Kurikulum
terpadu
(integrated
curriculum
approach)
atau
pembelajaran
terpadu
(integrated
teaching and learning) merupakan
salah satu konsep pembelajaran yang
dipandang
mampu
meningkatkan
kualitas pembelajaran di dalam kelas.
Bilamana konsep ini direncanakan
dengan baik dan penerapannya benar,
maka akan mampu memberikan
pemahaman secara utuh kepada siswa
di
dalam
menerima
materi
pembelajaran, karena tereintegrasi
dengan berbagai keterampilan dan
disiplin ilmu dari berbagai mata
pelajaran.
Sesuai dengan panduan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Depdiknas (2006) yang menyatakan
bahwa pengalaman belajar siswa
menempati posisi penting dalam
usaha meningkatkan kualitas lulusan.
Untuk
itu
guru
dituntut
untuk
meningkatkan kompetensi profesional
dan kreativitasnya dalam merancang
dan
melaksanakan
program
pengalaman belajar dengan tepat.
Guru yang mempunyai kompetensi
profesional tidak hanya dituntut untuk
menguasai bidang ilmu, bahan ajar,
metode pembelajaran, memotivasi
peserta didik, memiliki keterampilan
yang tinggi dan wawasan yang luas
terhadap dunia pendidikan, tetapi juga
harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang hakikat manusia
dan masyarakat. Profesional seorang
guru merupakan suatu keharusan
dalam mewujudkan sekolah berbasis
pengetahuan,
yaitu
pemahaman
tentang pembelajaran, kurikulum, dan
perkembangan
manusia
termasuk
gaya belajar. Sedangkan kompetensi
profesional merupakan kompetensi
yang harus dikuasai guru dalam
kaitannya dengan pelaksanaan tugas
utamanya mengajar.
Selain
kompetensi
profesional
guru, peran penting lainnya dalam
merancang kurikulum terpadu adalah
kreativitas guru sehingga setiap siswa
memerlukan bekal pengetahuan dan
kecakapan agar dapat hidup di
masyarakat dan bekal ini diharapkan
peserta
didik
maupun
dengan
lingkungan.
Terdapat beberapa prinsip yang
harus
diperhatikan
dalam
melaksanakan manajemen kurikulum
di antaranya :
a. Produktivitas, hasil yang akan
diperoleh
dalam
kegiatan
kurikulum merupakan aspek yang
harus
dipertimbangkan
dalam
manajemen
kurikulum.
Pertimbangan
bagaimana
agar
peserta didik dapat mencapai hasil
belajar sesuai dengan tujuan
kurikulum harus menjadi sasaran
dalam manajemen kurikulum.
b. Demokratisasi,
pelaksanaan
manajemen
kurikulum
harus
berasaskan pada demokrasi yang
menempatkan
pengelola,
pelaksana dan subjek didik pada
posisi yang seharusnya dalam
melaksanakan tugas dengan penuh
tanggung jawab untuk mencapai
tujuan kurikulum.
c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil
yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen
kurikulum
perlu
adanya kerja sama yang positif dari
berbagai pihak yang terlibat.
d. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian
kegiatan manajemen kurikulum
harus
mempertimbangkan
efektivitas dan efisiensi untuk
mencapai
tujuan
kurikulum,
sehingga
kegiatan
manajemen
kurikulum tersebut memberikan
hasil yang berguna dengan biaya,
tenaga dan waktu yang relatif
singkat.
e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan
yang ditetapkan dalam kurikulum,
proses manajemen kurikulum harus
dapat
memperkuat
dan
mengarahkan visi, misi dan tujuan
kurikulum (Rusman, 2009:4).
Proses
pendidikan
perlu
dilaksanakan
melalui
manajemen
kurikulum untuk memberikan hasil
kurikulum yang lebih efektif, efisien
dan optimal dalam memberdayakan
berbagai sumber maupun komponen
kurikulum.
Artinya : Kami akan memperlihatkan
kepada
mereka
tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri,
hingga jelas bagi mereka bahwa Al
Quran itu adalah benar. Tiadakah
cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?
(Ashshiddieqy, dkk., 2000: 475)
Berdasarkan uraian di atas, dapat
dijelaskan bahwa hakikat kurikulum
terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan
siswa, baik secara individual maupun
kelompok
untuk
aktif
mencari,
menggali dan menemukan konsep
serta prinsip keilmuan secara holistik
dan otentik. Pembelajaran terpadu
akan
terjadi
apabila
peristiwaperistiwa otentik atau eksplorasi
topik/tema menjadi pengendali di
dalam kegiatan belajar sekaligus
proses dan isi berbagai disiplin
ilmu/mata pelajaran/pokok bahasan
secara serempak di bahas.
d. menumbuhkembangkan
keterampilan sosial seperti kerja
sama, toleransi, komunikasi, serta
menghargai pendapat orang lain.
e. Meningkatkan gairah dalam belajar.
f. Memilih kegiatan yang sesuai
dengan minat dan kebutuhannya.
Setiap siswa memerlukan bekal
pengetahuan dan kecakapan agar
dapat hidup di masyarakat dan bekal
ini diharapkan diperoleh melalui
pengalaman belajar di sekolah. Oleh
sebab itu pengalaman belajar di
sekolah sedapat mungkin memberikan
bekal
siswa
dalam
mencapai
kecakapan untuk berkarya. Kecakapan
ini disebut dengan kecakapan hidup
yang cakupannya lebih luas dibanding
hanya sekedar keterampilan.
Model Kurikulum Terpadu
Pembelajaran
terpadu
atau
integrated teaching and learning atau
integrated
curriculum
approach
merupakan
salah
satu
konsep
pembelajaran yang dipandang mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran
di dalam kelas. Bilamana konsep ini
direncanakan
dengan
baik
dan
penerapannya benar, maka akan
mampu
memberikan
pemahaman
secara utuh kepada siswa di dalam
menerima
materi
pembelajaran,
karena tereintegrasi dengan berbagai
keterampilan dan disiplin ilmu dari
berbagai mata pelajaran.
Model pembelajaran terpadu bila
ditinjau dari sifat materi dan cara
memadukan konsep, keterampilan dan
unit
tematisnya
menurut
Robin
Fogarty (1991: xiv) ada sepuluh model
yang terdiri atas model Fragmented,
Connected,
Nested,
Sequenced,
Shared,
Webbed,
Threaded,
Integrated, Immersed, dan Networked.
Dari kesepuluh model pembelajaran
yang
dikemukakan
oleh
Fogarty
tersebut, menurut Sukayati (2004:5)
hanya 3 (tiga) model yang digunakan
pada kurikulum PGSD yaitu connected
model, webbed model, dan integrated
model.
a. Model
Hubungan/Model
Terkait
(Connected model)
Model pembelajaran
ini menurut Fogarty,
(1991:14)
adalah
making
explicit
connections
within
each subject area,
connecting one topic
to next; connecting
one concept to another; connecting a
skill to related skill; connecting one
day's work to the next, one even one
semester's ideas to the next.
(Menyajikan hubungan yang eksplisit
di dalam suatu mata pelajaran yaitu
menghubungkan satu topik ke topik
yang lain, satu konsep ke konsep yang
lain,
satu
keterampilan
ke
keterampilan yang lain, satu tugas ke
tugas berikutnya).
Pada
pembelajaran
model
ini
kunci
utamanya
adalah
adanya satu usaha
secara sadar untuk
menghubungkan
bidang kajian dalam
satu disiplin ilmu. Keunggulan dari
model pembelajaran ini adalah siswa
memperoleh
gambaran
secara
menyeluruh tentang suatu konsep,
sehingga transfer pengetahuan akan
sangat mudah karena konsep-konsep
pokok dikembangkan terus menerus
(Sukayati, 2004:5).
b. Model
Jaring
Laba-laba/Model
Terjala (Webbed model)
Model
pembelajaran
ini
menurut
Fogarty,
(1991:54)
adalah
webbed
curricula
represent
the
thematic approach to
integrating subject matter. (Model
pembelajaran ini pada dasarnya
menggunakan pendekatan tematik).
Pendekatan ini pengembangannya
dimulai dengan menentukan tema
tertentu. Tema yang ditetapkan dapat
dipilih antara guru dengan siswa atau
sesama guru. Setelah tema disepakati
maka dilanjutkan dengan pemilihan
sub-sub tema dengan memperhatikan
kaitannya
dengan
antar
mata
pelajaran.
Dari sub-sub tema ini direncanakan
aktivitas belajar yang harus dilakukan
siswa.
Keuntungan
dari
model
pembelajaran terpadu ini bagi siswa
adalah
diperolehnya
pandangan
hubungan yang utuh tentang kegiatan
dari
ilmu
yang
berbeda-beda
(Sukayati, 2004:5).
c. Model Terpadu (Integrated model)
Model pembelajaran ini menurut
Fogarty,
(1991:54)
adalah
The
integrated curricular model represents
a cross disciplinary approach. (Model
pembelajaran
terpadu
ini
menggunakan pendekatan antar mata
pelajaran). Model ini diusahakan
dengan
cara
menggabungkan
beberapa mata pelajaran yaitu dengan
menetapkan prioritas dari kurikulum
dan menemukan keterampilan, konsep
dan sikap yang saling tumpang tindih
di dalam beberapa mata pelajaran
(Sukayati, 2004:5) .
Kompetensi Profesional Guru
Kemampuan
mengajar
guru
sebenarnya merupakan pencerminan
penguasaan
guru
terhadap
kompetensinya. Dalam bukunya Nana
Sudjana dijelaskan ada 10 kompetensi
yang harus dimiliki guru untuk
mencapai
tujuan
pendidikan.
Kompetensi
tersebut
(Sudjana,
1991:19) adalah:
b. Diberi
kesempatan
untuk
berkomunikasi ilmiah secara bebas
dan terarah.
c. Dilibatkan
dalam
menentukan
tujuan dan evaluasi belajar.
d. Diberikan pengawasan yang tidak
terlalu ketat dan tidak otoriter;
serta
e. Dilibatkan secara aktif dan kreatif
dalam proses pembelajaran secara
keseluruhan.
Berdasarkan
uraian
yang
dikemukakan di atas nampaknya sulit
untuk dilakukan. Namun paling tidak
guru
harus
dapat
menciptakan
suasana belajar yang kondusif, yang
mengarah pada situasi, misalnya
dengan mengembangkan modul yang
heuristik dan hipotetik. Kendatipun
demikian,
kualitas
pembelajaran
sangat ditentukan oleh aktivitas dan
kreativitas
guru,
di
samping
kompetensi-kompetensi
profesionalnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dengan pendekatan
kualitatif
deskriptif
karena
penelitiannya fokus pada manajemen
kurikulum
terpadu
efektivitasnya
dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional dan kreativitas guru di SD
Al Irsyad Al Islamiyyah
Cirebon.
Menurut Bogdab Taylor (Moleong,
2000:13).
Peneliti berupaya menggambarkan
kembali
data-data
yang
telah
terkumpul
mengenai
bagaimana
implementasi manajemen kurikulum
Islam terpadu dalam meningkatkan
mutu pendidikan Islam pada SD Islam
Al Irsyad Al Islamiyyah Cirebon. Untuk
menganalisis data yang diperoleh
dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu
bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan,
membuang
data
yang
tidak
diperlukan, dan mengorganisasi data
sehingga kesimpulan final dapat
diambil dan diverifikasi. Data kualitatif
dapat
disederhanakan
dan
Daftar Pustaka
Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan
Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ali,
Abdullah,
2007,
Metodologi
Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah,
Cirebon: STAIN Cirebon Press.
Ali, Lukman dkk, 1995, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Al-Syaibany, Omar Mohammad AlToumy, 1979, Falsafah Pendidikan
Islami, Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, M, 1991, Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Zainal, 2011, Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum, Bandung :
Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Penerbit PT Rineka
Cipta.
Crow and Crow,1994, Pengantar Ilmu
Pendidikan, Yogyakarta: Rake Sarasin
1994.
Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru
Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Depdiknas. 2008. Model Pembelajaran
Tematik Kelas Awal SD. Jakarta :
Puskur, Balitbang.
Depdiknas.2006. Standar Kompetensi
Lulusan. Jakarta: Badan
Standar
Nasional Pendidikan (BSNP)
Fogarty, Robin. 1991. The Mindful
School,
How
To
Integrate
The
Curricula.
Palatine:
IRI/Skylight
Publishing, Inc.
Gagne, Robert M., Leslie J. Briggs &
Walter W. Wager. 1992. Principles of
Instructional
Design.
Library
of
Congress
Cataloging-in-Publication
Data. Holt, Rinchart and Winston, Inc.
Ghony,2008,
Penelitian
Tindakan
Kelas, Malang : UIN Malang Press.
Hadi, Sutrisno, 2004, Metodologi Riset
I, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak.
Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar, 2006. Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum, Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar, 2007, Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara
Hamalik, Oemar, 2007. Manajemen
Pengembangan Kurikulum, Bandung :
Remaja Rosdakarya
Hamalik, Oemar, 2009, Dasar-dasar
Pengembangan
Kurikulum,
Bandung:Remaja Rosdakarya
Harsono, 2005, Pengantar Problem
Based Learning, Yogyakarta : Medika
Fakultas Kedokteran UGM.
Hasan,
Hamid,
2008,
Evaluasi
Kurikulum, Bandung: Rosdakarya.