PENDAHULUAN
dan paling penting, karena bagi siswa guru dijadikan tokoh tauladan
siswa secara utuh, maka hendaknya guru menguasai berbagai hal sebagai
guru sangatlah dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, hal ini sejalan
menekuni bidang profesinya selama hidupnya, mereka itu adalah para guru
maksud diatas, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memahami
yang bersifat rasional untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan
1
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Jakarta : PT Bumi Aksara, 1991),
hal. 106.
1
kondisi yang diharapkan. Kompetensi (kemampuan) ini diperoleh melalui
proses pendidikan atau latihan. Salah satu faktor yang paling menentukan
berhasilnya proses belajar mengajar adalah guru, seorang guru perlu memiliki
dasar untuk membangun dan membina kemajuan suatu bangsa dalam segala
suatu bangsa. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan dalam Undang-Undang
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
interaksi yaitu hubungan aktif dua orang (timbal balik) antara guru dengan
murid (two way traffic/double way traffic) hubungan interaksi antara guru
dengan murid harus diikuti oleh tujuan pendidikan. Usaha guru dalam
membantu murid untuk mencapai tujuan, guru harus memilih bahan atau
materi pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta
2
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas), (Bandung : Penerbit Citra Umbara 2003), hal. 7.
2
menentukan metode dan sarana yang paling tepat dan sesuai dalam
suatu proses yang interaktif edukatif, mulai dari perumusan tujuan sampai
aspek pribadinya.
kemampuan (skiil), nilai, sikap dan minat (interest), agar proses belajar
mengajar berjalan secara kondusif dan peserta didik akan lebih termotivasi
3
Abdul Ghofir, Proses Belajar-Mengajar, (Malang : IAIN Sunan Ampel Fak. Tarbiyah Malang,
1987) hal. 7
3
dalam pembelajaran4. Dari aspek-aspek tersebut, mencakup dua bidang
profesional.
B. Rumusan Masalah
Nganjuk ?
C. Tujuan Penelitian
Nganjuk.
4
E. Muljasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2003). hal.
38-39
4
2. Untuk mendiskripsikan upaya peningkatan kompetensi guru
A. Kegunaan Penelitian.
kompetensi guru.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kompetensi Guru
jabatan seseorang7.
berat bagi para guru itu sendiri. Dia harus berani menghadapi tantangan
5
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1989), hal.453.
6
Muahaimin, Strategi Belajar Mengajar (Penerapannya Dalam Pembelajaran Perndidikan
Agama, (Surabaya : CV. Citra Media, 2003), hal. 06.
7
Djamarah, Prestasi belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya : Usaha Nasional, 1994), hal. 32)
6
dalam tugas maupun lingkungannya, yang akan mempengaruhi
dan keahlian dalam bidang keguruan atau dengan kata lain ia telah terdidik
dan terlatih dengan baik. Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh
pendidikan formal saja akan tetapi juga harus menguasai berbagai strategi
bahwa ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep
8
Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 15.
7
membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan belajar
yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri
yang pokok bagi seorang guru, seperti yang dikemukakan oleh Cece
antara lain :
1. Kompetensi personal.
9
E. Mulyasa, Op. Cit. Hal. 38.
8
dominan dan menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di
c. Berpikir alternatif.
bertindak.
i. Bersifat terbuka.
j. Kreatif.
k. Berwibawa.
2. Kompetensi sosial
norma yang berlaku. Untuk itu maka guru perlu memiliki kemampuan
9
dimiliki guru tersebut, secara otomatis hubungan sekolah dengan
antara lain:
b. Bersikap simpatik.
3. Kompetensi profesional.
merupakan modal dasar bagi seorang guru yang harus dimiliki dan
a. Menguasai bahan.
c. Mengelola kelas.
Cece Wijaya, Tabrani Rusyan, Kemampuan dasar guru Dalam PBM, (Bandung : Remaja
10
10
e. Menguasai landasan kependidikan.
administrasi sekolah.
Pada dasarnya tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan
Dengan demikian seorang guru wajib memiliki segala sesuatu yang erat
11
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2005), hal. 163-179.
11
hubungannya dengan bidang tugasnya, yaitu pengatahuan, sifat-sifat
belajar.
12
7. Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan
siswa
kesepuluh syarat atau ciri-ciri ini dapat dijadikan pedoman bagi setiap
sebagai pengajar.
Dengan demikian guru yang baik adalah guru yang selalu bersikap
yang ada pada dirinya, misalnya dalam hal caranya mengajar. Hal ini
12
Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar (Bandung : Jemmars, 1986) hal. 12-17.
13
umum. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan
tingkah laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil dari
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil
belajar bagi anak didik agar mereka belajar hal-hal yang relevan baik bagi
13
Abdul Ghofir, Proses Belajar-Mengajar, (Malang : IAIN Sunan Ampel Fak. Tarbiyah, 1987)
hal. 18.
14
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), hal. 27.
14
Sehingga dapat diketahui ciri-ciri kegiatan yang disebut belajar
yaitu :
maupun potensial.
akibat usaha mengajar itu. Oleh karena itu disini perlu penulis kemukakan
pengetahuan itu15.
15
Dirjen Binbaga Islam, Metodik Pendidikan Agama Islam untuk SD (Jakarta, 1981/1982) hal. 8.
15
lingkungannya, termasuk guru, alat pelajaran dan sebagainya yang
ditentukan16.
proses belajar17.
dalam arti anak tidak bersifat pasif tetapi justru aktifitasnya yang
diharapkan nampak dari hasil mengajar guru. Dalam hal ini guru berperan
16
Nasution, Teknologi Pendidikan, (Bandung : Jemmars, 1982) hal. 54.
17
Nasution, Op. Cit. hal. 82.
18
Abdul Ghofir, Op. Cit. hal. 31.
19
A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, Zainal Abidin, Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar(Bandung : PT. Remadja Karya CV, 1989), hal. 29.
16
menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar akan dapat diperoleh
Ketiga aspek itu secara sederhana dapat dipandang sebagai aspek yang
melalui kelas I, kelas II, kelas III dan dengan mengikuti EBTA. Tidak
A.
17
merumuskan tujuan yang akan dicapai adalah merupakan aspek terpenting
proses belajar mengajar itu harus dibawa untuk mencapai tujuan terakhir.
Hal ini berlaku umum, baik dalam situasi pendidikan keluarga maupun
18
4. Tidak merumuskan tujuan sama sekali22.
dan umum. Demikian juga apabila merumuskan tujuan hanya ditinjau dari
maupun siswa. Guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar, keduanya
a. Metode Ceramah
melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau pendidik
19
Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan,
c. Metode Diskusi
yang baik untuk didiskusikan ialah yang menarik minat siswa sesuai
untuk melatih ulang pelajaran al-Qur'an dan praktik ibadah dan lain-
lain.
20
Metode demontrasi dan eksperimen merupakan metode
mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta
tidak hanya di rumah tetapi juga dapat dikerjakan ditempat lain, seperti
g. Metode Karyawisata
untuk belajar. Dengan demikian ada keterikatan oleh tujuan dan tugas
belajar.
bersama-sama.
23
Abdul Ghofir, Op. Cit. hal. 45-73
21
Upaya peningkatan kompetensi guru harus dilakukan oleh semua
pihak, baik dari guru maupun dari lembaga (personal) pendidikan lainnya.
mempengaruhi, yaitu upaya yang dilakukan guru dan upaya yang dilakukan
kepercayaan, tak ada guru yang melecehkan guru lain. Mereka juga
mengetahui perkembagannya.
kualifikasi mereka24.
24
Nurtain, Supervisi Pengajaran Teori dan Praktek (Jakarta:Depdikbud, Dirjen Dikti, 1989)
hal:277.
22
Penataran dilakukan berkaitan dengan kesempatan bagi guru-
memenuhi kebutuhan.
ini, yaitu:
mengajar.
23
c. Pendidikan seumur hidup akan memperoleh makna yang besar bila
penyebaran inovasi.
efektif.
bersangkutan25.
mungkin dari teman sejawat, yang hal ini perlu dengan segera untuk
25
Ibid, hal. 282-283.
24
Adapun MGBS ini bertujuan untuk menyatukan terhadap
c. Mengikuti Kursus
yang dimilikinya.
26
Ibid, hal:121.
25
pemikiran baru dan wawasan-wawasan baru bagi seorang guru dalam
pengajaran.
peningkatan ketrampilan.
kualitas guru dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Dan upaya
insan kamil).
3. Rasa kesejawatan27
27
Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hal, 30.
26
Cara lain yang baik untuk meningkatkan profesi guru adalah
kepada guru untuk membaca dan memilih topik yang sesuai dengan
Satu hal yang perlu diketahui bahwa usaha ini merupakan cara
oleh guru. Dan guru yang sadar akan tugas dan tanggungjawabnya,
27
Sebagai pimpinan lembaga pendidikan mempunyai
sama antara pimpinan lembaga, dewan guru, siswa dan orang tua
wali.
28
4. Kepala sekolah adalah pemimpin di bidang hubungan guru dengan
siswa.
pengajaran.
lain.
a) Mengadakan Supervisi
kedisiplinan dan semangat kerja yang tinggi. Hal ini sangat penting
29
akan mendorong guru untuk lebih bersemangat dalam menunaikan
tugasnya sehari-hari.
lagi
melaksanakan tugasnya
29
Piet A. Suhertian, Op. Cit, hal. 74.
30
tidak perlu seluruh produknya baru, mungkin saja gabungannya,
aktif.
diperhatikan, yaitu:
30
Conny Seniawan dan S.C.U Munandar, Memupuk Bakat dan Kreatifitas Sekolah Menengah,
(Jakarta : Gramedia, 1987), hal. 8.
31
2. Harus mengadakan kerja sama yang baik antara berbagai
dihadapi.
syarat.
31
Cece Wijaya, A. Tabrani Rusyan, Op.cit., hal. 189.
32
Hal ini perlu diperhatikan sebagai upaya peningkatan
Rapat sekolah yang juga disebut rapat staf atau rapat guru
sekolah, siswa dan bidang studi lainnya merupakan salah satu cara
33
kemampuannya menjadi satu keseluruhan potensi yang menyadari
anggotanya berpartisipasi.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
kesimpulan.
ini penulis hanya akan menggunakan beberapa saja yang dipandang relevan
Nganjuk.
35
2. Manusia sebagai alat (instrumen), yakni peneliti sendiri akan mengkaji
perhatian.
2. Sumber Data.
dimaksud sumber data disini adalah subyek darimana data dapat diperoleh 33.
Dari pengertian tersebut, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian
ini adalah kepala sekolah dan guru. Dan sumber-sumber tersebut disebut
32
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Rosdakarya, 2002), hal. 4.
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka Cipta,
1991), hal. 102.
36
upaya yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di Madrasah Aliyah
1. Penentuan Populasi
penelitian”34.
2. Penentuan Sampel
37
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
populasi.
36
Ibid, hal. 117.
37
Supranto, Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997) hal. 55.
38
C. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
yang dijaringnya itu ada yang menceng atau bias. Jalan yang
38
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Andi Offest, 1987), hal.
136.
39
5. Metode pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami
bermanfaat39.
penelitian ini.
2. Metode Interview
dengan sumber data yang direncanakan sebelumnya 40. Jadi metode ini
40
dalam nuansa biasa, wajar dan santai seperti pembicaraan biasa sehari-
3. Metode Dokumenter
penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu ditulis melalui sumber-
41
kekeliruan maka dapat dicek kembali dengan mudah karena
Nganjuk.
4. Metode Angket
rerponden43.
42
upaya peningkatkan kompetensi guru di Madrasah Aliyah Negeri
D. Metode Pembahasan
diantaranya :
bertitik tolak dari pengetahuan yang umum itu melihat suatu kejadian
44
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I (Yogyakarta : Yayasan Penerbit UGM, 1993),
hal.42.
45
Ibid, hal. 43.
43
Dalam hal ini untuk mendapatkan kriteria keabsahan data terdapat
kedalaman.
lainnya.
44
menggambarkan konteks tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus
diperoleh.
kebergantungan
berikut :
45
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
dimensi-dimensi uraian.
intuisi peneliti. Jadi dalam menganalisis data ini harus menelaah seluruh
data ini juga dilakukan secara kualitatif pula. (deskriptif kualitatif) yakni
46