Pertanyaan:
1. “MBS merupakan konsep pemberdayaan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan
kemandirian sekolah” Dari pernyataan diatas, coba anda jelaskan konsep MBS tersebut
dalam rangka pemberdayaan sekolah untuk meningkatkan mutu dan kemandirian sekolah!
Jawaban :
Dalam dunia pendidikan atau di sekolah, pemberdayaan ditujukan kepada para peserta
didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan. Misalnya pada suatu sekolah prestasi
belajar para peserta didiknya meningkat tajam karena pihak manajemen (kepala sekolah)
memberikan kewenangan yang leluasa kepada para guru untuk mengambil peran dalam
pengambilan keputusan-keputusan sehubungan dengan pekerjaannya sehari-hari. Melalui
proses pemberdayaan sekolah, diharapkan para peserta didik, guru, kepala sekolah, dan
tenaga kependidikan memiliki kepercayaan diri (self-reliance). MBS sebagai proses
pemberdayaan sekolah dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja sekolah agar dapat
mencapai tujuan secara optimal, efektif, dan efisien.
2. Apa yang anda ketahui tentang pendidikan karakter dalam MBS dan jelaskan
implementasi/muatannya dalam mata pelajaran kewarganegaraan (PKn) dan mata pelajaran
Agama !
Jawaban:
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa manusia baik
lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang lebih baik. Sebagai
contoh dapat dikemukakan misalnya: anjuran atau suruhan terhadap anak-anak untuk
duduk yang baik, tidak berteriak-teriak agar tidak mengganggu orang ain, bersih badan, rapi
pakaian, hormat terhadap orang tua, menyayangi yang muda, menghormati yang tua,
menolong teman, dan seterusnya merupakan proses pendidikan karakter.
Pendidikan karakter terkait dengan salah satu ranah pendidikan, yaitu ranah afektif. Di
Indonesia pendidikan karakter yang dominan adalah pendidikan kewarganegaraan dan
pendidikan agama. Kedua mata pelajaran tersebut mempunyai peran yang penting untuk
tetap menumbuhkembangkan tanggung jawab bersama di dalam suatu kehidupan
masyarakat baik masyarakat lokal, nasional, regional maupun global.
• Muatan pendidikan karakter dalam PKN yaitu dengan mempertinggi daya saing,
kemampuan memahami hakikat perubahan, memanfaatkan peluang yang timbul dan
mengantisipasi terkikisnya rasa nasionalisme dan erosi ideologi kebangsaan, serta
penanaman sistem nilai bangsa Indonesia diperlukan pengkajian kembali terhadap
pendidikan karakter, yang selama ini dipandang sudah hilang dari kehidupan bangsa
Indonesia. Kalaupun karakter tersebut masih ada, maka hanya dimiliki dan diamalkan di
daerah-daerah atau lokasi-lokasi tertentu saja, seperti di Lingkungan pondok pesantren.
• Muatan pendidikan karakter dalam pembelajaran Agama yaitu dalam perspektif Islam,
pendidikan karakter secara teoritik sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di Dunia,
seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan
akhlak (karakter) manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak
hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu’amalah, tetapi juga akhlak. Selain
Itu kementerian agama Republik Indonesia (2010)mengemukakan bahwa karakter dapat
diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat didefinisikan pada perilaku
individu yang bersifat unik, dalam arti secara khusus ciri-ciri ini membedakan antara satu
individu dengan yang lainnya.
3. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang “koordinasi” dalam MBS ! Dan prinsip apa yang
harus anda perhatikan dalam melakukan “koordinasi” ?
Jawaban:
4. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang “komunikasi intern” dalam MBS ! Dan prinsip apa
yang harus anda perhatikan dalam melakukan “komunikasi intern”?
Jawaban:
Komunikasi intern dalam MBS adalah komunikasi antar personil di sekolah. Komunikasi
antar personil yang sehat di sekolah harus senantiasa dikembangkan, baik oleh kepala
sekolah maupun oleh para guru dan personil lainnya. Komunikasi intern yang terbina dengan
baik akan memberikan kemudahan dan keringanan dalam melaksanakan dan memecahkan
pekerjaan sekolah yang menjadi tugas bersama.
Dalam Berkomunikasi Kepala sekolah sebaiknya berlaku dengan prinsip demokrasi dan
harus menganggap guru-guru itu bukan saja sebagai pembantunya, tetapi juga partner
(mitra) dalam kelompok. Dalam kepemimpinan pendidikan bekerja seperti itu disebut
“bekerja di luar dan di dalam kelompok sekaligus”.