Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 3

Nama : Haerul Hayati


NIM : 859129777
UPBJJ : Mataram

1. Istilah pembelajaran terpadu, banyak istilah yang digunakan untuk memadukan materi yang
spesifik misalnya keterampilan menulis atau berpikir di antra kurikulum. Dengan pendektan
terpadu, kurikulum dirancang dapat mengakomodasi kebutuhan siswa, mengatasi masalah
sosial di antara para siswa di kelas, dan juga memantapkan penguasaan materi pelajaran.
Uraikan latar belakang atau alasan penggunaan pembelajaran terpadu!
Jawab :
Pembelajaran akan lebih bermakna menggunakan pendekatan terpadu, karena pembelajaran terpadu
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Pembelajaran terpadu didasarkan pada tiga konsep tentang proses belajar anak yaitu: anak-anak tidak
membedakan antara bidang-bidang pelajaran, anak memandang bidang mata pelajaran sebagai sesuatu
yang berkaitan secara keseluruhan; pembelajaran terpadu berdasarkan pada konsep bahwa berbagai mata
pelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan belajar; pembelajaran terpadu berdasarkan metode
mengajar induktif, yang menghubungkan berbagai kegiatan dengan topic tertentu yang diintegrasikan ke
dalam satu kesatuan.
Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik menggunakan ketrampilan-ketrampilan dalam suatu
mata pelajaran dengan cara yang bermakna .

2. Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan dan keterampilan secara
utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Uraikan hal yang terkait dengan
kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu!
Jawab :
Tabel ragam model pembelajaran terpadu
Kelebihan Kelemahan
Adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah Keterhubungan menjadi tidak jelas; lebih
dalamsuatu mata pelajaran sedikit transfer pembelajaran
Konsep–konsep utama saling terhubung, Disiplin-disiplin ilmu tidak berkaitan; kontent
mengarah pada pengulangan ( review ), tetapterfokus pada satu disiplin ilmu
rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan-
gagasan dalam suatu disiplin
Memberi perhatian pada berbagai mata Pelajar dapat menjadi bingung dan kehilangan
pelajaran yang berbeda dalam waktu yang arah mengenai konsep-konsep utama dari suatu
bersamaan, memperkaya dan memperluas kegiatanatau pelajaran
pembelajaran
Memfasilitasi transfer pembelajaran melintasi Membutuhkan kolaborasi yang terus menerus dan
beberapa mata pelajaran kelenturan (fleksibilitas) yang tinggi karena guru-
guru memilki lebih sedikit otonomi untuk
mengurutkan (merancang) kurikula
Terdapat pengalaman-pengalaman Membutuhkan waktu, kelenturan, komitmen,
instruksional bersama; dengan dua orang dankompromi
guru di dalam satu tim, akan lebih mudah
untuk berkolaborasi
Dapat memotivasi murid-murid: membantu Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik
murid- murid untuk melihat keterhubungan secara selektif agar menjadi berarti, juga relevan
antar gagasan dengan kontent
Murid-murid mempelajari cara mereka Disiplin-disiplin ilmu yang bersangkutan
belajar; memfasilitas transfer tetapterpisah satu sama lain
pembelajaran selanjutnya
Mendorong murid-murid untuk melihat Membutuhkan tim antar departemen yang
keterkaitan dan kesalingterhubungan di antara memilikiperencanaan dan waktu pengajaran yang
disiplin-disiplin ilmu; murid-murid termotivasi sama
dengan melihat berbagai keterkaitan tersebut
Keterpaduan berlangsung di dalam pelajar itu Dapat mempersempit fokus pelajar tersebut
sendiri
Bersifat proaktif; pelajar terstimulasi oleh Dapat memecah perhatian pelajar; upaya-
informasi, keterampilan, atau konsep-konsep upaya menjadi tidak efektif
baru

3. Pembelajaran kelas rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang mempunyai


perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas di mana dikelola oleh seorang guru
atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada kemajuan individual para
siswa. Pembelajaran kelas rangkap memiliki korelasi dengan teori belajar yang dikemukakan
oleh beberapa tokoh. Uraikan korelasi atau keterkaitan teori belajar dan pembelajaran kelas
rangkap menurut beberapa tokoh!
Jawab :
Pada dasarnya, Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang
mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana dikelola oleh seorang
guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada kemajuan individual para
siswa (Franklin, 1967). Namun demikian selain definisi tersebut, ada sebagian praktisi pendidikan
membedakan definisi dari multigrade dengan multiage karena perbedaan tujuannya. Seperti yang
dikemukakan oleh Elkind (1987), bahwa istilah multigrade di mana kelas yang berbentuk seperti itu
akan berisi para siswa dari 2 atau lebih tingkatan kelas dengan satu guru di ruangan yang sama pada
suatu waktu. Para siswa di kelas tersebut tetap menggunakan kurikulum yang spesifik untuk
tingkatan kelasnya sendiri dan demikian pula dengan tingkat kesukaran tesnya pun disesuaikan
dengan tingkatan kelas mereka. Dengan demikian, kelihatan bahwa kelas multigrade atau
pembelajaran kelas rangkap model itu diadakan untuk alasan administrasi dan ekonomi. Seperti
halnya yang terjadi di sekolah-sekolah daerah terpencil di Indonesia banyak guru yang merangkap
kelas karena memang tidak ada tenaga guru bukan karena tujuan atau alasan pendidikan. Lain
halnya dengan istilah multiage yang mengacu pada praktek pembelajaran kedua tingkatan usia dan
kelas yang sengaja dicampur karena kepentingan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Dengan demikian, telah terjadi pergeseran penggunaan pembelajaran kelas rangkap yang ada di
daerah terpencil hingga berkembang menjadi pembelajaran kelas rangkap yang dirancang secara
sistematis untuk alasan peningkatan efektivitas pembelajaran di kelas. Bisa saja pembelajaran kelas
rangkap yang dulu dilaksanakan masih berbentuk pengelolaan kelas tradisional di mana pengaturan
tempat duduk seluruh siswa menghadap ke arah papan tulis di depan kelas, di mana guru dengan
mudah dapat mengontrol seluruh siswanya. Namun demikian, seperti diutarakan di atas, karena
adanya pergeseran pemikiran sehingga muncul bentuk-bentuk baru pembelajaran kelas rangkap,
membuat pengaturan tempat duduk di kelas menyebar. Berikut salah satu contoh pengaturan tempat
duduk pada Pembelajaran Kelas Rangkap.
Lalu bagaimana dengan pengaturan pembelajaran kelas rangkap? Yates (2000) mengemukakan
bahwa dengan pembelajaran kelas rangkap, di mana para siswa bisa tinggal di kelas dengan satu guru
dalam lebih dari satu tahun, membuat hubungan antara para siswa, guru, dan orangtua menjadi dekat.
Mereka mempunyai rasa percaya, rasa aman, dan enak satu dengan yang lain, sehingga proses
pembelajaran dapat dilakukan dengan nyaman. Hal tersebut wajar, karena model pembelajaran kelas
rangkap seperti itu di mana 2 atau 3 tingkatan ada dalam satu kelas dengan satu atau beberapa guru
mengajar secara tim tidak mengenal istilah naik kelas atau tinggal kelas. Namun demikian, menurut
Suryan (2000) ternyata pendekatan pembelajaran kelas rangkap bisa digunakan untuk kelas
tradisional, di mana hanya terdapat pembelajaran satu tingkatan kelas saja. Hal ini disadari bahwa
sebenarnya pada kelas tradisional, juga berisikan para siswa yang mempunyai berbagai tingkatan
kemampuan dan mungkin usia, sehingga esensi pembelajaran kelas rangkap tetap dapat digunakan
untuk kelas tradisional sehingga prinsip- prinsip pembelajaran kelas rangkap bisa diterapkan.
Terdapat beberapa alasan kenapa terjadinya pembelajaran kelas rangkap. Djalil dan Wardani
(1997) menguraikan dalam modulnya bahwa pembelajaran kelas rangkap diperlukan karena alasan
geografis, demografis, kurangnya guru, terbatasnya ruang kelas, dan adanya ketidakhadiran guru di
kelasnya karena sakit atau keperluan lainnya. Seperti juga yang dikemukakan Jones di atas,
bahwa dahulunya pada sebelum tahun 1990-an, atau malahan bagi negara-negara seperti Indonesia,
Mexico, India, bahkan Australia, masih banyak dijumpai sekolah yang hanya mempunyai satu atau
dua kelas saja yang digunakan bersama-sama oleh para siswa dari berbagai tingkatan kelas. Hal ini
disebabkan tempat tinggal para siswa yang berjauhan sehingga demi efesiensi, pemerintah tidak
mungkin mendirikan sekolah yang hanya melayani beberapa siswa saja. Untuk itu didirikannya
sekolah di suatu tempat dan siswa yang berjauhan datang ke sekolah itu, dengan guru yang bisa
melayani sejumlah kecil siswa dari berbagai tingkatan kelas. Alasan lainnya, karena memang
kesulitan mencari tenaga guru (tenaga guru kurang), sehingga pemerintah tidak bisa memenuhi
kebutuhan para siswa di suatu daerah tertentu dengan rasio jumlah guru yang seimbang. Alasan-
alasan yang dipaparkan itu mulai tidak dipakai lagi untuk mengelola pembelajaran kelas rangkap
(terutama di negara Barat, sedangkan beberapa negara di Asia, Amerika latin, dan Indonesia hingga
kini masih menggunakan alasan tersebut untuk adanyapembelajaran kelas rangkap).
Seiring dengan adanya reformasi pada konsep-konsep pendidikan yang mendukung
kepentingan perkembangan para siswa didik oleh para praktisi dan konseptor pendidikan,
dikembangkanlah konsep- konsep baru tentang pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap dengan
berdasarkan pengembangan hasil riset untuk mencari alasan atau manfaat pendidikan yang dapat
diambil dari penerapan pembelajaran kelas rangkap. Dengan makin terbukanya pemikiran para
administrator dan pembaharu-pembaharu pendidikan untuk mengeksplorasi manfaat dari pendekatan
pengelolaan kelas ini, maka ditemukan keuntungan pendidikan yang diperoleh dari pelaksanaan
pembelajaran kelas rangkap. Ridgway dan Lawton (1969) mencatat bahwa, aspek utama dari manfaat
penggunaan pembelajaran kelas rangkap ini adalah terbangunnya iklim kekeluargaan dalam kelas.
Mereka menemukan dengan pembelajaran kelas rangkap, para siswa bisa lebih merasa nyaman dan
mudah menerima perubahan kegiatan dan pengalaman yang diberikan guru. Dasar lainnya dari
digunakannya pembelajaran kelas rangkap seperti yang diutarakan Anderson dan Pavan (1993)
bahwa, filosofi dasar dari pembelajaran kelas rangkap adalah terakomodasinya kebutuhan individu
siswa sebagai seorang yang unik dan membutuhkan perlakuan yang berbeda satu dengan lainnya
untuk bisa mencapai perkembangan yang maksimum.

4. Karakteristik anak-anak menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang


bermuatan permainan, terutama untuk kelas rendah. Guru SD diharap merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Sesuai dengan
tumbuh kembang anak sekolah dasar, maka guru harus memberikan pengalaman pada
aktivitas fisiknya. Uraikan dan jelaskan aktivitas bermain yang cocok buat anak sekolah dasar!
Jawab :
Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya.
Proses belajar akan terbentuk berdasarkan pandangan dan pemahaman guru tentang karakteristik
siswa dan juga hakikat pembelajaran. Untuk menciptkan proses belajar yang efektif, hal yang harus
dipahami guru adalah fungsi dan peranannya dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai
pembimbing, fasilitator, narasumber, atau pemberi informasi. Proses belajar yang terjadi tergantung
pada pandangan guru terhadap makna belajar yang akan mempengaruhi aktivitas siswa-siswanya.
Dengan demikian, proses belajar perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Untuk
mendukung hal tersebut, diperlukan pemahaman para guru mengenai karakteristik siswa dan proses
pembelajaran, khususnya di SD kelas rendah.
` Siswa Sekolah Dasar merupakan anak yang paling banyak mengalami perubahan sangat dratis
baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6-12 tahun menurut Seifert dan
Haffung memiliki tiga jenis perkembangan yaitu perkembangan fisik, kognitif dan psikososial.
Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar di SD
berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa. Terjadi
perubahan-perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka. Di kelas besar SD
anak laki-laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan
bahwa dirinya berharga.
Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional yang serius dengan teman-
teman mereka lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya
sangat tinggi. Pada saat di SD kelas rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada
guru.
Masa usia sekolah dasar sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian
sekolah. Pada masa keserasian sekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada
sebelumnya dan sesdudahnya.
Anak SD yang berada di kelas rendah adalah anak yang berada pada rentang usia dini. Masa
usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi masa yang sangat penting bagi
kehidupannya, oleh karena itu seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong agar potensi anak
akan berkembang secara optimal.
Perkembangan dan karakteristik anak pada usia SD berbeda-beda, antara anak yang satu dengan anak
yang lainnya, karakter anak pada masa kelas rendah berbeda dengan karakter anak pada kelas tinggi,
hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran anak. Usia sekolah dasar utamanya yang ada di kelas
rendah belum dapat mengembangkan keterampilan kognitifnya secara penuh.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuan dan
pemahamannya mengenai realitas. Anak yang lebih berperan aktif dalam menginterpretasikan
informasi yang diperoleh melalui pengalaman. Piaget percaya bahwa anak-anak berkembang
berdasarkan periode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut tahapan Piaget, setiap
individu akan melalui serangkaian perubahan kualitatif. Perubahan ini terjadi karena tekanan bilogis
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berpikir.
Perkembangan kognitif atau intelektual anak berjalan secara gradual, bertahap dan
berkelanjutan seiring bertambahnya umur. Walaupun dalam perkembangan kognitif pada usia-usia
tertentu memiliki pola umum, tetap ada peluang bahwa sebagian anak menunjukkan perkembangan
lebih awal dari pola umum tersebut.
Menurut Harun Nasution ( 1993:44 ) dalam ( Syaiful, 2008:123 ) masa usia anak Sekolah
Dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira
sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk Sekolah Dasar dan
mulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah
lakunya. Guru mengenal masa ini sebagai " Masa Sekolah ".
Oleh karena itu, pada usia inilah anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal.
Menurut Hariyono ( 2014:5 ) bahwa masa anak usia Sekolah Dasar adalah masa anak-anak
akhir yang berangsur dari usia 6 tahun sampai kira-kira usia 11-12 tahun.
Menurut Supriadi ( 2013:80 ) menjelaskan bahwa anak usia Sekolah Dasar ini memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang berusia lebih muda.
Mereka lebih senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang
melakukan sesuatu secara langsung. Anak Sekolah Dasar terutama dikelas rendah sangat mudah
menerima pengetahuan- pengetahuan baru yang diajarkan oleh guru. Dalam hal ini, peserta didik
perlu diberikan arahan-arahan agar potensi yang dimiliki oleh peserta didik dapat berkembang secara
luas. Tidak hanya itu, seorang guru harus berperan dalam perkembangan belajarnya karena seorang
guru merupakan contoh yang ditiru oleh peserta didik.
Masa usia sekolah dianggap oleh Suryobroto dalam ( Syaiful, 2008:124 ) sebagai masa
intelektual atau masa keserasian bersekolah. Namun Suryobroto tidak berani mengatakan pada umur
berapa tepatnya anak matang untuk masuk ke Sekolah Dasar. Hal tersebut ditentukan oleh
kematangan anak tersebut bukan ditentukan oleh umur semata, namun pada umur antara 6/7 tahun
biasanya anak memang telah matang untuk masuk sekolah dasar.
Anak yang berada dikelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa
usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi
kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu
didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Karakteristik perkembangan anak pada kelas
satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan. Mereka telah
mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada
pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis
kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu
berbagi dan mandiri.Perkembangan emosi ( Hamalik, 2002:144 ) anak usia 6-8 tahun antara lain anak
telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu
berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan
kecerdasan anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi,
mengelompokkan objek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata,
senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan
waktu.

Usia Sekolah Dasar ditandai adanya kesempatan baik untuk belajar. Ada beberapa karakteristik anak
di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik
khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang
sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui
karakteristik siswanya.
Karakteristik anak usia Sekolah Dasar berkaitan dengan aktivitas fisik yaitu umumnya anak
senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang praktik langsung (
Abdul Alim, 2009: 82 ).
Berkaitan dengan konsep tersebut, maka dapat dijabarkan sebagai berikut ini adalah
 Anak Sekolah Dasar Senang Bermain
Karakteristik yang pertama adalah anak senang bermain. Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas
rendah itu senang bermain. Pendidik diharuskan paham dengan perkembangan anak, memberikan
aktivitas fisik dengan model bermain. Materi pembelajaran harus dibuat dalam bentuk games, terutama
pada siswa Sekolah Dasar kelas bawah ( kelas 1 s/d 3 ) yang masih cukup kental dengan zona bermain.
Sehingga rancangan model pembelajaran berkonsep bermain yang menyenangkan, namun tetap
memperhatikan ketercapaian materi ajar.
Karakteristik ini menuntut guru Sekolah Dasar untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang
bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru Sekolah Dasar sebaiknya merancang
model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya
mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya
diselang seling antara mata pelajaran lainnya seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang
mengandung unsur permainan seperti Pendidikan Jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan ( SBK
).
 Anak Usia Sekolah Dasar Senang Bergerak
Karakteristik yang kedua adalah anak senang bergerak. Anak usia Sekolah Dasar berbeda dengan
orang dewasa yang betah duduk berjam-jam, namun kanak-kanak berbeda bahkan kemungkinan duduk
tenang maksimal 30 menit. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan
anak sebagai siksaan.
Pendidik berperan untuk membuat pembelajaran yang senantiasa bergerak dinamis, permainan
menarik memberi stimulus pada minat gerak anak menjadi tinggi. Oleh karena itu, guru hendaknya
merancang modelpembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
 Anak Usia Sekolah Dasar Senang Bekerja dalam Kelompok
Karakterisitik anak yang ketiga adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Anak usia Sekolah Dasar
umumnya mengelompok dengan teman sebaya atau se-usianya, Melalui pergaulannya tersebut anak
dapat belajar aspek-aspek penting dalam proses sosialisasi seperti : belajar memenuhi aturan-aturan
kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada orang dewasa di sekelilingnya,
mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab,
belajar bersaing secara sehat ( sportif ) bersama teman-temannya, mempelajari olahraga, belajar
bagaimana bekerja dalan kelompok, belajar keadilan dan demokrasi melalui kelompok.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar kelompok. Konsep pembelajaran kelas dapat dibuat
model tugas kelompok kecil- kecilan dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau
menyelesaikan suatu tugas secara kelompok, pendidik memberi materi melalui tugas sederhana untuk
diselesaikan bersama. Tugas tersebut dalam bentuk gabungan unsur psikomotor ( aktivitas gerak )
yang melibatkan unsur kognitif ( pengetahuan ). Misal anak usia SD diberi tugas materi gerak
sederhana menjelaskan menembak bola ( shooting ), maka untuk memperoleh jawaban mereka akan
mempraktikkan dahulu kemudian memaparkan sesuai kemampuan mereka.
 Anak Usia Sekolah Dasar Senang Praktik Langsung
Karakteristik yang keempat adalah anak senang praktik langsung. Berdasarkan teori tentang psikologi
perkembangan yang terkait dengan perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret.
Anak usia sekolah dasar, memiliki karakteristik senang melakukan hal secara model praktikum, bukan
teoritik.
Berdasarkan ketiga konsep kesenangan sebelumnya ( senang bermain, bergerak, berkelompok ) anak
usia SD, tentu sangat efektif dikombinasikan dengan praktik langsung. Pendidik memberikan
pengalaman belajar anak secara langsung, sehingga pembelajaran model teori klasikal tidak terlalu
diperlukan atau diberikan saat evaluasi.
Dari apa yang dipelajari di sekolah, anak belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-
konsep lama. Anak membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera
jenis kelamin, moral dll. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami
jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan
demikian, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh, anak akan lebih memahami tentang arah mata angin,
dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angin,
bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis arah mana angin saat itu bertiup.
Berdasarkan karakteristik anak usia sekolah dasar yang senang bermain, bergerak, berkelompok, dan
praktik langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung
unsur permainan , memungkinkan siswa untuk bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Berkaitan dengan
aktifitas tersebut disesuaikan dengan pertumbuhan fisiknya dan perkembangan emosional anak.
Bentuk aktifitas fisik disesuaikan dengan jenjang umurnya. Sehingga, melalui aktifitas fisik yang tepat
dan sesuai periode diharapkan akan berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan emosi
optimal.
Karakteristik anak beserta dengan keseragaman dan keragaman baik ditinjau dari sisi psikologi, sosial,
dan neurofisik menuntut adanya pola baru dalam pembelajaran. Tuntutan itu dimulai dari perubahan
paradigma pendidikan yaitu penempatan anak sebagai pusat orbit pembelajaran. Oleh karena itu, guru
yang harus proaktifdan kreatif menyesuaikan diri dengan anak didiknya. Perubahan paradigm ini tidak
mengurangi peran guru dalam pembelajaran. Bahkan peran guru bisa bertambah besar tanpa
mengurangi aktivitas anak di kelas. Guru tidak lagi hanya menyampaikan materi beserta maknanya
kepada anak tetapi dia meminta anak terlibat aktif menentukan makna dari yang mereka pelajari sesuai
dengan perkembangan intelektual, emosional dan sosial mereka. Beberapa factor yang mempengaruhi
perkembangan sosial, moral dan sikap anak usia sekolah dasar diantaranya faktor keluarga, faktor
lingkungan luar keluarga, faktor teman sebaya.
Disamping itu, karakteristik anak yang begitu beragam dan berkembang menuntut adalah model
pembelajaran yang bisa memfasilitasi mereka mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.
Banyak model-model pembelajaran yang dikembangkan akhir-akhir ini berdasarkan disiplin ilmu-ilmu
tertentu.
Karakteristik anak merupakan sikap atau pola pikir dari masing-masing anak. Dalam hal ini mencakup
fisik, fisik ini keadaan jasmani. Kemudian ada intelegensi yaitu berpikir abstrak. Adanya bakat khusus
dari masing- masing anak yang memiliki kemampuan berbeda. Dengan mengetahui dan memahami
karakteristik baik dari segi gaya belajar serta kebutuhan belajar anak, hendaknya guru bisa memilih
dan memilah dalam menentukan strategi, metode maupun modle pembelajaran yang tepat agar proses
belajar mengajar menjadi efektif dan efisien serta menyenangkan bagi anak, karena setiap karakteristik
individu maupun anak berpengaruh sangat besar terhadap tercapainya tujuan suatu pembelajaran.
Mengenal dan memahami karakter peserta didik, memberikan manfaat yang banyak baik bagi peserta
didik sendiri maupun bagi guru yang berperan mendampingi mereka. Bagi peserta didik, mereka akan
mendapat layanan, perlakuan yang adil, tidak ada diskriminasi, merasakan bimbingan yang mkasimal
dan dapat menyelesaikan masalah peserta didik dengan memperhatikan karakternya.
Bagi guru, manfaat mengenal dan memahami karakter peserta didik adalah guru akan dapat
memetakan kondisi peserta didik sesuai dengan karakternya masing-masing. Guru dapat memberikan
pelayanan dan memberikan tugas sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan peserta didiknya. Dengan
demikian, guru dapat mengembangkan potensi yang dimiliki mereka berupa minat, bakat,
kegemarannya dan berusaha menekan potensi negatif yang muncul dari karakter peserta didik yang
tidak baik dimilikinya.
Jadi, itulah pentingnya mengenal dan memahami karakter peserta didik, maka seorang guru harus
meluangkan waktunya bersama peserta didik dan memberikan perhatian yang maksimal pada peserta
didik dalam membimbing mereka pada tercapainya tujuan pendidikan.
5. Menurut penelitian Howard Gardner, di dalam diri setiap anak tersimpan sembilan jenis
kecerdasan yang siap berkembang. Ia memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas
tersebut menjadi sembilan kategori yang komprehensif atau sembilan macam kecerdasan dasar
pada anak-anak. Uraikan sembilan macam kecerdasan dasar tersebut!
Jawab :
Prof. Dr. Howard Gardner adalah seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas
Harvard AS yang merumuskan teorinya Multiple Intelligences ( kecerdasan ganda / majemuk ).
Menurut penelitian Howard Gardner, di dalam diri setiap anak tersimpan sembilan jenis kecerdasan
yang siap berkembang. Ia memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas tersebut menjadi
sembilan kategoriyang komprehensif atau sembilan macam kecerdasan dasar.
Kecerdasan linguistik (Linguistic intelligence)
Kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata – kata secara efektif baik secara oral maupun
secaratertulis
contohnya pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, orator Tokoh terkenal seperti :
Sukarno, Paus Yohanes Paulus II, Winston Churhill.
Kecerdasan matematis-logis (Logical – mthematical intelligence)
Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika . Jalan pikiran bernalar dengan
mudahmengembangkan pola sebab akibat .
contohnya matematikus, programer, logikus.Tokoh terkenal seperti : Einstein (ahli fisika), Habibie
(ahlipesawat)
Kecerdasan ruang(Spatial intelligence)
Kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat dan kemampuan untuk mengenal
bentuk danbenda secara tepat serta mempunyai daya imaginasi secara tepat.
contohnya pemburu, arsitek, dekorator. Tokoh terkenal seperti Sidharta (pemahat), Pablo Pacasso
(pelukis)
Kecerdasan kinestetic-badani (bodily- kinesthetic intelligence)
Kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan .
contohnya aktor, atlet, penari ahli bedah. Tokoh terkenal seperti : Charlie Chaplin (pemain
pantonim yangulung), Steven Seagal (actor)
Kecerdasan musikal (Musical intelligence)
Kemampuan untuk mengembangkan , mengekspresikan dan menikmati bentuk – bentuk musik
dan suara, peka terhadap ritme, melodi, dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik.
contohnya komponis .Tokoh terkenal seperti Beethoven, Mozart.
Kecerdasan interpersonal (Interpersonal intelligence)
Kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan , intensi, motivasi, watak,
temperamenorang lain.
Kemampuan yang menonjol dalam berelasi dan berkomunikasi dengan berbagai orang.
contohnya komunikator, fasilitator. Tokoh terkenal Mahatma Gandhi (tokoh perdamaian India), Ibu
Teresa(Pejuang kaum miskin)
Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal intelligence)
Kemampuan berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara
adaptif berdasar pengalaman diri serta mampu berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran tinggi
akan gagasan – gagasan . Mereka mudah berkonsentrasi dengan baik, suka bekerja sendiri dan
cenderung pendiam contohnya para pendoa batin.
Kecerdasan lingkungan/aturalis (Naturalist intlligence)
Kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan
binatangdengan baik.
Tokoh terkenal Charles Darwin
Kecerdasan eksistensial (Exixtential intlligence)
Kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan –
persoalanterdalam keberadaan atau eksistensi manusia.
contohnya persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini. Tokoh terkenal seperti Plato, Sokrates,
Thomas Aquina

Anda mungkin juga menyukai