Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KOMPETENSI GURU DAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

Disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah: Micro Teaching
Dosen pengampu: Dr. Saminanto, M.Sc

Disusun oleh :
Siti Sofiatun (1808056096)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan
Nikmat dan Rahmat-Nya, sehingga kita masih diberi kesehatan hingga saat ini dan dapat
menyelesaikan tugas makalah Micro Teaching.

Makalah ini disusun sebagai salah satu bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar mata kuliah Micro Teaching. Dalam makalah ini disajikan materi Kompetensi Guru
dan Keterampilan Dasar Mengajar.

Terima kasih saya ucapkan kepada pihak yang telah mendukung dan memberi
masukan untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Saya selaku
penulis mohon maaf apabila ada salah kata dalam penulisan dan kosa kata yang kurang
sopan. Kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis guna memperbaiki penulisan
berikunya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Semarang, Februari 2021

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam arti luas guru merupakan suatu profesi, yang artinya suatu jabatan atau yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru (Uno, 2007: 15). Orang yang tidak memiliki
keahlian untuk melakukan kegiatan yang hanya pandai berbicara dalam bidang-bidang
tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru, diperlukan syarat syarat
khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan
dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya, yang perlu dibina dan
dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Dan tugas guru sebagai profesi meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih bahwa peran guru di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua (Usman, 2009: 5).
Pendidikan merupakan suatu proses tranformasi ilmu pengetahuan dari pendidik kepada
peserta didik, agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan
menyadari kehidupannya sehingga terbentuk sikap ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian
yang luhur. Pendidikan boleh dilangsungkan dimana saja dan kapan saja.
Mukhtar dan Iskandar (Depdiknas, 2001 : 31) mengemukakan bahwa pendidikan adalah
usaha
sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia salah satu usaha
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di
sekolah.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan pelajar atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam suasana belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan pelajar itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai
arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi
educative.

1
Kemampuan menguasai keterampilan dasar mengajar dapat dilaksanakan sebagai wujud
dari profesional dalam mengembangkan potensi peserta didik agar tercapai tujuan
pembelajaran secara optimal. Keterampilan dasar mengajar bersifat universal, yang berarti
bahwa keterampilan ini perlu dikuasi oleh semua guru, baik guru TK, SD, SMP, SMA
maupun dosen di perguruan tinggi. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan
keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi, guru diharapkan mampu
meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Turney (1973) mengungkapkan ada delapan
ketrampilan mengajar, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi,
menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil,
mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Keterampilan mengajar bagi seorang guru menjadi sangat penting kalau ia ingin menjadi
seorang guru yang profesional, jadi disamping menguasai substansi bidang studi yang
diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk
keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk memahami, menguasai, dan keahlian dalam
memiliki keterampilan dasar mengajar dan kompetensi yang perlu dimiliki guru akan
dijabarkan dalam makalah ini. Sehingga, penulis menyusun makalah ini untuk menunjang
tercapainya tujuan pelaksanaan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki seorang guru?
2. Apa saja keterampilan dasar mengajar seorang guru?
C. Tujuan
1. Mengetahui kompetensi yang dimiliki guru
2. Mengetahui keterampilan dasar mengajar guru

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kompetensi Guru
Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui
pendidikan dan latihan (Sahertian dan Sahertian, 2000) Jadi kompetensi merupakan
kemampuan yang memadai untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang didapat melalui jalur
pendidikan dan latihan. Kompetensi keguruan merupakan salah satu hal yang harus dimiliki
serta dikuasai oleh para guru dalam jenjang pendidikan apapun. Dengan kompetensi ini guru-
guru dapat mengembangkan profesinya sebagai pendidik yang baik, mereka dapat
mengendalikan serta dapat mengatasi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kewajibannya.
Menurut Farida Sarimaya, Kompetensi guru merupakan seperangkat pegetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya (Sarimaya, 2008: 17).
Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat
(1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang merefleksikan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan, dan
berakhlakul karimah. Sub kompetensi kepribadian guru dijabarkan sebagai berikut:

a. Kepribadian yang mantap dan stabil, meliputi bertindak sesuai denan norma
sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bentuk tindakan
sesuai norma yang berlaku di masyarakat.
b. Kepribadian yang dewasa, meliputi menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c. Kepribadian yang arif, dimana menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Kepribadian yang berwibawa, meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

3
e. Kepribadian berakhlakul karimah dan dapat mejadi teladan, meliputi bertindak
sesuai dengan nrma religius (imtaq, jujur, ikas, suka menolong) dan memiliki
perilaku yang diteladani peseta didik.
2. Kompetensi Pedagogik Guru

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan
karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal
tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-
prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan ketertarikan yang berbeda.
Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan
lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.

Sederhananya, kompetensi pedagogik adalah kemampuan pemahaman peserta didik,


perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Kemampuan yang harus dimiliki guru berkaitan dengan aspek-aspek pedagogik, yaitu:

a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional dan intelektual.
b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan
yang diampu.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

4
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran,
sekurang-kurangnya meliputi (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (b)
pemahaman terhadap peserta didik, (c) pengembangan kurikulum/silabus, (d) perencanaan
pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (f) pemanfaatan
teknologi pembelajaran, (g) evaluasi proses dan hasil belajar, dan (h) pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

3. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan
merupkan suritauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan
sosial dengan masyakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan
dimilikinnya kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan
berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak
akan mendapat kesulitan.

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, tenaga kpendidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Secara kompetensi sosial meliputi kemampuan guru dalam
berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

Kriteria kinerja guru terkait kompetensi sosial yang harus dilakukan adalah:

a. Bertindak objektif, bersikap inklusif, serta tidak diskriminatif karena


pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat,


sekurang-kurangnya meliputi (a) berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat, (b)
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,(c) bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan

5
pendidikan, orang tua/wali peserta didik, (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan (e) menerapkan prinsip-
prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru
dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu mengupdate, dan
menguasai materi pelajaran yang disajikan serta persiapan diri tentang materi yang selalu
mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan. Kemampuan
yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek Kompetensi Professional sebagai berikut :

a. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai


sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran.
Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagaisuatu seni pengelolaan
proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan
belajar yang tidak pernah putus.
b. Dalam melaksakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan
dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat.
Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya,
mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang
benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan
multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil
mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya.
c. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat
menyusun butir secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi siswa
belajar.

Kemampuan lain yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat diamati dari
aspek perofesional adalah:

a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.

6
b) Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
c) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. Mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
d) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.

Perlu diketahui bahwa sejatinya keempat kompetensi tersebut dalam praktiknya


merupakan satu kesaruan yang utuh. penilaan tersebut semata-mata untuk kemudahan
memahaminya. hal ini mengacu pada pandangan yang menyebutkan bahwa sebagi guru yang
kompeten memiliki (a) pemahaman terhadap karakteristik peserta ddidik, (b) penguasaaan
bidang studi, baik dari sisi keilmuwan maupun kependiikan, (c) kemampuan
penyelenggaraaan pembelajaran mengelitik, dan (4) kemauan dan kemampuan
mengembangkan profesionlitas dan kepribadian serta kelanjutan.

B. Keterampilan Dasar Mengajar Guru


Mengajar merupakan proses komplek, tidak hanya menyampaikan informasi dari guru
kepada siswa, akan tetapi banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama
bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada peserta didik. Berhasilnya pendidikan pada
peserta didik sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan
tugasnya. Hakikat mengajar merupakan segala sesuatu yang harus dilakukan, sehingga akan
tercapai sebuah pesan dalam bentuk pembelajaran sesuai dengan pola waktu yang ditentukan.
Pun juga hakikat mengajar merupakan segala sesuatu yang harus dikerjakan sesuai
kemampuan dasar mengajar itu sendiri yaitu keterampilan. Disisni didapati bahwa hakikat
mengajar adalah seorang guru atau seorang pendidik harus dituntut untuk bisa mempunyai
keterampilan pada saat proses pembelajaran. Berikut terdapat penjabaran delapan
keterampilan dasar mengajar seorang guru:

1. Keterampilan Bertanya (Questioning Skills)

Keterampilan bertanya ialah suatu pengajaran itu sendiri. Sebab, pada umumnya guru
dalam pelajarannya selalu melibatkan atau menggunakan metode tanya jawab. Keterampilan
bertanya itu sendiri merupakan ketermpilan yang di gunakan untuk mendapatkan jawaban
dari orang lain. Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran, penilain dan pengujian
dilakukan melalui pertanyaan. Hal ini senada dengan istilah question is knowledge,
pengetahuan di bangun dari rasa ingin tahu manusia yang berwujud pertanyaan.

7
Guru harus menciptakan kegiatan bertanya. Guru juga harus melakukan berbagai macam
cara dan pendekatan agar peserta didik mau menjawab pertanyaan guru. Kegiatan yang
merupakan komunikasi ini sebaiknya tidak di lakukan searah tetapi multi arah antara guru
dengan peserta didik dan antara peserta didik denga peserta didik. Interaksi aktif akan
meningkatkan frekuensi berpikir peserta didik sehingga struktur kognitifnya semakin
berkembang.

Edi Soegito & Yuliani Nurani (2003), menjabarkan terdapat berbagai tujuan yang
menyebabkan guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik di kelas, antara lain :

a. Mengembangkan pendekatan cara belajar siswa aktif, sehingga dapat


meningkatkan keterlibatan dan partisipasi aktif siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
b. Menimbulkan keingintahuan sehingga dapat meningkatkan minat dan perhatian
siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan.
c. Merangsang fungsi pikiran dengan cara mengembangkan pola pikir dan cara
berpikir aktif siswa, karena kegiatan berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah
kegiatan bertanya untuk mencari jawaban sehingga menghasilkan buah pikiran
dari seseorang.
d. Mengembangkan keterampilan berpikir siswa sehingga dapat menuntun proses
berpikir karena pertanyaan yang baik akan membantu siswa menemukan
jawaban yang baik pula.
e. Memfokuskan perhatian siswa karena pada dasarnya pertanyaan dapat di
jadikan alat agara dapat memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang
sedang di bahas.
f. Menstrukturkan tugas yang akan diberikan melalui pertanyaan yang butuh
jawaban atau pengerjaan tugas, dari yang sederhana sampai ke yang lebih
kompleks.
g. Mendiagnosis kesulitan belajar yang terjadi selama siswa mengikuti proses
pembelajaran yang sedang berlangsung.
h. Mengomunikasikan harapan yang diinginkan oelh guru dari siswanya, sehingga
siswa akan memahami benar kompetensi apa yang di harapkan darinya.
i. Merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan
peranan siswa sebagai subjek belajar.

8
Agar tujuan pemberian pertanyaan kepada peserta didik dapat di capai, guru harus
bersikap ramah. Sikap ramah guru di tunjukkan dalam penampilan melalui gaya mengajar,
suara, ekspresi wajah, dan gerakan badan. Selain itu, pertanyaan yang baik juga dapat
menunjang tercapainya tujuan sebuah pertanyaan. Menurut Uzer Usman (Direktorat Tenaga
Kependidikan, 2008), pertanyaan yang baik adalah sebagai berikut :

1) Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.


2) Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
3) Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
4) Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab
pertanyaan.
5) Berikan pertanyaan kepada seluruh siswa secara merata.
6) Berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberaniam
siswa untuk menjawab dan bertanya.
7) Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban
yang benar.

Dalam pembelajaraan, ada bermacam-macam jenis pertanyaan yang dapat di


gunakan guru. Ada 4 jenis pertanyaan yang dapat kita gunakan dalam melaksanakan
tugas pembelajaran, yaitu:

a) Petanyaan permintaan
b) Pertanyaan mengarahkan
c) Pertanyaan yang bersifat menggali
d) Pertanyaan retoris

Berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Andreson &


Krathwolf, ada 6 jenis pertanyaan, yaitu :

1) Pertanyaan meningatkan
2) Pertanyaan pemahamaan
3) Pertanyaan penerapaan
4) Pertanyaan analisis
5) Pertanyaan evaluasi
6) Pertanyaan penciptaan

9
Berdasarkan variasi pertanyaan yang akan diajukan, keterampilan bertanya dapat
digolongkan ke dalam dua bentuk pertanyaan, yaitu keterampilan bertanya dasar dan
keterampilan bertanya lanjutan. Keterampilan bertanya dasar ialah kemampuan guru dalam
mengajukan pertanyaan untuk mengetahui daya ingat peserta didik. Contohnya : apa, dimana,
kapan, siapa, dan berapa. Sedangkan pertanyaa lanjutan menuntut peserta didik dari sekedar
mengingat fakta, dalil, ataun konsep kepada aspek berpikir menerapkan, menganalisis, dan
mensintesis, serta mengevaluasi, seperti pertanyaan mengapa, bagaimana caranya, dan
bagaimana pengaruhnya.

Dalam menggunakan keterampilan bertanya, guru harus memperhatikan prinsip-


prinsip kehangatan dan antusiasme serta beberapa hal yang harus dihindari. Kehangatan harus
di bangun guru dalam menjalin hubungan dengan peserta didik agar peserta didik tidak takut
dalam menjawab pertanyaan. Selain itu, guru juga harus memiliki antusiasme dalam
menyampaikan pertanyaan agar peserta didik menjadi semangat dalam memikirkan jawaban
atas pertanyaan yang diberikan. Ada beberapa hal yang harus di hindari guru dalam
memberikan pertanyaan kepada peserta didik. Beberapa hal ini akan sangat mempengaruhi
efektivitas sebuah pertanyaan. Hal-hal yang harus di hindari oleh guru, diantaranya:

a) Mengulangi pertanyaan sendiri


b) Menjawab pertanyaan sendiri
c) Menggunakan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
d) Menggunakan pertanyaan ganda
e) Menentukan peserta didik tertentu untuk menjawabnya
2. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skills)

Penguatan ialah respon positif dalam pembelajaran yang diberikan guru terhadap
perilaku peserta didik yang positif dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan
perilaku tersebut. Dapat diartikan pula penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku
yang sengaja di berikan agara tingkah laku tersebut dapat terulang kembali. Penguatan yang
diberikan oleh guru merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik. Adapun tujuan
menggunakan penguatan adalah:

a. Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar


b. Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa
c. Mengarahkan pengembangan berpikir siswa kearah berpikir divergen
d. Mengatur dan mengembangkan diri anak dalam proses belajar

10
e. Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif dan
mendorong munculnya tingkah laku yang produktif

(Marno & Idris, 2009) menyatakan dalam memberikan penguatan, dapat dilakuakan
dalam bentuk verbal dan nonverbal. Secara verbal, penguatan diberikan dengan
menggunakan bahasa lisan. Secara nonverbal, penguatan diberikan dengan cara mebrikan
respons dengan bahasa tubuh. Komponen-komponen keterampilan penguatan adalah sebagai
berikut:

1) Penguatan verbal merupakan tanggapan guru yang berupa kata-kata pujian,


dukungan, dan pengakuan dapat digunakan untuk memberikan penguatan atas
kinerja peserta didik.
2) Penguatan nonverbal merupakan penguatan yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya adalah penguatan berupa mimik atau gerakan badan,
penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan, penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa symbol atau benda.

Guru hendaknya memberikan penguatan yang bervariasi. Tidak terbatas pada satu
jenis saja. Apabila penguatan yang di berikan hanya sejenis saja, akan menimbulkan
kebosanan dan lama kelamaan penguatan tersebut tidak akan efektif. Dalam memberikan
penguatan, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip penggunannya. Prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan guru ialah sebagai berikut:

a) Kehangatan, penguatan yang diberikan oleh guru harus penuh dengan


kehangatan. Kehangatan dapat ditunjukkan melalui cara bersikap, tersenyum,
melalui suara dan gerak mimik.
b) Antusiasme, merupakan stimulus untuk meningkatkan perhatian dan motivasi
peserta didik. Penguatan yang antusias akan menimbulkan kesan sungguh-
sungguh dan mantap dihadapan peserta didik.
c) Kebermaknaan, inti dari kebermaknaan adalah peserta didik tahu bahwa dirinya
memang layak mendapat penguatan karena tingkah laku dan penampilannya
sehingga penguatan tersebut dapat nermakna baginya. Jangan sampai guru
memberikan perguatan yang berlebihan dan tidak relevan dengan konteksnya.
d) Menghindari penggunaan respons yang negative, teguran dan hukuman berupa
respon negatif harus dihindari oleh guru. Respon negatif berupa hinaan,
sindiran, dan ejekan harus dihindari karena dapat mematahkan semangat peserta

11
didk. Apabila peserta didik memberikan jawaban yang salah, guru tidak boleh
langsung menyalahkannya, misalnya dengan mengatakan, “jawaban kamu
salah” namun, sebaiknya guru memberikan pertanyaan tuntutan atau
menggunakan sistem pindah gilir kepeserta didik lainnya.

3. Keterampilan Menggunakan Variasi (Variation Skill)

Variasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang lain dari biasanya. Memvariasi berarti
mengubah-ubah agar lain dari yang biasanya. Dalam konteks pembelajaran, guru juga harus
terampil menggunakan variasi mengajar agar pengajaran tidak membosankan. Hal ini
dilakukan agar peserta didik tidak bosan dan tetap antusias mengikuti pembelajaran. Jadi,
makna variasi disini adalah segala tindakan guru dalam pembelajaran untuk mengatasi
kebosanan peserta didik dan menjaga perhatian peserta.

Aspek-aspek yang perlu mendapatkan variasi ialah aspek gaya mengajar, aspek
penggunaan alat indra, dan aspek interaksi pembelajaran. Secara lebih rinci, berikut
komponen-komponen variasi mengajar:

a. Variasi gaya mengajar mencakup suara guru, gerak, kesenyapan, perubahan


posisi, pemusatan perhatian, dan kontak pandang:
1) Variasi suara, suara guru sebaiknya jernih, jelas dan berirama agar informasi
yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
2) Variasi mimik dan gerak Kemampuan guru dalam melakukan perubahan
mimik dan perubahan gerak akan mempermudah peserta didik dalam
memahami apa yang dimaksud oleh guru.
3) Kesenyapan (diam sejenak), setelah penjelasan guru yang berlangsung lama,
biasanya akan muncul gejala peserta didik merasa jenuh. Biasanya sebagian
peserta didik akan mengobrol dan tidak memperhatikan guru. Oleh karena itu
perhatian peserta didik perlu di-refresh agar kembali segar seperti sediakala.
Caranya ialah dengan menciptakan suasana senyap atau diam sejenak.
Dengan diam sejenak, peserta didik akan mencari tahu mengapa guru tidak
melanjutkan penjelasannya. Dengan sendirinya peserta didik yang merasa
mengobrol terus akan sadar dan menghentikan perbuatannya.
4) Perubahan posisi, artinya semua bagian kelas harus dapat dikendalikan oleh
guru, baik peserta didik yang duduk dibarisan depan maupun peserta didik

12
yang duduk dibangku barisan belakang. Apabila posisi guru hanya di depan
dan di tengah saja, peserta didik yang dibangku bagian belakang akan kurang
perhatian dari proses pengajaran guru. Oleh karena itu, guru perlu
mengadakan variasi dengan mengubah posisi maju-mundur dan depan-
belakang.
5) Pemusatan perhatian, digunakan guru untuk mengarahkan perhatian peserta
didik pada persoalan dalam pembelajaran. Teknik pemusatan secara verbal
dilakukan dengan ucapan guru, seperti “dengarkanlah baik-baik” secara
nonverbal dapat dilakukan dengan cara menunjuk pada benda,
menggerakkan tangan, badan.
6) Kontak pandang, apabila guru menjelaskan materi pembelajaran sambil
menatap mata peserta didik juga dapat menimbulkan kesan akrab. Dengan
demikian, peserta didik akan semakin yakin dengan apa yang disampaikan
oleh guru.
b. Variasi penggunaan alat indera

Media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang paling efektif dalam
menunjang tujuan pembelajaran berdasarkan gaya belajar peserta didik. Bagi peserta yang
memiliki gaya belajar visual akan mudah mencerna informasi dengan alat indera
penglihatannya. Jadi hendaknya peserta didik disuguhkan materi pembelajaran berupa
gambar-gambar, poster, grafik, diagram, sketsa, video, dan lain-lain. Apabila peserta didik
memiliki gaya belajar auditorial akan mudah mencerna informasi melalui alat indera
pendengarannya. Contoh media dan alat bantunya dapat berupa dengan penjelasan guru. Jadi
hendaknya peserta didik disuguhkan materi pembelajaran melalui alat peraga atau alat
percobaan yang menarik dan menantang

c. Variasi interaksi pembelajaran

Kombinasi pola interaksi pembelajaran akan menghasilkan pembelajaran yang


menyenangkan karena dapat mengubah bentuk, kegiatan, atau suasana kelas. Pengubahan
pola interaksi harus disesuaikan dengan jenis materi. Tujuan pembelajaran, alat, dan media
yang digunakan agar proses pembelajaran menjadi berkualitas. (1) Interaksi guru-kelompok
peserta didik Penggunaan pola ini lebih didominasi oleh guru, sehingga bersifat teacher
centered. Misalnya guru berceramah didepan kelas dan peserta didik mendengarkan. (2)
Interaksi guru-peserta didik Guru menunjuk peserta didik tertentu untuk menjawab

13
pertanyaan atau guru menugasi peserta didik tertentu untuk melakukan suatu kegiatan. (3)
Interaksi peserta didik-peserta didik Kegiatan pembelajaran yang menggunakan pola interaksi
peserta didik bersifat student centered. Guru membagi kelompok kemudian beberapa
kelompok diberi permasalahan yang harus didiskusikan.

Prinsip-prinsip keterampilan variasi yang dapat menjadi pegangan guru, antara lain:

a) Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu yang relevan dengan


tujua pembelajaran
b) Variasi diberikan dengan penuh kehangatan dan antusiasme seorang pendidik
c) Penerapan keterampilan variasi harus dilakukan secara wajar dan tidak berlebih-
lebihan
d) Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan serta fleksibel
sehingga tidak merusak suasana kelas
e) Variasi yang lebih baik ialah variasi yang dicantumkan secara eksplisit dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

4. Keterampilan Menjelaskan

Secara gramatikal, kata Menjelaskan mengandung arti membuat jadi jelas. Menjelaskan
masalah berarti membuat permasalahan menjadi lebih jelas. Dalam konteks pembelajaran,
kegiatan menjelaskan di lakukan oleh guru kepada peserta didik atau sebaliknya. Sedangkan
pesan yang di sampaikannya ialah materi pembelajaran yang sudah direncanakan oleh guru.
Guru harus mampu menjelaskan berbagai jenis materi pembelajaran yang di tanyakan atau
yang tidak ditanyakan oleh peserta didik.

Penjelasan diberikan agar peserta didik memahami hubungan sebab-akibat, prosedur,


prinsip, atau membuat analogi. Keterampilan menjelaskan bukan untuk membuat peserta
didik menjadi hafal tetapi membuat peserta didik menjadi mengerti dengan apa yang sedang
di pelajari. Ada beberapa tujuan menggunakan keterampilan menjelaskan dalam proses
belajar mengajar. Tujuan tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Untuk membimbing pikiran peserta didik dalam memahami konsep, prinsip,


dalil, dan hokum-hukum yang menjadi bahan pelajaran.
b. Untuk memperkuat struktur kognitif peserta didik yang berhubungan dengan
bahan pelajaran.

14
c. Membantu peserta didik dalam memecahkan masalah.
d. Membantu memudahkan peserta didik dalam mengasimilasi dan
mengakomodasikan konsep.
e. Mengomunikasikan ide dan gagasan kepada peserta didik.
f. Melatih peserta didik mandiri dalam mengambil keputusan.
g. Melatih peserta didik berfikir logis apabila penjelasan guru kurang sistematis.

Komponen menjelaskan terdiri atas perencanaan dan penyajian penjelasan. Penjelasan


yang efektif harus di recanakan dengan matang dan di sajikan dengan Teknik-teknik yang
tepat.

1) Perencanaan Penjelasan yang diberikan guru harus direncanakan dengan baik.


Ada dua hal yang harus di perhatikan guru agar penjelasannya menjadi efektif,
yaitu isi materi dan kondisi peserta didik.
2) Penyajian penjelasan Setelah perencanaan dilakukan dengan baik, guru harus
menyajikan penjelasan dengan teknik-teknik yang tepat agar mudah dimengerti
oleh peserta didik.

Berikut teknik-teknik yang tepat di terapkan dengan cara mengembangkan


komponen-komponen keterampilan menjelaskan:

a) Orientasi atau pengarahan. Orientasi atau pengarahan berarti mengantarkan


peserta didik pada pokok bahasan yang akan disampaikan. Misalnya,
mengarahkan peserta didik pada karangan pembahasan yang akan di pelajari.
b) Bahasa yang sederhana. Penjelasan yang diberikan dengan Bahasa yang mudah
dimengerti oleh peserta didi. Bahasa yang mudah dimengerti ialah Bahasa yang
lancar, tidak berbelit-belit, tidak menggunakan istilah teknis, dan tidak
menggunakan tempo. Kemudian dalam menjelaskan, sedapat mungkin guru
menghindari kata- kata seperti: kira-kira, barang kali, mungkin saja, bisa juga,
dll.
c) Penggunaan contoh atau ilustrasi. Penjelasan sebaiknya di sertai contoh dan
ilustrasi agar menarik peserta didik komplek yang sulit dan dapat diterima oleh
peserta didik dengan mudah apabila dijelaskan dengan contoh yang konkret dan
ilustrasi yang sering terjadi dalam kehidupan peserta didik. Ada dua pola yang
dapat dilakukan guru untuk memberikan contoh berbagai jenis materi
pembelajaran. Yaitu dengan cara, memberikan contoh-contoh terlebih dahulu

15
baru menyampaikan konsep materi. Cara seperti ini disebut dengan cara
induktif. Selain itu, ada pula yang menyampaikan konsep terlebih dahulu lalu
dilanjutkan memberikan contoh-contohnya. Cara seperti itu disebut cara
deduktif. Pemilihan pola induktif dan deduktif ditentukan oleh jenis materi,
usia, dan latar belakang pengetahuan peserta didik.
d) Pemberian tekanan. Sering kali guru berbicara Panjang lebar tetapi peserta didik
tidak tahu intinya dari maksud yang dibicaraka. Guru perlu membuat penekanan
pokok-pokok yang sedang dibicarakan agar peserta didik paham dengan apa
yang sedang dibahas. Ada dua acara yang dilakukan guru untuk memberikan
penekanan, yaitu menggunakan variasi mengajar dan membuat struktur sajian.
e) Umpan balik. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukan pemahaman, keraguan, dan ketidak mengertian mereka.
Misalnya, guru meminta peserta didik menjelaskan kembali apa yang sudah
disampaikan, dan guru meminta peserta didik menyebutkan contoh-contoh yang
berbeda.

Agar penjelasan guru dapat bermakna bagi peserta didik, berikut beberapa prinsip
yang dapat dijadikan pegangan dalam memberikan penjelasan:

1) Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, atau akhir bergantung keperluan,
atau dapat juga diselingi dengan tanya jawab.
2) Penjelasan harus harus relavan dengan tujuan pembelajaran.
3) Penjelasan diberikan bila ada pertanyaan dari peserta didik atau direncanakan
oleh guru sebelumnya.
4) Penjelasan materi harus bermakna bagi peserta didik.
5) Penjelasan harusb di sesuaikan dengan latar dan kemampuan peserta didik.

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran

Membuka dan menutup pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan guru agar


pembelajaran menjadi bermakna. Perlu diketahui bahwa kegiatan yang berupa mengabsen
peserta didik, meyiapkan mereka, meminta peserta didik membuka buku, dan menyampaikan
pengumuman hakikatnya bukanlah kegiatan membuka pembelajaran. Hakikat pembuka
pelajaran adalah usaha yang dilakukan guru dalam pembelajaran dalam menciptakaan
prakondisi bagi peserta didik agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan

16
dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif pada kegiatan
belajar. Jadi, membuka pelajaran merupakan kegiatan yang mengarahkan peserta didik pda
materi pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan ialah kegiatan yang memang ada kaitan secara langsung pada
materi yang akan di pelajari. Misalnya dengan:

a. Menarik perhatian siswa


b. Memotivasi siswa
c. Memberikan struktur pembelajaran dengan menunjukan tujuan kompotensi dasar
dan indikator hasil pembelajaran atau pokok persoalan yang akan dibahas.
d. Mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai deangan topik baru.
e. Menanggapi situasi kelas.

Membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada setiap awal pelajaaran, tetapi pada
setiap awal kegitan atau setiap kali beralih ke hal atau topik baru. Komponen utama
keterampilan membuka dan menutup pelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Menarik perhatian peserta didik. Guru dapat melakukan variasi gaya mengajar,
variasi penggunaan media, dan variasi pola interaksi.
2) Menimbulkan motivasi. Motivasi peserta didik dibangkitkan dengan menciptakan
kehangatan dan antusiasme guru, menimbulkan rasa ingin tahu, dan
memperhatikan minat peserta didik. Rasa ingin tahu peserta didik dapat
dimunculkan dengan melakukan demostrasi yang membuat peserta didik menjadi
penasaran.
3) Memberikan acuan. Acuan diberikan agar mengetahui gambaran singkat
mengenai topik yang akan dibahas. Cara yang ditempuh dapat dengan
mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, langkah-langkah pelaksanaan, dan
memajukan beberapa pertanyaan.
4) Membuat kaitan. Kaitan anatara pengalaman peserta didik dan materi akan
membuat pembelajaran menjdi bermakna. Cara yang bisa dilakukan ialah
mengajukan pertanyaan apersepsi dan mengulas singkat pelajaran yang lalu.
5) Meninjau kembali. Guru dapat meninjau pemahaman peserta didik terhadap hal-
hal yang telah dipelajari. Cara yang bisa dilakukan ialah meminta peserta didik
membuat rangkuman atau ringkasan tentang materi sebelumnya.

17
6) Mengadakan evaluasi penugasan peserta didik. Pada setiap akhir kegiatan, guru
dapat mengevaluasi peserta didik dengan cara memberikan tugas. Tugas-tugas
yang diberikan dapat berupa demonstrasi. Penerapan konsep pada kontes yang
berbeda, ekspresi pendapat sendiri, dan tanya jawab secara pengerjaan soal-soal
latihan.
7) Memberi tindak lanjut. Dapat diberikan dalam bentuk pekerjaan rumah,
kunjungan atau percobaan. Penerapan keterampilan membuka dan menuntup
pelajaran harus dilaksanakan secara efektif sehingga hasil pembelajaran
bermakna bagi peserta didik.

Oleh karna itu, prinsip-prinsip berikut ini harus diperhatikanoleh setiap guru ialah:

a) Bermakna, kegiatan harus relavan dengan tujuan dan materi pembelajaran yang di
sajikan secara sesuai dengan karakteristik peserta didik.
b) Berurutan dan berkesinabungan, kegiatan ini tidak bisa dilakukan secara terpisah-
pisah. Keduanya merupakan satu kesatuan yang harus di terapkan secara
berurutan dan berkesinambungan.
c) Dilakukan di setiap awal dan akhir topik, kegiatan membuka dan menuntup tidak
hanya dilakukan diawal dan diakhir pelajaran tetapi dapat dilakukan pada setiap
awal dan akhir penggal kegiatan.

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Peserta didik adalah subjek belajar. Pembelajaran sendiri harus berpusat pada peserta
didik. Peserta didik harus berperan aktif dalam proses pembelajaran. Diskusi kelompok kecil
memungkinkan peserta didik untuk belajar secara aktif dengan optimal bersama teman-
temannya. Jumlah kelompok kecil berkisar antara 3 sampai 9 orang. Kegiatan ini
menimbulkan aktivitas mental dan emosional peserta didik. Hal ini meningkatkan
kemampuan interpersonalnya. Tetapi dalam diskusi sering dijumpai peserta didik malah
mengobrol dan keluar dari pelajaran. Oleh karena itu, keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil merupakan keterampilan yang sangat penting yang harus dikuasi guru.

Sebagai salah satu alternatif bentuk pembelajaran (Edi Seogito & Yuliani Nuran,
2003: 74), bentuk diskusi kelompok kecil memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi

18
Dalam kelompok kecil, siswa memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk
menyatakan pendapat, pikiran, atau perasaannya kepada sesama.
b. Menigkatkan disiplin
Dalam kelompok seorang siswa tidak dapat berbuat semaunya tanpa
mempertimbangkan kepentingan teman-teman sekelompoknya. Disiplin harus
ditegakkan untuk mencapai tujuan kelompok secara maksimal.
c. Meningkatkan motivasi belajar
Siswa dapat meningkatkan motivasi dalam belajarnya. Pengetahuan tentang
kemajuan diri sendiri dibandingkan dengan teman-teman sekelompoknya
merupakan dorongan yang kuat untuk belajar lebih sungguh-sungguh.
d. Mengembangkan sikap saling membantu
Pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok kecil memungkinkan siswa dapat
saling mengenal kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Guru harus
memanfaatkan hal itu untuk mengembangkan sikap saling membantu.
e. Meningkatkan pemahaman
Interaksi tatap muka yang informal yang terjadi dalam kegiatan kelompok
memungkinkan para anggotanya secara langsung dapat bertukar pikiran, berbagi
pengalaman dan informasi sehingga pemahaman para anggotanya terhadap
masalah penting yang sedang dibahas bersama meningkat.

Dalam menerapkan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil guru dapat


memegang prinsip-prinsipnya sebagai berikut:

1) Anggota kelompok diskusi memiliki kadar pengetahuan yang memadai dan


merata terkait dengan masalah yang dibahas.
2) Dilaksanakan pada jenjang kelas yang sudah memiliki kemampuan dalam
mengungkapkan pendapat secara lisan.
3) Topik yang diangkat memang memerlukan pendapat dari orang banyak.
4) Dilangsungkan dalam suasana yang paling menghormati

7. Keterampilan Mengelola Kelas Pengelolaan

Kelas merupakan seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa


yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan,

19
mengembangkan hubungan interpersonal, dan iklim sosio emosional yang positif, serta
mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif

Menurut Edi Seogito & Yuliani Nuran (2003) pengelolaan kelas bertujuan:

a. Memelihara dan menciptakan kondisi belajar yang optimal.


b. Mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
c. Menyadari kebutuhan peserta didik.
d. Merespon secara aktif perilaku peserta didik.
e. Mengembangkan peserta didik agar bertanggung jawab terhadap tingkah
lakunya.

Terdapat komponen yang bersifat preventif ialah komponen yang berhubungan


dengan tindakan penciptaan dan pemeliharaan kondisi optimal Keterampilan ini berkaitan
juga dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran yang
meliputi keterampilan sebagai berikut:

1) Menunjukkan sikap tanggap terhadap aktivitas peserta didik akan menimbulkan


kesan bahwa guru hadir bersamanya sebagai pembimbing.
2) Memberi perhatian secara visual dan verbal. Perhatian secara visual bisa dalam
bentuk pengalihan pandangan atau gerak fisik. Sedangkan secara verbal bisa
dalam bentuk penjelasan dan komentar.
3) Memusatkan perhatian kelompok dengan meminta peserta didik untuk
mempresentasikan hasil karyanya atau melaporkan hasil yang dicapai.
4) Memberi petunjuk yang jelas sebelum peserta didik melakukan kegiatan belajar.
5) Menegur dengan bijaksana, teguran diperlukan untuk mengatasi gangguan yang
dibuat oleh seorang atau sekelompok peserta didik. Teguran yang diberikan
hendaknya tegas dan jelas, tetapi tidak menyakiti hati peserta didik.
6) Memberi penguatan kepada peserta didik sangat diperlukan untuk menjaga
tingkah laku yang diinginkan dan untuk mengurangi atau meniadakan tingkah
laku yang tidak diinginkan.

Sedangkan komponen kuratif ialah komponen yang berhubungan dengan tindakan


untuk mengembalikan kondisi belajar menjadi optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan
respons guru untuk menanggulangi berbagai gangguan yang muncul dari peserta didik.

20
Campur tangan yang berlebihan dapat memberikan kesan bahwa guru tidak memerhatikan
peserta didik, tetapi hanya ingin berkehendak sesuka hatinya sendiri.

Kemudian, hal yang harus dihindari dalam keterampilan ini ialah


kesenyapan/penghentian tanpa alasan. Biasanya penghentian kegiatan mengajar yang tanpa
alasan karena guru kehabisan bahan ajar atau kemampuan guru yang terlalu dangkal. Agar
kondisi kelas tetap kondusif, setidaknya ada enam prinsip pengelolaan kelas yang harus
diperhatikan guru. Enam prinsip tersebut yaitu:

a) Kehangatan dan antusiasme.


b) Menghadirkan tantangan.
c) Membuat variasi mengajar, variasi media, dan variasi interaksi.
d) Keluwesan tingkah laku guru.
e) Memberikan penekanan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan
peserta didik pada hal-hal yang negatif.
f) Penanaman nilai disiplin

8. Keterampilan Mengajar Kelompok dan Perorangan

Guru perlu mengorganisasikan peserta didik sesuai dengan pokok bahasan, tujuan,
kebutuhan peserta didik, waktu, dan alat yang tersedia. Dalam pembelajaran ini guru
berperan sebagai organisator kegiatan pembelajaran, motivator peserta didik, fasilitator atau
penyedian materi dan kesempatan belajar, konselor, dan sekaligus sebagai peserta kegiatan
yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengann peserta lain.

Dalam pembelajaran kelompok kecil dan perorangan setidaknya ada empat kelompok
keterampilan yang harus dikuasai guru. Kelompok keterampilan yang harus dimiliki guru
ialah:

a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi


Pembelajaran akan bermakna apabila guru mampu mengadakan pendekatan
secara pribadi. Pendekatan ini akan membuat hubungan yang memungkinkan
peserta didik bebas mengumukakan pendapat atau gagasannya.
b. Keterampilan mengorganisasikan
Mampu memberikan orientas umum tentang tujuan, tugas, tata caranya sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan, memvariasikan kegiatan, membentuk

21
kelompok yang tepat, mengoordinasikan kegiatan, memberi perhatian pada
tugas dan kebutuhan peserta didik, kulminasi dapat berupa laporan, rangkuman,
mendemostrasikan, dan lainnya.
c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Keterampilan ini memungkinkan guru membantu peserta diidik untuk maju
tanpa mengalami frustasi. Cara yang bisa dilakukan ialah memberi penguatan
dan mengembangkan supervisi. Apabila guru menemukan peserta didik yang
kesulitan guru harus melakukan tindakan sedini mungkin. Sedangkan supervisi
diakhir dilakukakan untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik mencapai
tujuan yang diharapkan dan seberapa siap mereka menyerahkan hasil
pekerjaannya.
d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
Keterampilan ini mencakup bantuan kepada peserta didik untuk: (1)
Menetapkan tujuan Dengan cara berdiskusi atau menyediakan bahan-bahan
yang menarik untuk dipelajari. (2) Merencanakan kegiatan pembelajaran Guru
melibatkan peserta didik dalam merencanakan kegiatan pembelajaran yang
mencakup kriteria keberhasilan, langkah-langkah, waktu, dan bahan yang
diperlukan. (4) Memberikan nasihat Dalam hal ini guru harus memberikan
nasihat atau saran-saran yang memungkinkan peserta didik mampu mengatasi
masalahnya sendiri. (5) Memberikan bantuan dalam menilai hasil belajar
Peserta didik harus diberi kesempatan untuk menilai hasil belajarnya sendiri.
Misalnya dengan meminta peserta didik untuk mencocokan hasil belajarnya
dengan kunci jawaban, atau guru meminta peserta didik untuk saling menilai
hasil pekerjaan temannya.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keempat kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) tersebut di atas


bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh bentuk
kompetensi guru meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan
bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum
sekolah; (c) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk
perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara
berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional (Ngainun Naim, 2009:60).

Hakikat mengajar merupakan segala sesuatu yang harus dikerjakan sesuai


kemampuan dasar mengajar itu sendiri yaitu keterampilan. Maka seorang pengajar dan
pendidik dituntut untuk memiliki kemampuan dasar mengajar yaitu Keterampilan. terdapat
delapan keterampilan mengajar, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan,
mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi
kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.

B. Saran

Diharapkan kedepannya makalah ini dapat menambah pengetahuan. Namun, penulis


menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya
milik Allah semata. Sehingga kritik dan saran membangun dari para pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan.

23
DAFTAR PUSTAKA

As’adut tabi’in. 2016. Kompetensi Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pada
Mtsn Pekan Heran Indragri Hulu. Al-Thariqah Vol. 1, No. 2. http://jurnal.staibsllg.ac.id.
diakses 24 Februari 2021 pukul 19.00 WIB
Fitri Mulyani.2009. Konsep Kompetensi Guru Dalam Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Mulyani.Vol. 03; No. 01. http://jounal.uniga.ac.id.
diakses 24 Februari 2021 pukul 19.05 WIB
Mansyur. 2017. Keterampilan Dasar Mengajar Dan Penguasaan Kompetensi Guru.
el-Ghiroh. Vol. XII, No. 01. http://ejournal.upi.edu. Diakses 24 Februari 2021 pukul 19.10
WIB

24

Anda mungkin juga menyukai