Anda di halaman 1dari 13

EFEKTIVITAS MANAJEMEN KURIKULUM TERPADU DALAM

MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KREATIVITAS


GURU
DI SD AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CIREBON
DANI, S.Ag., M.Si.1
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon
Abstarct

Integrated curriculum is one of the concepts of a curriculum that sought to


enhance the professional competence and creativity of teachers in the
classroom. To achieve these objectives required the implementation of an
integrated curriculum management as one of learning strategies. But the
application of an integrated curriculum management was not able to improve
the professional competence and creativity of teachers because teachers have
obstacles to its application. Based on these problems, the extent to which the
effectiveness of integrated curriculum management in improving the
professional competence and creativity teachers in SD Al Irsyad Al Islamiyyah
Cirebon.
Key word : Integrated Curriculum, Competence and Creativity
Pendahuluan
Model-model
kurikulum
yang
dikembangkan oleh pusat kurikulum di
antaranya adalah model Pembelajaran
Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar.
Model ini memberi contoh bagi guru di
kelas awal SD untuk menyusun
program kegiatan dan pelaksanaan
kegiatan serta penilaiannya. Salah
satu sistem yang dapat diterapkan
yakni
siswa
belajar
dengan
melakukan.
Selama
proses
melakukan tersebut mereka akan
memahami dengan lebih baik dan
menjadi lebih antusias di kelas. Dalam
proses
pembelajaran
perlu
memadukan
antara
satu
mata
pelajaran dengan mata pelajaran lain
dalam satu tema. Alasan pertama
yang mendasari hal ini adalah karena
latar belakang empiris. Peserta didik
kelas satu berada pada rentangan usia
dini yang masih melihat segala
sesuatu sebagai suatu keutuhan
sehingga
pembelajarannya
masih
bergantung pada objek-objek konkret
dan pengalaman yang dialaminya.
1 Dosen Prodi PAI Fakultas Agama Islam

Alasan kedua, yaitu Pelaksanaan


pembelajaran di SD yang terpisah
untuk setiap mata pelajaran akan
menyebabkan
kurang
mengembangkan anak untuk berpikir
holistik. Alasan ketiga yaitu terdapat
permasalahan di kelas awal antara lain
tingginya angka mengulang dan putus
sekolah.
Sejak
bergulirnya
Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) tahun
2004 kelas satu dan dua di sekolah
dasar dihimbau oleh Dinas Pendidikan
di
Indonesia
untuk
menerapkan
pembelajaran tematik. Belum dua
tahun KBK berjalan, muncul embrio
dari KBK yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
2006
menghimbau kelas satu sampai tiga
sekolah dasar untuk menerapkan
pembelajaran terpadu.
Dalam
rangka
mengimplementasikan
Standar
Isi
yang termaktub di dalam Standar
Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia,
maka
pembelajaran
yang
akan
diterapkan pada siswa sekolah dasar

lebih cocok jika dikelola dalam model


pembelajaran terpadu. Pelaksanaan
model pembelajaran terpadu ini dapat
dilakukan
melalui
pendekatan
pembelajaran tematik.
Guru merupakan ujung tombak
pengembangan kurikulum sekaligus
sebagai
pelaksana
kurikulum
di
lapangan. Guru juga sebagai faktor
kunci (key factor) dalam keberhasilan
suatu
kurikulum.
Bagaimanapun
baiknya suatu kurikulum disusun,
pada
akhirnya
akan
sangat
bergantung pada kemampuan guru di
lapangan. Efektivitas suatu kurikulum
tidak akan tercapai, jika guru tidak
dapat memahami dan melaksanakan
kurikulum
dengan
baik
sebagai
pedoman dalam proses pembelajaran.
Artinya, guru tidak hanya berfungsi
sebagai
pengembang
kurikulum,
tetapi
juga
sebagai
pelaksana
kurikulum (Arifin, 2011:15). Guru
betul-betul dituntut untuk selalu
meningkatkan kompetensinya sesuai
dengan perkembangan kurikulum itu
sendiri,
perkembangan
IPTEK,
perkembangan
masyarakat,
perkembangan psikologi belajar dan
perkembangan ilmu pendidikan. Guru
harus
memiliki
kompetensi
profesional, kompetensi pedagogik,
kompetensi personal dan kemampuan
personal
secara
seimbang
dan
terpadu.
Berdasarkan
penelitian
pendahuluan di Sekolah Dasar Al
Irsyad Al Islamiyyah Cirebon sudah
menerapkan manajemen kurikulum
Islam terpadu melalui pembelajaran
tematik. Dengan sudah diterapkannya
manajemen kurikulum Islam terpadu
tersebut,
seharusnya
dapat
meningkatkan kompetensi profesional
dan
kreativitas
guru.
Namun
kenyataannya yang terjadi sekarang
adalah kompetensi profesional dan
kreativitas guru di SD Al Irsyad Al
Islamiyyah
Cirebon masih rendah.
Banyak guru di SD Al Irsyad Al
Islamiyyah Cirebon menjadi bingung
setelah diterapkannya pembelajaran
tematik yang harus dilaksanakan di
kelas. Begitu pula dengan kepala

sekolah menghadapi dilema dalam


menerapkan manajemen kurikulum
terpadu. Padahal para guru sudah
terbiasa
mengajar
dengan
pembelajaran
yang
bersifat
fragmented,
pembelajaran
yang
memberikan
pelajaran
secara
terpisah-pisah untuk setiap mata
pelajaran yang diajarkan di SD.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka
timbul
masalah
sejauh
mana
efektivitas
manajemen
kurikulum
terpadu
dapat
meningkatkan
kompetensi profesional dan kreativitas
guru di Sekolah Dasar Al Irsyad Al
Islamiyyah Cirebon.
Tujuan Penelitian
1. Menggambarkan
manajemen
kurikulum terpadu yang diterapkan
di Sekolah Dasar Al Irsyad Al
Islamiyyah Cirebon.
2. Menjelaskan respons guru terhadap
kurikulum terpadu di Sekolah Dasar
Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon.
3. Membuktikan efektif dan tidaknya
manajemen
kurikulum
terpadu
yang diterapkan di Sekolah Dasar
Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon.
Kerangka Pemikiran
Manajemen
kurikulum
adalah
sebagai suatu sistem pengelolaan
kurikulum
yang
kooperatif,
komprehensif, sistemik dan sistematik
dalam
rangka
mewujudkan
ketercapaian
tujuan
kurikulum
(Rusman,
2009:3).
Manajemen
kurikulum
merupakan
substansi
manajemen yang utama di sekolah.
Prinsip dasar manajemen kurikulum ini
adalah
berusaha
agar
proses
pembelajaran dapat berjalan dengan
baik, dengan tolok ukur pencapaian
tujuan oleh siswa dan mendorong guru
untuk menyusun dan terus menerus
menyempurnakan
strategi
pembelajarannya. Dengan demikian
dalam pelaksanaannya manajemen
kurikulum harus dikembangkan sesuai
dengan konteks Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat
Satuan pendidikan (KTSP).

Kurikulum
terpadu
(integrated
curriculum
approach)
atau
pembelajaran
terpadu
(integrated
teaching and learning) merupakan
salah satu konsep pembelajaran yang
dipandang
mampu
meningkatkan
kualitas pembelajaran di dalam kelas.
Bilamana konsep ini direncanakan
dengan baik dan penerapannya benar,
maka akan mampu memberikan
pemahaman secara utuh kepada siswa
di
dalam
menerima
materi
pembelajaran, karena tereintegrasi
dengan berbagai keterampilan dan
disiplin ilmu dari berbagai mata
pelajaran.
Sesuai dengan panduan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Depdiknas (2006) yang menyatakan
bahwa pengalaman belajar siswa
menempati posisi penting dalam
usaha meningkatkan kualitas lulusan.
Untuk
itu
guru
dituntut
untuk
meningkatkan kompetensi profesional
dan kreativitasnya dalam merancang
dan
melaksanakan
program
pengalaman belajar dengan tepat.
Guru yang mempunyai kompetensi
profesional tidak hanya dituntut untuk
menguasai bidang ilmu, bahan ajar,
metode pembelajaran, memotivasi
peserta didik, memiliki keterampilan
yang tinggi dan wawasan yang luas
terhadap dunia pendidikan, tetapi juga
harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang hakikat manusia
dan masyarakat. Profesional seorang
guru merupakan suatu keharusan
dalam mewujudkan sekolah berbasis
pengetahuan,
yaitu
pemahaman
tentang pembelajaran, kurikulum, dan
perkembangan
manusia
termasuk
gaya belajar. Sedangkan kompetensi
profesional merupakan kompetensi
yang harus dikuasai guru dalam
kaitannya dengan pelaksanaan tugas
utamanya mengajar.
Selain
kompetensi
profesional
guru, peran penting lainnya dalam
merancang kurikulum terpadu adalah
kreativitas guru sehingga setiap siswa
memerlukan bekal pengetahuan dan
kecakapan agar dapat hidup di
masyarakat dan bekal ini diharapkan

diperoleh melalui pengalaman belajar


di
sekolah.
Oleh
karena
itu
pengalaman
belajar
di
sekolah
sedapat mungkin memberikan bekal
siswa dalam mencapai kecakapan
untuk berkarya. Kecakapan ini disebut
dengan
kecakapan
hidup
yang
cakupannya lebih luas dibanding
hanya sekedar keterampilan.
Manajemen Kurikulum
Istilah manajemen diartikan juga
dengan menganalisa, menetapkan
tujuan/sasaran
serta
mendeterminasi tugas-tugas dan
kewajiban-kewajiban
secara
baik,
efektif dan efisien (Wirasaputra, dkk,
2001:55).
Secara
terminologi
Istilah
manajemen
(management)
telah
diartikan oleh berbagai pihak dengan
perspektif
yang
berbeda-beda,
misalnya pengelolaan, pembinaan,
pengurusan,
ketatalaksanaan,
kepemimpinan,
ketatapengurusan,.
administrasi, dan sebagainya. Masingmasing pihak dalam memberikan
istilah diwarnai oleh latar belakang
pekerjaan,
pengalaman
dan
pengetahuannya.
Konsep
manajemen
yang
didasarkan pada usaha dan prosesnya
dikemukakan oleh John D. Millett
(dalam
Samsudin,
2006
:
18)
membatasi
manajemen
is
the
process of directing and facilitating
the work of people organized in formal
groups to achieve a desired goal
(adalah suatu proses pengarahan dan
pemberian fasilitas kerja kepada orang
yang diorganisasikan dalam kelompok
formal untuk mencapai tujuan).
Berdasarkan
batasan-batasan
manajemen, baik secara etimologi
maupun
terminologi
di
atas,
manajemen dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan organisasi yang logis
dan sistematis yang dilakukan dengan
kreativitas pribadi yang disertai suatu
keterampilan
dalam
mengatur
organisasi melalui proses kegiatankegiatan
perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian yang dilakukan dalam

upaya mencapai tujuan organisasi


melalui kerja sama secara efisien.
Selanjutnya
berdasarkan
pengertian manajemen dan kurikulum
di atas, maka pengertian manajemen
kurikulum adalah sebagai suatu
sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik dan
sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian
tujuan
kurikulum
(Rusman,
2009:3).
Hal
senada
dikemukakan pula oleh Sudarsyah dan
Diding Nurdin (2009:189), bahwa
manajemen
kurikulum
adalah
sebagai suatu sistem pengelolaan
kurikulum
yang
kooperatif,
komprehensif, sistemik, dan sistematik
dalam
rangka
mewujudkan
ketercapaian
tujuan
kurikulum.
Sementara
Hamalik
(2006:20),
mengartikan manajemen kurikulum
adalah studi mendalam tentang
seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu yang mencakup
perencanaan,
pelaksanaan
dan
evaluasi kurikulum.
Berdasarkan pengertian di atas,
maka manajemen kurikulum dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan
dalam mengatur seperangkat mata
pelajaran untuk membimbing siswa
dalam
memperoleh
pengalaman
pendidikannya
secara
kooperatif,
komprehensif, sistemik, dan sistematik
melalui
proses
perencanaan,
pelaksanaan
dan
evaluasi
yang
dilakukan dalam upaya mencapai
tujuan
pendidikan
yang
telah
ditetapkan melalui kerja sama secara
efektif dan efisien.
Prinsip Pelaksanaan Manajemen
Kurikulum
Pada tingkat sekolah kegiatan
kurikulum lebih mengutamakan untuk
merealisasikan dan merelevansikan
antara kurikulum nasional dengan
kebutuhan daerah dan kondisi sekolah
yang
bersangkutan,
sehingga
kurikulum
tersebut
merupakan
kurikulum yang integritas dengan

peserta
didik
maupun
dengan
lingkungan.
Terdapat beberapa prinsip yang
harus
diperhatikan
dalam
melaksanakan manajemen kurikulum
di antaranya :
a. Produktivitas, hasil yang akan
diperoleh
dalam
kegiatan
kurikulum merupakan aspek yang
harus
dipertimbangkan
dalam
manajemen
kurikulum.
Pertimbangan
bagaimana
agar
peserta didik dapat mencapai hasil
belajar sesuai dengan tujuan
kurikulum harus menjadi sasaran
dalam manajemen kurikulum.
b. Demokratisasi,
pelaksanaan
manajemen
kurikulum
harus
berasaskan pada demokrasi yang
menempatkan
pengelola,
pelaksana dan subjek didik pada
posisi yang seharusnya dalam
melaksanakan tugas dengan penuh
tanggung jawab untuk mencapai
tujuan kurikulum.
c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil
yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen
kurikulum
perlu
adanya kerja sama yang positif dari
berbagai pihak yang terlibat.
d. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian
kegiatan manajemen kurikulum
harus
mempertimbangkan
efektivitas dan efisiensi untuk
mencapai
tujuan
kurikulum,
sehingga
kegiatan
manajemen
kurikulum tersebut memberikan
hasil yang berguna dengan biaya,
tenaga dan waktu yang relatif
singkat.
e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan
yang ditetapkan dalam kurikulum,
proses manajemen kurikulum harus
dapat
memperkuat
dan
mengarahkan visi, misi dan tujuan
kurikulum (Rusman, 2009:4).
Proses
pendidikan
perlu
dilaksanakan
melalui
manajemen
kurikulum untuk memberikan hasil
kurikulum yang lebih efektif, efisien
dan optimal dalam memberdayakan
berbagai sumber maupun komponen
kurikulum.

Konsep Dasar Kurikulum Terpadu


Definisi kurikulum terpadu dapat
dibangun
sesuai
dengan
sudut
pandang yang berbeda, meliputi
kerangka
konsep,
tujuan,
dan
implementasinya.
Dipandang
dari
konsep
yang
paling
sederhana,
kurikulum terpadu diartikan sebagai
suatu "hubungan yang bermakna
antara beberapa subyek" (Harsono,
2005:4). Berangkat dari pemahaman
yang sederhana ini maka muncullah
berbagai macam pertanyaan yang
berkaitan dengan kata "hubungan",
yaitu hubungan yang bagaimana,
menghubungkan apa dengan apa,
apakah
hubungan
tadi
berbasis
keterampilan
atau
pengetahuan?
Selain itu, keterpaduan dapat diartikan
sebagai suatu fusi (kombinasi antara
dua subyek) dan dapat pula diartikan
sebagai unifikasi seluruh subyek dan
pengalaman.
Diskusi
tentang
kurikulum
terpadu
ini
sudah
berlangsung cukup lama, bahkan pada
tahun 1935 telah diformulasikan oleh
the National Council of Teachers of
English di Amerika Serikat. Namun
demikian
berbagai
definisi
yang
berkembang di kemudian hari tetap
tidak memberikan solusi yang sesuai
dengan
kebutuhan
untuk
pengembangan kurikulum itu sendiri.
Berdasarkan situasi seperti ini maka
muncullah gagasan tentang kategori
kurikulum terpadu yang kemudian
lebih diterima oleh para pemerhati
pendidikan,
yaitu
integrasi
multidisiplin,
antar
disiplin,
dan
transdisiplin.
Kurikulum
terpadu
dalam
pandangan Islam dirancang sebagai
upaya
qaulan
sadiida
untuk
menjadikan generasi penerus yang
bertakwa kepada Allah secara total
dan
komprehensif
serta
dapat
membentuk
peradaban
dan
kebudayaan
Islam.
Hal
ini
sebagaimana dijelaskan Firman Allah
SWT dalam Al Quran Surat Fushilat
[41] ayat 53.


Artinya : Kami akan memperlihatkan
kepada
mereka
tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri,
hingga jelas bagi mereka bahwa Al
Quran itu adalah benar. Tiadakah
cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?
(Ashshiddieqy, dkk., 2000: 475)
Berdasarkan uraian di atas, dapat
dijelaskan bahwa hakikat kurikulum
terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan
siswa, baik secara individual maupun
kelompok
untuk
aktif
mencari,
menggali dan menemukan konsep
serta prinsip keilmuan secara holistik
dan otentik. Pembelajaran terpadu
akan
terjadi
apabila
peristiwaperistiwa otentik atau eksplorasi
topik/tema menjadi pengendali di
dalam kegiatan belajar sekaligus
proses dan isi berbagai disiplin
ilmu/mata pelajaran/pokok bahasan
secara serempak di bahas.

Tujuan Kurikulum Terpadu


Tujuan
merupakan
faktor
terpenting dalam proses kependidikan,
oleh karena itu dengan adanya tujuan
yang jelas, maka materi pelajaran dan
metode yang dipergunakan mendapat
corak dan isi serta potensialitas yang
sejalan
dengan
cita-cita
yang
terkandung dalam tujuan pendidikan.
Pembelajaran terpadu menurut
Sukayati
(2004:4)
dikembangkan
selain
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan,
diharapkan siswa juga dapat:
a. Meningkatkan pemahaman konsep
yang dipelajarinya secara lebih
bermakna.
b. Mengembangkan
keterampilan
menemukan,
mengolah
dan
memanfaatkan informasi.
c. Menumbuhkembangkan
sikap
positif, kebiasaan baik, dan nilainilai luhur yang diperlukan dalam
kehidupan.

d. menumbuhkembangkan
keterampilan sosial seperti kerja
sama, toleransi, komunikasi, serta
menghargai pendapat orang lain.
e. Meningkatkan gairah dalam belajar.
f. Memilih kegiatan yang sesuai
dengan minat dan kebutuhannya.
Setiap siswa memerlukan bekal
pengetahuan dan kecakapan agar
dapat hidup di masyarakat dan bekal
ini diharapkan diperoleh melalui
pengalaman belajar di sekolah. Oleh
sebab itu pengalaman belajar di
sekolah sedapat mungkin memberikan
bekal
siswa
dalam
mencapai
kecakapan untuk berkarya. Kecakapan
ini disebut dengan kecakapan hidup
yang cakupannya lebih luas dibanding
hanya sekedar keterampilan.
Model Kurikulum Terpadu
Pembelajaran
terpadu
atau
integrated teaching and learning atau
integrated
curriculum
approach
merupakan
salah
satu
konsep
pembelajaran yang dipandang mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran
di dalam kelas. Bilamana konsep ini
direncanakan
dengan
baik
dan
penerapannya benar, maka akan
mampu
memberikan
pemahaman
secara utuh kepada siswa di dalam
menerima
materi
pembelajaran,
karena tereintegrasi dengan berbagai
keterampilan dan disiplin ilmu dari
berbagai mata pelajaran.
Model pembelajaran terpadu bila
ditinjau dari sifat materi dan cara
memadukan konsep, keterampilan dan
unit
tematisnya
menurut
Robin
Fogarty (1991: xiv) ada sepuluh model
yang terdiri atas model Fragmented,
Connected,
Nested,
Sequenced,
Shared,
Webbed,
Threaded,
Integrated, Immersed, dan Networked.
Dari kesepuluh model pembelajaran
yang
dikemukakan
oleh
Fogarty
tersebut, menurut Sukayati (2004:5)
hanya 3 (tiga) model yang digunakan
pada kurikulum PGSD yaitu connected
model, webbed model, dan integrated
model.
a. Model
Hubungan/Model
Terkait
(Connected model)

Model pembelajaran
ini menurut Fogarty,
(1991:14)
adalah
making
explicit
connections
within
each subject area,
connecting one topic
to next; connecting
one concept to another; connecting a
skill to related skill; connecting one
day's work to the next, one even one
semester's ideas to the next.
(Menyajikan hubungan yang eksplisit
di dalam suatu mata pelajaran yaitu
menghubungkan satu topik ke topik
yang lain, satu konsep ke konsep yang
lain,
satu
keterampilan
ke
keterampilan yang lain, satu tugas ke
tugas berikutnya).
Pada
pembelajaran
model
ini
kunci
utamanya
adalah
adanya satu usaha
secara sadar untuk
menghubungkan
bidang kajian dalam
satu disiplin ilmu. Keunggulan dari
model pembelajaran ini adalah siswa
memperoleh
gambaran
secara
menyeluruh tentang suatu konsep,
sehingga transfer pengetahuan akan
sangat mudah karena konsep-konsep
pokok dikembangkan terus menerus
(Sukayati, 2004:5).
b. Model
Jaring
Laba-laba/Model
Terjala (Webbed model)

Model
pembelajaran
ini
menurut
Fogarty,
(1991:54)
adalah
webbed
curricula
represent
the
thematic approach to
integrating subject matter. (Model
pembelajaran ini pada dasarnya
menggunakan pendekatan tematik).
Pendekatan ini pengembangannya
dimulai dengan menentukan tema
tertentu. Tema yang ditetapkan dapat
dipilih antara guru dengan siswa atau
sesama guru. Setelah tema disepakati
maka dilanjutkan dengan pemilihan
sub-sub tema dengan memperhatikan
kaitannya
dengan
antar
mata
pelajaran.
Dari sub-sub tema ini direncanakan
aktivitas belajar yang harus dilakukan
siswa.
Keuntungan
dari
model
pembelajaran terpadu ini bagi siswa
adalah
diperolehnya
pandangan
hubungan yang utuh tentang kegiatan
dari
ilmu
yang
berbeda-beda
(Sukayati, 2004:5).
c. Model Terpadu (Integrated model)
Model pembelajaran ini menurut
Fogarty,
(1991:54)
adalah
The
integrated curricular model represents
a cross disciplinary approach. (Model
pembelajaran
terpadu
ini
menggunakan pendekatan antar mata
pelajaran). Model ini diusahakan
dengan
cara
menggabungkan
beberapa mata pelajaran yaitu dengan
menetapkan prioritas dari kurikulum
dan menemukan keterampilan, konsep
dan sikap yang saling tumpang tindih
di dalam beberapa mata pelajaran
(Sukayati, 2004:5) .
Kompetensi Profesional Guru
Kemampuan
mengajar
guru
sebenarnya merupakan pencerminan
penguasaan
guru
terhadap
kompetensinya. Dalam bukunya Nana
Sudjana dijelaskan ada 10 kompetensi
yang harus dimiliki guru untuk
mencapai
tujuan
pendidikan.
Kompetensi
tersebut
(Sudjana,
1991:19) adalah:

a. Menguasai bahan materi


b. Mengelola
program
belajar
mengajar
c. Mengelola kelas
d. Menguasai landasan pendidikan
e. Mengelola
interaksi
belajar
mengajar
f. Menggunakan media dan sumber
belajar
g. Menilai
prestasi
siswa
dalam
pendidikan dan pengajaran
h. Mengenal fungsi dan layanan
bimbingan dan penyuluhan
i. Mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah
j. Menguasai
prinsip-prinsip
dan
menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan
guna
keperluan
pengajaran.
Memahami uraian di atas, nampak
bahwa
Kompetensi
profesional
merupakan kompetensi yang harus
dikuasai guru dalam kaitannya dengan
pelaksanaan
tugas
utamanya
mengajar.
Kompetensi profesional merupakan
kompetensi yang harus dikuasai guru
dalam kaitannya dengan pelaksanaan
tugas utamanya mengajar. Sementara
itu
dalam
Standar
Nasional
Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
butir c, dikemukakan bahwa yang
dimaksud
dengan
kompetensi
profesional
adalah
kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran
secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi
yang
ditetapkan
dalam
Standar
Nasional
Pendidikan
(Mulyasa,
2001:138).
Kompetensi guru dalam hal ini
adalah tidak hanya berperan untuk
mendorong
untuk
meningkatkan
prestasi belajar siswa, tapi juga yang
lebih jauh lagi untuk memotivasi siswa
agar lebih aktif dan bergairah belajar.
Bila guru berhasil mengaktifkan dan
menggairahkan siswa dalam belajar,
maka guru telah berhasil memotivasi
siswa, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Kreativitas Guru

Kreativitas adalah kesanggupan


untuk menemukan sesuatu yang baru
dengan jalan mempergunakan daya
khayal, fantasi dan imajinasi. Menurut
para pandangan pendidik, kreativitas
itu seperti dirumuskan dalam The
Dictionary of Education (Sutadipura,
1985:102), sebagai berikut Creativity
is a quality thought to be make up of
associative and ideational fluency,
originality, adopt and spontaneous
flexibility, and the ability to make
logical evaluations
Kreativitas atau perbuatan kreatif
banyak
berhubungan
dengan
intelegensi. Seorang yang tingkat
intelegensinya
rendah,
maka
kreativitasnya juga relatif kurang.
Kreativitas juga berkenaan dengan
kepribadian. Seorang yang kreatif
adalah orang yang memiliki ciri-ciri
kepribadian tertentu seperti: mandiri,
bertanggung jawab, bekerja keras,
motivasi tinggi, optimis, punya rasa
ingin tahu yang besar, percaya diri,
terbuka, memiliki toleransi, kaya akan
pemikiran dan lain-lain.
Proses
pembelajaran
pada
hakikatnya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreativitas peserta didik,
melalui
berbagai
interaksi
dan
pengalaman belajar. Namun dalam
pelaksanaannya sering kali kita tidak
sadar, bahwa masih banyak kegiatan
pembelajaran
yang
dilaksanakan
justru menghambat aktivitas dan
kreativitas peserta didik.
Berdasarkan berbagai penelitian
Gibbs
yang
dikutip
Mulyasa
(2001:163-154), menyimpulkan bahwa
kreativitas
dapat
dikembangkan
dengan
memberi
kepercayaan,
komunikasi yang bebas, pengarahan
diri, dan pengawasan yang tidak
terlalu ketat. Hasil penelitian tersebut
dapat diterapkan atau ditransfer
dalam proses pembelajaran. Dalam
hal ini peserta didik akan lebih kreatif
jika:
a. Dikembangkan rasa percaya diri
pada peserta didik, dan tidak ada
perasaan takut.

b. Diberi
kesempatan
untuk
berkomunikasi ilmiah secara bebas
dan terarah.
c. Dilibatkan
dalam
menentukan
tujuan dan evaluasi belajar.
d. Diberikan pengawasan yang tidak
terlalu ketat dan tidak otoriter;
serta
e. Dilibatkan secara aktif dan kreatif
dalam proses pembelajaran secara
keseluruhan.
Berdasarkan
uraian
yang
dikemukakan di atas nampaknya sulit
untuk dilakukan. Namun paling tidak
guru
harus
dapat
menciptakan
suasana belajar yang kondusif, yang
mengarah pada situasi, misalnya
dengan mengembangkan modul yang
heuristik dan hipotetik. Kendatipun
demikian,
kualitas
pembelajaran
sangat ditentukan oleh aktivitas dan
kreativitas
guru,
di
samping
kompetensi-kompetensi
profesionalnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dengan pendekatan
kualitatif
deskriptif
karena
penelitiannya fokus pada manajemen
kurikulum
terpadu
efektivitasnya
dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional dan kreativitas guru di SD
Al Irsyad Al Islamiyyah
Cirebon.
Menurut Bogdab Taylor (Moleong,
2000:13).
Peneliti berupaya menggambarkan
kembali
data-data
yang
telah
terkumpul
mengenai
bagaimana
implementasi manajemen kurikulum
Islam terpadu dalam meningkatkan
mutu pendidikan Islam pada SD Islam
Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon. Untuk
menganalisis data yang diperoleh
dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu
bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan,
membuang
data
yang
tidak
diperlukan, dan mengorganisasi data
sehingga kesimpulan final dapat
diambil dan diverifikasi. Data kualitatif
dapat
disederhanakan
dan

ditransformasi dengan berbagai cara;


seleksi, ringkasan, penggolongan, dan
bahkan ke dalam angka-angka.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan alur
kedua dalam kegiatan analisis data.
Data dan informasi yang sudah
diperoleh di lapangan dimasukkan ke
dalam suatu matriks. Penyajian data
dapat meliputi berbagai jenis matriks,
grafik, jaringan dan bagan.
Penyajian
sebagai
kumpulan
informasi tersusun yang memberi
kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan
tindakan.
Untuk
penyajian
data
penelitian dilakukan dengan cara
menyusun hasil reduksi secara naratif,
yaitu di uraikan dalam kalimat verbal
sehingga memungkinkan membuat
kesimpulan
dan
pengambilan
tindakan. Jika data tidak sesuai
dengan fokus penelitian, maka peneliti
perlu
mereduksi
kembali
atau
menjaring data baru. Sebaliknya jika
data sudah sesuai dan teruji, maka
bisa di lanjutkan tahap penarikan
kesimpulan sementara.
3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi
Setelah
matriks
terisi,
maka
kesimpulan awal dapat dilakukan.
Sekumpulan informasi yang tersusun
memungkinkan
adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan
tindakan.
Penarikan
kesimpulan
hanyalah
sebagian
dari
suatu
kegiatan. Kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung.
Menarik
kesimpulan
adalah
kegiatan dalam memberi kesimpulan
terhadap
hasil
penafsiran
dan
evaluasi. Dengan tujuan mencari
makna
dan
data
beserta
penjelasannya.
Setelah
temuantemuan
sementara
dilalukan
triangulasi
setelah
pengecekan
kevalidan
temuan
penelitian,
dirumuskan simpulan temuan akhir
penelitian dalam tahapan-tahapan
yang
dilakukan
peneliti
dari
wawancara , observasi dan studi
dokumentasi.
Hasil Penelitian

Manajemen Kurikulum Terpadu


Manajemen kurikulum merupakan
bagian yang cukup penting dalam
pendidikan
karena
di
dalamnya
terdapat sebuah proses memadukan
sumber-sumber belajar yang terdiri
dari berbagai aspek mulai dari guru
sebagai fasilitator, peserta didik,
bahan pelajaran, buku maupun media
sebagi alat bantu yang digunakan
untuk
mencapai
keberhasilan
pendidikan.
Tujuan
manajemen
kurikulum
adalah untuk menciptakan proses
belajar dengan mudah direncanakan,
diorganisasikan,
dilaksanakan
dan
dikendalikan dengan baik. Dengan
proses
belajar
mengajar
yang
demikian itu maka pembelajaran akan
berlangsung
dengan
efektif
dan
efisien. Efektif di sini artinya dapat
membelajarkan siswa sehingga dapat
membentuk dan meletakkan dasardasar ke arah perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan daya
cipta yang diperlukan anak didik
dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Dalam
proses
manajemen kurikulum terlibat fungsifungsi pokok yang ditampilkan oleh
seorang
manajer/pimpinan,
yaitu:
Perencanaan
(Planning),
Pengorganisasian
(Organizing),
Penggerakan
(Actuating),
dan
Pengawasan (Controlling). Oleh karena
itu, manajemen kurikulum diartikan
sebagai suatu sistem pengelolaan
kurikulum
yang
kooperatif,
komprehensif, sistemik, dan sistematik
melalui
proses
merencana,
mengorganisasi,
memimpin
dan
mengendalikan
upaya
organisasi
dengan segala aspeknya agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan
efisien.
Manajemen
kurikulum
terpadu
yang diterapkan di SD Al Irsyad Al
Islamiyyah Cirebon ini akan diuraikan
secara berurutan dan rinci tentang
kegiatan (proses) yang berkaitan
dengan manajemen kurikulum di SD Al
Irsyad Al Islamiyyah Cirebon, yang

meliputi: (1) perencanaan kurikulum,


(2) pengorganisasian kurikulum dan
(3) penilaian kurikulum.
Respons
Guru
terhadap
Manajemen Kurikulum Terpadu
Manajemen kurikulum merupakan
kegiatan pengaturan yang meliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan serta pengawasan atau
evaluasi agar proses pendidikan dapat
berjalan dan berhasil dengan baik
sesuai
dengan
tujuan
yang
diharapkan.
Pelaksanaan manajemen kurikulum
terpadu dalam perjalanannya banyak
menemui
kendala-kendala
yang
dihadapi oleh guru. Respons guru
terhadap manajemen kurikulum di SD
Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon dalam
penerapannya khususnya kurikulum
terpadu adalah kurangnya alokasi
waktu belajar dan juga kurangnya
fasilitas atau sarana prasarana.
Respons guru dalam penerapan
manajemen kurikulum terpadu di SD
Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon adalah
(1) kesulitan dalam menyusun RPP, (2)
Masalah Lembar Kerja tidak memadai
(3) pelaksanaan evaluasi yang kurang
sesuai (4) alat peraganya yang kurang
dan (5) anak tidak mempunyai catatan
yang cukup sehingga anak tidak dapat
belajar di rumah.
Keefektifan Manajemen Kurikulum
Terpadu
dalam
Meningkatkan
Kompetensi
Profesional
dan
Kreativitas Guru
Terdapat
alasan
mengapa
pembelajaran
tematik
perlu
dilaksanakan
di
Sekolah
Dasar.
Pertama,
berpikir
masih
holistik
artinya pada umumnya siswa SD
masih berpikir satu kesatuan dan
belum bisa terkotak-kotak. Kedua,
masih senang bermain artinya siswa
SD masih senang aktif bergerak untuk
melancarkan
psikomotor
(motorik
kasar) kasarnya. Kegiatan yang paling
disenangi adalah bermain karena
bermain adalah ungkapan ekspresi,
manipulatif dan inovasi. Ketiga, rasa
ingin tahu yang besar artinya anak

usia 4 - 12 tahun rasa ingin tahu


sangat besar, terlihat dari perilaku
mereka ketika mereka berusia balita
selalu bertanya mengapa?, ketika
usia mereka di atas balita mulai
dengan mengotak-atik mainan bahkan
hingga
rusak.
Keempat
berpikir
operasional kongkrit (benda nyata),
artinya siswa yang berusia 6 - 14
tahun
termasuk
tingkat
berpikir
operasional kongkrit. Mereka butuh
media/alat peraga yang sebenarnya
(real) untuk memahami sesuatu
fakta/peristiwa. Siswa SD belum
mampu berpikir abstrak seperti orang
dewasa umumnya.
Guru harus berwawasan luas,
memiliki
kreativitas
tinggi,
keterampilan
metodologis
yang
handal, rasa percaya diri yang tinggi,
dan
berani
mengemas
dan
mengembangkan
materi.
Secara
akademik, guru dituntut untuk terus
menggali informasi ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan dan banyak membaca
buku agar penguasaan bahan ajar
tidak terfokus pada bidang kajian
tertentu saja.
Proses belajar dan hasil belajar
para siswa bukan saja ditentukan oleh
sekolah,
pola,
struktur
dan
isi
kurikulumnya, akan tetapi sebagian
besar ditentukan oleh kompetensi
guru yang mengajar dan membimbing
mereka. Karena, salah satu faktor
yang paling menentukan berhasil
tidaknya proses belajar mengajar
adalah guru. Guru yang kompeten
akan lebih mampu menciptakan
lingkungan
belajar
yang
efektif,
menyenangkan dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya, sehingga belajar
para siswa berada pada tingkat
optimal.
Kompetensi
profesional
adalah
kompetensi yang harus dimiliki oleh
setiap guru, tidak terkecuali guru PAI.
Guru PAI harus mampu menangani
dan mengembangkan bidang studi
yang menjadi tanggung jawabnya.
Untuk
pengembangan
materi
selanjutnya diperlukan sumber-sumber
yang sesuai. Di sini diperlukan

kemampuan seorang guru dalam


mencari sumber-sumber pengajaran
seselektif mungkin. Berbagai cara
yang dilakukan guru PAI dalam
meningkatkan kompetensinya. Agar
kompetensi
yang
dimiliki
terus
meningkat dan berkembang, sehingga
memudahkan dalam menangani dan
mengembangkan Bidang studi yang
menjadi
tanggung
jawabnya.
Sebagaimana yang ada di SD Al Irsyad
Al Islamiyyah Cirebon, kepala sekolah
mewajibkan S1 bagi guru yang belum
S1, mengadakan pelatihan-pelatihan,
sertifikasi,
workshop
dan
lain
sebagainya.
Penutup
1. Manajemen kurikulum terpadu di
SD Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon
meliputi
perencanaan,
perorganisasian, pelaksanaan, dan
penilaian
kurikulum.
Kegiatan
manajemen
kurikulum
terpadu
dilaksanakan melalui pembelajaran
tematik untuk merealisasikan dan
merelevansikan antara kurikulum
nasional
(standar
kompetensi/kompetensi
dasar)
dengan kebutuhan daerah dan
kondisi sekolah yang bersangkutan,
sehingga
kurikulum
tersebut
merupakan
kurikulum
yang
integritas dengan peserta didik
maupun dengan lingkungan di
mana sekolah itu berada.
2. Respons guru terhadap penerapan
manajemen kurikulum terpadu di
SD Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon,
antara
lain
kesulitan
dalam
menyusun RPP, masalah Lembar
Kerja tidak memadai, pelaksanaan
evaluasi yang kurang sesuai, alat
peraganya yang kurang dan anak
tidak mempunyai catatan yang
cukup sehingga anak tidak dapat
belajar di rumah.
3. Efektivitas manajemen kurikulum
terpadu
dalam
meningkatkan
kompetensi profesional guru dan
kreativitas guru di SD Al Irsyad Al
Islamiyyah Cirebon baru mencapai
69,75%.
Belum
maksimalnya
manajemen
kurikulum
terpadu

dalam meningkatkan kompetensi


profesional dan kreativitas guru
dikarenakan
guru
kurang
memahami
cara
menyusun
pembelajaran tematik mulai dari
penyusunan
matriks,
tematik,
jaring
laba-laba,
program
semester,
silabus
dan
RPP
sekaligus dibuat dalam 1 semester.

Daftar Pustaka
Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan
Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ali,
Abdullah,
2007,
Metodologi
Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah,
Cirebon: STAIN Cirebon Press.
Ali, Lukman dkk, 1995, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Al-Syaibany, Omar Mohammad AlToumy, 1979, Falsafah Pendidikan
Islami, Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, M, 1991, Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Zainal, 2011, Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum, Bandung :
Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Penerbit PT Rineka
Cipta.
Crow and Crow,1994, Pengantar Ilmu
Pendidikan, Yogyakarta: Rake Sarasin
1994.
Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru
Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Depdiknas. 2008. Model Pembelajaran
Tematik Kelas Awal SD. Jakarta :
Puskur, Balitbang.
Depdiknas.2006. Standar Kompetensi
Lulusan. Jakarta: Badan
Standar
Nasional Pendidikan (BSNP)
Fogarty, Robin. 1991. The Mindful
School,
How
To
Integrate
The
Curricula.
Palatine:
IRI/Skylight
Publishing, Inc.
Gagne, Robert M., Leslie J. Briggs &
Walter W. Wager. 1992. Principles of
Instructional
Design.
Library
of
Congress
Cataloging-in-Publication
Data. Holt, Rinchart and Winston, Inc.

Ghony,2008,
Penelitian
Tindakan
Kelas, Malang : UIN Malang Press.
Hadi, Sutrisno, 2004, Metodologi Riset
I, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak.
Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar, 2006. Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum, Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar, 2007, Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara
Hamalik, Oemar, 2007. Manajemen
Pengembangan Kurikulum, Bandung :
Remaja Rosdakarya
Hamalik, Oemar, 2009, Dasar-dasar
Pengembangan
Kurikulum,
Bandung:Remaja Rosdakarya
Harsono, 2005, Pengantar Problem
Based Learning, Yogyakarta : Medika
Fakultas Kedokteran UGM.
Hasan,
Hamid,
2008,
Evaluasi
Kurikulum, Bandung: Rosdakarya.

Hasbi Ashshiddieqi, dkk.,1971, AlQuran dan Terjemahannya, Jakarta:


Departemen Agama RI.
Indrawati, 2009, Model Pembelajaran
Terpadu di Sekolah Dasar, Jakarta :
Pusat
Pengembangan
dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam
(PPPPTK IPA) untuk Program BERMUTU
Jalaluddin dan Usman Said, 1999,
Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan
Perkembangan, Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa.
Langgulung, Hasan, 1991. Kreatifitas
dan Pendidikan Islam, Bandung:
Pustaka Al Husna.
Langgulung, Hasan, 1992, Asas-asas
Pendidikan Islam, Jakarta: Al-Husna.
Mohammad Ali, 1992, Pengembangan
Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar
Baru, Bandung.
Moleong. J Lexy, 2001, Metodolog
Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja
Rosdakarya .
..

Anda mungkin juga menyukai