Dosen Pengampu :
Anis Afifah, M.Pd.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 8 / PAI B
Nur Kholifahtul Masrurroh 210317049
Ridwan 210317046
Tri Silvi Santahongki 210317043
(IAIN) PONOROGO
2020
1
KATA PENGANTAR
1. Ibu Anis Afifah, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Etika
dan Profesi Keguruan.
2. Seluruh teman yang telah memberikan bantuan serta motivasi untuk
makalah ini selesai pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, segala bantuan,
dorongan, dan saran serta bimbingan yang telah diberikan kepada kamu
semoga menjadi nilai ibadah di sisi Allah SWT., untuk segala masukan,
kritik, dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat. Aamiin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………….......…..i
Daftar Isi…………………………………………………………………..ii
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………….....iii
A. Latar Belakang…………………………………………………..……iii
B. Rumusan Masalah……………………………………………….…....iii
C. Tujuan…………………………………………………….........……..iii
BAB II
PEMBAHASAN…………..……………………………………………...1
BAB III
KESIMPULAN………………………….……………………………....18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………...…………....19
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada masa ini guru berkembang sesuai dengan fungsinya,
membina, mendidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih-lebih dalam
sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan, dan
ketrampilan tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius.
Bagaimana baiknya kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan,
kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak
akan membawa hasil yang diharapkan. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan
hidupnya secara optimal.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana Kompetensi Guru dalam Pembelajaran?
2) Bagaimana Peran Guru dalam Pembelajaran?
3) Bagaimana Cara Mengoptimalkan Peran Guru dalam Proses
Pembelajaran?
C. TUJUAN
1) Untuk Mengetahui Kompetensi Guru dalam Pembelajaran.
2) Untuk Mengetahui Peran Guru dalam Pembelajaran.
3) Untuk Mengetahui Cara Mengoptimalkan Peran Guru dalam Proses
Pembelajaran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Usman. Moh Uzer. Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011), hlm.
28.
5
memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan
kepemimpinan seperti yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing
Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani”
3. Kompetensi Sosial, artinya guru harus mampu menunjukkan dan
berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama
guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.
4. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang berarti
mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material.2
2
Khairunnisa, Peranan Guru dalam Pembelajaran (Binjai. Prosiding Seminar Nasional
Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017. Jurnal. e-ISSN: 2549-5976),
hlm. 413.
6
mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
optimal.3
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi
banyak hal sebagaimana yang diungkapkan oleh Adam dan Becey dalam
Basic principles of student teaching, antara lain guru sebagai pengajar,
pemimpin kelas, pembimbing, pengatur, pengatur lingkungan, partisipan,
ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor, dan lain-lain.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan
kemudahan belajar bagi peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya
secara optimal. Dalam hal ini guru harus kreatif, professional, dan
menyenangkan Yang akan dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap
paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Guru Sebagai Pendidik
Pendidik dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003
didefinisikan dengan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
Bab XI Pasal 39 Ayat 2 menyatakan bahwa Guru sebagai pendidik
adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
Menurut Imam al-Ghazali (dalam Wahyudin Nur Nasution),
pendidikan adalah orang yang mengajar dan membantu siswa dalam
memecahkan masalah pendidikannya. Sedangkan menurut kajian Islam,
menurut Imam al-Ghazali, pendidik adalah orang yang berusaha
membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, segala potensi yang ada
3
Juhji, Peran Urgen Guru dalam Pendidikan (Jurnal Ilmiah Pendidikan. Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten) Vol.10 No.1 Tahun 2016 ISSN 1978-8169,
hlm. 53.
4
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Nasional Pendidikan.
7
pada peserta didik, serta membersihkan hati peserta didik agar bisa dekat
dan berhubungan dengan Allah SWT.5
Senada dengan itu, Hamdan Ihsan mengartikan pendidik sebagai
orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan dan
bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya
agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Allah SWT, khalifah dipermukaan bumi, sebagai makhluk
sosial dan sebagai individu yang mampu berdiri sendiri.6
Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang
berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan
(supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta
tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu
menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam
keluarga danmasyarakat.
Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang
berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-
tugas pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan
dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap
aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih
lanjut. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan
pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak
harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak
menyimpang dengan norma-norma yang ada.
2. Guru sebagai Pengajar dan Pembimbing
Guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajar. Maka, dalam
hal ini guru yang dimaksudkan adalah guru yang memberi pelajaran atau
memberi materi pelajaran pada sekolah-sekolah formal dan memberikan
5
Nasution, Wahyuddin Nur. Teori Belajar dan Pembelajaran, (Medan: Perdana Publishing.
2011), hlm. 76.
6
Ihsan, Hamdani. Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia. 2001), hlm. 93.
8
pelajaran atau mengajar materi pelajaran yang diwajibkan kepada semua
siswanya berdasarkan kurikulum yang ditetapkan. Mengajar artinya
proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa.7
Pendapat lain mengatakan bahwa mengajar atau pengajar artinya
membantu pengembangan intelektual, afeksi dan psikomotor melalui
penyampaian pengetahuan, pemecahan masalah latihan-latihan afektif
dan keterampilan.8
Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak
melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang
mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses belajar, dan karenanya guru
harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi
yang akan diajarkan. Dengan kata lain guru harus mampu menciptakan
suatu kondisi belajar yang sebaik-baiknya. Kegiatan belajar peserta didik
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya: motivasi, kematangan
(hubungan peserta didik dengan guru, tingkat kebebasan, rasa aman,
keterampilan guru dalam berkomunikasi).
Jika faktor-faktor tersebut dipenuhi, maka melalui pembelajaran,
peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat
sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan
masalah. Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreativitas,
moral, dan spiritual yang lebihd alam dan kompleks.
Bimbingan artinya proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya. Sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak wajar sesuai dengan ketentuan dan keadaan keluarga dan
masyarakat. Dengan demikian, dia dapat mengecap kebahagiaan
7
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Prenada Media Grup. 2008), hlm. 96.
8
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2007), hlm. 253.
9
hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti. Sebagai
pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk
melaksanakan empat hal berkut:
1) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi
yang hendak dicapai.,
2) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan
yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar
itu tidak hanya secara jasmaniyah, tetapi mereka juga harus terliat secara
psikologis,
3) Guru harus memaknai kegiatan belajar,
4) Guru harus melaksanakan penilaian.9
3. Guru Sebagai Agen Pembaharu
Dalam perubahan pendidikan diskala mikro (sekolah) guru
memiliki peranan yang penting, hal ini karena dalam proses perubahan
itu guru berperan sebagai agen pembaharu. Dalam pembaharuan
pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan
sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang
sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan.Dalam suatu
inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat, karena guru
mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, dan
sekaligus sebagai teman.
Peranan guru sebagai agen pembaharu dimulai dari internal dirinya
dalam hal ini proses pembaharuan dilakukan dengan merubah paradigm
guru dalam proses pendidikan/pembelajaran. Perubahan paradigm ini
dimulai dengan adanya kesadaran berubah dalam melaksnanakan tugas
dan fungsinya sebagai guru. Mengetahui inovasi-inovasi pembelajaran
terbaru dan menerapkannya dalam proses pembelajaran. Paradigma
pembelajaran yang merupakan gagasan baru adalah:
1. Peran guru sebagai fasilator, pembimbing, konsultan dan kawan
belajar
9
Soetjipto, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta. 2009), hlm. 62.
10
2. Jadwal fleksibel.
3. Belajar diarahkan oleh siswa sendiri,
4. Pembelajaran berbasis masalah, proyek, dunia nyata, tindakan nyata,
dan fleksibel.
5. Perancangan dan penyelidikan
6. Kreasi dan investigasi
7. Kolaborasi
8. Focus masyarakat
9. Computer sebagai alat
10.Presentasi media dinamis
11.Penilaian kinerja yang komprehensif.10
10
Everret, M.Rogger, Difusion Inovation Fifth Edison (New York: Free Press. 2003), hlm.
373.
11
baru. Oleh karena itu guru dituntut mampu melakukan action research
untuk menjawab masalah-maslah tersebut. Pada akhirnya proses inovasi
dan perubahan selalu terjadi dan bergulir seiring dengan waktu.
11
Zein, Muh. Peran Guru dalam Pengembangan Pembelajaran (Ternate: Dosen Institut
Agama Islam Negeri Ternate. 2016), Vol. V, No. 2, hlm. 282.
12
6. Guru sebagai Konselor
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan
akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam
proses pembelajaran, Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar.
a. Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang
timbul antara peserta didik dengan orang tuanya.
b. Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yng manusiawi
dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama
dengan bermacam-macam manusia.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya
sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka ataupun keinginannya.
Semua hal itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam
berhubungan dengan orang lain terutama siswa.12
7. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan
didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan.
Secara resmi kurikulum sebenarnya merupakan sesuatu yang
diidealisasikan atau dicita-citakan. Keberhasilan dari suatu kurikulum
yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang
dimiliki oleh seorang guru. Artinya guru adalah orang yang bertanggung
jawab dalam mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu
kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan bahwa
meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya
kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan pribadi guru.
Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan
kurikulum secara aktif antara lain yaitu : perencanaan kurukulum,
pelaksanaan di lapangan, proses penilaian, pengadministrasian,
perubahan kurikulum
12
Kirom, Askhabul. Peran Guru dan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Berbasis
Multikultural, (Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam. Program Studi Pendidikan Agama Islam
Universitas Yudharta Pasuruan. 2017), Vol. 3, No. 1, hlm.70.
13
8. Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis
Lingkungan
Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah
aktifnya dengan peserta didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk
mengaktifkan peserta didik dalam belajar, maka seorang guru dituntut
untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang memadai.
Pengetahuan, sikap, dan ketramoilan yang dituntut dari guru dalam
proses pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi didasarkan
atas posisi dan peranan guru, tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar
yang profesional.13
Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan
berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran dimana guru harus
menempatkan diri sebagai:
a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi
pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
b. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta
didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam
berbagai bentuk.
c. Moderator belajar, guru sebgai pengatur arus kegiatan belajar peserta
didik,. Selain itu guru bersama peserta didik harus menarik
kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik,
atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta
didik.
d. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau
melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat
menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau
melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.
e. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan
komprehensif. Sebagai evaluator guru berkewajiban mengawasi,
memantau proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang
13
Ibid., 78.
14
dicapainya. Guru juga berkewajiban melakukan upaya perbaikan
proses belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara
memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun secara
klasikal.
9. Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar,
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang
akan diajarkannya serta senantiasa mengembagkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena
hal ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah
pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara
demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang
diajarkannya secara didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikannya
itu dimiliki betul-betul dimiliki oleh anak didik.14
10. Guru sebagai pengelola kelas
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah
ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan
tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efesien.
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta
merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar
lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut
menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang
14
Khairunnisa, Peranan, hlm. 415.
15
bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar
agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar,
tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar, serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Pengelolaan kelas juga terkait dengan kegiatan penjadwalan
penggunaan kelas untuk berbagai mata pelajaran yang sesuai dengan sifat
dan karakteristiknya masing-masing, sehingga tidak saling ganggu-
menggangu. Ketika pada satu kelas terjadi kegiatan pelajaran bernyanyi
misalnya, maka kelas yang berdekatan dengannya tidak merasa
terganggu.15
11. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan
proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan
dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan
bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran
disekolah.
Sebagai mediator guru menjadi perantara dalam hubungan
antarmanusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana orang berintraksi dan berkomunikasi.
Tujuannya agar guru bias menciptakan secara maksimal kualitas
lingkungan yang interaktif. Dan sebagai fasilitator guru hendaknya
mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat
15
Ibid., 416.
16
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar baik yang
berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
12. Guru sebagai evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang
evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
tujuan yang dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang
diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat
dijawab melalui kegiata evaluasi atau penilaian.
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian
tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau
keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya
ialah untuk mengatahuikedudukan siswa dalam kelas atau kelompoknya.
16
Wina, Strategi, hlm. 120.
17
diajarkannya. Ketidakpahaman tentang materi pelajaran biasanya
ditunjukkan oleh perilaku-prilaku tertentu, misalnya teknik penyampaian
materi pelajaran yang monoton, gurulebih sering duduk di kursi sambil
membaca, suaranya lemah, tidak berani melakukan kontak mata dengan
siswa, dan lain-lain.
2. Menjadikan Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat
melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada
beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang berhubungan
dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran.
Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting,
kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa
menagkap pesan sehingga dapat meningakatkan motivasi belajar siswa.
3. Menjadikan Guru sebagai Pengelola
Sebagai pengelola pebelajaran (learning manajer), guru berperan
dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar
secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga
kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.
Menurut Ivor K.Devais, salah satu kecenderungan yang sering dilupakan
adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa
dan bukan mengajarnya guru.
4. Menjadikan Guru sebagai Demonstrator
Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran
untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat
membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang
disampaikan.
5. Menjadikan Guru sebagai Pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari
adanya setiap perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama.
Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, tetapi pada
18
hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan,
dan sebagainya. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan
sebgai pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai
potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa
agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan
mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan
berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orangtua
dan masyarakat.17
6. Menjadikan Guru sebagai Motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek
dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi
bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan
tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk
mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian, bisa dikatakan
siswa yang berprestasi rendah belum tentu disbabkan oleh
kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak
adanya dorongan atau motivasi.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai
motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan
motivasi belajar siswa.untuk memperoleh hasil belajaryang optimal, guru
dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Dibawah ini
dikemukakan beberapa petunjuk:
7. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin
dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat
menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada giliranya dapat
meningkatkan motivasi belajar mereka. Oleh sebab itu sebelum proses
17
Bahra, Djaramah Syaiful. dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta. 2010), hlm. 60.
19
pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan
yang ingin dicapai.18
8. Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat
untuk belajar.oleh sebab itu,mengembangkan minat belajar siswa
merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar.
9. Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus.
Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat
menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penialain
harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui
hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan
kemampuan siswa masing-masing.
10. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan
memberikan komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan
suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan
memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu”,dan lain
sebagainya. Komentar positifdapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
11. Ciptakan persaingan dan kerjasa sama
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk
keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa
dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh
hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran
yang memungkinkan siswa bersaing baik antara kelompok maupun antar
individu.
12. Menjadikan Guru sebagai Evaluator
Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator.
18
Ibid.
20
Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam
menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru
dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.
13. Evaluasi untuk menentukan keberhasilan siswa
Sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa,
evaluasi memegang peranan yang sangat penting. Sebab, melalui evaluasi
guru dapat menentukan apakah siswa yang diajarnya sudah memiliki
kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak diberikan
program pembelajaran baru, atau malah sebaliknya siswa belum bisa
mencapai standar minimal sehingga mereka perlu diberikan program
remedial. Evaluasi juga sebaiknya dilakukan bukan hanya terhadap hasil
belajar, akan tetapi juga proses belajar. Hal ini sangat penting sebab
evaluasi terhadap proses belajar pada dasarnya evaluasi terhadap
keterampilan intelektual secara nyata.
14. Evaluasi untuk menentukan keberhasilan guru
Evaluasi dilakukan bukan hanya untuk siswa, akan tetapi dapat
digunakan untuk menilai kinerja guru itu sendiri. Berdasarkan hasil
evaluasi apakah guru telah melaksanakan proses pembelajaran sesuai
dengan perencanaan atau belum, dan apa sajakah yang perlu diperbaiki.
Biasanya evaluasi ini dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir,
atau yang biasa disebut dengan post-tes.
21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kompetensi profesional guru adalah merupakan suatu keharusan
dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pengetahuan
tentang pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan
manusia termasuk gaya belajar.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi
banyak hal sebagaimana yang diungkapkan oleh Adam dan Becey dalam
Basic principles of student teaching, antara lain guru sebagai pengajar,
pemimpin kelas, pembimbing, pengatur, pengatur lingkungan, partisipan,
ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor, dan lain-lain.
Peran Guru dalam Pembelajaran diantaranya: Guru Sebagai Pendidik.
Guru sebagai Pengajar dan Pembimbing, Guru sebagai Agen Pembaharu,
Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction), Guru sebagai
Pengaruh Pembelajaran, Guru sebagai Konselor, Guru sebagai Pelaksana
Kurikulum, Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum
Berbasis Lingkungan, Guru sebagai Demonstrator, Guru sebagai pengelola
kelas, Guru sebagai mediator dan fasilitator, Guru sebagai evaluator.
Cara Mengoptimalkan Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
diantaranya: Menjadikan Guru sebagai Sumber Belajar, Menjadikan Guru
sebagai Fasilitator, Menjadikan Guru sebagai Pengelola, Menjadikan Guru
sebagai Demonstrator, Menjadikan Guru sebagai Pembimbing, Menjadikan
Guru sebagai Motivator, Memperjelas tujuan yang ingin dicapai,
Membangkitkan minat siswa, Berikan penilaian, Ciptakan persaingan dan
kerjasa sama, Menjadikan Guru sebagai Evaluator, Evaluasi untuk
menentukan keberhasilan siswa, Evaluasi untuk menentukan keberhasilan
guru.
22
DAFTAR PUSTAKA
Askhabul Kirom. Peran Guru dan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran
Berbasis Multikultural. Al-Murabbi: Jurnal Pendidikan Agama Islam.
Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Yudharta
Pasuruan. 2017. Vol. 3, No. 1.
Everret, M.Rogger. 2003. Difusion Inovation Fifth Edison. New York: Free
Press.
Syaifu Bahra Djaramah dan Zain Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
23