OLEH :
SUGENG SUDARSONO
DISAJIKAN PADA
KEMENTRIA AGAMA RI
PENDAHULUAN
A Pendahuluan
Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I pasal 1
ayat 1 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Kepala sekolah adalah orang yang memimpin suatu lembaga pendidikan formal.
Kepemimpinan pendidikan memerlukan perhatian yang utama, karena melalui kepemimpinan
yang baik dapat diharapkan akan lahir tenaga-tenaga berkualitas dalam berbagai bidang
sebagai pemikir, pekerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas (Soebagio dalam Suwar, 2000:2).
Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus mampu memobilisasi sumber daya sekolah,
dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengembangan
kurikulum, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan,
pelayanan siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan penciptaan iklim sekolah.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa peran kepala sekolah sebagai leader, harus memiliki
beberapa kemampuan yang meliputi kemampuan baik dari segi kepribadian, pengetahuan
terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan
kemampuan berkomunikasi.
Adapun menurut Wijono, tugas seorang kepala sekolah secara garis besar dapat
dikelompokan menjadi tiga, yaitu administrasi material, administrasi personel dan
administrasi kurikulum. Administrasi material adalah administrasi yang mencakup bidang-
bidang material sekolah seperti ketatausahaan sekolah, keuangan, pergedungan,
perlengkapan, dan lain-lain. Administrasi personel adalah administrasi yang mencakup
administrasi keguruan, kemuridan, dan pegawai sekolah lainnya. Administrasi kurikulum
adalah administrasi yang mencakup penyusunan kurikulum, pembinaan kurikulum dan
pelaksanaan kurikulum.
Berdasarkan hal tersebut di atas kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan
yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan
dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa kepala sekolah bertanggungjawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan
lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Ketercapaian tujuan
pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala
sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan
seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua
sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan
profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya,
kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak
hanya mandeg pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan
berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud. Tetapi permasalahan
yang sering timbul sekarang di lapangan adalah banyaknya kepala sekolah yang kurang
mampu melakukan pengembangan terhadap sekolah yang dipimpinya hal ini disebabkan
karena masih terbatasnya pengetahuan kepala sekolah terhadap kompetensi yang harus
dimilki dalam mempimpin sekolah. Untuk itu penulis tertarik melakukan pembahasan
tentang peran kepala sekolah dalam peningkatan sumber daya pendidikan.
B. Diskipsi Singkat
Mata Diklat imi membahas tentang pengertian pengelolaan sumber daya madrasah,
pengelolaan , pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan, Pengelolaan Sarana
Pendidikan, Pengelolaan Keuangan, Pengelolaan kualitas pembelajaran, dan pengelolaan
asrama
Setelah mengikuti Mata Diklat ini diharapkan peserta memahami pengertian pengelolaan
sumber daya madrasah, pengelolaan , pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan,
Pengelolaan Sarana Pendidikan, Pengelolaan Keuangan, Pengelolaan kualitas pembelajaran,
dan pengelolaan asrama
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran
utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) edukator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator;
(4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7)
wirausahawan.
Merujuk kepada 7 peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di
bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan
peningkatan kompetensi guru.
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan
pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan
komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar
di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki
gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para
guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya.
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah
adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal
ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas
kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui
berbagai kegiatan diklat, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti : IHT, diskusi profesional
dan sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti :
kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang
diselenggarakan pihak lain.
Secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan
melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung,
terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui
kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, — tingkat
penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan–, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan
dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus
mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. Jones dkk.
sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa “
menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi,
metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran
dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”.
Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada
manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat
menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan
kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-
sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil
resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa,
2003)
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi
untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan
kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang
kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para
guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan,
(2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru
sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam
penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap
pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru,
sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala
Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003).
Peningkatan mutu pendidikan harus dilaksanakan para pelaku pendidikan. Kepala Sekolah
sebagai penggerak utama di tingkat sekolah mutlah menguasai dan mengaplikasikasikan
peningkatan mutu pendidikan. Langkah-langkah Peningkatan Mutu Pendidikan Upaya
perbaikan pada lembaga pendidikan tidak sederhana yang dipikirkan karena butuh
perbaikan yang berkelanjutan, berikut ini langkah-langkah dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
a. Memperkuat Kurikulum
Kurikulum adalah instrumen pendidikan yang sangat penting dan strategis dalam menata
pengalaman belajar siswa, dalam meletakkan landasan-landasan pengetahuan, nilai,
keterampilan,dan keahlian, dan dalam membentuk atribut kapasitas yang diperlukan untuk
menghadapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi.
Salah satu model yang diadopsi dalam dunia pendidikan. Dalam rangka desentralisasi di
bidang pendidikan, model manajemen berbasis sekolah (MBS) : (1) akan memperkuat
rujukan referensi nilai yang dianggap strategis dalam arti memperkuat relevansi, (2)
memperkuat partisipasi masyarakat dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, (3) memperkuat
preferensi nilai pada kemandirian dan kreativitas baik individu maupun kelembagaan, dan
(4) memperkuat dan mempertinggi kebermaknaan fungsi kelembagaan sekolah.
Dalam jangka panjang, agenda utama upaya memperkuat sumber daya tenaga
kependidikan ialah dengan memperkuat sistem pendidikan dan tenaga kependidikan yang
memiliki keahlian. Keahlian baru itu adalah modal manusia (human investmen), dan
memerlukan perubahan dalam sistem pembelajarannya. Menurut Thurow (sularso,2002),
Pengambilan keputusan harus didasarkan pada fakta yang nyata tentang kualitas yang
didapatkan dari berbagai sumber diseluruh jajaran organisasi. Jadi, tidak semata-mata
atas dasar intuisi, praduga, atau organizational politik. Berbagai alat telah dirancang dan
dikembangkan untuk mendukung pengumpulan dan analisis data, serta pengambila keputusan
berdasarkan fakta.
Berdasarkan hasil pemantauan penulis di beberapa tempat sewaktu penulis menjadi tim
monitoring dan evaluasi dalam pembinaan terhadap beberapa kepala sekolah dasar di Kota
Balikpapan dengan jumlah kepala sekolah sebagai sampel 40 orang, Kota Malang dengan
jumlah 40 orang dan Kabupaten Bengkalis berjumlah 40 orang kepala sekolah terhadap
empat kompetensi kepala sekolah yaitu pengelolaan PTK, pengelolaan sarana dan prasarana,
pengelolaan keuangan dan supervise akademik terlihat bahwa:
1. Kepala sekolah masih belum begitu terampil dalam pengelolaan pendidik dan tenaga
kependidikan dimana terlihat belum mampunya kepala sekolah membuat laporan
hasil kajian ulang pengelolaan PTK, perencanaan pengelolaan PTK dan restrukturisasi
organisasi PTK.
2. Kepala sekolah masih belum begitu terampil dalam pengelolaan sarana dan prasarana
hal ini terlihat dari analisis kebutuhan, perencanaan pengadaan, pemanfaatan dan
perawatan sarana dan prasarana serta Rencana Tindak Lanjuta (RTL).
3. Keterbatasan kemampuan kepala sekolah dalam pengelolaan keuangan hal ini terlihat
dari dokumen sumber-sumber pendapatan sekolah, RKAS dan pelaporan keuangan
sekolah.
4. Dan kepala sekolah masih terbatas kemampuannya melakukan supervisi akademik hal
ini terlihat dari rencana tidak lanjut, perencanaan supervise, instrument supervise,
analisis hasil supervise dan umpan balik serta laporan hasil supervise yang dilakukan
oleh kepala sekolah.
Permasalah di atas telah teratasi dengan di adakannnya pendidikan dan latihan dengan cara;
Dengan pola diklat seperti ini sangat membantu kepala sekolah dalam meningkatkan
kompetensinya sehingga mereka memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya pendidikan di sekolah yang dipimpinya. Kenapa temuan-temuan di atas sangat
penting untuk dibahas karena seharusnya:
Keterampilan kepala sekolah dalam mengelola dan menberdayakan pendidik dan tenaga
kependidikan berdampak pada kualitas pengembangan profesi pendidik dan tenaga
kependidikan (PTK), membangun kolaborasi dan kerjasama antar staf, mengkaji dan
mengavaluasi kinerja staf merupakan contoh-contoh pengembangan dan memberdayakan
PTK. Hal ini sangat penting dilakukan sebagai salah satu upaya mendukung layanan prima
PTK kepada semua peserta didik agar mampu meningkatkan prestasi belajanya secara
signifikan. Dengan memiliki ketarampilan ini kepala sekolah akan mampu mengelola dan
memberdayakan PTK secara optimal.
Proses pembelajaran siswa didukung oleh pengelolaan sarana dan prasarana yang baik. Kursi
yang layak pakai akan membuat peserta didik nyaman duduk. Sirkulasi udara dan penerangan
ruang belajar peserta didik yang baik akan menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan
nyaman. Hal ini dapat didukung dengan pemakaian media yang optimal sehingga membuat
pembelajaran peserta didik menyenangkan. Kualitas pembelajaran peserta didik yang baik
merupakan salah satu indikator keberhasilan kinerja kepala sekolah/madrasah.
3. Pengelolaan Keuangan
Penggunaan keuangan sekolah harus dikelola secara efisien supaya semua kegiatan
yang membutuhkan uang dapat dilakukan. Untuk itu Saudara sebagai kepala sekolah harus
mengelola keuangan sekolah secara transparan, akuntabel, efektif, dan efisien.
4. Supervisi Akademik
Supervisi akademik penting dilakukan oleh seorang Kepala Sekolah/Madrasah agar mampu
menyusun program, melaksanakan, dan melakukan tindak lanjut supervisi akademik di
sekolah tempat tugas karena Kepala Sekolah/Madrasah adalah orang yang paling
bertanggung jawab atas keberhasilan pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan supervisi
akademik yang baik akan menghasilkan output yang baik pula. Pembelajaran yang
dilaksanakan dengan baik akan berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kerja sama yang baik diantara anggota secara kelompok akan lebih menunjang
terhadap pencapaian tujuan organisasi sekolah, dibandingkan kerja secara sendiri-
sendiri. Oleh karena pengelolaan PTK sangat berpengaruh atas keefektifan kerja tim.
2. Pengelolaan sarana dan prasarana salah satu cara untuk peningkatan kualitas proses
pembelajaran, jika proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik maka sumber
daya pendidikan di sekolah yang dipimpin dapat ditingkatkan dengan baik.
3. Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas public.
4. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian hasil pembelajaran. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan
cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. Kegiatan supervisi
dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
5. Dalam peningkatan mutu pendidikan kepala sekolah sebagai top leader harus
mengupayakan segala kemampuan yang dimiliki untuk memaksimalkan rencana dan
aplikasi (penerapan) dari pada rencana tersebut
6. Peran kepala sekolah meliputi: educator (pendidik), manajer, administrator,
supervisor (penyelia), leader (pemimpinan), pencipta iklim kerja, dan wirausahawan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan meliputi: memperkuat kurikulum, memperkuat
kapasitas manajemen sekolah, memperkuat sumber daya tenaga kependidikan,
perbaikan yang berkesinambungan, manajemen berdasarkan fakta.
B. Rekomendasi