Anda di halaman 1dari 13

NAMA : MARIA KENSIANA GOAN

NIM : 856331278

MATKUL : PEMBELAJARAN IPA di SD

TUGAS : KE 1

1. JAWABAN :
 Teori belajar Brunner dan penerapannya
Dalam mengajar guru tidak menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk final,
tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan
menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.
Secara garis besar, prosedurnya sebagai berikut :
Stimulus (pemberian perangsang/stimuli) : Kegiatan belajar dimulai dengan
memberikan pertanyaan yang merangsang berfikir pelajar, menganjurkan dan
mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
Problem Statement (mengidentifikasi masalah) : Memberikan kesempatan kepada
pelajar untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan
bahan belajar kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban
sementara dari masalah tersebut).
Data Collection (pengumpulan data) : Memberikan kesempatan kepada para pelajar
untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.
Data Processing (pengolahan data) : Mengolah data yang telah diperoleh siswa
melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain. Kemudian data tersebut
ditafsirkan.
Verifikasi : Mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar dan
tidaknya hipotesis yang diterapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing.
Generalisasi : Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil
verifikasi.
Berikut adalah contoh penerapan Teori Belajar Bruner :
 Mengajarkan pengertian hewan mamalia
1) Sajikan contoh dan non contoh dari konsep-konsep yang anda
ajarkan.Misalnya dalam mengajarkan mamalia contohnya : manusia, ikan
paus,kucing, atau lumba-lumba.Sedangkan non contohnya adalah ayam, ikan,
katak atau buaya dan lain-lain.
2) Bantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
Contoh : Beri pertanyaan pada siswa untuk mengarahkannya agar dapat
memahami perbedaan hewan mamalia dan bukan mamalia. Misalnya tanyakan
bagaimana masing-masing hewan yang telah disebutkan dalam contoh dan
non contoh dalam merawat anak mereka yang baru lahir. Lalu tanyakan:
Apakah ada persamaan dari contoh yang diberikan?
3) Berikan kesempatan siswa untuk menarik kesimpulan dari jawabannya.
4) Berikan penjelasan yang lebih terperinci sehubungan dengan kesimpulan
siswa.
5) Berikan pertanyaan untuk mengecek apakah pemahaman siswa tentang materi
yang diberikan telah sesuai. Misalnya, minta siswa memberikan contoh hewan
mamalia dan bukan mamalia selain dari yang sudah disebutkan.
 Mengajarkan rumus untuk menghitung Volume Tabung
1) Ingatkan kembali siswa mengenai contoh-contoh bangun prisma dan cara
menghitung volumenya yang sudah diketahui, misalnya volume kubus dan
balok.
2) Siswa diminta membuat hipotesa cara menghitung volume tabung berdasarkan
pengetahuan awal siswa mengenai volume balok.
3) Siswa diberikan alat peraga berupa beberapa tabung dengan berbagai ukuran
tapi dengan volume yang sama. Dengan menggunakan alat peraga yang
diberikan, mintalah siswa membuktikan hipotesanya. Jadi dalam proses
mengajar menurut Bruner perlu adanya pendekatan spiral atau lebih dikenal
dengan a spiral curriculum, yaitu mengurutkan materi pelajaran mulai dari
mengajarkan materi secara umum kemudian secara berkala kembali
mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci, dengan
memperhatikan tahapan perkembangan kognitif seseorang (enaktif, ikonik, dan
simbolik).
 Teori Piaget dan penerapannya
1) menguraikan perkembangan kognitif dari bayi sampai dewasa.
2) Secara garis besar, Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif
anak menjadi empat yaitu : tahap sensory-motor, tahap per-operasional, tahap
Operasional dan tahap formal operasional.
3) Penerepan teori Piaget dalam pembelajaran IPA SD yaitu : Dengan beranggapan
anak bukan merupakan suatu botol kosong yang siapun untuk diisi, melainkan
anak secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya. Penerapan selanjutnya
adalah guru harus selalu ingat bahwa anak menangkap dan menerjemahkan
sesuatu secara berbeda.Ide- ide anak harus selalu dipakai. Tetapi setelah beberapa
saat guru harus mengarahkan sesuai dengan apa yang seharusnya.
4) Contoh pembelajaran IPA di SD berdasarkan teori Piaget yaitu melalui
eksperimen yang melibatkan siswa. Contoh Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan
Teori Piaget Seperti telah dikatakan di atas bahwa pembelajaran berlandaskan
teori Piaget harus mempertimbangkan keadaan tiap siswa (dikatakan sebagai
terpusat pada siswa) dan siswa diberikan banyak kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman dari penggunaan inderanya. Berikut akan disampaikan rancangan
pembelajaran secara garis besar.
Konsep yang diajarkan : Udara mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak
kegunaannya bagi kehidupan manusia.
Sub Konsep : Udara yang bergerak mempunyai tekanan yang lebih rendah dari pada
udara diam.
Metode yang dipakai : Eksperimen
Alat dan bahan yang digunakan :
a. Duabola pingpong (tenismeja)
b. Benang
c. Kayu, kira-kira 30 cm
Cara kerja :
a. Ikatlah kedua bola pingpong dengan benang yang ada.
b. Ikatkan kedua ujung benang secara berdekatan pada kayu yang telah disediakan,
sehingga tampak seperti gambar berikut.
c. Peganglahsalah satu ujung kayu dan tiuplah kuat-kuat persis ditengah-tengah
antara kedua bola pingpong yang tergantung.
d. Amati apa yang terjadi.
Kegiatan guru yang penting adalah memperhatikan pada setiap siswa apa yang
mereka lakukan. Apakah mereka sudah melaksanakannya dengan benar. Apakah
mereka tidak mendapatkan kesulitan? Dan guru harus berbuat apa yang Piaget
perbuat yaitu memberikan kesempatan anak untuk menemukan sendiri
jawabannya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila
sewaktu-waktu dibutuhkan. Pada akhir pembelajaran tentunya guru mengulas
kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.
Jadi menurut pendapat saya teori belajar yang cocok digunakan untuk
pembelajaran IPA yaitu teori belajar pigaet.

2. JAWABAN :
Pendidikan IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta,
konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah, yang akan bermanfaat
bagi siswa dalam mempelajari diri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mencari tahu dan berbuat sehingga
mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.Filosofi IPA sebagai
cara untuk mencari tahu yang berdasarkan pada observasi. Dengan demikian,
pengetahuan dalam IPA merupakan hasil observasi yang disimpulkan berdasarkan
hasil obervasi. Kebenaran harus dibuktikan secara empiris berdasarkan observasi atau
eksperimen. Pengembangan pembelajaran IPA yang menarik, menyenangkan, layak,
sesuai konteks, serta didukung oleh ketersediaan wektu, keahlian, sarana dan
prasarana merupakan kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Pendekatan
yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA antara lain adalah pendekatan
lingkungan, sains-lingkungan-teknologi-masyarakat, konseptual, faktual, nilai,
pemecahan masalah, penemuan (discovery), inkuiri, keterampilan proses, komputer,
sejarah, dan deduktif/induktif. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat
digunakan dalam pembelajaran IPA.
9 Pendekatan Yang Cocok Untuk Pembelajaran IPA di SD
1. Pendekatan Lingkungkan
Pendekatan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara pandang bahwa
mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan lingkungan
secara bijaksana dengan memahami factor politis, ekonomi, sosial-budaya,
ekologis yang mempengaruhi manusia dalam dan memperlakukan lingkungan
tersebut dibangun melalui pemahaman siswa terhadap lingkungan itu sendiri. Pada
pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan sikap dan perilaku peduli dan
mencintai lingkungan, dan mengembangkan keterampilan meneliti lingkungan.
2. Pendekatan Sains-Lingkungkan-Teknologi-Masyarakat
IPA merumuskan penjelasan untuk mengamati lingkungan, Teknologi yang
merupakan penerapan dari pengetahuan, merumuskan pemecahan permasalahan
yang terkait dengan adaptasi manusia terhadap lingkungan. Masyaraka
tmerupakan lingkungan manusia tempa tterjadinya kegiatan IPA, kegiatan ilmiah,
dan kegiatan teknologi. Pengembangan yang dikembangkan melalui IPA memberi
sumbangan terhadap perkebangan teknologi baru. Teknologi baru tersebut akan
mempengaruhi kegiatan ilmiah dan penentuan permasalahan yang diteliti serta
cara yang digunakan untuk memecahkan permasalahan. Pengetahuan yang
dihasilkan IPA dan proses yang digunakan ilmuwan mempengaruhi pandangan
hidup manusia, cara berfikir manusia, dan lingkungan hidup secara umum.
Pendekatan sain-lingkungan-teknologi-masyarakat merupakan cara pandang
bahwa siswa belajar, menyusun pengetahuan, melalui interaksi pribadi antara
pengalaman dengan skemata pengetahuannya. Pemerolehan pengetahuan
dilakuakan oleh skemata siswa yang tepat dan bermanfaat baginya. Dalam
pendidikan IPA ini, siswa mampu memperoleh pengalaman secara fisik dan
memperoleh pengalaman mengenai konsep dan model dalam IPA. Secara umum
tujuan penggunaan pendekatan ini adalah agar siswa memiliki pemahaman
tentang aspeksains, teknologi, lingkungan-lingkungan, dan masyarakat yang
pergunakan bagi perkembangan kognitif, menggunakan pemahaman sains dan
teknologi untuk diterpkan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial
(masyarakat) siswa. Pada pendekatan ini, pembelajaran dipusatkan pada siswa
dengan memperhatikan karangan siswa. Langkah dasar yang dapat diterapkan
adalah
(1) Curah pendapat tentang suatu/topic,
(2) mendifinisikan pertanyaan/fenomena tertentu,
(3) curapen dapat tentang sumberi informasi,
(4) menggunakan sumber untuk mendapatkan informasi,
(5) melakukan analisis, sintesis, evaluasi, dan menciptakan sesuatu, dan
(6) melakukan tindakan nyata (Lutz, 1996 dalam HerawatiSusilo, 1998).
3. Pendekatan faktual
menurut funk.dkk. (1979), pendekatan faktual adalah merupakan suatu cara
menjabarkan IPA dengan menyiapkan hasil-hasil penemuan IPA kepada siswa
dimana pada akhir suatu instruksional siswa akan memperoleh informasi tentang
hal-hal penting tentang IPA. Metode yang paling efisien untuk menindak lanjuti
pendekatan ini adalah dengan membaca, menyampaikan pendapat ahli dari buku,
demonstrasi, latihan(drill), dan memberikan tes. Kadang-kadang pendekatan ini
menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran tentang sifat IPA
sendiri. Fakta yang disampaikan mewailih hasil atau produk IPA dan
meminimalkan gambaran tentang pentingnya proses IPA dalam menghasilkan
produk IPA tersebut.Biasanya siswa tidak mengingat tentang fakta dalam waktu
yang lama. Apabila hanya memberikan pelajaran tentang fakta maka siswa akan
medapat kesan bahwa IPA hanya berupa katalog dari sekumpulan informasi.
Siswa tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh tentang sifat IPA
yang sebenarnya lebih menarik dan menyenangkan.
4. Pendekatan Konseptual
Menurut Funk.dkk. (1979), apabila menyodorkan fakta memberikan pandangan
terhadap IPA agak sempit dan hasil pembelajarannya tidak dapat diingat terlalu
lama, mungkin mengajarkan konsep diharapkan akan memberikan hasil yang
lebih baik. Konsep adalah suatu pendapat yang merupakan rangkaian dari fakta-
fakta. Agar dapat memahami suatu konsep, suatu pembelajaran memerlukan objek
yang kontkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan melakukan manipulasi atau-
pemrosesan pendapat secara mental. Pendekatan konseptual memungkinkan siswa
untuk mengorganisasikan fakta kedalam suatu model atau penjelasan tentang sifat
alam semesta. Pendakatan ini menekankan pada penyampaian produk atau hasil
IPA tidak mengajarkan tentang proses bagaimana produk tersebut dihasilkan.
Esler dan Esler (1984) menyatakan bahwa pada umumya, seorang guru terlebih
dahulu akan memikirkan tentang materi IPA apa yang akan diajarkan sebelum ia
memutuskan tentang bagaimana cara mengajarkannya. Bagaimana
mengorganisasikan konsep seorang siswa melakukan observasi dan menyimpan
pengetahuannya banyak tingkatan konseptual. Siswa akan mengidentifikasikan
suatu objek, mempertimbangkannya berdasarkan pembuktian, mengenali,
menkonseptualisasikan (misalkan berdasarkan proses atau karateristik objek).
Konsep-konsep sederhana yang diobservasi secara berulang kali kemudian
diterima sebagai fakta. Begitu siswa memanipulasi dan menggeneralisasi
berdasrkan pengamatan dan fakta maka konseptualisasiyang lebih rumit akan
terjadi padanya.ih rumit akan terjadi padanya. Suatu generalisasi ilmiah yang lebih
kompleks disebut skema konsep. Konsep IPA sendiri masih bersifat agak umum,
terdiri dari beberapa subkonsep. Subkonsep merupakan tingkat konseptual terbaik
yang cocock untuk membangun pengalaman belajar siswa, yang dapat digunakan
untuk menjelaskan banyak pengamatan dan fakta, namun mempersentasikan suatu
konseptualisasi yang cukup sempit untuk diuji. Tingkatakan konsep yang lebih
tinggi dan skema konsep yang yang diterima secara universal dikenal sebagai
prinsip atau hukum IPA. Pada umumya, para ahli mengembangkan kurikulum
berdasarkan ide besar, berupa skema konseptual, konsep, subkonsep. Hal tersebut
disebabkan oleh karena pengetahuan IPA berkembang secara cepat. Tidak ada
siswa yang diharapkan dapat mempelajari semua fakta IPA.
5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Herawati Susilo (1998) mengutip pendapat Meyer(1987) bahwa pendekatan
pemecahan masalah (farce field approach) merupakan suatu pendekatan yang
penting. Setiap masalah memiliki suatu daya positif atau daya pendorong yang
cenderung menuju kearah perubahan yang positif untuk memperbaiki suatu
kondisi atau keadaan. Namun dilain pihak terdapat pula daya pikir negatif atau
penghambat yang berupa untuk mempetahankan permaslahan tersebut. Oleh sebab
itu dalam pemecahan masalah perlu dilakukan indentifkasi daya pendorong positif
yang dapat digunakan dan indentifikasi daya penghambat untuk diminimal
pengaruhnya. Menurut buku Unesco (1986), dalam penggunaan pendekatan
pemecahan masalah dapat diterapkan berbagai metode yang bertolak dari suatu
permasalahan.Guru dapat merumuskan dan mendemonstrasikan penyelesaian
suatu masalah, kemudian meminta siswa menerapkan prinsip pemecahan masalah
tersebut untuk memecahkan permasalahan yang serupa. Alternatif lainnya adalah
guru hanya dapat membimbing siswa merumuskan dan memecahkan-
permasalahan yang diajuhkan kepadanya. Seorang guru dapat pula
mengkombinasikan kedua cara yang telah disebutkan. Permasalahan dapat berupa
permasalah konvergen, yaitu permasalahan dengan memiliki satu cara pemecahan,
atau permasalah divergen, yaitu permasalahan dengan memiliki beberapa
kemungkinan cara pemecahan. Keterampilan memecahkan masalah merupakan
keterampilan dasar yang dikembangkan melalui serangkaian latihan. Latihan
memecahkan permasalahan tersebut juga melatih siswa untuk bertanggung jawab,
memiliki kemampuan tinggi, tangap terhadap berbagai kondisi dan situasi yang
dihadapinya, dan memiliki kreatifitas. Salah satu cara untuk melatih siswa adalah
mengupayakan agar siswa beraksi secara aktif, mengumpulkan data, menanggapi
pertanyaan, dan mengorgaisasikan informasi yang diperolehnya.
6. Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan pandangan
suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait
dengan kepercayaan/agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya
suatu negara atau daerah. Pada akhir instuksional siswa diharapkan dapat
memahami dan menerapkan prilaku tentang nilai yang menyangkut keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan lingkungan dan alam semesta: ideal atau
kesempurnaan yang dicita-cita yang terkait hidup dan kehidupan: baik dan buruk
bagi kehidupan dan alam: keuntungan/ manfaat dan kerugian bagi manusia,
lingkungan dan alam semesta: negatif dan positif bagi manusia secara jasmani dan
rohani serta sosial dan piritual: dan sebagainya. Pendekatan ini menekankan pada
penyampaian produk atau hasil IPA dan penjelasan tentang proses IPA serta
prilaku yang diharapkan yang terkait produk dan proses tersebut, namun tidak
mengajarkan secara langsung tentang proses bagaimana produk tersebut
dihasilkan.
7. pendekatan inkuiri
Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban melalui serankaian kegiatan
intelektual. Secara umum kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan,
mendiskusikan, membuat,hipotesis menganalisis, menafsirkan hasil untuk
mendapatkan konsep umum yang dipelajari(herawati susilo, 1998). Dengan
demikian, disusun teori atau prngertian untuk diuji melalui analisis rasional
panggilan sehingga mendapatkan suatu penemuan atau, dengan eksperimen .
pendekatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan sifat ingin tahu, imajinasi,
kemammpuan berpikir sikap dan keterampilan proses. Siswa perlu dimotivasi
untuk menemukan kemungkinan atau cara baru dalam menghadapi permasalahan
yang harus dipecahkan. Esler dan Esler (1984) menggambarkan bahwa suatu
pembelajaran dapat dikategorikan menggunkan pendekatan inkuiri apabila sisiwa
perlu menggali lebih dalam tentang informasi yang disampaikan guru untuk
mendapatkan pemahaman baru dan pemecahan masalah dimaksudkan untuk
mencari jawaban atau generelisai yang original bagi siswa. Alasan menggunakan
pendekatan inkuiri adalah membangkitkan rasa ingin tahu sisiwa, melibatkan
siswa dalam kegiatan yang memerlukaan keterrampilan kognitif tingkat tinggi,
memberikan pengalaman konkret bagi siswa, membantu siwa mengembangkan
keterampilan proses (keterampilan penting dalam melakukan kegiatan IPA.Tidak
semua guru yang menggunakan pendekatan inkuiri tersebut dapat berhasil baik
dalam melaksanakan pembelajaran, oleh sebab itu pendekatan ini tidak benar-
benar diterima secara umu namun sebenarnya ketidaksuksesan dapat dihindari
apabila memperhatikan hal berikut :
(1) guru harus benar-benar memahami materi,
(2) guru dapat menerima peran guru dari pemimpin tidak langsung dan
terintergrasi,
(3) guru harus menguasai keterampilan baru dan sukar ( guru harus belajar
membuat pertanyaan yang abik dan secara selektif memberi penguatan terhadap
jawaban siswa),
(4) guru harus memahami dan mengatasi permasalahan siswa yang tidak tahu
harus bebrbuat apa terhadap lingkungan inkuiri baru dan asing. Selanjutnya
disebutkan bahwa terdapt tiga kategori pada pendekatan inkuiri yaitu, rasional
discovey dan eksperimental. Pada pendekatan inkuiri kategori rasional , guru
mengarahkan siswa untuk membuat suatu generasirasi dengan menggunakan
rasional. Pada umumnya guru bertanya dan memberi penguatan terhadap jawaban
yang diberikan siswa sampai suatu generasisasi yang dinginkan tercapai.
Terkait dengan materi yang yang mencakup pada buku teks setelah siswa dapat
memecahkan permasalahan dan memehami konsep dan subkonsep, konten IPA
diajarkan kepada siswa. Selanjutnya guru membagian buku teks dan member
tugas bacaan-bacaan terkait. Prosedur tersebut menyajikan pembelajaran yang
menyangkut proses dan konten dengan menggunakan satu buku teks.
8. Pendekatan keterampilan proses
Menurut Funk dkk. (1979), pendekatan keterampilan proses adalah cara
mengajarkan IPA dengan mengerjakan berbagi keterampilan proses yang biasa
digunakan pada ilmuan dalam mendapatkan atau memformulasikan hasil IPA.
Pendekatan ini lebih melibatkan siswa dengan materi konkret dan bekerja ilmiah.
Keterampilan proses yang umum diajarkan adalah mengorvasi, menyampaikan
hasil pengamatan, dan menyimpulkan serta melakukan percobaan/penelitian.
Pendekatan keterampilan proses dibahsa pada model tersendiri.
9. Pendekatan sejarah
Pendekatan sejarah adalah cara mengarjakan IPA dengan menyajikan berbagai
penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA dan tentang perkembangan
temuan- temuan tersebut dikaitkan dengan ilmu IPA sendiri. Metode yang yang
umum digunakan untuk pendekatan ini adalah dengan membaca buku teks atau
menjelaskan. Siswa diajak untuk membaca atau mendengarkan informasi temuan-
temuan IPA bukan untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnya pendekatan
faktuan dan pendekatan koseptual, pendekatan ini lebih menenkankan
penyampaian produk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan proses mendapatkan
temuan tersebut, namun tidak banyak-banyak melibatkan siswa dengan bagaiman
proses konkret yang dilaluinya.
Menurut saya pendekatan yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA
sd yaitu inkuiri karena memiliki prosedur umummerncanakan, mendiskusikan,
membuat hipotesis, menganalisis secara rasional, penggalian/penemuan/discover,
eksperimen, menafsirkan hasil untuk mendapatkan atau memformulasikan hasil
IPA.

3. JAWABAN :
Metode belajar dalam pembekajaran IPA kelas II
Aspek : benda dan sifatnya
Subaspek : perbedaan benda pada dan benda cair
1. Metode belajar yang digunakan
Untuk subaspek ini kita menggunakan metode studi lapangan. Metode ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Secara teknis
pembelajaran dalam metode ini meliputi 3 fase : fase perencanaan permulaan, fase
pengerjaan dan fase kulminasi.
2. Proses pembelajaran
Pada fase perencanaan (1) kita membagi anak menjadi beberapa kelompok,
memberi tugas sesuai dengan masalah yang akan dibahas dan memberi arahan
mengenai sumber/tempat dimana masalah itu harus diteliti/diamati. Tugas/masalah
yang mungkin diberikan kepada siswa untuk subaspek diatas diantaranya :
a. Menunjukkan beragam jenis benda padat dan benda cair yang ada disekitar,
b. Membedakan ciri benda padat dan benda cair,
c. Mengelompokkan benda padat dan benda cair beserta contohnya.

Setelah studi lapangan selesai kita harus mengumpulkan hasil pengalaman siswa,
mendiskusikannya secara klasikal dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan untuk mengukur metode yang


digunakan kita menilai sukses jika :
a. Siswa dapat melakukan prosedur/eksperimen/pengamatan dengan benar,
b. Melalui eksperimen/pengamatan lapangan siswa dapat menunjukkan beragam
jenis benda padat dan benda cairnya ada disekitar.

4. JAWABAN

Pokok Metode Proses Pembelajaran Evaluasi Belajar


Bahasan Mengajar
1. Energi Cooperatif Kelas dibagi dalam beberapa Metode ini
dan learning kelompok, jumlah kelompok di dinilai berhasil
Gaya sesuaikan dengan jumlah masalah yang jika masing
harus di pecahkan. Permasalahannya masing siswa
yaitu; mampu
1. Pengertian energi dan gunanya menyelesaikan
bagi kehidupan. tugas yang
2. Bentuk dan sumber energi. didelegasikan
3. Usaha untuk menghemat energi. kepadanya, serta
4. Pengertian dan sifat dari gaya. tampak kerja
5. Macam macam gaya. sama yang
6. Cara mengukur gaya. harmonis dalam
Masalah tersebut di berikan kepada kelompok
masing masing kelompok. Setiap ketua maupun antar
kelompok mendelegasikan tugas kelompok.
kepada semua anggotanya. Masing
masing mendapat satu permasalahan.
Siswa yang mendapat tugas
menyelesaikan tugas nomor 1
bergabung dengan siswa siswa dari
kelompok lain dengan sama sama
mendapat tugas nomor 1, demikian
pula seterusnya.
Setelah diskusi pemecahan masalah
selesai, setiap anggota kembali ke
kelompoknya masing masinguntuk
melaporkan hasilnya. Selama kegiatan
berlangsung guru berkrliling untuk
memberikan masukan dan komentar
jika diperlukan. Di akhir pembelajaran
kita mengumpulkan hasil penyelesaian
tugas, mengevaluasi dan meluruskan
jawaban yang salah.kemudian
dikembalikan kepada siswa untuk
dipelajari di rumah.
2. ceramah Supaya penyajian lebih menarik dan Metode ceramah
Pencernaan menantang, sebaiknya kita dinilai berhasil
makanan memaksimalkan penggunaan unsur jika kegiatan
media. Media yang di perlukan, media pembelajaran
yang bisa menyuguhkan informasi berlangsung
secara detail tentang bagian alat alat dengan tertib dan
pencernaan yang meliputi; mulut, seluruh siswa
kerongkongan, lambung, usus halus, terlibat secara
usus besar, poros dan alat alat tubuh aktif dalam
yang terkait. mendengarkan
Pembelajaran diawali dengan dan memberikan
memperkenalkan alat alat pencernaan, respons yang
fungsi dan kedudukannya. Sesekali positif terhadap
libatkan siswa secara fisik misalnya informasi yang
menghitung, mengamati, jumlah gigi diberikan guru.
teman sebangkunya. Disamping itu
juga perlu keterlibatan siswa secara
intelektual sehingga siswa terangsang
untuk berpikir. Misalkan meneyakan
cara merawat gigi atau yang lainnya.
Jika kita menilai para siswa sudah
benar benar menguasai, pembahasan
dilanjutkan dengan mekanisme
pencernaan makanan mulai dari
makanan di masukkan kemulut sampai
terjadinya penyerapan di usus halus.
Pada akhir pembelajaran sebaiknya kita
melakukan pengulangan konsep
penting yang menurut kita sulit untuk
di pahami. Lalu kita memberikan tugas
latihan untuk dikerjakan di rumah
masing masing.

Anda mungkin juga menyukai