberdayakan masyarakat dan
lingkungan sekitar, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan yang harus menaruh
perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan
orang tua dan masyarakat tentang sekolah.
Cara kerja kepala sekolah dan cara ia memandang peranannya dipengaruhi oleh
kepribadiannya, persiapan dan pengalaman profesionalnya, serta ketetapan yang dibuat
oleh sekolah mengenai peranan kepala sekolah di bidang pengajaran. Pelayanan
pendidikan dalam dinas bagi administrator sekolah dapat memperjelas harapan-
harapan atas peranan kepala sekolah.
Menurut Purwanto, bahwa seorang kepala sekolah mempunyai sepuluh macam
peranan, yaitu: “Sebagai pelaksana, perencana, seorang ahli, mengawasi hubungan
antara anggota-anggota, menwakili kelompok, bertindak sebagai pemberi ganjaran,
bertindak sebagai wasit, pemegang tanggung jawab, sebagai seorang pencipta, dan
sebagai seorang ayah”.7
7
11 Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002),65.
Sebagai kepala sekolah yang baik harus pandai membuat dan
menyusun perencanaan, sehingga segala sesuatu yang akan diperbuatnya
bukan secara sembarangan saja, tatapi segala tindakan diperhitungkan dan
bertujuan.
c) Sebagai seorang ahli (expert)
Ia haruslah mempunyai keahlian terutama yang berhubungan dengan tugas
jabatan kepemimpinan yang dipegangnya.
d) Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (contoller of internal
relationship)
Menjaga jangan sampai terjadi perselisihan dan berusaha mambangun
hubungan yang harmonis.
8
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah., 187.
9
Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Rajawali Pres, 2011), 82.
10
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda karya, 2005),
hlm. 200
menyiapkan berbagai metode dan media pengajaran, serta memberikan sistematika dan
penciptaan kurikulum yang rinci dan terstruktur.
2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum desentralisasi.
Kurikulum terdesentralisasi dibuat oleh sekolah atau sekelompok sekolah
tertentu dalam suatu wilayah.
Pengembangan ini didasarkan pada karakteristik sekolah, kebutuhan,
perkembangan dan kapasitas setempat. Oleh karena itu kurikulum terutama isinya
sangat beragam dan setiap sekolah mempunyai kurikulumnya masing-masing. Guru
tidak hanya berpartisipasi dalam pengembangan program
tahunan/semester/pendidikan, tetapi juga dalam penyusunan kurikulum sekolah yang
komprehensif.
Guru bukan hanya sekedar pengguna, namun juga perencana kurikulum,
pemikir, penyusun, pengembang, bahkan pelaksana dan evaluator.
11
Harimas Ramadhan, Deriwanto Deriwanto, and Hendra Harmi, “Problematika Implementasi
Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah,” journal TA’LIMUNA 12, no. 2 (November 16, 2023): 89–
105.
isi bahan ajar sangat dipengaruhi oleh kebutuhan masing-masing sekolah, sehingga
jangkauan buku teks yang digunakan berbeda-beda tergantung sekolahnya.12
Peran penting lainnya dari guru adalah melibatkan siswa dalam pembelajaran
aktif, mempersiapkan siswa untuk memperoleh pengalaman sebanyak-banyaknya
dalam ranah kognitif, emosional, dan psikomotorik, serta mengevaluasi kinerjanya baik
di dalam maupun di luar kelas. Tanggung jawab seorang guru ketika mengajar tidak
hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas bahkan di luar sekolah. Karena guru perlu
sangat berhati-hati dalam menyusun kurikulum
Hal-hal yang harus dikuasai seorang Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Islam. Guru merupakan bagian penting dalam pendidikan. Di pundaknya
bertumpu harapan murid-muridnya atas pelajaran yang diajarkannya. Siswa mungkin
tidak menyukai atau menyukai suatu pelajaran tergantung pada gaya mengajar gurunya.
Dikatakan bahwa guru adalah garda terdepan dalam sistem pendidikan. Tentu
kharismanya sebagai guru yang memimpin di hadapan siswa sangat diharapkan.
Proses dan hasil pendidikan tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur
dan isi kurikulum, tetapi juga oleh kompetensi guru yang memimpin pendidikan. Guru
yang efektif akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan
menyenangkan serta mengelola pengajaran dengan lebih baik untuk memastikan
pembelajaran siswa terjadi pada tingkat optimal.
Keberhasilan belajar mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan
keperibadiannya. Guru harus bersikap terbuka dan menyentuh kepribadian siswa. Guru
perlu mengembangkan gagasansecara kreatif, memiliki hasrat dan keinginan
sertawawasan intelektual yang luas. Guru harus yakin terhadap potensi belajar yang
dimiliki oleh siswa. Untuk dapat menjalankan tugas-tugasnya tersebut secara efektif
dan efisien, para guru harus memiliki kompetensi tertentu. Di Indonesia telah
ditetapkan sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai instructional
leader, yaitu: (1) memiliki kepribadian ideal sebagai guru, (2) menguasai landasan
kependidikan, (3) menguasai materi pembelajaran, (4) mampu menyusun peogram
pembelajaran, (5) mampu melaksanakan program pembelajaran, (6) mampu menilai
proses dan hasil pembelajaran, (7) mampu menyelenggarakan program bimbingan, (8)
mampu menyelenggarakan administrasi sekolah, (9) mampu bekerjasama dengan
sejawat dan masyarakat, dan (10) mampu menyelenggarakan penelitian sederhana
untuk keperluan pembelajaran.13
Untuk menjadi guru yang baik dan dapat melaksanakan pembelajaran dengan
sebaik-baiknya, seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan
sebagai seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Penguasaan Isi Pembelajaran
Kemampuan memilih, mengorganisasikan, dan mengemas isi pembelajaran sampai
pada tingkat dan kedalaman yang memenuhi tujuan kurikulum dan mudah dipahami
oleh siswa. Penguasaan materi pelajaran merupakan landasan kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Kenyataannya banyak guru yang tidak mampu atau
tidak mampu berbicara ketika berdiri di depan kelas dan sekedar mengulang kata-kata
12
Ali, Muhammad, Guru dan Kurikulum, (Bandung: Sinar Baru, 2007), hlm. 7
13
Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 199
dan materi yang telah diajarkan kepada mereka. Tentu saja hal ini bukan karena
gurunya gugup, rendah diri, atau bingung dengan apa yang ingin diajarkannya.Bila hal
ini terjadi, maka proses pembelajaran tidak hanya menjadi tidak menarik tetapi juga
monoton, siswa kehilangan minat mendengarkan pelajaran dari guru dan cenderung
tenggelam dalam dunianya sendiri, seperti:ngobrol, bercanda, dll.
Memiliki penguasaan tentang teori dan keterampilan mengajar Selain guru
harus menguasai materi pelajaran, masih ada syarat lain yang harus dipenuhi guru yaitu
memiliki penguasaan tentang teori dan ketrampilan mengajar. Ada beberapa
ketrampilan yang harus dikuasai guru antara lain14:
a. Keterampilan menjelaskan Penjelasan materi pelajaran yang mudah dipahami siswa
merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran, oleh sebab itu guru
diharapkan mampu mengorganisasikan materi pelajaran dengan perencanaan yang
sistematis, sehingga mudah dipahami oleh siswa.
b. Keterampilan bertanya Hampir semua kegiatan proses pembelajaran berlangsung
dengan tanya jawab. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran yang dilaksanakan
guru dapat belangsung secara timbal balik, tidak membosankan, sekaligus guru
dapat memantau siswanya. Kualitas pertanyaan guru menggambarkan kualitas
jawaban siswa, oleh sebab itu guru yang terampil dalam bertanya, akan mampu
meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
c. Mempunyai visi dan misi. Visi dan misi mutlak dipunyai seorang pendidik, tanpa
adanya visi dan misi maka tidak ada ruh dalam menjalani profesinya. Visi berangkat
dari landasan ideologi, keberagamaan sangat dominan dalam perumusan visi.
Adanya visi menunjukkan keikhlasan, keseriusan, dan semangat dalam menjalani
profesinya. Terbangunnya visi akan diikuti misi, lebih operasional. Misi dijabarkan
dalam action plan atau rencana strategis yang berkaitan dengan kedudukannya
sebagai pendidik.
d. Mampu secara akademik Kemampuan akademik yang handal menjadi syarat
mutlak untuk menjadi guru yang ideal. Kehandalan tersebut bukan saja sekedar
penguasaan secara kognitif sehingga mampu menyampaikan informasi
pengetahuan kepada siswa, akan tetapi juga menguasai secara komprehensif bidang
kajiannya sehingga banyak potensi untuk berkembang. Penguasaan secara
komprehensif penulis jabarkan menjadi tiga yakni penguasaan ontologi,
penguasaan epistemologi, dan Penguasaan aksiologi. Penguasaan ontologi berarti
menguasai substansi, objek, dan bidang kajian dari sisi materi. Guru harus tahu
kompetensi apa yang mesti disampaikan, formula apa yang ada, aksioma apa
sajakah yang disajikan, dan lain sebgainya.
e. Beretika Konsep etika senantiasa berkembang, perkembangan tersebut bukanlah
sesuatu yang permisif dengan memberi kelonggaran beretika, bukan juga berupa
relatifisme, akan tetapi merupakan etika yang berangkat dari universal patterns dan
tidak menyimpang dari Alquran sebagai sumber segala sumber ajaran. Etika
memang berkembang dari etika lokal, etika nasional, dan etika global, meskipun
demikian kesemuanya tidak boleh berangkat dari perspektif masingmasing, akan
tetapi harus berangkat dari sumber ajaran.
14
Khoirun Nisa, “Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam” 4, no. 2 (2018).
f. Adaptif Perubahan adalah sebuah kemestian, dan yang hakiki adalah perubahan itu
sendiri. Perubahan yang ada harus disikapi dengan proaktif, bukan reaktif. Sikap
reaktif hanya mengahasilkan keterkejutan-keterkejutan yang pada gilirannya
menghasilkan manusia-manusia yang mekanis dan gagap terhadap perkembangan
yang ada.
g. Menguasai Manajemen Manajemen berkaitan dengan strategi, pengauasaan
manajemen yang baik menghasilkan sistem yang mapan. Sistem yang mapan akan
kuat, tidak bergantung pada satu faktor karena sistemik. Pembelajaran memerlukan
manajemen, ada tidaknya guru dalam jam pembelajaran akan tetap memberi ruh
yang sama jika guru terbiasa menggunakan manajemen dalam pembelajaran.
h. Menguasai Administrasi Keguruan Sebagai guru, administrasi adalah bagian pokok
dari aktifitas keguruannya. Administrasi tersebut dapat berupa penyusunan silabus
dan sistem evaluasi, serta sistem pelaporan. Penguasaan administrasi yang tidak
saja menjadikan tertib administrasi, akan tetapi dapat dijadikan evaluasi berkala
menyangkut aktifitas keprofesiannya.
i. Kompetitif dan Komparatif Guru yang ideal harus mempunyai daya saing sekaligus
daya pembeda, semacam spesialisasi yang membedakan dengan guru lain. Daya
komparatif akan memberi kekayaan intelektual bagi institusi yang bersangkutan
sehingga kaya akan inovasi dan krasi. Daya kompetitif akan meningkatkan
bargaining position dalam lingkup yang sejajar sehingga memberi daya tarik karena
kualitas yang menjanjikan.
Seorang Guru Pai pun memegang peran di Sekolah/ madrasah, sebagai berikut
PERAN GURU PAI DI SEKOLAH / MADRASAH
Guru memegang peran yang sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup (Baharun,
2016a). Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya “Guru Dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif”, menyebutkan peranan guru agama Islam adalah seperti
diuraikan di bawah ini.15
a. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu harus betul-betul dipahami
dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki
dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah.
Dalam kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural
masyarakat dimana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya.
b. Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi
kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak
didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang
baik.
Baharun, H. (2016a). Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui Model
15
16
SMP Nurul Jadid, “Paradigma Pengembangan Kurikulum Pai Di Lembaga Pendidikan” 1, No. 2
(2017).
menunjang jalannya interaksi edukatif. Oleh karena itu guru dituntut untuk
menguasai pengetahuan yang memadai dan teknik-teknik mengajar yang baik
agar ia mampu menciptakan suasana pengajaran yang efektif dan efisien.17
j. Evaluator
Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran),
tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Penilaian dalam sistem
pembelajaran merupakan suatu proses.
C. Peran Guru dalam Mengembangkan Kurikulum Merdeka di Era Digital
Guru memiliki peran yang sangat penting baik dalam pengembangan maupun
implementasi kurikulum. Demikian pula guru memegang peranan yang sangat penting
dalam pelaksanaan kebijakan belajar mandiri. Guru dapat berpartisipasi dalam
kolaborasi dan bekerja secara efektif dalam pengembangan kurikulum sekolah untuk
mengatur dan menyusun bahan pelajaran, buku teks dan konten. Melibatkan guru dalam
proses pengembangan kurikulum penting untuk menyesuaikan konten kurikulum
dengan kebutuhan siswa di kelas. Sebagai seorang pendidik, seorang guru dapat
memahami psikologi siswa dan memiliki pengetahuan tentang metode dan strategi
pengajaran.18
Guru juga berperan sebagai evaluator dalam menilai hasil belajar siswa. Oleh
karena itu, dalam mengembangkan kurikulum mandiri, guru harus memiliki kualitas
seperti perancang, perencana, manajer, evaluator, peneliti, pengambil keputusan, dan
administrator. Guru dapat mengambil peran ini pada setiap tahap proses pengembangan
kurikulum. Beberapa penelitian menunjukkan belajar mandiri dalam kaitannya dengan
peran guru.
Guru juga tampil sebagai motor penggerak di balik belajar mandiri. Karena
kunci dari suatu kebijakan belajar mandiri adalah manusia, yaitu guru dan murid, yang
mandiri. Kurikulum mardeka adalah kurikulum dengan pembelajaran internal yang
bervariasi, yang isinya lebih optimal untuk memberikan waktu yang cukup bagi siswa
untuk membiasakan diri dengan konsep dan memperkuat kompetensi, Oleh karena itu,
pendidik diharapkan lebih aktif menggunakan teknologi. Penggunaan teknologi yang
efektif memudahkan guru untuk melakukan tugas dan kewajiban penting pengajaran
dan pendidikan. Guru abad 21 diharapkan mampu menerapkan rencana pembelajaran
yang menarik dan inovatif untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, nyaman
dan damai yang memfasilitasi siswa untuk mewujudkan cita-citanya sebagai pengubah
dunia. pendidikan dan mampu bersaing di kancah internasional. Abad ke21 menuntut
peran guru yang lebih tinggi dan optimal. Akibatnya guru yang tidak mengikuti
perkembangan alam dan waktu semakin tertinggal, sehingga tidak dapat lagi
melaksanakan tugasnya secara optimal dalam pelaksanaan tugas dan profesinya.
17
Baharun, H. (2015). Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Di Madrasah. Jurnal Pendidikan Pedagogik, 1(1), 34–46.
18
Adit, A. (2019). Gebrakan “Merdeka Belajar”, Berikut 4 Penjelasan Mendikbud
Nadiem.KOMPAS.Com. https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/12/12591771/gebrakanmerdekabelajar-
berikut-4 penjelasanmendikbud-nadiem?page=all
Dalam Permendikbud No 15 Tahun 2018 dijelaskan bahwa tugas pokok guru
meliputi19 :
1. Merencanakan pembelajaran atau bimbingan
2. Melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan yang dilakukan melalui kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler
3. Menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan.
4. Membimbing dan melatih peserta didik.
5. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok
sesuai dengan Beban Kerja Guru.
Dalam kurikulum merdeka, guru merupakan penggerak merdeka belajar. Guru
lebih dominan sebagai fasilitator. Seorang guru diharapkan mampu bersikap aktif dan
semangat, kreatif, inovatif serta terampil guna menjadi fasilitator penggerak perubahan
di sekolah. Sebagai fasilitator, guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan prinsip-
prinsip merdeka belajar.20
Pertama, Pembelajaran sesuai kondisi peserta didik. Sebagaimana firman Allah SWT.
dalam QS. an-Nahl (16) ayat 125 :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
Dalam ayat tersebut Allah swt. menyuruh dalam arti mewajibkan kepada Nabi
Muhammad SAW., dan umatnya untuk belajar dan mengajar dengan menggunakan
metode pembelajaran yang baik
Kedua, Pembelajar sepanjang hayat. Dalam Islam menuntut ilmu sudah bisa dimulai
ketika seseorang masih bayi atau anak-anak.
Ketiga adalah Holistik. Proses pembelajaran diharapkan dapat mendukung
perkembangan kompetensi dan kecerdasan peserta didik secara holistik (menyeluruh).
19
Kemdikbud. (2022). Buku Saku Kurikulum Merdeka; Tanya Jawab. Kementerian Pendidikan
DanKebudayaan, 1–50.
20
Halimah, L. (2020). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di Era Globalisasi. Bandung:
Refika Aditama.
Tujuan era digital ini adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
dalam kegiatan pembelajaran untuk mendukung tujuan pembelajaran yang dapat
dicapai. Di sini peran guru sangat diperlukan untuk membimbing dan mengarahkan
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan karena guru adalah
pemimpin siswa dalam proses pembelajaran. Guru memenuhi perannya dalam belajar
mandiri dengan merencanakan strategi atau metode pembelajaran berdasarkan belajar
mandiri.
Karena self-directed learning merupakan respon terhadap Revolusi Industri 4.0
digitalisasi, peran guru adalah merancang strategi implementasi yang relevan bagi
siswa sehingga siswa dapat memperoleh kompetensi atau keterampilan baru, yaitu
literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia mengunakan teknologi perubahan
zaman. Peran guru pada hakekatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum, yaitu sebagai
pengajar, pembimbing, dan pendidik. Sebagai guru, guru melakukan pembinaan,
menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Sebagai guru, guru
membantu siswa mengenali dirinya sendiri dan masalah mereka serta memecahkan
masalah. Sebagai pendidik, guru mendorong identifikasi dan pematangan siswa melalui
pembelajaran.
Cara Guru dan Sekolah Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Era
Digital
21
Mulyasa, E. (2021). Menjadi Guru Penggerak Merdeka Belajar (L. I. Darojah (ed.). Jakarta: PT Bumi
Aksara.
1. Guru ada yang tidak mengikuti pelatihan, ada yang tidak pernah mengikuti pelatihan.
2. Materi yang disampaikan tidak fokus membahas penilaian autentik tetapi
menjelaskan seluruh aspek Kurikulum Merdeka Belajar era digital.
3. Banyaknya jumlah siswa yang akan dinilai
4. Terbatasnya waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penilaian.
Dengan demikian, guru dapat menyusun alat ukur atau penilaian. Siswa tidak
dapat melanjutkan dengan subjek sampai mereka memiliki pemahaman konseptual dan
pemahaman tentang materi sebelumnya. Dalam dunia pendidikan, kemajuan teknologi
digital semakin mempermudah pelaksanaan pembelajaran bagi unsur pendidikan, baik
bagi guru/dosen maupun siswa di tingkat sekolah dasar dan menengah. Perkembangan
teknologi digital pada hakekatnya menciptakan informasi yang dapat melampaui akses
informasi yang tidak terbatas.22
Peran pendidik sebagai pendampingan yang berkesinambungan,
mengembangkan kemampuan pemecahanmasalah dan kerja tim siswa, serta
melaksanakan proses evaluasi yang menitikberatkan pada nilai, bukan proses
pembelajaran yang dilaksanakan. Guru harus mendidik siswa sesuai dengan
karakteristik siswa zaman sekarang yang disebut dengan “digital natives” atau biasa
disebut dengan generasi milenial. Generasi "digital native" memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: aktif, menyenangkan, santai, langsung, multi-tasking, jaringan dan hidup.
Untuk menyongsong perkembangan teknologi era digital dalam pendidikan siswa
generasi “digital native”, salah satu gagasan yang disampaikan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim adalah “belajar mandiri”.
Merdeka learning merupakan salah satu inisiatif Nadiem Makarim yang ingin
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa dan guru. Merdeka berarti
nilai yang kuat, kemandirian dan hasil yang besar, sedangkan belajar berarti usaha dan
pengalaman hidup. Learnable freedom disini dapat diartikan sebagai suatu
program/kegiatan/kegiatan yang membutuhkan komitmen, pengalaman langsung dan
keterampilan yang sesuai untuk membawa perubahan perilaku yang positif pada siswa
dan guru. implementasinya dalam pendidikan era digital dapat dimaknai sedemikian
rupa sehingga pendidikan dapat dilakukan dalam waktu dan tempat yang berbeda,
proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi pembelajaran dapat
tercipta tanpa memandang tempat dan waktu. . Implementasinya dalam pendidikan di
era digital dapat dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta smart education, smart
learning, smart assessment, smart classroom, smart content dan smart city. Hal tersebut
dapat dicapai dengan mendukung pengembangan karakter peserta didik menjadi
manusia unggul yang sadar, mampu beradaptasi secara teknologi, cerdas, bertanggung
jawab dan berakhlak mulia dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di
era digital.
Tantangan dan Peran Dari Guru Dalam Mengembangkan Kurikulum Merdeka
Era Digital Implementasi kurikulum mardeka di sekolah tidak lepas dari berbagai
tantangan. Salah satunya adalah kesiapan mental pendidik untuk mengubah peran guru
yang semula mengajar dengan pendekatan one-size-fits-all menjadi mampu
mentransformasikan peserta didik menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat. Dalam
hal ini, guru menjadi mentor, fasilitator atau coach dalam pembelajaran berbasis proyek
aktif pada digitalisasi.
Kurikulum Merdeka sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum 2013,
kurikulum sebelumnya, namun dalam istilah yang berbeda. Tantangannya adalah bahwa
guru mengembangkan tujuan pembelajaran mereka sendiri. Guru diberikan otonomi,
namun masih banyak guru yang masih belum dipersiapkan sesuai dengan
kemampuannya. Kenyataannya masih banyak guru yang belum mampu membuat
RPP/Modul Ajar yang baik, sehingga penting untuk memberdayakan kepala sekolah,
guru dankonselor. Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan wajib
menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum, yang menyediakan kerangka kurikulum
bagi sekolah yang dapat dirujuk oleh sekolah, sehingga fleksibilitas sekolah dalam
mengembangkan kurikulum mardeka dapat dipantau dan dinilai kualitasnya di era
digital.
Tantangannya juga terletak pada kemauan siswa untuk mengembangkan
kurikulumnya sendiri, terutama terkait dengan kebebasan memilih isi pembelajaran.
Hal ini perlu diperhatikan agar siswa benar-benar memilih belajar sesuai dengan
kemampuan dan minatnya, dan tidak hanya berdasarkan keputusan teman atau bahkan
tekanan dari guru maupun orang tua siswa pada kebebasan siswa dengan mengunakan
sumber pengetahuan bahkan di era digitalisasi pendidik dan peserta didik dapat memilih
konten pembelajaran melalui aplikasi serta sumber referansi di internet. Disitu
penguatan peran dan kerjasama pendidik dan orang tua peserta didik sangat penting
untuk memotivasi dan membimbing peserta didik belajar sesuai dengan minat dan
kemungkinannya untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan bermakna.
Perubahan kurikulum dan pengenalan kurikulum baru dalam organisasi
pendidikan diperlukan ketika kurikulum sebelumnya tidak lagi relevan atau ketika
revitalisasi pendidikan sangat dibutuhkan sesuai tuntunan zaman. Namun, perubahan
kurikulum yang belum matang, tergesa-gesa dan terlalu cepat berubah sangat sulit
diterapkan untuk 28 satuan pendidikan. Terutama bagi sekolah yang masih
membutuhkan banyak bantuan dan berada di daerah tertinggal yang mengali kulitas
jaringan internet yang kurang. Tanpa persiapan yang matang, hasil pendidikan yang
maksimal tidak akan tercapai, hanya hasil eksperimen, dan pelaksana pendidikan
tersiksa oleh tuntutan penyesuaian terus-menerus karena kurikulum tidak dilaksanakan
dengan baik dan diganti dengan kurikulum baru.
Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Sekolah Proses pembelajaran kurikulum
mardeka sekolah terkait dengan profil siswa tujuan Pancasila adalah menghasilkan
lulusan berkualitas yang menjaga nilai-nilai karakter. Struktur kurikulum mandiri terdiri
dari kegiatan internal, proyek yang meningkatkan profil siswa Pancasila, dan kegiatan
ekstrakurikuler yang berdaya saing global. Sebagaimana dalam Keputusan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No. 162 Tahun 2021, bahwa kerangka
dasar kurikulum terdiri dari struktur kurikulum, hasil belajar, prinsip pembelajaran dan
penilaian. Dalam kurikulum mandiri, setiap kegiatan harus mengarah pada suatu
proyek.
Dalam hal ini sekolah sering mengadakan pameran untuk mempresentasikan
hasil karya siswa baik itu media elektronik, sosmed dan papan digital, walaupun tidak
memiliki halaman yang luas, mereka bekerjasama dengan orang tua atau instansi untuk
mendukung terwujudnya pameran tersebut. Struktur kurikulum mandiri sekolah
menurut Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No.
162Tahun 2021 dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu: Fase A untuk Kelas I dan Kelas II,
Fase B untuk Kelas III dan Kelas IV, serta Fase C untuk Kelas V dan Kelas VI. Fase A
merupakan fase pengembangan dan penguatan literasi dan numerasi. Ilmu Pengetahuan
Alam (IPAS) belum menjadi mata kuliah wajib di Fase A. Ilmu Pengetahuan Alam
termasuk dalam fase B. Tujuan mata kuliah IPAS adalah untuk mengembangkan
keterampilan dasar untuk gelar ilmu alam dan ilmu sosial. Sekolah dapat
mempresentasikan studinya pada mata pelajaran apa saja atau melanjutkan mata
pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan profil karakter pancasila. Asesmen
kurikulum mandiri bagi sekolah yang akan dilaksanakan adalah asesmen holistik yang
mendorong siswa untuk mengejar kualifikasi sesuai dengan kemampuan dan minatnya,
tanpa membebankan nilai minimal yang harus diluluskan siswa atau diberitahukan
bahwa KKM sudah tidak ada lagi. kurikulum mandiri. Guru independen dapat menilai
dengan bebas.23
Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Nadiem Makarim di Jakarta pada
11 Desember 2019. Terkait empat pilar kebijakan tersebut, yakni:Ujian Nasional (UN)
ditiadakan dan diganti dengan Asesmen Kualifikasi Minimal dan Asesmen Karakter,
kewenangan penuh untuk masing-masing sekolah dalam hal yang berkaitan dengan
kebijakan USBN, Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), PPdB
lebih ditekankan pada perencanaan.
Sistem. Pengenalan self-assessment di sekolah mengemudi memiliki dampak
positif dan negatif, dampak positifnya adalah tidak adanya tekanan kepada siswa atau
guru untuk mencapai nilai minimal yang telah ditetapkan, namun dampak negatifnya
adalah motivasi belajar siswa menjadi rendah. bersaing
23
Rosidah,C.T.,Pramulia,P.,&Susiloningsih,W .(2021). Analisis Kesiapan Guru Mengimplementasikan
Asesmen. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol 12 No(1), 87–103.
Kesimpulan
Sebagai manajer sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen sekolah.
Kepala sekolah dalam konteks ini, memiliki tugas merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan segenap usaha pencapaian tujuan pendidikan.
Dengan kata lain kepala sekolah harus mampu melahirkan ide-ide baru dan kreatif.
Dikarenakan kewenangan yang dimiliki kepala sekolah, maka harus ada ide-ide baru yang
bersifat lebih terbuka terhadap setiap program di sekolah. Begitu pula dalam konteks
pengembangan kurikulum sekolah. Kepala sekolah harus mampu manghadirkan inspirasi dan
ide pembaharuan, sehingga program sekolah (kurikulum) yang dijalankan senantiasa aktual /
mutakhir.
Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah harus mampu menterjemahkan,
menjabarkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum kepada
anak didik. Dalam pengembangan kurikulum. Jadi diharapkan kepada sosok guru mampu
mengembangkan kurikulum di sekolah secara efektif, efesien dengan membuat perencanaan
matang dan lengkap, sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan akan berhasil dengan
baik sesuai dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai
Daftar Pustaka
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya (Yogyakarta: Kanisius, 1994),
20.
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), 98-
122
Rian Nugroho, Kebijakan Pendidikan yang Unggul (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 151
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah., 25.
Dirawat, dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), 80.
http://massofa.wordpress.com/2011/02/09/fungsi-dan-tanggung-jawab-kepala-sekolah/
Diakses pada hari Minggu 21 Oktober 2019, pukul 11:15 WIB.
11 Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002),65.
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah., 187.
Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: Rajawali Pres, 2011), 82.
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda karya,
2005), hlm. 200
Harimas Ramadhan, Deriwanto Deriwanto, and Hendra Harmi, “Problematika Implementasi
Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah,” journal TA’LIMUNA 12, no. 2
(November 16, 2023): 89–105.
Ali, Muhammad, Guru dan Kurikulum, (Bandung: Sinar Baru, 2007), hlm. 7
Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), hlm. 199
Khoirun Nisa, “Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam” 4, no. 2
(2018).
Baharun, H. (2016a). Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui
Model ASSURE. Cendekia: Journal of Education and Society, 14(2), 231–246
SMP Nurul Jadid, “Paradigma Pengembangan Kurikulum Pai Di Lembaga Pendidikan” 1, No.
2 (2017).
Baharun, H. (2015). Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Di Madrasah. Jurnal Pendidikan PedaAdit, A. (2019). Gebrakan
“Merdeka Belajar”, Berikut 4 Penjelasan Mendikbud Nadiem.KOMPAS.Com.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/12/12591771/gebrakanmerdekabelajar-
berikut-4 penjelasanmendikbud-nadiem?page=all
Kemdikbud. (2022). Buku Saku Kurikulum Merdeka; Tanya Jawab. Kementerian Pendidikan
DanKebudayaan, 1–50.
Halimah, L. (2020). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di Era Globalisasi. Bandung:
Refika Aditama.
Mulyasa, E. (2021). Menjadi Guru Penggerak Merdeka Belajar (L. I. Darojah (ed.). Jakarta:
PT Bumi Aksara.