Anda di halaman 1dari 5

Nama : Siti Sofiatun

NIM : 1808056096

Kelas : PM 5C

Makul : Keterpaduan Iptek dan Islam

Kedudukan Al-Qur’an dan Hadis sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan

Al- qur’an dan al-hadis adalah sumber utama ajaran islam dan pedoman hidup umat islam
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kegiatan menumbuhkan, mengembangkan,
dan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Berbeda dengan kitab suci lainnya, Al-Qur’an dan al-
hadis sangat memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan dengan berbagai
aspeknya. Terjadinya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan dan beradaban
islam yang luar biasa di zaman klasik atau abad keemasan yang ditandai oleh adanya para tokoh
ilmuwan dalam berbagai bidang tidak akan lupa akan adanya Al-Qur’an dan hadis yang
menyertai.

Umat islam percaya bahwa Al Qur’an yang ada saat ini persis sama dengan yang
disampaikan kepada Muhammad SAW, kemudian disampaikan lagi kepada pengikutnya, yang
kemudian menghapalkan dan menulis isi Al Qur’an tersebut. Al-Qur’an secara bahasa
(Etimologi) merupakan bahasa Arab, mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro’a yang berarti
“bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”.

Sedangkan secara istilah (Terminologi), menurut Muhammad Ali Ash-Shabuni definisi


Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang tiada tandingnya, diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dengan perantara Malaikat Jibril, yang ditulis dalam mushaf-mushaf disampaikan secara
mutawatir, sebagai mukjizat rasul akhir zaman.

Hadis atau sunnah secara bahasa, berasal dari bahasa Arab Hadis yang berarti “baru” atau
khobar “berita”. Menurut istilah, hadis atau sunnah adalah perkataan, perbuatan, pengakuan atau
ketetapan yang disandarkan Rasulullah SAW. Hadis dijadikan sumber hukum kedua setelah Al-
Qur’an. Sedangkan menurut Al-Qur’an, sunnah berarti syari’at, hukum atau peraturan dan
pengertian sunnah menurut hadis adalah kebiasaan, tradisi, jalan hidup, cara-cara dan kebiasaan.

Menurut Yusuf Ahmad (2009), ilmu dalam islam adalah ibadah, ibadah secara etimologi
berarti “merendahkan diri” dan secara istilah adalah tunduk kepada Allah swt atas apa yang Dia
diperintahkan dan Dia larang. Sedangkan ilmu dalam bahasa berarti mengungkap sesuatu untuk
mengatahui hakikatnya. Manusia pada hakikatnya di beri akal. Dan akal itu yang akan membuat
manusia berpikir untuk membuat ilmu-ilmu yang bisa bermanfaat bagi dirinya serta makhluk
lain.

Sumber ilmu pengetahuan menurut Ibnu Khaldun adalah Al-Qur‟an, karena di dalam Al-
Qur‟an membahas segala sesuatu, baik tentang akhirat, maupun dunia. Al-Qur‟an juga menjadi
kurikulum dalam pendidikan Islam dan menjadi dasar dalam segala aspek kehidupan.
Sedangkan sumber ilmu pengetahuan menurut Ibnul Qayyim ada 6, yaitu dari pengajaran Nabi,
cahaya yang disusupkan Allah ke dalam hati seorang mukmin, mimpi dan ilham, jiwa yang taat
kepada Allah, panca indra yang dimiliki manusia, dan pengalaman pribadi manusia. Keenam
sumber ini dapat mendatangkan ilmu bagi manusia.

Di dalam ayat-ayat al-Qur’an banyak dijelaskan tentang ilmu-ilmu pengertahuan,


diantaranya:

1. Manusia mengembangkan studi ilmu alam, fenomena-fenomena alam dan penelitian


manusia tidaklah melenceng seperti yang diterangkan dalam al-Qur’an, manusia meneliti
bentuk muka bumi dan segala yang ada di atasnya seperti gunung-gunung dan sungai-
sungai (QS. An-Nahl: 15, An-Naba’:6-7)
2. Manusia mengetahui Ilmu Botani (tumbuh-tumbuhan), dan al-Qur’an menerangkan
tentang air dan tumbuh-tumbuhan serta hubungan keduanya dengan kehidupan manusia
dan binatang (QS. As-Sajdah: 27), menjelaskan tumbuhan dan masanya (QS. az-Zumar:
21), menjelaskan aneka macam buah (QS. Al-An’am: 141, an-Nahl: 10-11).
3. Al-Qur’an menyebutkan tentang kesehatan, melarang makan dan minum berlebihan (QS.
Al-A’raf: 31) disusunlah Ilmu tentang Kedokteran.
4. Manusia menemukan ilmu tentang perbintangan / astronomi, namun al-Qur’an sudah
jauh menjelaskan tentang hal itu, seperti al-Qur’an menyebutkan langit yang dipenuhi
oleh bintang dan Planet (QS. Al-Hijr: 16), bintang sebagai petunjuk bagi manusia (QS.
Al-An’am: 97), Matahari dan bulan serta menjelaskan hubungannya dengan bumi dan
kehidupan manusia (QS. Yunus: 5, al-Isra: 12, Fathir: 13). Dan lain sebagainya.

Belajar Hadis sebagai sumber Ilmu pengetahuan adalah dengan bersemangat mempelajari
alam sebagai ayat Allah yang pertama. Yang kedua adalah belajar dengan pendekatan hadis.
Seperti halnya belajar IPTEK menuju sunnah. Dan dari sunnah menuju IPTEK. Sebagaimana
hadis nabi tentang menentukan awal bulan Ramadhan : : “ mulailah berpuasa setelah merukyat
hilal dan beridul fitrilah setelah merukyatnya ; jika langit tertutup awan lakukanlah
pengkadaran”[H.R Bukhori Muslim]. Kisah lain tentang hubungan hadis dengan ilmu
pengetahuan adalah saat Pembelahan Bulan saat Nabi Isra’ Mi’raj. Nabi bersabda :

ِ‫ق ْالقَ َم ِر َك َر َمةً لِ َرسُوْ ِل هللا‬


ٌ ‫اِ ْن ِشقَا‬

Artinya : “ Terbelahnya bulan merupakan karamah Rasulullah”

Hadits ini diriwayatkan oleh oleh Imam Al Bukhori. Maksud dari hadits ini adalah
terbelahnya bulan ini adalah peristiwa ini merupakan representasi dari salah satu kemukjizatan
indrawi yang muncul sebagai penguat bagi Rasulullah dalam menghadapi kaum kafir dan
musyrik Mekah dan pengingkaran mereka atas kenabian Nabi SAW.

Begitulah kedudukan Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber ilmu pengetahuan seperti yang
tertera diatas. Dan ada tambahan sedikit tentang mengapa kita harus memiliki sikap ilmiah, dan
disini saya mengambil satu sikap dari sikap ilmiah, yaitu sikap rasa ingin tahu. Apa sih rasa ingin
tahu itu dan dari pandangan islam itu bagaimana? Berikut penjelasannya

Rasa ingin tahu merupakan keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman
terhadap rahasia alam (Samani, dkk, 2012:104). Rasa ingin tahu senantiasa akan memotivasi diri
untuk terus mencari dan mengetahui hal-hal yang baru sehingga akan memperbanyak ilmu
pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Rasa ingin tahu (Mustari, 2011:103) yaitu
sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Hal ini berkaitan dengan kewajiban terhadap diri
sendiri dan alam lingkungan. Kuriositas atau rasa ingin tahu (Mustari, 2011:104) adalah rasa
yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan
belajar. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu
merupakan kemampuan bawaan makhluk hidup, mewakili kehendak untuk mengetahui hal-hal
baru dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Ibnu Khaldun dan Ibnul
Qayyim.
Menurut Ibnu Khaldun bahwa secara esensial manusia itu bodoh, dan menjadi
berilmu melalui pencarian ilmu pengetahuan. Alasan yang dikemukakan bahwa manusia adalah
bagian dari jenis binatang, dan Allah SWT telah membedakannya dengan binatang dengan diberi
akal pikiran. Lebih lanjut Ibnu Khaldun mengatakan bahwa, kemanapun manusia untuk berpikir
baru diperolehnya setelah sifat kebinatangannya mencapai kesempurnaan di dalam dirinya. Itu
dimulai dari kemampuan membedakan (tamyiz). Sebelum manusia memiliki tamyiz, dia sama
sekali tidak memiliki pengetahuan. Sebelum pada tahap ini manusia sama sekali persis seperti
binatang. Kemudian Allah memberikan anugerah berupa pendengaran, penglihatan, dan akal.
Pada waktu itu manusia adalah materi sepenuhnya, karena itu dia tidak mempunyai ilmu
pengetahuan. Dia mencapai kesempurnaan bentuknya melalui ilmu pengetahuan yang dicari
melalui organ tubuhnya sendiri. Setelah manusia mencapai eksistensinya, dia siap menerima apa
yang dibawa para Nabi dan mengamalkannya demi akhiratnya. Maka dia selalu berfikir tentang
semuanya.
Menuntut ilmu merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam, posisi ini terlihat dari
kedudukan Al-Qur‟an sebagai referensi paling penting tentang ilmu bagi kaum muslimin:
individu, keluarga, masyarakat, dan umat. Ilmu merupakan buah Islam yang bermanfaat
bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Ilmu
merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa ilmu, masyarakat
manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang (Munzier, 2008:89). Sebagaimana dalam
firman Allah SWT, QS. Al-„Alaq: 1-5
-5- ‫خلق يالذ ربك باسم أقرا‬-‫ا‬- ‫علقمناالئسان خلق‬-2- ‫ االكرموربك أقر‬-3- ‫ لقلمبا علملذي‬-4- ‫يعلم لم ما االنسانعلم‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang Menciptakan, Dia telah Menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Mulia. Yang
Mengajar (manusia) dengan pena. Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Dari ayat di atas, dapat dijelaskan bahwa Allah mengajar manusia dengan perantaraan
tulis baca. Dimana tulis dan baca itu adalah kunci dari ilmu pengetahuan. Manusia mendapat
pendidikan untuk menjadikan dirinya dari tidak tahu menjadi tahu. Membaca dan
menulis digunakan sebagai cara untuk membuka begitu banyak wawasan pengetahuan mengenai
alam semesta ini. Dalam Al-Qur‟an pun Allah telah menjelaskan demikian, berarti manusia
memang dituntut untuk mencari tahu tentang ilmu pengetahuan, perantaranya bermacam-macam.
Jika dalam ayat tersebut Allah mengajarkan manusia melalui perantara tulis baca dengan kata
ayat pertama surat tersebut yakni “bacalah”, maka selanjutnya manusia belajar untuk mencari
tahu cara membaca satu tulisan yang tercantum dalam surah Al-„Alaq ayat pertama tersebut,
sehingga bukan hanya sekedar mengira-ira namun benar-benar belajar bagaimana cara
membaca tulisan tersebut. Benar-benar belajar bagaimana mengetahui juga dapat
dinamakan keingintahuan.

Jadi, begitulah ulasan sedikit tentang kedudukan al-qur’an dan hadis sebagai sumber ilmu
pengetahuan dan juga sikap rasa ingin tahu serta pandangan menurut islam. Semoga artikel ini
membantu dalam menambahi pembelajaran ilmu pengetahuan dan yang lainnya.

Referensi

https://habibahmumtazblog.wordpress.com/2016/04/20/al-quran-dan-hadis-sebagai-sumber-
ilmu-pengetahuan/

https://media.neliti.com/media/publications/167158-ID-sumber-sumber-ilmu-pengetahuan-
dalam-al.pdf

http://journal.walisongo.ac.id/index.php/attaqaddum/article/download/724/640

http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/analytica/article/download/410/314

http://www.jurnalfai-uikabogor.org/index.php/fikrah/article/download/403/pdf

http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4365/1/SKRIPSI%20FIX.pdf

Anda mungkin juga menyukai