Anda di halaman 1dari 22

PENDEKATAN DALAM BELAJAR MENGAJAR

Makalah Ini disusun ntuk memenuhi tugas Mata kuliah :

STRATEGI PEMBELAJARAN PAI (SMP,SMA,SMK)

DOSEN PEMBIMBING:

SUGITO, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Indah Prastika
2. Retno Liana
3. Nurmala Sari Dewi

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ROKAN (STAIR)

BAGAN BATU

KABUPATEN ROKAN HILIR

TAHUN AJARAN 2022/ 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, maha pengasih,
maha penyayang, maha segala-galanya yang dengan segala rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarga
dan sahabat-sahabat beliau yang telah membimbing ummat manusia dari alam gelap
gulita menuju alam yang terang benderang.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta
menambah wawasan kita tentang Pendekatan Dalam Belajar Mengajar. Penulisan
makalah ini didasarkan pada data sekunder dari beberapa informasi baik dari buku
maupun internet yang membahas tentang Pendekatan Dalam Belajar Mengajar.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... I

DAFTAR ISI ................................................................................................................ II

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1

BAB II ........................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

1. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran .................................................... 3

2. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran .......................................................... 3

3. Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran .................................................... 4

4. Tipe-tipe pendekatan ...................................................................................... 11

BAB III........................................................................................................................ 18

PENUTUP ................................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 18

B. Saran .............................................................................................................. 18

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, proses belaja mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA
masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru,
dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta didik
hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan. Peserta didik cendrung tidak
diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep mengenai materi fisika
kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun lambat dalam memahami
materi pembelajaran fisika
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru
dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target
dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara
guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi
antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan.
Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi
menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat
dengan guru yang mengajar.
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan
anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang anak didik
sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah
penting untuk meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Untuk
itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak didik itu merupakan
individu dengan segala perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan
dalam proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pendekatan dalam
pembelajaran. Beberapa permasalahan akan dibahas antara lain :
1
1. Pengertian pendekatan dalam pembelajaran
2. Peran pendekatan dalam pembelajaran
3. Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran
a. Pendekatan individual
b. Pendekatan kelompok
c. Pendekatan bervariasi
d. Pendekatan edukatif
e. Pendekatan keagamaan
f. Pendekatan kebermaknaan
4. Tipe-tipe pendekatan
a. Pendekatan Kontekstual
b. Pendekatan Konstruktivisme
c. Pendekatan Deduktif
d. Pendekatan Induktif
e. Pendekatan Konsep
f. Pendekatan Proses
g. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran


Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada
siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter
pembelajaran.
Pendekatan (approach) pembelajaran fisika adalah cara yang ditempuh guru
dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student c
entered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran, dan
2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama
dalam proses pembelajaran.

2. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran


Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran
yang akan digunakan.

3
2. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.

3. Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran


1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-
perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan
pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa
secara optimal. Dasar pemikiran dari pendekatan individual ini ialah adanya
pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa. Sebagai individu
anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik maupun kebutuan anak untuk diakui
sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan rasa
aman, dan juga sebgai makhluk sosial, anak mempunyai kebutuhan untuk
menyesuaikan dengan lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan
orang tuanya.
Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu
siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual
akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk
menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis
antara guru dengan siswa dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus
melakukan hal berikut ini;
a) mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan
membuat hubungan saling percaya.
b) membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c) membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
d) menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya
dengan penuh perhatian.
4
e) menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan
mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.
Ciri-ciri pendekatan individual :
a) Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan
memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk akatif, kreatif, dan
mandiri dalam belajar.
b) Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara
individual.
c) Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta didik
dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
d) Guru harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik
dalam pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak
membosankan siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu siswa dalam
menuntaskan belajar mereka.
Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar
mengajar, interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan
pribadi yang menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang
disebut diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual.
Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu:
a) memungkin siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing
secara penuh dan tepat,
b) mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi
kelompok,
c) mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan,
d) memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat
mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru,
e) memberi peluang siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan kemampuan
yang dimilikinya,
f) latihan-latihan tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat menimbulkan
kebiasaan dan merasa puas dengan hasil belajar yang ada,
5
g) menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan guru,
h) memberi kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat
yang lebih baik,
i) mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap para siwa yang tergolong
lamban.
Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut
dapat dilihat secara umum dan khusus. Kelemahan secara umum:
a) proses pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan
yang dihadapi dan jumlah peserta didik.
b) Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan individual
yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah
diri/minder dalam pembelajaran.
c) Adanya penggunaan pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas regular secara
perorangan, sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak dapat
dikelola dengan baik.
d) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan
untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan penguasaan
materi secara lebih luas dan menyeluruh.

2. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan
pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu
waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap
sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo
secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Ketika guru akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus
sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas
belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn
diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok.

6
Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi
harus mempertimbangkan hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan
anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan . Perbedaan individual anak
didik, pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan
dalam melakukan pendekatan kelompok.

3. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah,
maka guru akan berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah
yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka
pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh
setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul
dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik
pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat
yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.

4. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan
untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena
gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan
didalam kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi
sanksi hokum dengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini
adalah sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi
hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk
menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila
menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan
7
perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah
dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang
dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik
agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk
menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya,
ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk
dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua
kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok
sejenisnya. Demikian juga semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok sejenisnya.
Jadi, berisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah kepintu masuk. Di sisi
pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak berbarisdi depan
pintu masuk kelas. Semua anak di persilahkan masuk oleh ketua kelas. Mereka pun
satu persatu masuk kelas, mereka satu persatu menyalami guru. Semua anak-anak
masuk dan pelajaran pun dimulai.
Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah
oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru
telah meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak
yang mulia.
Kasus yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-
macam jenis dan tigkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat.
Berbagai kasus yang terjadi selain dapat didekati dengan pendekatan individual,
pendekatan kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di
ingat adalah bahwa pendekatan individual harus bedampingan dengan pendekatan
edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan
pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan
demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif,
dengan tujuan mendidik.

8
5. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua
macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya
tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan
sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata
pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan
keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu
dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai
dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan
terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak
mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa
agama didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan
dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa
dikandung badan.

6. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,
pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk
mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa
kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna
(gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah
pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna.
Misalnya pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa Inggris.
Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang pertama di indonesia yang dianggap
penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kegagalan
penguasaan bahasa inggris oleh siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya
9
pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah,
fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Karenanya perlu
dipecahkan. Salah satu alternatif ke arah pemecahan masalah tersebut diajukanlah
pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan. Ada beberapa konsep
penting yang menyadari pendekatan ini sebagai berikut :
• Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan
melalui struktur ( tata bahasa dan kosa kata).
• Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang
merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa
yang natural.
• Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan
maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda
tergantung pada situasi saat kalimat digunakan.
• Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut,
sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar
berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa
sasaran.
• Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan
belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan
bahan peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan.
• Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih penting bermakna
bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan
pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
• Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya
sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus
dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.
• Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang
membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.

10
4. Tipe-tipe pendekatan
a. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di Indonesia
tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan “pemaksaan” terhadap
siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghafal. Harus segera ada pilihan
strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan memberdayakan siswa.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya
sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka
sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau
proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey
pada awal abad 20 yang lalu.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah
yang terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi karena
masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-
fakta yang harus dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena
itu, diperlukan :
1. Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.
2. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang
siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa.

11
3. Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka,
apa manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari
adalah berguna bagi hidupnya.
4. Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar
daripada pemberi informasi.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen
pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat
belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar
yang penting, yaitu :
1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep
baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian,
mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi
peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan
yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok
sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit
bantuan.Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan
ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
12
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar
dengan focus pada pemahaman bukan hapalan

b. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang
lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru
yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan
dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing
dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih
mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk
meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih
mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi
seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas
individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun
terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam
pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky
menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan
(konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi
individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
1. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi
peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau
13
pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan
pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman
yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka
pelajari. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau
konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk
menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.

c. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang
menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang
kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu
yang khusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan
umum ke keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau
penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.

d. Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari
hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach)
menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke
sesuatu yang khusus.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai
sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan
14
induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju
keadaan umum.

e. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan
dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara
langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
1. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
2. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
4. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
5. Konsep yang benar membentuk pengertian
6. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan pendekatan konsep adalah:
1. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai
konsep yang komplek.
4. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
1. Tahap enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
a. Pengenalan benda konkret.
b. Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
15
c. Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
2. Tahap simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode, seperti angka,
huruf. kode, seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk
menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama, dan
istilah serta defenisi.
3. Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti: Menyebut
nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.

f. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu
konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan
hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses.
Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan
berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik
juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan
percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup
kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.

g. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat


Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,
Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep,
keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut
Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment
(STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya
banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai
16
kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan
pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun
tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup
memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang
masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan
keputusan yang telah diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme,
yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya
berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan
peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran
a. Pendekatan individual
b. Pendekatan kelompok
c. Pendekatan bervariasi
d. Pendekatan edukatif
e. Pendekatan keagamaan
f. Pendekatan kebermaknaan
Tipe-tipe pendekatan pembelajaran:
a. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
b. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
c. Pendekatan Pembelajaran Deduktif
d. Pendekatan Pembelajaran Induktif
e. Pendekatan Pembelajaran Proses
f. Pendekatan Pembelajaran Konsep
g. Pendekatan Pembelajaran Sains, Teknologi dan Masyarakat

B. Saran
Dari bermacam-macamnya pendekatan dalam proses belajar mengajar,
diharapkan pendidik mampu memaksimalkan dan mempraktekkan pendekatan itu
untuk mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam upayanya membentuk
kepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil yang memuaskan dan
mampu menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012 http://citratyas.wordpress.com/2012/01/08/pendekatan-metode-strategi-dan-


teknik-pembelajaran-pendidikan/
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu
pendekatan teoritis psikologis). Jakarta; Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung; Alfabeta

19

Anda mungkin juga menyukai