Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP KURIKULUM 2013

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Perencanan Pembelajaran Matematika

Dosen pengampu : Dr. Saminanto, M.Sc.

Disusun Oleh:

Nama : Siti Sofiatun

NIM : 1808056096

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO


SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan Nikmat
dan Rahmat-Nya, sehingga kita masih diberi kesehatan hingga saat ini dan dapat menyelesaikan
tugas makalah perencanan pembelajaran matematika.

Makalah ini disusun sebagai salah satu bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar mata kuliah Perencanan Pembelajaran Matematika. Dalam makalah ini disajikan
materi landasan hukum kurikulum 2013, tentang saintifik, 4C, HOTS, PPK dan literasi, serta
implementasinya.

Terima kasih saya ucapkan kepada pihak yang telah mendukung dan memberi masukan
untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Saya selaku penulis mohon
maaf apabila ada salah kata dalam penulisan dan kosa kata yang kurang sopan. Kritik dan saran
sangat diharapkan oleh penulis guna memperbaiki penulisan berikunya. Akhir kata saya ucapkan
terima kasih.

Semarang, September 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum merupakan sesuatu hal yang dapat terjadi kapan
saja sesuai dengan kebutuhan. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dan dipertimbangkan
dalam pengembangan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan. Munculnya
peraturan perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap
paradigma baru dalam proses pengembangan kurikulum. Kondisi masa sekarang
dan kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang akan datang memerlukan
persiapan dari generasi muda dan peserta didik yang memiliki kompetensi
multidimensional.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi
adalah sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dimiliki siswa ketika
terjun dimasyarakat. Kompetensi pada kurikulum 2013 dituangkan mulai dari
kompetensi lulusan, kompetensi inti, dan kompetensi dasar. Kompetensi sikap
merupakan perilaku yang mencerminkan orang yang beriman, berahlak mulia,
berilmu, bertanggung jawab, dan percaya diri ketika berinteraksi dengan sesama
dan alam. Kompetensi keterampilan meliputi kemampuan berpikir dan bertindak
secara kreatif. Kompetensi pengetahuan meliputi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
sosial dan budaya. Kompetensi keterampilan meliputi kemampuan berpikir dan
bertindak secara kreatif. Kompetensi ini dituangkan secara bertahap mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. Dalam mencapai suatu pembelajaran di
kelas tentunya ada upaya atau system pembelajaran untuk membuat peserta didik menjadi
terasah dan mampu memenuhi standar nilai. Di makalah ini akan kita bahas tentang
berubahan kurikulum 2013, tentang saintifik, 4C, HOTS, PPK dan literasi serta
implementasinya dalam kurikulum 2013.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Landasan Hukum Kurikulum 2013 dan Perubahan Kurikulum 2013 tahun
2017?
2. Apa saja yang dimaksud saintifik, 4C, HOTS, PPK dan Literasi?
3. Bagaimana Implementasi Guru dan Siswa yang harus dilakukan?

C. Tujuan Permasalahan
1. Menjelaskan Landasan Hukum Kurikulum 2013 dan Perubahan Kurikulum 2013
tahun 2017
2. Menjelaskan tentang saintifik, 4C, HOTS, PPK dan Literasi
3. Mengetahuin Implementasi Guru dan Siswa yang harus dilakukan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Hukum K-13 dan Perubahan K-13 pada tahun 2017


1. Landasan Hukum Kurikulum 2013
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari
kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar
bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia
berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara
spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan
menggunakan filosofi sebagai berikut.
1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa
masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013
dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam,
diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun
dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.
2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan
filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau
adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari
peserta didik.
3) Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan
berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna
terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya
berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan
tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain
mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam
akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut
dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan
dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di
masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa
depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan
intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian,
dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan
bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).
Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam
berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat,
dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang
lebih baik.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana


di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam
beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi
inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan
masyarakat, bangsa dan umat manusia.

b. Landasan Sosiologis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan
perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam tujuan
pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan pendidikan di Indonesia tidak
bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Perubahan ini dimungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru dalam
masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada
tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar
pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya.
Dengan demikian keluaran pendidikan akan mampu memberikan kontribusi
secara optimal dalam upaya membangun masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge-based society).
c. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan
konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik beserta
konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogic
transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai
wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya
dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan dan
jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang kurikulum
untuk jenjang pendidikan menengah khususnya SMA. Oleh karena itu
implementasi pendidikan di SMA yang selama ini lebih menekankan pada
pengetahuan, perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang menekankan pada
proses pembangunan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik melalui
berbagai pendekatan yang mencerdaskan dan mendidik. Penguasaan substansi
mata pelajaran tidak lagi ditekankan pada pemahaman konsep yang steril dari
kehidupan masyarakat melainkan pembangunan pengetahuan melalui
pembelajaran otentik. Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran selain
mencerminkan muatan pengetahuan sebagai bagian dari peradaban manusia, juga
mewujudkan proses pembudayaan peserta didik sepanjang hayat.
d. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan
adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak. Kurikulum 2013 menganut: (1)
pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang
dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat;
dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi
dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
e. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan
yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional; dan
4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
2. Perubahan Kurikulum 2013
Pada kurikulum 2013, terdapat beberapa elemen perubahan, antara lain
Elemen Perubahan Kompetensi kelulusan, elemen Perubahan pada Kedudukan mata
pelajaran (isi), Pendekatan (isi), struktur Kurikulum (Mata Pelajaran dan alokasi
waktu) isi, Proses pembelajaran, Penilaian hasil Belajar, dan Ekstra kurikuler. Elemen
Perubahan :
a. Pada Kompetensi Lulusan
Kompetensi lulusan terjadinya peningkatan dan keseimbangan soft skills
dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan (mulai dari SD,SMP, SMA, dan SMK).
b. Pada Kedudukan Mata Pelajaran (Isi)
Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi
mata pelajaran yang dikembangkan melalui Kompetensi.
c. Pendekatan
Kompetensi dikembangkan melalui :
1) Untuk SD: dikembangkan melalui Tematik terpadu dalam semua mata
pelajaran.
2) Untuk SMP: dikembangkan melalui mata Pelajaran.
9 Kementerian Pendidikan dan Kebudayan, Dokumen Kurikulum 2013,
hal. 10.
3) Untuk SMA: dikembangkan melalui mata pelajaran.
4) Untuk SMK ; dikembangkan melalui Vokasinal.
d. Pada Struktur Kurikulum (Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu)
1) Untuk SD: Holistik berbasis Sains (alam, sosial, dan budaya.
Jumlah mata pelajaran dari 10 jam menjadi 6 jam. Jumlah
Jam pelajaran berubah menjadi 4 jam/minggu akibat dari perubahan
pendekatan pembelajaran.
2) Untuk SMP: TIK menjadi Media semua mata pelajaran.
Pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan
ekstrakurikuler. Jumlah mata pelajaran berubah dari 12 menjadi 10.
Jumlah jam bertambah 6 jam/minggu akibat dari perubahan pendekatan
pembelajaran.
3) Untuk SMA: Perubahan sistem: ada mata pelajaran wajib dan
ada mata pelajaran pilihan. Terjadi pengurangan mata pelajaran yang
harus diikuti siswa. Jumlah jam bertambah 1 jam/minggu akibat dari
perubahan pendekatan.
4) Untuk SMK: Penambahan jenis keahlian berdasarkan
spektrum kebutuhan ( 6 program keahlian, 40 bidang keahlian,
dan 121 kompetesi keahlian). Pengurangan adaptif dan normatif,
penambahan produktif. Produktif disesuaikan dengan perkembangan di
Industri.
e. Pada Proses Pembelajaran
1) Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi,elaborasi,
dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanyakan,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.
2) Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan
sekolah dan masyarakat.
3) Guru bukan satu-satunya sumber belajar,Sikap tidak diajarkan
secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.
4) Proses Pembelajaran dilakukan melalui :
Untuk SD: melaui Tematik
Untuk SMP: IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu.
Untuk SMA: Adanya mata pelajaaran wajib dan pilihan sesuai dengan
minat.
Untuk SMK: Kompetensi keterampilan sesuai dengan standar industri.
f. Pada Penilaian hasil belajar
1) Penilaian berbasis kompetensi.
2) Pergeseran penilaian melalui tes (mengukur semua kompetensi
pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur
semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan
proses dan hasil).
3) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu penilaian
hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor
ideal (maksimal),
4) Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga pada
kompetensi Inti dan SKL.
5) Mendorong pemanfaatan fortofolio yang dibuat oleh siswa sebagai
instrumen penilaian.
g. Pada Ekstrakurikuler
1) Untuk SD : Pramuka (wajib), UKS, PMR, Bahasa Inggris
2) Untuk SMP: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR, dll.
3) Untuk SMA: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR, dll.
4) Untuk SMK: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR, dll.

B. Tentang Saintifik, 4C, HOTS, PPK, dan Literasi


1. Konsep Berpikir Tingkat Tinggi/Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam bahasa umum dikenal
sebagai Higher Order Thinking Skill (HOTS) dipicu oleh empat kondisi.
a. Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi pembelajaran yang
spesifik dan tidak dapat digunakan di situasi belajar lainnya.
b. Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak dapat
diubah, melainkan kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang terdiri dari lingkungan belajar, strategi dan kesadaran dalam belajar.
c. Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier, hirarki atau
spiral menuju pemahaman pandangan ke multidimensi dan interaktif.
d. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran,
kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis dan
kreatif.
Menurut beberapa ahli, definisi keterampilan berpikir tingkat tinggi salah
satunya dari Resnick (1987) adalah proses berpikir kompleks dalam
menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi,
menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas
mental yang paling dasar. Keterampilan ini juga digunakan untuk
menggarisbawahi berbagai proses tingkat tinggi menurut jenjang taksonomi
Bloom. Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua bagian. Pertama
adalah keterampilan tingkat rendah yang penting dalam proses pembelajaran,
yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan menerapkan
(applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam keterampilan
berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis (analysing),
mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating).
Beberapa keterampilan dalam HOTS
a) Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Transfer of Knowledge
Keterampilan berpikir tingkat tinggi erat kaitannya dengan keterampilan berpikir
sesuai dengan ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang menjadi satu
kesatuan dalam proses belajar dan mengajar.
b) Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Critical and Creative Thinking
John Dewey mengemukakan bahwa berpikir kritis secara esensial sebagai sebuah
proses aktif, dimana seseorang berpikir segala hal secara mendalam, mengajukan
berbagai pertanyaan, menemukan informasi yang relevan daripada menunggu
informasi secara pasif (Fisher, 2009). Berpikir kritis merupakan proses dimana
segala pengetahuan dan keterampilan dikerahkan dalam memecahkan
permasalahan yang muncul, mengambil keputusan, menganalisis semua asumsi
yang muncul dan melakukan investigasi atau penelitian berdasarkan data dan
informasi yang telah didapat sehingga menghasilkan informasi atau simpulan
yang diinginkan.
c) Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Problem Solving
Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai problem solving diperlukan dalam
proses pembelajaran, karena pembelajaran yang dirancang dengan pendekatan
pembelajaran berorientasi pada keterampilan tingkat tinggi tidak dapat
dipisahkan dari kombinasi keterampilan berpikir dan keterampilan kreativitas
untuk pemecahan masalah. Keterampilan pemecahan masalah merupakan
keterampilan para ahli yang memiliki keinginan kuat untuk dapat memecahkan
masalah yang muncul pada kehidupan sehari- hari.
2. 4Cs (Creativity, Critical Thinking, Collaboration, Communication)
Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang dikenal sebagai 4Cs
(critical thinking, communication, collaboration, and creativity), adalah
empat keterampilan yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan abad ke-21
(P21) sebagai keterampilan sangat penting dan diperlukan untuk pendidikan abad
ke-21.
a) Kerangka Kerja enGauge 21st Century Skill Perkembangan ilmu kognitif
menunjukkan bahwa hasil yang diharapkandalam pembelajaran akan meningkat
secara signifikan ketika pesertadidik terlibat dalam proses pembelajaran melalui
pengalaman dunia nyata yang otentik.
b) Kerangka konsep berpikir abad 21 di Indonesia
Implementasi dalam merumuskan kerangka sesuai P21 bersifat mutidisiplin,
artinya semua materi dapat didasarkan sesuai kerangka P21. Untuk melengkapi
kerangka P21 sesuai dengan tuntutan Pendidikan di Indoensia, berdasarkan hasil
kajian dokumen pada UU Sisdiknas, Nawacita, dan RPJMN Pendidikan Dasar,
Menengah, dan Tinggi, diperoleh 2 standar tambahan sesuai dengan kebijakan
Kurikulum dan kebijakan Pemerintah, yaitu sesuai dengan Penguatan
Pendidikan Karakter pada Pengembangan Karakter (Character Building) dan
Nilai Spiritual (Spiritual Value). Secara keseluruhan standar P21 di
Indonesia ini dirumuskan menjadi Indonesian Partnership for 21 Century
Skill Standard (IP-21CSS)

3. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


Gerakan PPK menempatkan pendidikan karakter sebagai dimensi terdalam
atau inti pendidikan nasional sehingga pendidikan karakter menjadi poros
pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut, Gerakan PPK perlu
mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan
berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan
sampai sekarang.
Dengan demikian, Gerakan PPK merupakan jalan perwujudan Nawacita
dan Gerakan Revolusi Mental di samping menjadi inti kegiatan pendidikan
yangberujungpadaterciptanyarevolusikarakter bangsa.
Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan pendidikan di sekolah
untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi,
transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi
olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan
numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai falsafah hidup Pancasila. Untuk
itu diperlukan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah,
keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional
RevolusiMental(GNRM).
Penguatan pendidikan karakter merujuk pada lima nilai utama yang meliputi;
(1) religius; (2) nasionalis; (3) mandiri; (4) gotong royong; (5) integritas. Strategi
(2) implementasi PPK di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan
berikutini.
a. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
sekolah secara teratur dan terjadwal, yang wajib diikuti oleh setiap peserta
didik.
b. Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang terkait dan
menunjang kegiatan intrakurikuler, yang dilaksanakan di luar jadwal
intrakurikuler dengan maksud agar peserta didik lebih memahami dan
memperdalam materi intrakurikuler.
c. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter yang
dilaksanakan di luar jam pembelajaran (intrakurikuler). Aktivitas
ekstrakurikuler berfungsi menyalurkan dan mengembangkan minat dan
bakat peserta didik dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,
kearifanlokal,dan daya dukung yang tersedia.
4. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas,
antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/ atau berbicara. GLS
merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan
sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat
melalui pelibatan publik. Dimensi Literasi
1. Literasi Baca dan Tulis
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami
informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks
tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan
potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.
2. Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) bias
memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan mengomunikasikan
berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah
praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari; (b) bisa
menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik,
tabel, bagan, dsb.) untuk mengambil keputusan.
3. Literasi Sains
Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu
mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,
menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasarkan fakta,
memahami karakteristik sains, membangun kesadaran bagaimana sains dan
teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta
meningkatkan kemauan untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang terkait
sains.
4. Literasi Digital
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam
menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan
memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan
patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
mengaplikasikan (a) pemahaman tentang konsep dan risiko, (b) keterampilan,
dan (c) motivasi dan pemahaman agar dapat membuat keputusan yang efektif
dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik
individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan
masyarakat.
6. Literasi Budaya dan Kewargaan
Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan
bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara
itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami
hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat.

5. Karakteristik pembelajaran dan karakteristik kelas/sekolah.


a) Mengintegrasikan HOTS dalam Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran
Proses pengintegrasian HOTS ke dalam perancangan pelaksanaan dapat
dilakukan melalui beberapa cara, antara lain:
1) Buat rancangan aktivitas/kegiatan/tugas yang melibatkan kata kerja
C4 ke atas (Analisis, Evaluasi, Kreasi)
2) Buat rancangan aktivitas/kegiatan/tugas yang didalamnya ada suatu
pemecahan masalah (problem solving)
3) Buat rancangan aktivitas/kegiatan/tugas sedemikian rupa sehingga
memerlukan pemikiran kritis (adanya reasoning) mengapa hal ini
terjadi.
4) Buat rancangan akitvitas/kegiatan/tugas sedemikian rupa sehingga
tersedia wahana/sarana bagi siswa untuk mengeksplorasi pemikirannya
b) Mengintegrasikan PPK dalam Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran
Mengintegrasikan Keterampilan Abad-21 dalam Perancangan dan
Pelaksanaan Pembelajaran Proses pengintegrasian 4C ke dalam perancangan
pelaksanaan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain
1. Buat rancangan kegiatan/aktivitas/tugas seperti pada pengintegrasian
HOTS.
2. Buat rancangan kegiatan/aktivitas/tugas yang memungkinkan siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran yang pelaksanaannya dilakukan
dalam kelompok.
3. Buat rancangan kegiatan/aktivitas/tugas yang mengharuskan siswa
menyampaikan ide/gagasannya. Proses pengintegrasian PPK ke dalam
perancangan pelaksanaan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, antara
lain:
a. Mempertimbangkan visi dan misi sekolah.
b. Mempertimbangkan karakteristik lokal (setempat).
c. Mempertimbangkan isu nasional yang sedang digalakkan
d. Mempertimbangkan kecenderungan umum karakter anak di kelas
e. Memperhatikan karakteristik mata pelajaran.
c) Mengintegrasikan Literasi (GLS) dalam Perancangan dan Pelaksanaan
Pembelajaran Proses pengintegrasian literasi (GLS) ke dalam perancangan
pelaksanaan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain:
1. Buat rancangan kegiatan/aktivitas/tugas yang penyelesaiannya
memerlukan referensi dari berbagai sumber
2. Buat rancangan kegiatan/aktivitas/tugas yang penyelesaiannya
mempertimbangkan komputasi yang efektif dan efisien
3. Buat rancangan kegiatan/aktivitas/tugas yang memerlukan eksplorasi
penggunaan TIK dalam penyelesaiannya
4. Buat rancangan kegiatan/aktivitas/tugas yang melibatkan hitungan
financial dalam menyelesaikan tugas atau aktivitas tersebut.
5. Buat rancangan kegiatan/aktivitas/tugas yang melibatkan pengetahuan
dan penerapan sains untuk menyelesaikan tugas/aktivitas
6. Buat rancangan kegiatan/aktivitas/tugas dengan mempertimbangkan
karakteristik lokal (setempat).
C. Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep , kebijakan, atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Secara sederhana implemantasi
kurikulum mengandung arti sebagai sesuatu yang harus di aktualisasikan secara tertulis
dalam bentuk pembelajaran. Implementasi kurikulum merupakan upaya pelaksanaan atau
penerapan kurikulum yang telah dirancang/ didesain. Dalam implementasi kurikulum,
dituntut upaya sepenuh hati dan keinginan kuat dalam pelaksanaannya. Permasalahan
besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari
yang telah direncanakan.
Implementasi yang dapat ditinjau dari beberapa aspek: (1) kemampuan guru dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran (2)
motivasi guru (3) komitmen dan tanggung jawab guru, dan (4) factor pendukung dan
penghambat dalam implementasi K-13.
Implementasi pelaksanan kurikulum 2013 dalam pembelajaran Matematika diawali
dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut: (1) pengkajian silabus; (2) pengidentifikasian materi
pembelajaran; (3) Penentuan tujuan pembelajaran; (4) pengembangan kegiatan
pembelajaran; (5) penjabaran jenis-jenis penilaian yang akan digunakan; (6) penentuan
alokasi waktu dan (7) penentuan sumber-sumber belajar.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi
adalah sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dimiliki siswa ketika
terjun dimasyarakat. Dan perlunya membaca lembaga yang berwenang: 1) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2)Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 3) Undang-undang Nomor 17 Tahun
2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan
yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan 4)Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
B. Saran
Landasan hukum kurikulum 2013 dan perubahan kurikulum 2013 tahun 2017
sudah terdapat di permendikbud. Dalam perencanaan pembelarajan harus mengetahui
tentang saintifik, 4C, HOTS, PPK, dan literasi dan kriterianya ataupun intergrasinya serta
implementasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud36-2018K13SMA-MALengkap.pdf

http://portalriset.uin-alauddin.ac.id/bo/upload/penelitian/penerbitan_jurnal/Suarga%20IP
%202017%20Vol.1.pdf

https://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf

http://eprints.unm.ac.id/13012/1/jurnal%20sakri.pdf

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/snpu/article/download/16127/12582

http://jurnal.umt.ac.id/index.php/cpu/article/download/1675/1069

http://kemitraan.gtk.kemdikbud.go.id.demoo.id/front/img/unduhan/Pengenalan_Pembelajaran_K
urikulum_2013.pdf

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JAP/article/download/9359/7347

http://journals.ums.ac.id/index.php/jpis/article/download/5120/3418

http://ojs.unm.ac.id/JDM/article/downloadSuppFile/2442/102

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=970580&val=14936&title=IMPLEMETASI%20KURIKULUM
%202013%20TERHADAP%20%20GAYA%20MENGAJAR%20GURU

https://jurnal.uns.ac.id/jpm/article/viewFile/26076/18290

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Mapan/article/download/2725/2985

https://ejournal.uksw.edu/kelola/article/download/1773/1199/

Anda mungkin juga menyukai