Anda di halaman 1dari 28

UPAYA GURU MENGOPTIMALKAN PERANNYA

DALAM MENGENAL KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu : Intan Nuramalia, S.Psi., MM

Disusun Oleh :

Adilah Lathifah (19.03.2432)

Andreansyah Maulana (19.03.2402)

Muhamad Fakhrul F (19.03.2380)

Salwa Azizah (19.03.2395)

Yuyun Yuningsih (19.03.2442)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

STAI PERSIS BANDUNG


2021KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentu penyusun tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Makalah ini adalah makalah yang penyusun tujukan untuk memenuhi keperluan
tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling di semester 4. Di dalam makalah ini
penyusun akan menyajikan pembahasan mengenai “Upaya Guru Mengoptimalkan
Perannya Dalam Mengenal Karakteristik Peserta Didik”.

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini


penyusun mohon maaf yang sebesar-besamya.

Bandung, April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Mengenal Karakteristik Peserta Didik..................................................3


B. Peranan Guru Dalam Pembimbingan Peserta Didik.............................6
C. Mengenal Perkembangan Peserta Didik...............................................12

BAB III PENUTUPAN...................................................................................24

A. Kesimpulan...........................................................................................24
Daftar Pustaka..................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru adalah seorang aktor utama dalam pendidikan sekaligus orang yang
menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Pendidikan sangatlah
penting dan mutlak bagi setiap manusia untuk menyempurnakan diri manusia
secara terus menerus. Pendidikan tidak hanya proses mentransfer ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh guru kepada peserta didiknya namun juga
membentuk kepribadian yang baik kepada peserta didiknya. Pendidikan
berupaya untuk membentuk peserta didik yang unggul dalam hal pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude) maupun ketrampilan (skill). Pendidikan di
Indonesia yang ada sekarang dalam keadaan belum berhasil sepenuhnya
terutama dalam hal penanaman karakter pada peserta didik.
Peningkatan kualitas pembelajaran tidak terlepas dari kondisi peserta didik
yang ada di sekolah dan proses pembelajaran yang efektif, inovatif, kreatif,
dan menyenangkan. Kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran
sangat diperlukan, karena akan berdampak pada efektivitas pembelajaran.
Penelusuran terhadap potensi, bakat, minat, dan kebutuhan pada peserta didik
perlu dipetakan sebagai landasan penyusunan rencana pembelajaran. Hal ini
dikarenakan, berhasil atau tidaknya siswa dalam pendidikan tergantung pada
proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
Suasana pembelajaran yang kondusif dapat ditumbuhkan terkait dengan
kompetensi pendidik terhadap penguasaan metodologi pembelajaran, sarana
prasarana pembelajaran, setting lingkungan kelas, dan sikap guru di kelas.
Kemampuan guru dalam mengelola faktor-faktor pembelajaran ini akan
berdampak pada efektivitas pembelajaran.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengenal karakteristik peserta didik ?
2. Bagaimana Peranan guru dalam pembimbingan peserta didik ?
3. Bagaimana mengenal perkembangan peserta didik ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana mengenal karakteristik peserta didik
2. Untuk mengetahui bagaimana peranan guru dalam pembimbingan
peserta didik.
3. Untuk mengetahui bagaimana mengenal perkembangan peserta
didik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengenal Karakteristik Peserta Didik

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah kompetensi
pedagogik, kemampuan pedagogik guru dapat membantu siswa mengikuti
proses pembelajaran. Salah satu yang termasuk kompetensi pedagogik adalah
bagaimana guru berusaha mengenal karakteristik peserta didiknya.
Karakteristik dimaksud seperti aspek fisik, intelektual, sosial, emosional,
prilaku, moral dan latar belakang sosial budaya.

Berdasarkan data-data yang diperoleh, guru akan bertindak atau


memperlakukan peserta didik sesuai dengan karakter masing-masing sehingga
dapat menempatkan peserta didik memperoleh kesempatan yang sama
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Tentunya, guru telah
memiliki formula yang tepat dalam mengelola kelas, peserta didik yang
mengalami kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda bisa
mendapatkan pelayanan yang sama dengan peserta didik lainnya selama
mengikuti pembelajaran.

Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, guru harus


menemukan potensi yang dimiliki peserta didik dimaksud sehingga dapat
menutupi kelainan fisiknya, membuatnya bangga dengan kemampuannya
tanpa melihat yang dialaminya sebagai penghalang bagi dirinya.1

Penting bagi Guru Pintar untuk dapat mengenali dan memahami


karakteristik peserta didik. Salah satu manfaat ketika Guru mengenali dan
memahami karakter siswa adalah proses belajar mengajar yang berlangsung
dengan lebih baik.

1
http://voice-teacher.blogspot.com/2016/04/mengenal-karakteristik-peserta-didik.htm

3
Strategi yang dapat diterapkan untuk mengenali dan memahami karakter
siswa :2

1) Kenali Temperamen Siswa

Pada dasarnya, bagaimana siswa memahami materi pelajaran dan


mengerjakan tugas-tugasnya terkait erat dengan temperamen siswa itu sendiri.
Bahkan eksplorasi cara-cara baru dalam menuntaskan tugasnya juga sangat
dipengaruhi oleh karakteristik siswa.

Ada sebagian siswa yang tampak antusias dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan baru. Ada pula karakter siswa yang cenderung berhati-hati saat
beradaptasi degan lingkungan baru, namun semakin santai seiring waktu.
Dan, ada karakter siswa yang lambat beradaptasi serta rentan menampilkan
ledakan emosi.

Bagaimana siswa belajar dan mengerjakan tugasnya biasanya dipengaruhi


oleh karakteristik peserta didik – termasuk dari caranya berinteraksi dengan
lingkungan. Perlu diketahui, pengertian karakter siswa juga mencakup latar
belakang dan pengalaman yang berpengaruh pada efektivitas proses belajar.

2) Amati Siswa selama Proses Belajar

Sebagai individu, karakter siswa tampak dari caranya berkomunikasi –


baik verbal maupun non-verbal. Bagaimana siswa berinteraksi dengan teman-
temannya juga bisa memberi petunjuk tentang karakteristiknya. Lebih dari itu,
pola interaksi yang sama boleh jadi terulang pada saat siswa harus bekerja dan
mengerjakan tugasnya dalam kelompok.

Apa lagi karakteristik siswa yang penting untuk diperhatikan selama


proses belajar? Guru Pintar perlu memperhatikan bagaimana siswa
berkomunikasi – apakah mengajukan pertanyaan, aktif dalam diskusi, hingga
bagaimana tingkat kesulitannya dalam mengerjakan tugas.

2
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/memahami-karakteristik-siswa-sebagai-peserta-didik-saat-
belajar-mengajar

4
Raut muka juga mampu menunjukkan apakah siswa sudah memahami
materi pelajaran atau belum. Karakteristik siswa juga dapat diamati dari
perilakunya – apakah relatif tenang, mengganggu kelas, dan seterusnya. Pada
akhirnya, proses belajar seorang siswa yang kurang lancar dapat menghambat
proses belajar mengajar kelas – dengan mengganggu temannya, misalnya.

3) Komunikasi Dua Arah

Komunikasi dua arah menjadi penanda penting karakteristik guru dan


siswa abad 21. Komunikasi dua arah berperan penting sebagai sarana Guru
untuk mengetahui sudut pandang dan perasaan siswa. Bahkan, siswa dapat
menyampaikan apa yang ingin diketahui dan dipelajarinya melalui
komunikasi yang baik dengan Gurunya.

Bagaimana mengembangkan komunikasi dua arah yang baik? Guru Pintar


dapat memulai dengan bertanya tentang pendapat siswa, misalnya. Alih-alih
menjelaskan, Guru dapat mengajak siswa untuk aktif berpikir dengan
bertanya 'kenapa' atau 'bagaimana.'

Tugas atau project juga dapat didiskusikan bersama siswa. Melibatkan


siswa dalam menentukan tugas yang akan dibuat, termasuk ketua
kelompoknya, merupakan bentuk komunikasi dua arah yang berjalan baik.

Cara mengelola kelas dengan karakteristik siswa yang berbeda adalah


dengan memahami setiap karakteristik yang ada. Akan tetapi, komunikasi dua
arah yang baik mampu menentukan pemahaman karakteristik siswa tersebut
akan dibawa ke mana.

4) Menyertakan Siswa pada Program Pengenalan Diri

Jika Guru perlu memahami karakteristik peserta didik, maka bagaimana


dengan siswa sendiri? Karakteristik siswa abad 21 tentu tak bisa disamakan
dengan generasi-generasi sebelumnya. Mereka perlu mengenali potensi
dirinya sendiri – bukan hanya karakter, tapi juga bakat dan minatnya.

5
Jika karakteristik siswa dapat dipahami melalui observasi, bakat dan minat
memerlukan cara pemahaman yang berbeda. Bakat siswa tampak dari
kemampuannya, prestasinya, bahkan tes intelegensinya. Sedangkan minat
siswa tampak pada hobinya, kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya,
kegiatan yang disukainya, maupun tes minat yang diambilnya.

Semakin baik siswa mengenal dirinya sendiri, semakin mudah bagi Guru
untuk membantu mengarahkannya dalam memahami pelajaran. Di sisi lain,
semakin baik pemahaman Guru tentang karakteristik siswa, semakin baik
manajemen kelas. Jadi, pemahaman karakter siswa membawa dampak positif
bagi diri siswa sendiri maupun Guru.

B. Peranan Guru Dalam Pembimbingan Peserta Didik


Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat di
bedakan menjadi:3
1. Tugas guru dalam layanan bimbingan dalam kelas

Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya


guru yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang,
hubungan guru peserta didik menjadi kaku, keterbukaan peserta didik
untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan
pelajaran itu menjadi terbatas. Oleh karena itu, guru harus dapat
menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar-mengajar.

Seorang guru dapat melakukan bimbingan di dalam kelas dengan


hal-hal berikut:

a. Guru sebagai pembangkit motivasi belajar

Pembangkitan motivasi belajar oleh guru kelas dapat


dilakukan secara khusus menggunakan jam pelayaran atau
diselipkan sambil mengajar atau memberikan latihan-latihan.
3
Daryanto dan Mohammad Farid, Bimbingan dan Koseling Panduan Guru BK dan Guru Umum
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), hal. 73-80

6
Selain itu guru juga harus melakukan upaya-upaya untuk
membangkitkan motivasi belajar peserta didik antara lain:

 Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang


diberikan. Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul-
betul dirasakan oleh peserta didik akan membangkitkan
motivasi belajar.
 Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul
dibutuhkan oleh peserta didik. Sesuatu yang dibutuhkan
akan menarik minat peserta didik, dan minat tersebut
merupakan salah satu bentuk motivasi.
 Memilih cara penyajian yang bervariasi, sesuai dengan
kemampuan peserta didik dan banyak Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba dan
berpartisipasi.
 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
meraih kesuksesan.
 Memberikan kemudahan dan bantuan kepada peserta
didik dalam proses belajar.
 Memberikan pujian, ganjaran, ataupun hadiah untuk
membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
b. Guru sebagai tokoh kunci dalam bimbingan

Guru memiliki hubungan yang erat dengan murid. Karena


guru banyak memiliki waktu dan kesempatan untuk
mempelajari murid, mengawasi tingkah laku dan kegiatannya.
Kedudukan guru dalam pendidikan yaitu memiliki wewenang
sepenuhnya dalam mempelajari dan memahami peserta
didiknya, bukan saja sebagai individu tetapi juga sebagai
anggota kelompok atau kelasnya.

7
Karena itulah guru memiliki peran penting sebagai anggota
utama di antara petugas-petugas bimbingan. Pada umumnya
guru tersebut berada pada posisi yang lebih baik untuk
mengetahui masalah-masalah, sikap dan kebutuhan peserta
didik sehingga memudahkan guru untuk memberikan bantuan
kepada peserta didik yang membutuhkan.

c. Mengetahui peserta didik sebagai individu

Tugas pertama guru dalam bimbingan adalah mengetahui


atau lebih mengenal peserta didiknya. Oleh karena itu
diperlukan pemahaman atau pengetahuan terhadap peserta
didik tentang kebiasaannya dalam belajar, dalam bermain,
kesehatannya, asal-usulnya, teman-teman karibnya bahkan latar
belakang sosial-ekonominya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses


belajar mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan
pembimbing, yaitu:

 Mengusahakan agar peserta didik dapat memahami


dirinya, kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan
pembawaannya.
 Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
setiap peserta didik merasa aman, dan berkeyakinan
bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya
mendapat penghargaan dan perhatian.
 Mengembangkan sikap - sikap dasar bagi tingkah laku
sosial yang baik.
 Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap
peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
 Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan
bakat, kemampuan dan minatnya.

8
 Perlakuan terhadap peserta didik secara hangat, ramah
rendah hati, menyenangkan.
 Perlakuan terhadap peserta didik didasarkan atas
keyakinan bahwa sebagai individu, peserta didik
memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta
mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
2. Tugas Guru Dalam Operasional Bimbingan Di Luar Kelas
a. Bimbingan bagi peserta didik yang sesuai tingkat
kecerdasannya

Meskipun perkembangan belajarnya normal, tetapi mereka


membutuhkan bimbingan, untuk mempertahankan prestasi
yang telah dicapainya dan meningkatkannya.

Guru bidang studi juga diharapkan dapat memberikan


layanan remedial terhadap peserta didik yang mengalami
kesulitan dan pengayaan terhadap peserta didik yang cepat.

Bimbingan terhadap peserta didik berprestasi rendah juga


dapat diberikan oleh konselor, guru pembimbing dan guru
bidang studi. Peserta didik berprestasi rendah, dapat di pastikan
memiliki masalah, ada faktor penyebab yang
melatarbelakanginya mungkin bersumber pada dirinya
mungkin juga di luar dirinya. Guru mata pelajaran harus
berusaha menemukan penyebab tersebut. Bila penyebabnya
sudah ditemukan langkah selanjutnya adalah memberikan
layanan remedial atau korektif terhadap kelemahannya dan
pengembangan terhadap potensi atau kekuatan yang
dimiliknya.

Layanan dari guru pembimbingdan guru bidang studi lebih


difokuskan pada layanan remedial dalam beberapa mata
pelajaran yang kurang.

9
b. Melakukan kunjungan rumah

Kunjungan rumah merupakan salah satu bentuk layanan


bimbing dan konseling. Fungsi utama dari kunjungan rumah
adalah membina hubungan baik dan kerjasama antara guru
mata pelajaran dan orang tua peserta didik. Melalui hubungan
baik dan kerjasama mi diharapkan ada saling pengertian,
kesamaan persepsi, sikap dan perlakuan terhadap peserta didik.
Dalam kunjungan rumah, guru mata pelajaran dapat
memperolah data lebih luas dan mendalam tentang perdisi
kehidupan keluarga peserta didik.

c. Menyelenggarakan kelompok belajar.


Kegiatan ini bermanfaat untuk:
 Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-
temanny bagaimana mengemukakan pendapatnya
dan menerm Pendapat dari teman lain.
 Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran
melalui belajar secara kelompok.
 Mengatasi kesulitan-kesulitan terutama dalam hal
pelajaran secara bersama-sama.
 Belajar hidup bersama agar nantinya tidak
canggung di dalam masyarakat lebih luas.
 Memupuk rasa kegotongroyongan.
d. Pertemuan Guru- Murid
Sewaktu-waktu apabila dibutuhkan, maka guru perlu
mengadakan pertemuan dari hati kehati dengan peserta
didik.

3. Keterbatasan Guru

10
Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah tenaga konselor
profesional memang masih relatif terbatas, maka peran guru sebagai
pembimbing tampaknya menjadi penting. Beberapa keterbatasan guru
antara lain:

Guru tidak mungkin lagi menangani masalah masalah peserta didik


yang bermacam-macam, Karena Guru tidak terlatih untuk
melaksanakan semua tugas itu.

Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak


mungkin lagi ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan
berbagai masalah peserta didik.

4. UpayaGuru dalam Mengoptimalkan Perannya

Upaya guru dalam mengoptimalkan peranannya sebagai


pembimbing Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:

 Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang


dibimbingnya.

 Guru dapat memperlakukan peserta didik sebagai individu


yang unik dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar sesuai dengan keunikan yang
dimilikinya.

 Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab


penuh kehangatan dan saling percaya termasuk didalamnya
berusaha menjaga kerahasiaan data peserta didik yang
dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.

 Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada peserta


didiknya untuk mengkonsultasikan berbagai kesulitan yang
dihadapi peserta didiknya baik ketika sedang berada di
kelas maupun di luar kelas.

11
 Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsip umum
konseling dan menguasai teknik-teknik dasar konseling
untuk kepentingan pembimbingan peserta didiknya
Khususnya ketika peserta didik mengalami kesulitan
kesulitan tertentu dalam belajarnya.

C. Mengenal Perkembangan Peserta Didik

Dalam menyelenggarakan kegiatan layanan dan kegiatan pendukung, guru


BK perlu memahami karakteristik peserta didik asuh termasuk perilaku,
perkembangan fisik, dan psikhisnya. Dengan memahami karakteristik peserta
didik asuh guru BK dapat memilih pendekatan dan teknik yang tepat dalam
memperlakukan mereka sebagai manusia, mengetahui kebutuhan mereka, dan
merelevansikan program BK untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

1. Kondisi yang mempengaruhi perkembangan fisik remaja:4


a. Sistem endokrin.
b. Pengaruh keluarga.
c. Pengaruh Gizi
d. Gangguan emosional
e. Jenis kelamin.
f. Status sosial ekonomi.
g. Kesehatan
h. Akibat pertumbuhan fisik

Hal ini akan menimbulkan permasalahan dalam pola perilaku,


sikap, dan kepribadian yaitu:5

 Dampak terhadap keadaan fisik.

4
Daryanto dan Mohammad Farid, Bimbingan dan Koseling Panduan Guru BK dan Guru Umum
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), hal 80-82
5
Daryanto dan Mohammad Farid, Bimbingan dan Koseling Panduan Guru BK dan Guru Umum
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), hal 82-84

12
Pada saat menstruasi remaja wanita sering mengalami sakit
kepala, sakit pinggang, kejang, dan sakit perut yang diiringi
dengan pingsan dan muntah-muntah, dan gangguan kulit.
Karena itu timbullah rasa lelah, tertekan, dan mudah marah.
 Dampak terhadap Sikap dan perilaku
Ada beberapa pengaruh perubahan fisik terhadap sikap dan
perilaku, yaitu:
1) ingin menyendiri
2) Bosan
3) Inkoordinasi
4) Antagonisme sosial
5) Emosi yang meninggi
6) Hilangnya kepercayaan diri
7) Terlalu sederhana
 Dampak terhadap jiwa
Perubahan fisik remaja juga berpengaruh pada
perkembangan jiwanya. Dari perubahan fisik yang dialami
remaja, yang terbesar pengaruhnya terhadap perkembangan
jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi
makin tinggi dan besar), mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi, dan tanda-tanda seks sekunder. Perubahan fisik
tersebut menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia
harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya sendiri.
Perilaku mereka mendadak menjadi Sulit diduga dan
seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku, Dalam
hal melampiaskan gangguan ketidak seimbangan, ada
kecenderungan tidak sama. Beberapa bentuk pelampiasan
yang dapat terlihat adalah mudah tersinggung, tidak dapat
diikuti jalan pemikirannya ataupun perasaanya, ada

13
kecenderungan menarik diri dari keluarga atau teman, lebih
senang menyendiri, dan lainnya.

2. Perkembangan Psikis Remaja .


Berikut adalah perkembangan psikologi yang dialami remaja
seiring dengan pertambahan usia.6

a. Perkembangan psikologi remaja 10 – 13 tahun


1) Perkembangan emosional

Pada saat anak berusia 10 tahun, perkembangan


psikologi atau emosi remaja masih akan menunjukkan
ketergantungannya pada orangtua. Namun, kedekatannya
dengan teman-teman sebaya akan semakin menguat.

Bahkan, tekanan dari lingkungan pertemanan yang


dirasakannya akan semakin besar. Begitu pula dengan
identitas dirinya dalam sebuah pertemanan. Meski begitu,
pada usia ini anak masih akan menganggap orang dewasa
memiliki kekuatan atau kekuasaan yang lebih besar.

Hal ini membuatnya masih akan mengikuti aturan dan


prinsip yang ada di dalam rumah.Namun, Anda mungkin
perlu mempersiapkan diri jika anak mulai mepertanyakan
setiap aturan yang diberlakukan di rumah.

Di saat yang bersamaan, pada perkembangan psikologi


atau emosi remaja usia 11 hingga 13 tahun, ia mulai peduli
dengan penampilan serta tubuhnya. Hal ini biasanya terjadi
karena perubahan alami yang dialami oleh tubuhnya.

6
https://hellosehat.com/parenting/remaja/tumbuh-kembang-remaja/perkembangan-psikologi-
remaja/

14
Namun apabila permasalahan ini tidak ditangani dengan
baik, ada kemungkinan ia mengalami masalah tertentu.

Jika ia tidak suka dengan tubuhnya, misalnya ia merasa


tubuhnya terlalu gemuk, ia bisa saja melakukan diet
sembarangan sehingga bisa berujung pada gangguan makan
serta minder.

Pada perkembangan emosi remaja di fase ini, anak juga


semakin menekankan identitas dirinya. Ini bisa dilihat
melalui pakaian yang digunakan, musik yang didengarkan,
film yang ditonton, atau buku yang dibaca. Apabila
dilakukan tanpa pengawasan, anak mungkin mulai berani
mencontoh apa yang dilihatnya berdasarkan rasa penasaran.

Berada di usia 12 hingga 13 tahun, Anda juga bisa


melihat perkembangan psikologi atau emosi remaja yang
cukup signifikan. Ini terlihat dari perubahan mood yang
semakin menjadi-jadi. Satu waktu merasa bisa
menaklukkan segalanya, di waktu lain anak merasa telah
mengacaukan semuanya.

2) Perkembangan sosial
Pertemanan yang menguat dibuktikan dengan kesetiaan
terhadap teman satu grup atau geng, sehingga menjadi lebih
solid. Pada anak usia 10 tahun, perkembangan psikologi
juga ditandai dengan sisi kompetitif yang dimilikinya
terhadap teman yang bukan termasuk di dalam
perkumpulannya.
Di usia ini, anak perempuan akan lebih suka bermain
dengan anak perempuan, begitu pula dengan anak laki-laki
yang lebih nyaman bermain dengan anak laki-laki. Akan

15
tetapi, anak akan mulai menunjukkan ketertarikan pada
lawan jenis, meski belum terlalu kentara.
Rasa ketertarikan itu bisa jadi pertanda dari masa puber.
Dengan begitu, anak juga berpotensi mengalami perubahan
suasana hati yang tak menentu. Hal ini juga didampingi
dengan kepekaan terhadap bentuk tubuh dan
penampilannya.
Semakin bertambah usia, anak Anda akan lebih suka
menghabiskan waktu bersama dengan teman dibanding
dengan keluarga. Hal ini juga termasuk ke dalam
perkembangan psikologi anak usia 11 tahun.
Berada di usia 12 hingga 13 tahun, perkembangan sosialnya
pun juga bisa semakin terlihat ketika jiwa kepemimpinan
anak mulai terbentuk.

b. Perkembangan psikologi remaja 14 – 17 tahun


1) Perkembangan emosional

Pada perkembangan anak usia 14 tahun, emosi remaja


pun masih tergolong naik turun. Ia masih mempunyai
suasana hati yang mudah berubah sehingga ada kalanya
orangtua kewalahan dengan hal ini. Di usia ini Anda juga
perlu mulai memberikan edukasi seks karena anak mulai
memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenisnya.

Selain itu, di usia ini pula anak akan mulai melakukan


hal-hal yang berisiko, sehingga Anda wajib mengajaknya
berdiskusi mengenai hal-hal baru yang diketahuinya.
Sampaikan apa akibat dari berbagai hal yang sudah atau
hendak dilakukannya.

Seiring bertambahnya usia, perkembangan psikologi


atau emosi remaja juga mulai memperlihatkan kepedulian.

16
Simpati dan empati mulai terpupuk walau ada kalanya ia
mempunyai sudut pandang berbeda. Perhatikan apabila ia
memperlihatkan perubahan perilaku yang tidak sesuai
dengan kebiasaan sehari-hari.

Bukan tidak mungkin apabila dalam perkembangan


psikologi atau emosi remaja ia mengalami beberapa
gangguan. Beberapa masalah ini misalnya gangguan tidur,
gangguan citra tubuh, krisis kepercayaan diri, sehingga
berujung terjadinya depresi pada remaja.

Walaupun waktu Anda dengan anak menjadi lebih


sedikit, tetap bangun komunikasi sehingga ia tidak merasa
kehilangan arah.

2) Perkembangan sosial

Sudah disinggung sedikit di atas kalau pada fase ini


anak mempunyai ikatan tersendiri dengan teman sebaya
atau bahkan teman terdekatnya. Ada banyak kegiatan yang
bisa dilakukan terutama ketika ia mempunyai kesukaan
yang sama.

Tidak hanya itu saja, bukan hal aneh apabila remaja


lebih nyaman membicarakan masalah pada teman
terdekatnya terlebih dahulu.

Hal ini pun berlanjut sampai di perkembangan anak usia


17 tahun karena ia tetap menjaga hubungan baik dengan
sahabat.

c. Perkembangan psikologi remaja usia 18 tahun

1) Perkembangan emosional

17
Setiap anak mempunyai tahapan perkembangannya
masing-masing. Begitu juga dengan perkembangan
psikologi atau emosi remaja di usia 18 tahun ini. Ada
kemungkinan ia mulai sadar dan mengerti apa yang
diinginkan. Apalagi, emosinya sudah berangsur-angsur
menjadi lebih stabil. Maka dari itu ia semakin yakin untuk
mempertahankan kemandirian sekaligus mencoba dunia
baru yang sudah lama diinginkan.

2) Perkembangan sosial

Kalau di tahapan usia sebelumnya para remaja lebih


suka menghabiskan waktu bersama teman terdekat juga
pacar, kini secara tidak sadar sudah mulai nyaman dengan
orangtua. Hal ini karena keterbukaan untuk menerima
pendapat serta berkompromi dengan orang disekitar.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial


Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yakni keluarga, kematangan individu, status sosial ekonomi
keluarga tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama
emosi dan intelegensi.
a. Keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak,
termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi
sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma
kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
kepnbadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola

18
pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri
terhadap Iingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan
oleh keluarga.
b. Kematangan bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan
psikis.
Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial,
memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan
kematangan intelektual dan emosional. Disamping itu,
kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan
demikian untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu
menjalankan fungsinya dengan baik.
c. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau
status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang remaja, bukan sebagai anak yang
independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteknya yang
utuh dalam keluarga anak itu “ia anak siapa”. Secara tidak
langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di
dalam keluarga. Dari pihak remaja itu sendiri, perilakunya akan
banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan
oleh keluarganya. Sehubungan dengan hal itu, dalam kehidupan
sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial
keluarganya.
Dalam hal tertentu maksud menjaga status sosial
keluarganya itu mengakibatnya menempatkan dirinya dalam
pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat tebih
jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat
lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya.
d. Pendidikan

19
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasiannya ilmu
yang normatif, akan memberi warna kehidupan sosial anak di
dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan
datang. Pendidikan dalam hal arti luas harus diartikan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat dan kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan
pendidikan, Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan
kepada norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada
norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antar
bangsa. Etika Pergaulan dan pendidikan moral diajarkan secara
terprogram dengan tujuan untuk membentuk perilaku
kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
e. Mental, emosi, dan intelegensi.
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi kemampuan
belajar memecahkan masalah dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual
tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian
emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan
dalam perkembangan sosial remaja. Sikap saling pengertian
dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal
utama dalam kehidupan sosial dan dalam hal ini akan dengan
mudah dicapai oleh rernaja yang berkemampuan intelektual
tinggi

20
4. Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku.
Dalam perkembangan sosial, remaja dapat memikirkan
perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam
refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik dari
hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil penilaian tentang
dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat
usaha seseorang untuk menyembunyikannya Dengan refleksi diri,
hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya
diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan
konsep dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk
tingkah laku sehari-hari.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-
teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang
lain, termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orang lain
dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan. Sikap
kritis ini juga ditunjukkan dalam hal yag sudah umum baginya
pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang
berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi ada
pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Di samping itu pengaruh egosentris masih sering terlihat
pada pikiran remaja. Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu
menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat lebih
jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin
menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri, belum
disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit
membedakan pokok perhatian orang lain dari pada tuiuan perhatian
diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama
dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan
“kekakuan’ para remaja dalam cara berpikir maupun bertingkah

21
laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak
bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu
dirinya dalam bergaul, karena disangkanya orang lain berpikiran
yang sama dan ikut tidak puas mengenai penampilan dirinya. Hal
ini menimbulkan perasaan merasa selalu diamati orang lain,
perasaan malu, dan membatasi gerak geriknya. Akibat dari hal ini
akan terlihat pada tingkah laku yang canggung.
Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat
menimbulkan reaksi lain dimana remaja itu justru melebih-
lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa dirinya“ampuh”
atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan
menceburkan diri dalam aktifitas yang acap kali tidak dipikirkan
atau direncanakan. Aktifitas yang dilakukan pada umumnya
tergolong aktifitas yang membahayakan.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan
serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sifat ego
semakin berkurang. Pada akhir masa remaja pengaruh
egosentrisnya sudah berkurang sehingga remaja sudah dapat
berhubungan dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan
pandangan orang lain.

5. Perbedaan individual dalam Perkembangan Sosial


Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan
setiap orang, baik secara individual maupun kelompok. Dilihat dari
berbagai aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yang hal
itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam,
dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang
dibutuhkan manusia. Namun sesuai bakat dan minat, kemampuan,
dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang
kelompok sosial yang beraneka ragam. Remaja yang telah mulai

22
mengembangkan kehidupan bermasyararat, maka telah
mempelajari pola-pola sosial yang sesuai dengan kepribadiannya.

6. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan


Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan.
Remaja dalam mencari identitas diri memiliki sikap yang
terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya mereka belum
memahami benar tentang norma-norma sosial yang berlaku di
dalam kehidupan masyarakat. Keduanya dapat menimbulkan
hubungan sosial yang kurang serasi, karena mereka sukar untuk
menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau
masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan
akan merugikan ke dua belah pihak. Kesepakatan norma kehidupan
remaja yang berbeda dengan kelompak lain, mungkin kelompok
remaja lain, kelompok dewasa, dan kelompok anak-anak, akan
menimbulkan perilaku sosial yang kurang atau tidak dapat diterima
oleh umum. Tidak sedikit perilaku yang berlebihan akan (over
acting) muncul.

23
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan
rangsangan kepada mereka ke arah perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima
khalayak. Kelompok olah raga, koperasi, kesenian, pencinta alam, di bawah
asuhan para pendidik di sekolah atau tokoh masyarakat di dalam kehidupan
masyarakat perlu banyak dibentuk. Khusus di dalam sekolah sering sering
diadakan kegiatan bakti sosial, pakti karya, dan kelompok belajar di bawah
bimbingan para guBAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam upaya guru mengoptimalkan perannya dalam mengenali
karakteristik peserta didik guru perlu mengenal peserta didik secara
mendalam, memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial,
moral, kultural, emosional, dan intelektual. Memahami latar belakang
keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar. Dengan
demikian analisis terhadap lingkungan perlu dilakukan oleh guru untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://voice-teacher.blogspot.com/2016/04/mengenal-karakteristik-peserta-
didik.htm

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/memahami-karakteristik-siswa-sebagai-peserta-
didik-saat-belajar-mengajar

https://hellosehat.com/parenting/remaja/tumbuh-kembang-remaja/perkembangan-
psikologi-remaja/

Daryanto dan Mohammad Farid. 2015 Bimbingan dan Koseling Panduan Guru BK dan
Guru Umum. Yogyakarta: Gava Media

25

Anda mungkin juga menyukai