Anda di halaman 1dari 16

SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI PEMBELAJARAN

I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sekolah berperan sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi


manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan
sebagai manuasia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat.
Kegiatan untuk mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara berencana,
terarah dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu. Pengorganisasian suatu sekolah
tergantung pada beberapa aspek antara lain: jenis, tingkat dan sifat sekolah yang
bersangkutan. Susunan organisasi sekolah tertuang dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan kebudayaan tentang susunan organisasi dan tata kerja jenis sekolah
tersebut (Depdikbud, 1983:2). Dalam struktur organisasi terlihat hubungan dan
mekanisme kerja antara kepala sekolah, guru, murid dan pegawai tata usaha sekolah
serta pihak lain di luar sekolah.

Kepala sekolah sebagai pengelola sekolah mempunyai peranan yang sangat


strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Ia diharapkan mampu
meningkatkan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksanannya proses belajar
mengajar yang efektif, dan mengaktuaklisasikan sumber daya yang ada di sekolah
seoptimal mungkin dalam menunjang proses belajar mengajar. Oleh karena itu, setiap
kepala sekolah harus menguasai kemampuan organizational pendidikan yang efektif.

Sebagai seorang manajer, kepala sekolah perlu melakukan pendekatan terhadap


strategi global sebagai suatu tuntutan untuk dapat mengelola sebuah organisasi
sekolah secara berhasil. Memimpin sebuah organisasi sekolah yang produktif berarti
mengetahui dan memahami perilaku individu di dalam organisasi sekolah tempat
kerja para guru dan seluruh staf yang terlibat, dan menjadikannya sebagai bahan
pertimbangan dalam penyusunan organisasi sekolah. Peranan utama kepala sekolah
sebagai pemimpin organisasi (organizational leader) adalah mengerahkan seluruh
staf sekolah untuk bekerja sama sebagai sebuah tim dalam rangka melaksanakan
program pertumbuhan dan peningkatan bagi seluruh siswa agar secara akademik
berhasil. Sehubungan dengan itu, tantangan utama kepala sekolah sebagai pemimpin
organisasi adalah bagaimana dia dapat memadukan antara kepentingan organisasi
sekolah dan berbagai potensi, minat dan bakat para anggotanya sebagai asset demi
kemajuan sekolah..

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sekolah sebagai organisasi pembelajaran?

2. Contoh struktur organisasi pembelajaran?

3. Peran sekolah sebagai organisasi pembelajaran?

4. Dimensi organisasi pembelajaran?

5. Karakteristik organisasi sekolah?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian sekolah sebagai organisasi pembelajaran

2. Mengetahui struktur organisasi pembelajaran

3. Mengetahui peran sekolah sebagai organisasi pembelajaran

4. Mengetahui Dimensi organisasi pembelajaran

5. Mengetahui Karakteristik organisasi sekolah


II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1 Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran

Sekolah sebagai organisasi pendidikan memiliki peranan yang sangat penting


dalam mengembangkan potensi peserta didik, sebagaimana definisi pendidikan yang
termuat dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif dan mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekutn spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dari definisi pendidikan tersebut, dapat diambil benang merah, bahwa esensinya
pendidikan mengarah pada “penciptaan suasana belajar yang efektif” dan proses
“pembelajaran yang interaktif”. Dalam hal ini, proses pembelajaran yang dilakukan
merupakan aspek utama organisasi sekolah, karena dalam proes pembelajaran terjadi
proes perubahan kemampuan peserta didik sebagai evaluasi dari sistem pendidikan
yang dilakukan di sekolah.

Sekolah sebagai organisasi dengan sistem terbuka, senantiasa mampu


beradaptasi dan peka terhadap perubahan atau perkembangan yang terjadi. Setiap
aktivitas yang ada di sekolah, harus mengarah pada proses pembelajaran, karena
hakikatnya sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning organization).

Menurut Sange (1994), organisasai pembelajar adalah organisasi tempat dimana


anggota-anggotanya secara terus menerus meningkatkan kapasitasnya untuk
menciptakan pola berfikir baru dengan membiarkan berkembangnya aspirasi kreatif
dan tempat orang terus menerus berupaya belajar bersama. Selain itu, menurut
Garvin (1993 : 78-91), organisasi pembelajar adalah organisais yang senantiasa
berusaha, menciptakan, mencari, dan mentransfer pengetahuan serta memodifikasi
perilakunya berdasarkan pengetahuan dan wawasan baru tersebut. organisasi belajjar
tidak hanya menghasilkan cara berfikir, tapi juga menerapkan pengetahuan baru di
dalam mengerjakan pekerjaan. Dixon (1998), mengemukakan bahwa organisasi
pembelajar adalah organisasi tempat dimana terdapat kebiaaan belajar, baik pada
tingkat individu, kelompok, atau sistem secara keseluruhan untuk mengadakan
transformasi secara terus menerus dengan tujuan untuk memuaskan stakeholders.

Dari definisi menurut para ahli di atas, sekolah yang menerapkan dirinya
sebagai orgnisasi pembelajar merupakan sekolah yang menerapkan secara efektif
esensi atu makna pendidikan, dimana pada esensinya makna pendidikan mengarh pad
pembelajaran yang menyangkut :

1. learning to know (berorientasi pada pengembangan atau perluasana


pengetahuan individu)
2. learning to do (berorientasi pada skill atau keterampilan individu)
3. learning to be (berorientasi pada tanggung jawab diri, nilai, dimana seseorang
mampu bertindak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang ia miliki
secara bertanggung jawab, sehingga mulai terbentuk kepribadian yang baik)
4. learning to live together in peace and harmony (tahap ini merupakan
keseluruhan dari proses pembelajaran yang efektif, dimana seseorang mampu
beradaptasi dan hidup bersama secara damai dalam lingkup masyarakat luas.
2.2 Struktur Organisasi Pembelajaran

Kepala Sekolah Komite Sekolah

Koordinator TU

Wakasek Wakasek Wakasek Wakasek


Sarana/Prasarana Kesiswaan Kurikulum Humas

Koordinator BK Wali Kelas


Guru Mapel

Organisasi Siswa Intra Sekolah


(OSIS)

Gb. Struktur Organisasi Sekolah

2.3 Peran Organisasi Pembelajaran

Peranan dari masing-masing struktur organisasi sekolah antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Kepala Sekolah
Berperan dalam dan bertugas sebagai :
a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator
Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah
memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolahnya. Fungsi kepala sekolah sebagai edukator
adalah menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat
kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada tenaga kependidikan
serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team
teaching, moving class dan mengadakan program akselerasi bagi peserta
didik yang cerdas di atas normal.
Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam peningkatkan kinerja tenaga
kependidikan dan prestasi belajar anak didik dapat dideskripsikan sebagai
berikut :
• Mengikutsertakan para guru dalam penataran atau pelatihan untuk
menambah wawasannya; memberikan kesempatan kepada guru-guru
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
• Berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik agar giat
bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan
di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para
peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.
• Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara
memotivasi guru dan siswa.
b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Sebagai manajer, kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan
sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai
tujuannya. Kepala sekolah mampu menghadapi berbagai persoalan di
sekolah, berpikir secara analitik, konseptual, harus senantiasa berusaha
menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah, dan
mengambil keputusan yang memuaskan stakeholders sekolah.
Memberikan peluang kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya. Semua peranan tersebut dilakukan secara persuasif dan dari
hati ke hati. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai
manajer, kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk
memberdayakan tenaga kependidikan melalui persaingan yang
membuahkan kerja sama (cooperation), memberikan kesempatan kepada
tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang
menunjang program sekolah.
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat
dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah.
Secara spesifik, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk
mengelola kurikulum, mengelola administrasi kearsipan, dan administrasi
keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien
agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah
harus mampu menjabarkan kemampuan di atas ke dalam tugas-tugas
operasional.
d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993)
menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang
secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor mempelajari
tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan
kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang
tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai
komunitas belajar yang lebih efektif.
e. Kepala Sekolah Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan
tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan
tugas. Wahjosumijo (1999) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai
pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian,
keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta
menguasaipengetahuan dan sektor administrasi dan pengawasan.
Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek
kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi
sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan
berkomunikasi. Sedangkan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin
akan tercermin dalam sifatnya yang: jujur, percaya diri, tanggung jawab,
berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang
stabil, dan teladan.
f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai inovator,
kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga
kependidikan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang
inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator dalam meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari caranya
melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif,
rasional, obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan
fleksibel.
Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan
dan melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah. Gagasan baru tersebut
misalnya moving class. Moving class adalah mengubah strategi
pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga
setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat
peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini biasa dirangkaikan dengan
pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi
dijaga oleh beberapa guru yang bertugas memberikan kemudahan kepada
peserta didik dalam belajar.
g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk
memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan
berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui
pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan,
penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar
melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).
h. Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal
Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua
bentuk, yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal.
Kepemimpinan formal terjadi apabila jabatan atau otoritas formal dalam
organisasi diisi oleh orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses
seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal terjadi ketika kedudukan
pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang yang muncul dan
berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus yang dimiliki
atau sumber daya yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan
persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan anggota organisasi.
Sebagai pejabat formal, pengangkatan seseorang menjadi kepala
sekolah harus didasarkan atas prosedur dan peraturan yang berlaku.
Prosedur dan peraturan tersebut dirancang dan ditentukan oleh suatu unit
yang bertanggung jawab dalam bidang sumber daya manusia. Dalam hal
ini perlu ada kerjasama antara pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah.
Peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal secara singkat dapat
disimpulkan bahwa kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh
atasan yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku; memiliki tugas dan tanggung jawab
yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan; secara
hirarki mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki
bawahan; dan mempunyai hak kepangkatan, gaji dan karier.
Secara umum, dalam penerapannya kepala sekolah bertugas
memimpin dan mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja
harian, mingguan, bulanan catur wulan dan tahunan. Mengadakan
hubungan dan kerjasama dengan pejabat-pejabat resmi setempat dalam
usaha pembinaan sekolah.
2. Komite Sekolah
Berperan dalam membina dan menghimpun potensi warga sekolah
dalam rangka mendukung penyelenggaraan sekolah yang berkualitas.
3. Kepala Urusan Tata Usaha
Berperan dalam menyusun program tata usaha sekolah, mengurus
administrasi ketenagaan dan siswa, membina dan pengembangan karier
pegawai tata usaha sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah,
menyusun dan penyajian data/statistik sekolah, membuat laporan kegiatan tata
usaha.
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Berperan dalam menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru
dan jadwal pelajaran, jadwal ulangan/ evaluasi, kriteria kenaikan/
ketidaknaikan/ kelulusan, mengarahkan pembuatan satpel, membina lomba
akademis, dan MGMP.
5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Berperan dalam menyusun program pembinaan OSIS, melaksanakan
pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan siswa
teladan/penerima beasiswa, mutasi siswa, program ekstra kurikuler, membuat
laporan kegiatan kesiswaan secara berkala.
6. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana
Berperan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana,
mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola
pembiayaan alat-alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan urusan
sarana dan prasarana secara berkala.
7. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
Berperan dalam mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah
dengan orang tua/wali siswa, membina hubungan antar sekolah, komite
sekolah, lembaga dan instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan
hubungan masyarakat secara berkala.
8. Koordinator BK
Berperan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa/ siswi, mengatasi
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan siswa/ siswi pada asaat
proses belajar mengajar berlangsung, mengatasi kesulitan yang berhubungan
dengan : kesehatan jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan jenis
pekerjaan setelah mereka tamat, dan masalah sosial emosional sekolah yang
bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri,
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan yang lebih luas.
9. Guru
Berperan dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa dan
siswi melalui proses belajar mengajar di sekolah serta berperan dalam
pembentukan kepribadian setiap siswa dan siswi.
2.4 Dimensi Organisasi Pembelajaran

Sekolah sebagai organisais pembelajaran akan selalu bersikap terbuka untuk


belajar, sehingga keterlibatn seluruh personil sekolah sangat dominan untuk
menciptakan efektivita sekolah. Ada beberapa dimensi organisasi pembelajaran
(learning organization) yang dikemukakan oleh Aan Komariah dan Cepi Triatna
(2008 : 59-64), diantaranya :

Transfering knowledge, yaitu berorientasi pada terjadinya transformasi ilmu


pengetahuan. Dalam implementasinya terhadap pembelajaran di sekolah, dimensi ini
terletak pada pembelajaran yang bersifat student oriented (menyangkut kebutuhan
belajar peserta didik, perbedaan individual, dan kepribadian peserta didik) dan
content oriented (hal ini berhubungan dengan materi dan metode pembelajaran yang
disampaikan oleh guru).

Opennes, yaitu keterbukaan sistem dalam menerima pengetahuan atau


pengalmn dari berbagai pihak, baik yang bersift kritik, saran, pendapat, mupun
lainnya. Sikap terbuka, akn membut organisasi semakin mudah untuk berkembang
dan jauh dari sifat entropy, hl ini dikarenakan sekolah tanggap dan tangguh menerima
berbagai kondisi atu situasi, baik secara internal maupun eksternal.

System Thinking, yaitu kemampuan berfikir secara sistematis mencakup makna


kemampuan untuk selallu berfikir dan bertindak dengan pendekatan yang
menyeluruh, serta mampu menimbang segala unsur yang berkaitan.

Team Leraning, adalah kemampuan dan kemauan belajar dan bekerja sama
dalam tim. Dimesi ini mengarah pada pembentukan kekuatan dan kapasitas tim, baik
dari segi semangat, komitmen, kecerdasan, sehingga akan mempermudah dalam
bertukar pikiran, dan hal ini akan lebih efektif dibandingkan kemampuan belajar
individu.

Creativity. Supriyadi (1994 : 7), mendefiniskan kreatif sebagai kemampuan


seseorang menlahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata,
yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Dari definisi tersebut,
kreatif identif dengan berfikir kreatif, berusaha melahirkan feature atau keistimewaan
dan keunggulan dari setiap gagasan atau ide nya. pembelajaran yang bersifat kreatif
akan menghasilkan sesuatu yang bermutu dan berjalan secara terus menerus, karena
hakikatnya sesuatu yang bermutu itu tidak akan selesai atau bersifat dinamis tidak
statis.

Emphaty, merupakan sifat yang penuh dengan kepedulian dan respon terhadap
berbagai kedaan. Sifat emphty yang diterapkn di sekolah akan menghasilkan
suasabna atau iklim belajar yang menyenangkan, karena menghasilkan komunikasi
yang efektif antar warga sekolah maupun stakeholder.

Personil Maturity, berhubungan dengan kemapanan SDM yang ada dalam


organisasi sekolah. Kedewasaan atau kematangan personil sekolah akan
mempurmudah kepala sekolah kaupun guru dalam menempatkan atau memposisikan
tugas untuk etiap personil sekolah termasuk peserta didik. Kematngn menunjukkan
danya kemampuan dan kemauan seseorang untuk melakukan tugas dan tanggung
jawabnya. Hal ini, jelas sangat penting dalam sebuah organisasi.

2.5 Karakteristik Organisasi Pembelajaran

Selain dimensi-dimensi di atas, Aan Komariah dan Cepi triatna (2008 : 65),
mengemukakan karakteristik organisasi pembelajar sebagai berikut :

1. Organisasi pembelajar memiliki budaya dan seperangkat nilai yang


mendorong belajar, dengan indikator yang tampak adalah keterbukaan pada
pengalaman, tidak menghindar dari kesulitan, dan kemauan untuk menelaah
kegagalan dan mau belajar darinya
2. Strategi organisasi menyatakan bahwa belajar merupakan sumber keunggulan
strategi yang mantap
3. Organisais belajar memiliki struktur organisasi yang permeable, flexible, and
network intimacy
4. Sistem organisasi dalam organisasi pembelajar sangat akurat, tepat waktu, dan
tersedia untuk siapa pun yang membutuhkan dan dalam bentuk yang mudah
dipergunakan. Hal ini menandakan bahwa sekolah sebagai organisasi
pembelajar memiliki manajemen sistem informasi yang baik dan efektif.
5. Organisasi pembelajar menyeleksi orang tidak berdasarkan apa-apa yang
diketahu, tetapi berdasarkan kemampuannya belajar dan menyesuaikan
tindakannya berdasarkan hasil belajar
6. Organisais pembelajar belajar dari orang lain
7. Pemimpin organisasi pembelajar adalah pembelajar
III

KESIMPULAN

organisasi pembelajar adalah organisais yang senantiasa berusaha,


menciptakan, mencari, dan mentransfer pengetahuan serta memodifikasi perilakunya
berdasarkan pengetahuan dan wawasan baru tersebut. organisasi belajar tidak hanya
menghasilkan cara berfikir, tapi juga menerapkan pengetahuan baru di dalam
mengerjakan pekerjaan.
Sekolah adalah sebuah organisasi yang secara sistemik yang bergerak dan
berperan dalam merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial
agar mampu berinteraksi dengan lingkungan.
Struktur organisasi sekolah terdiri dari kepala sekolah, komite sekolah, wakil
kepala sekolah, coordinator BK, guru dan siswa. Masing-masing memiliki tugas,
wewenang dan peran.
Organisasi sekolah itu penting karena melalui struktur organisasi yang ada
tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas
guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Sekolah sebagai organisasi dengan sistem terbuka, senantiasa mampu
beradaptasi dan peka terhadap perubahan atau perkembangan yang terjadi. Setiap
aktivitas yang ada di sekolah, harus mengarah pada proses pembelajaran, karena
hakikatnya sekolah merupakan organisasi pembelajar
.
SARAN

Dalam menjalankan setiap tugas dan wewenang serta tanggung jawab dari
masing-masing anggota organisasi sekolah, tiap anggota harus melakukan koordinasi
dengan anggota yang lainnya sehingga dapat tercipta keharmonisan. Setiap anggota
harus mampu malaksanakan tugas dan perannya dengan penuh tanggung jawab.

Dengan tanggung jawab dan kerja sama positif yang dibangun tersebut, tentunya visi,
misi maupun program yang direncanakan sekolah bisa terwujud.
REFERENSI

Komarih, Aan dan Cepi Triatna. 2008. Visionary Leadership Menuju Sekolah
Efektif . Jakarta : Bumi Aksara

Ancok, D. (2012). Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Jakarta: Erlangga


Redding, J. (1994). Strategic Readiness: The Making of the Learning Organization.
San Fransisco: Jossey-Bass.
Schlechty, P.C. (2009). Leading for Learning How to Transform Schools into
Learning Organizations. San Francisco, CA: John Wiley & Sons Inc.
Senge, P.M. (1990). The Fith Discipline: The Art and Practice of the Learning
Organization. New York: Doubleday.

Anda mungkin juga menyukai