DiSusun oleh :
Hafizh Nashir
MPI 1 B
TASIKMALAYA 2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas UTS dengan Telaah Analisis Buku
Yang berjudul Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari telaah buku ini adalah untuk memenuhi tugas Ulangan
Tengah Semester pada Bidang studi Manajemen Stratejik Dalam Pendidikan Islam.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Mengelola
Sekolah dan Kompetensi Guru, bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada selaku Dosen bidang studi/mata kuliah
Manajemen Stratejik Pendidikan Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Saya menyadari, karya tulis yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Identitas Buku
Judul Buku : Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan
Penulis : Umiarso & Imam Gojali
Penerbit : IRCiSoD
Tahun Terbit : 2010
Tebal Buku : 395 Halaman
Bab/Hal Kajian : 192-220
B. Uraian Singkat Isi Bab
Mengelola Sekolah Berkualitas dan Kompetensi Guru
Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan,
yang merupakan salah satu faktor penentu mutu Sumber Daya Manusia (SDM).
Melalui lembaga ini para peserta didik, baik secara mental maupun intelektual,
digembleng agar dapat mencapai mutu sesuai target yang ditetapkan oleh
sekolah.
Sekolah unggulan yang sebenernya adalah sekolah yang dibangun secara
bersama sama oleh seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas
pendidikan. Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah
merancang-bangun sekolah sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana
struktur organisasi pada sekolah itu disusun, bagaimana warga sekolah
berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki peran dan tanggungjawab yang
sesuai, serta bagaimana pelimpahan wewenang yang disertai tanggungjawab.
Semua itu bermuara pada kunci utama sekolah unggul, yaitu keunggulan dalam
pelayanan kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan
potensinya.
Pengembangan sekolah unggulan pada dasarnya berpijak diatas empat
strategi dasar kebijakan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan
dalam GBHN 1993, yaitu Pemerataan kesempatan, Relevansi, Kualitas, dan
Efesiensi. Pertama, dalam pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
terkandung makna ekualitas, aksesibilitas, dan keadilan. Ekualitas berarti setiap
anak berpotensi, dimana pun ia berada, mempunyai peluang yang sama
memperoleh pendidikan yang bermutu. Aksesibilitas berarti setiap anak
berpotensi mempunyai akses yang sama terhadap sekolah yang bermutu,
sedangkan keadilan mengandung implikasi adanya “perbedaan” perlakuan
menurut kondisi intaernal dan eksternal pesrta didik adalah adil dan wajar secara
etis serta moeral apabila peserta didik diperlakukan menurut kemampuan,bakat,
dan minatnya.
Kedua, dalam aspek relevansi pada hakikatnya terkandung makna “link and
match” yang menekankan bahwa pembangunan pendidikan harus ditingkatkan
keterkaitan dan kesepadanan dengan kebutuhan tuntutan kebutuhan
pembangunan, baik kondisi saat ini maupun yang akan datang.
Ketiga, dalam aspek kualitas pendidikan merujuk pada makna kualitas dari
segi proses dan produk. Suatu pendidikan disebut bermutu dari segi proses jika
kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif, dan peserta didik mengalami
proses pembelajaran yang bermakna, ditunjang oleh sumber daya(manusia,dana,
sarana, dan prasarana).
Keempat, dari segi efektivitas penggunaan sumber daya, keberadaan sekolah
unggulan ini mempunyai nilai strategis dalam memacu keterliatan masyarakat,
pemerintah daerah, dan dunia usaha untuk berperan serta aktif dalam
pembangunan pendidikan.
Restrukturasi Sekolah Unggulan
Pertama, program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan antara anak
yang memiliki bakat keunggulan dengan anak yang tidak memiliki bakat
keunggulan. Kelas harus dibuat heterogen sehingga anak yang memiliki bakat
keunggulan bisa bergaul dan bersosialisasi dengan semua orang dari tingkatan
dan latar belakang yang beraneka ragam.
Kedua, dasar pemilihan keunggulan tidak hanya didasarkan pada
kemampuan intelegensi dalam lingkup sempit yang berupa kemampuan logika
seperti yang diwujudkan dalam test IQ. Keunggulan seseorang dapat dijaring
melalui berbagai keberbakatan, seperti yang kini telah dikenal ada delapan jenis.
Ketiga, sekolah unggulan jangan hanya menjaring anak yang kaya saja,
tetapi menjaring semua anak yang memiliki bakat keunggulan dari semua
kalangan. Berbagai sekolah unggulan yang dikembangkan justru untuk membela
kalangan miskin yang memiliki bakat/potensi.
Keempat, sekolah unggulan harus memiliki model manajemen sekolah yang
unggul, yaitu yang melibatkan partisipasi semua stakeholder sekolah, memiliki
kepemimpinan yang kuat, memiliki budaya sekolah yang kuat, mengutamakan
pelayanan pada siswa, menghargai prestasi siswa berdasar kondisinya masing
masing serta terpenuhinya harapan siswa dan berbagai pihak terkait dengan
memuaskan.
Kompetensi Guru sebagai Aktor Utama Sekolah Unggulan
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya yang merujuk pada
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggujawab, dan kesetiaan.
Secara sederhana dan tanpa batasan hal hal yang bersifat spesifik, guru dapat
didefinisikan sebagai pihak yang yang merupakan subjek dari pelaksanaan
pendidikan.
Maryam Rudyanto mendefinisikan guru sebagai orang yang membantu
peserta didik untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Dalam undang-undang
No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional Pasal 39 ayat (1)
disebutkan bahwa “Pendidik merupakan tenaga professional yang bertigas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi”.
Sehingga dalam konteks ini dapat dismpulkan bahwa guru adalah tenaga
professional yang pekerjaan utamanya mengajar dan mendidik sebagai bentuk
pengabdian kepada komunitas belajar atau lebih luasnya kepada masyarakat,
bangsa,dan Negara.
Salah satu faktor penting yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang
diamantkan oleh ketetapan MPR Nomor : II/MPR/1993 adalah guru yang
berkompeten dalam mengajar, menurut Subandiah, Kompetensi mengajar adalag
kemampuan guru dalam menciptakan susasana pengajaran yang kondusif,
sehingga memungkinkan dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan
kreativitasnya guna mencapai tujuan yang ditentukan. E.Mulyasa mengartikan
kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai
oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan prilaku-prilaku kognitif,afektif, dan psikomotorik dengan sebaik
baiknya.
Jadi dalam konteks ini, kompetensi guru dapat diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas, merencanakan, dan melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai hasil
pembelajaran.
Aspek Aspek Kompetensi Guru
1) Kompetensi Personal dan Sosial
Yang dimaksud dengan kompetensi personal adalah kemampuan dan
ciri ciri yang ada dalam diri guru yang dapat mengembangkan kondisi
belajar sehingga hasil belajar dapat dicapai efektif. Ada beberapa ciri
kepribadian yang mestinya dimiliki guru, yaitu kemampuan interaksi sosial
yang hangat, memiliki rasa tanggung jawab, memiliki kejujuran, objektif,
tegas, adil serta demokrasi.
2) Kompetensi Profesional
Kemampuan mengajar merupakan kemampuan esensial yang harus
dimiliki oleh seorang guru. kemampuan mengajar sebenarnya merupakan
pencerminan penguasaan guru atas kompetensi professional sebagai pengajar
dan pendidik. Proyek Pengembangan Pendidikan guru(P3G) Depdikbud
telah merumuskan kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang
guru.
Adapun karakteristik profesional minimum yang harus dimiliki oleh
guru berdasarkan temuan temuan penelitian yang ada antara lain mempunyai
komitmen pada siswa dan proses belajarnya, menguasai secara mendalam
bahan belajar atau mata pelajaran serta cara pembelajarannya, bertanggung
jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbabagi cara evaluasi, mampu
berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalamannya
Belajar bukanlah proses untuk menjadikan siswa sebagai "ahli" pada mata
pelajaran tertentu. Siswa lebih membutuhkan "pengalaman" dalam belajar, bukan
"pengetahuan". Karena itu, kompetensi guru menjadi syarat utama tercapainya
kualitas belajar yang baik. Guru yang kompeten akan "meniadakan" problematika
belajar akibat kurikulum. Kompetensi guru harus berpijak pada kemampuan dalam
mengajarkan materi pelajaran secara menarik, inovatif, dan kreatif yang mampu
membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
Maka, hari ini sangat dibutuhkan guru-guru yang mampu mengubah kurikulum
menjadi unit pelajaran yang mampu menembus ruang-ruang kelas. Kelas sebagai
ruang sentral interaksi guru dan siswa harus menyenangkan. Guru tidak butuh
kurikulum yang mematikan kreativitas. Seharusnya, guru menjadi sosok yang tidak
dominan di dalam kelas. Guru bukan orang yang tahu segalanya. Guru bukan
pendidik yang berbasis kunci jawaban. Tapi, guru penuntun siswa agar tahu bidang
pelajaran yang paling disukainya.
BAB III
SIMPULAN
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya yang merujuk pada
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggujawab, dan kesetiaan. Secara
sederhana dan tanpa batasan hal hal yang bersifat spesifik, guru dapat didefinisikan
sebagai pihak yang yang merupakan subjek dari pelaksanaan pendidikan.Salah satu
faktor penting yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang diamantkan oleh
ketetapan MPR Nomor : II/MPR/1993 adalah guru yang berkompeten dalam
mengajar.