Anda di halaman 1dari 9

NAMA : AHMAD ZAINUDIN

NIM : 856331181
MATA KULIAH : PEMBAHARUAN DALAM PEMBELAJARAN DI SD
TUGAS / SESI : 3 (TIGA) / 7 (TUJUH)
SEMESTER : 6 (ENAM)

1. Istilah pembelajaran terpadu, banyak istilah yang digunakan untuk memadukan


materi yang spesifik misalnya keterampilan menulis atau berpikir di antra
kurikulum. Dengan pendektan terpadu, kurikulum dirancang dapat mengakomodasi
kebutuhan siswa, mengatasi masalah sosial di antara para siswa di kelas, dan juga
memantapkan penguasaan materi pelajaran. Uraikan latar belakang atau alasan
penggunaan pembelajaran terpadu!
Jawab :
Pembelajaran akan lebih bermakna menggunakan pendekatan terpadu, karena
pembelajaran terpadu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar
sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Pembelajaran terpadu didasarkan pada tiga
konsep tentang proses belajar anak yaitu: anak-anak tidak membedakan antara
bidang-bidang pelajaran, anak memandang bidang mata pelajaran sebagai sesuatu
yang berkaitan secara keseluruhan; pembelajaran terpadu berdasarkan pada konsep
bahwa berbagai mata pelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan belajar;
pembelajaran terpadu berdasarkan metode mengajar induktif, yang
menghubungkan berbagai kegiatan dengan topic tertentu yang diintegrasikan ke
dalam satu kesatuan. Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik
menggunakan ketrampilan-ketrampilan dalam suatu mata pelajaran dengan cara
yang bermakna .

2. Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara


sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar
mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan
dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Uraikan hal yang terkait dengan kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran
terpadu!
Jawab :
a) Kelebihan pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut :
1) Adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah dalam suatu mata
pelajaran
2) Konsep–konsep utama saling terhubung, mengarah pada pengulangan
( review ), rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan-gagasan dalam
suatu disiplin
3) Memberi perhatian pada berbagai mata pelajaran yang berbeda dalam
waktu yang bersamaan, memperkaya dan memperluas pembelajaran
4) Memfasilitasi transfer pembelajaran melintasi beberapa mata
pelajaran
5) Terdapat pengalaman-pengalaman instruksional bersama; dengan dua
orang guru di dalam satu tim, akan lebih mudah untuk berkolaborasi
6) Dapat memotivasi murid-murid: membantu murid- murid untuk
melihat keterhubungan antar gagasan
7) Murid-murid mempelajari cara mereka belajar; memfasilitas transfer
pembelajaran selanjutnya
8) Mendorong murid-murid untuk melihat keterkaitan dan
kesalingterhubungan di antara disiplin-disiplin ilmu; murid-murid
termotivasi dengan melihat berbagai keterkaitan tersebut
9) Keterpaduan berlangsung di dalam pelajar itu sendiri
10) Bersifat proaktif; pelajar terstimulasi oleh informasi, keterampilan,
atau konsep-konsep baru

b) Kelemahan pembelajaran terpadu yaitu sebagai berikut :


1) Keterhubungan menjadi tidak jelas; lebih sedikit transfer
pembelajaran
2) Disiplin-disiplin ilmu tidak berkaitan; kontent tetap terfokus pada
satu disiplin ilmu
3) Pelajar dapat menjadi bingung dan kehilangan arah mengenai konsep-
konsep utama dari suatu kegiatan atau pelajaran
4) Membutuhkan kolaborasi yang terus menerus dan kelenturan
(fleksibilitas) yang tinggi karena guru-guru memilki lebih sedikit
otonomi untuk mengurutkan (merancang) kurikula
5) Membutuhkan waktu, kelenturan, komitmen, dan kompromi
6) Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik secara selektif agar
menjadi berarti, juga relevan dengan kontent
7) Disiplin-disiplin ilmu yang bersangkutan tetap terpisah satu sama lain
8) Membutuhkan tim antar departemen yang memiliki perencanaan dan
waktu pengajaran yang sama
9) Dapat mempersempit fokus pelajar tersebut
10) Dapat memecah perhatian pelajar; upaya-upaya menjadi tidak efektif

3. Pembelajaran kelas rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang


mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas di mana
dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya
difokuskan pada kemajuan individual para siswa. Pembelajaran kelas rangkap
memiliki korelasi dengan teori belajar yang dikemukakan oleh beberapa tokoh.
Uraikan korelasi atau keterkaitan teori belajar dan pembelajaran kelas rangkap
menurut beberapa tokoh!

Jawab :

Pada dasarnya, Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok


siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di
mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya
difokuskan pada kemajuan individual para siswa (Franklin, 1967). Namun
demikian selain definisi tersebut, ada sebagian praktisi pendidikan membedakan
definisi dari multigrade dengan multiage karena perbedaan tujuannya. Seperti yang
dikemukakan oleh Elkind (1987), bahwa istilah multigrade di mana kelas yang
berbentuk seperti itu akan berisi para siswa dari 2 atau lebih tingkatan kelas dengan
satu guru di ruangan yang sama pada suatu waktu. Para siswa di kelas tersebut
tetap menggunakan kurikulum yang spesifik untuk tingkatan kelasnya sendiri dan
demikian pula dengan tingkat kesukaran tesnya pun disesuaikan dengan tingkatan
kelas mereka. Dengan demikian, kelihatan bahwa kelas multigrade atau
pembelajaran kelas rangkap model itu diadakan untuk alasan administrasi dan
ekonomi. Seperti halnya yang terjadi di sekolah-sekolah daerah terpencil di
Indonesia banyak guru yang merangkap kelas karena memang tidak ada tenaga
guru bukan karena tujuan atau alasan pendidikan. Lain halnya dengan istilah
multiage yang mengacu pada praktek pembelajaran kedua tingkatan usia dan kelas
yang sengaja dicampur karena kepentingan tujuan pendidikan yang diinginkan.

Dengan demikian, telah terjadi pergeseran penggunaan pembelajaran kelas rangkap


yang ada di daerah terpencil hingga berkembang menjadi pembelajaran kelas
rangkap yang dirancang secara sistematis untuk alasan peningkatan efektivitas
pembelajaran di kelas. Bisa saja pembelajaran kelas rangkap yang dulu
dilaksanakan masih berbentuk pengelolaan kelas tradisional di mana pengaturan
tempat duduk seluruh siswa menghadap ke arah papan tulis di depan kelas, di mana
guru dengan mudah dapat mengontrol seluruh siswanya. Namun demikian, seperti
diutarakan di atas, karena adanya pergeseran pemikiran sehingga muncul bentuk-
bentuk baru pembelajaran kelas rangkap, membuat pengaturan tempat duduk di
kelas menyebar. Lalu bagaimana dengan pengaturan pembelajaran kelas rangkap?
Yates (2000) mengemukakan bahwa dengan pembelajaran kelas rangkap, di mana
para siswa bisa tinggal di kelas dengan satu guru dalam lebih dari satu tahun,
membuat hubungan antara para siswa, guru, dan orangtua menjadi dekat. Mereka
mempunyai rasa percaya, rasa aman, dan enak satu dengan yang lain, sehingga
proses pembelajaran dapat dilakukan dengan nyaman. Hal tersebut wajar, karena
model pembelajaran kelas rangkap seperti itu di mana 2 atau 3 tingkatan ada dalam
satu kelas dengan satu atau beberapa guru mengajar secara tim tidak mengenal
istilah naik kelas atau tinggal kelas. Namun demikian, menurut Suryan (2000)
ternyata pendekatan pembelajaran kelas rangkap bisa digunakan untuk kelas
tradisional, di mana hanya terdapat pembelajaran satu tingkatan kelas saja. Hal ini
disadari bahwa sebenarnya pada kelas tradisional, juga berisikan para siswa yang
mempunyai berbagai tingkatan kemampuan dan mungkin usia, sehingga esensi
pembelajaran kelas rangkap tetap dapat digunakan untuk kelas tradisional sehingga
prinsip- prinsip pembelajaran kelas rangkap bisa diterapkan.

Terdapat beberapa alasan kenapa terjadinya pembelajaran kelas rangkap. Djalil dan
Wardani (1997) menguraikan dalam modulnya bahwa pembelajaran kelas rangkap
diperlukan karena alasan geografis, demografis, kurangnya guru, terbatasnya ruang
kelas, dan adanya ketidakhadiran guru di kelasnya karena sakit atau keperluan
lainnya. Seperti juga yang dikemukakan Jones di atas, bahwa dahulunya pada
sebelum tahun 1990-an, atau malahan bagi negara-negara seperti Indonesia,
Mexico, India, bahkan Australia, masih banyak dijumpai sekolah yang hanya
mempunyai satu atau dua kelas saja yang digunakan bersama-sama oleh para siswa dari
berbagai tingkatan kelas. Hal ini disebabkan tempat tinggal para siswa yang berjauhan
sehingga demi efesiensi, pemerintah tidak mungkin mendirikan sekolah yang hanya
melayani beberapa siswa saja. Untuk itu didirikannya sekolah di suatu tempat dan siswa
yang berjauhan datang ke sekolah itu, dengan guru yang bisa melayani sejumlah kecil
siswa dari berbagai tingkatan kelas. Alasan lainnya, karena memang kesulitan mencari
tenaga guru (tenaga guru kurang), sehingga pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan
para siswa di suatu daerah tertentu dengan rasio jumlah guru yang seimbang. Alasan-
alasan yang dipaparkan itu mulai tidak dipakai lagi untuk mengelola pembelajaran kelas
rangkap (terutama di negara Barat, sedangkan beberapa negara di Asia, Amerika latin, dan
Indonesia hingga kini masih menggunakan alasan tersebut untuk adanya pembelajaran
kelas rangkap). Seiring dengan adanya reformasi pada konsep-konsep pendidikan yang
mendukung kepentingan perkembangan para siswa didik oleh para praktisi dan konseptor
pendidikan, dikembangkanlah konsep- konsep baru tentang pelaksanaan pembelajaran
kelas rangkap dengan berdasarkan pengembangan hasil riset untuk mencari alasan atau
manfaat pendidikan yang dapat diambil dari penerapan pembelajaran kelas rangkap.
Dengan makin terbukanya pemikiran para administrator dan pembaharu-pembaharu
pendidikan untuk mengeksplorasi manfaat dari pendekatan pengelolaan kelas ini, maka
ditemukan keuntungan pendidikan yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran kelas
rangkap. Ridgway dan Lawton (1969) mencatat bahwa, aspek utama dari manfaat
penggunaan pembelajaran kelas rangkap ini adalah terbangunnya iklim kekeluargaan
dalam kelas. Mereka menemukan dengan pembelajaran kelas rangkap, para siswa bisa
lebih merasa nyaman dan mudah menerima perubahan kegiatan dan pengalaman yang
diberikan guru. Dasar lainnya dari digunakannya pembelajaran kelas rangkap seperti yang
diutarakan Anderson dan Pavan (1993) bahwa, filosofi dasar dari pembelajaran kelas
rangkap adalah terakomodasinya kebutuhan individu siswa sebagai seorang yang unik dan
membutuhkan perlakuan yang berbeda satu dengan lainnya untuk bisa mencapai
perkembangan yang maksimum.

4. Karakteristik anak-anak menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan


pendidikan yang bermuatan permainan, terutama untuk kelas rendah. Guru SD
diharap merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur
permainan di dalamnya. Sesuai dengan tumbuh kembang anak sekolah dasar, maka
guru harus memberikan pengalaman pada aktivitas fisiknya. Uraikan dan jelaskan
aktivitas bermain yang cocok buat anak sekolah dasar!
Jawab :
1) Anak Sekolah Dasar Senang Bermain, Karakteristik yang pertama adalah
anak senang bermain. Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas rendah
itu senang bermain. Pendidik diharuskan paham dengan perkembangan
anak, memberikan aktivitas fisik dengan model bermain. Materi
pembelajaran harus dibuat dalam bentuk games, terutama pada siswa
Sekolah Dasar kelas bawah ( kelas 1 s/d 3 ) yang masih cukup kental
dengan zona bermain. Sehingga rancangan model pembelajaran berkonsep
bermain yang menyenangkan, namun tetap memperhatikan ketercapaian
materi ajar. Karakteristik ini menuntut guru Sekolah Dasar untuk
melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih
untuk kelas rendah. Guru Sekolah Dasar sebaiknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya.
Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai.
Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang seling antara mata
pelajaran lainnya seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang
mengandung unsur permainan seperti Pendidikan Jasmani, atau Seni
Budaya dan Keterampilan ( SBK ).
2) Anak Usia Sekolah Dasar Senang Bergerak, Karakteristik yang kedua
adalah anak senang bergerak. Anak usia Sekolah Dasar berbeda dengan
orang dewasa yang betah duduk berjam-jam, namun kanak-kanak berbeda
bahkan kemungkinan duduk tenang maksimal 30 menit. Menyuruh anak
untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai
siksaan. Pendidik berperan untuk membuat pembelajaran yang senantiasa
bergerak dinamis, permainan menarik memberi stimulus pada minat gerak
anak menjadi tinggi. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
3) Anak Usia Sekolah Dasar Senang Bekerja dalam Kelompok, Karakterisitik
anak yang ketiga adalah anak senang bekerja dalam kelompok. Anak usia
Sekolah Dasar umumnya mengelompok dengan teman sebaya atau se-
usianya, Melalui pergaulannya tersebut anak dapat belajar aspek-aspek
penting dalam proses sosialisasi seperti : belajar memenuhi aturan-aturan
kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada orang dewasa
di sekelilingnya, mempelajari perilaku yang dapat diterima oleh
lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing secara
sehat ( sportif ) bersama teman-temannya, mempelajari olahraga, belajar
bagaimana bekerja dalan kelompok, belajar keadilan dan demokrasi melalui
kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja
atau belajar kelompok. Konsep pembelajaran kelas dapat dibuat model
tugas kelompok kecil- kecilan dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari
atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok, pendidik memberi materi
melalui tugas sederhana untuk diselesaikan bersama. Tugas tersebut dalam
bentuk gabungan unsur psikomotor ( aktivitas gerak ) yang melibatkan
unsur kognitif ( pengetahuan ). Misal anak usia SD diberi tugas materi
gerak sederhana menjelaskan menembak bola ( shooting ), maka untuk
memperoleh jawaban mereka akan mempraktikkan dahulu kemudian
memaparkan sesuai kemampuan mereka.
4) Anak Usia Sekolah Dasar Senang Praktik Langsung, Karakteristik yang
keempat adalah anak senang praktik langsung. Berdasarkan teori tentang
psikologi perkembangan yang terkait dengan perkembangan kognitif, anak
SD memasuki tahap operasi konkret. Anak usia sekolah dasar, memiliki
karakteristik senang melakukan hal secara model praktikum, bukan teoritik.
Berdasarkan ketiga konsep kesenangan sebelumnya ( senang bermain,
bergerak, berkelompok ) anak usia SD, tentu sangat efektif dikombinasikan
dengan praktik langsung. Pendidik memberikan pengalaman belajar anak
secara langsung, sehingga pembelajaran model teori klasikal tidak terlalu
diperlukan atau diberikan saat evaluasi. Dari apa yang dipelajari di sekolah,
anak belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep
lama. Anak membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu,
fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral dll. Bagi anak SD,
penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak
melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang
dewasa. Dengan demikian, guru hendaknya merancang model pembelajaran
yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Sebagai contoh, anak akan lebih memahami tentang arah mata angin,
dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk
langsung setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan
diketahui secara persis arah mana angin saat itu bertiup.

5. Menurut penelitian Howard Gardner, di dalam diri setiap anak tersimpan sembilan
jenis kecerdasan yang siap berkembang. Ia memetakan lingkup kemampuan manusia
yang luas tersebut menjadi sembilan kategori yang komprehensif atau sembilan
macam kecerdasan dasar pada anak-anak. Uraikan sembilan macam kecerdasan
dasar tersebut!
Jawab :
Prof. Dr. Howard Gardner adalah seorang psikolog dan ahli pendidikan dari
Universitas Harvard AS yang merumuskan teorinya Multiple Intelligences
( kecerdasan ganda / majemuk ). Menurut penelitian Howard Gardner, di dalam diri
setiap anak tersimpan sembilan jenis kecerdasan yang siap berkembang. Ia
memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas tersebut menjadi sembilan
kategori yang komprehensif atau sembilan macam kecerdasan dasar.
1) Kecerdasan linguistik (Linguistic intelligence), Kemampuan untuk
menggunakan dan mengolah kata – kata secara efektif baik secara oral
maupun secara tertulis. contohnya pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan,
sastrawan, orator Tokoh terkenal seperti : Sukarno, Paus Yohanes Paulus II,
Winston Churhill.
2) Kecerdasan matematis-logis (Logical – mathematical intelligence),
Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika. Jalan
pikiran bernalar dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat.
contohnya matematikus, programer, logikus. Tokoh terkenal seperti :
Einstein (ahli fisika), Habibie (ahli pesawat)
3) Kecerdasan ruang(Spatial intelligence), Kemampuan untuk menangkap dunia
ruang visual secara tepat dan kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda
secara tepat serta mempunyai daya imaginasi secara tepat. contohnya
pemburu, arsitek, dekorator. Tokoh terkenal seperti Sidharta (pemahat),
Pablo Pacasso (pelukis)
4) Kecerdasan kinestetic-badani (bodily- kinesthetic intelligence),
Kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan
gagasan dan perasaan. contohnya aktor, atlet, penari ahli bedah. Tokoh
terkenal seperti : Charlie Chaplin (pemain pantonim yang ulung), Steven
Seagal (actor).
5) Kecerdasan musikal (Musical intelligence), Kemampuan untuk
mengembangkan , mengekspresikan dan menikmati bentuk – bentuk musik
dan suara, peka terhadap ritme, melodi, dan intonasi serta kemampuan
memainkan alat musik. contohnya komponis .Tokoh terkenal seperti
Beethoven, Mozart.
6) Kecerdasan interpersonal (Interpersonal intelligence), Kemampuan untuk
mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan , intensi, motivasi, watak,
temperamen orang lain. Kemampuan yang menonjol dalam berelasi dan
berkomunikasi dengan berbagai orang. contohnya komunikator, fasilitator.
Tokoh terkenal Mahatma Gandhi (tokoh perdamaian India), Ibu Teresa
(Pejuang kaum miskin)
7) Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal intelligence), Kemampuan
berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk
bertindak secara adaptif berdasar pengalaman diri serta mampu berefleksi
dan keseimbangan diri, kesadaran tinggi akan gagasan – gagasan . Mereka
mudah berkonsentrasi dengan baik, suka bekerja sendiri dan cenderung
pendiam contohnya para pendoa batin.
8) Kecerdasan lingkungan/naturalis (Naturalist intlligence), Kemampuan
untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal
tanaman dan binatang dengan baik. Tokoh terkenal Charles Darwin.
9) Kecerdasan eksistensial (Exixtential intlligence), Kemampuan menyangkut
kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan –
persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia. contohnya
persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini. Tokoh terkenal seperti Plato,
Sokrates, Thomas Aquina

Anda mungkin juga menyukai