Anda di halaman 1dari 16

“PENDEKATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DAN BUDI PEKERTI”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Rencana dan Desain Pembelajaran PAI

Dosen Pengampu : Bpk. Samsudin, S.Pd.I., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

SALMA FAIZAH SYAHIDAH

( 2386208035 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ISLAMIYAH

KARYA PEMBANGUNAN

PARON NGAWI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemapuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga dan pikiran

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti”.


Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan. Akan tetapi dengan bantuan dari piha-pihak tertentu, tantangan dan
hambatan dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bapak Samsudin, S.Pd.I., M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah
Rencana dan Desain Pembelajaran PAI atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan
yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini, maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Ngawi, 19 November 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
A. PENDEKATAN PEMBELAJARAN.............................................................................2
B. METODE PEMBELAJARAN.......................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................12
Kesimpulan.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid
yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu
sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid.
Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak
berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target
dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar,
serta lebih merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.

Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak
didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang anak didik sebagai makhluk
yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka penting untuk meluruskan
pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan
memaklumi bahwasanya anak didik itu merupakan individu dengan segala perbedaannya
sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar. Sehingga dalam
mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran, pendidik harus pandai menggunakan
pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan
sikap dan perbuatan. Setiap pendidik tidak selalu memiliki suatu pandangan yang sama dalam
hal mendidik anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang pendidik ambil dalam
pengajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendekatan pembelajaran?


2. Sebutkan fungsi dan jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran?
3. Jelaskan tipe pendekatan dalam pembelajaran?

C. Tujuan

1. Untuk mengertahui pengertian dari pendekatan pembelajaran PAI,


2. Serta untuk mengetahui fungsi dan jenis-jenis dalam pembelajaran,
3. Dan seperti apatipe-tipe dalam pembelajaran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

1. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang berusaha
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam
pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar, Selain itu pendekatan pembelajaran
adalah arah suatu kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan.

Pengertian lain dari pendekatan pembelajaran adalah jalan atau cara yang digunakan
oleh guru atau pembelajar untuk memungkinkan siswa belajar.

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara
yang digunakan oleh guru dalam menyajikan suatu materi yang memungkinkan siswa belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan


motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru,
bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah pembelajaran yang
baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam peranannya sebagai
pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses
interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang
baik melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan.[1] Proses interaksi pembelajaran yang
mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah bagaimana cara guru melakukan
pendekatan yang sesuai dengan karakter pembelajaran.

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:


a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran,
b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses
pembelajaran.[2]

2. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran


Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
a. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah - langkah metode pembelajaran
yang akan digunakan.

2
b. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
c. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
d. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
e. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.

3. Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran


a. Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak
didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual
mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat
memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan
kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja
melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar
anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu
saat pendekatan kelompok diperlukan.

Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan


perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.[3]

Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa
membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan
hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan
bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa
dalam belajar.[4] Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini;
1. Mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan
membuat hubungan saling percaya.
2. Membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
3. Membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
4. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan
penuh perhatian.
5. Menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan
mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.

Ciri-ciri pendekatan individual :


1. Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan
memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk akatif, kreatif, dan
mandiri dalam belajar.
2. Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara individual.
3. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta didik
dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
4. Guru harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik
dalam pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak

3
membosankan siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu siswa dalam
menuntaskan belajar mereka.

Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar,
interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang
menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut diatas
merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual.

Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu:


1. Memungkin siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing secara
penuh dan tepat,
2. Mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi
kelompok,
3. Mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan,
4. Memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat mendidik,
bukan kepada tuntutan-tuntutan guru, dan lain-lain.

Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut dapat dilihat


secara umum:
1. Proses pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan yang
dihadapi dan jumlah peserta didik.[5]
2. Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan individual
yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah
diri/minder dalam pembelajaran.[6]

b. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan
pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu
diperlukan dan pelu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik.
Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang
berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial
yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang
ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas.
Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling
ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di
dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan
makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil
bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.[7]

c. Pendekatan Bervariasi

4
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru
akan berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh
anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.

Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik
mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang
tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar.
Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang anak tidak ikut belajar. Mereka
duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas
dari masalah pelajaran.[8]

d. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk
mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin
ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas
ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokum dengan
cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak
bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang salah. Guru telah
menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam
pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan.
Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik.
Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap
tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk
mendidik anak didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan
norma agama.
Kelima macam pendekatan ini diajukan, karena pendidikan agama islam disekolah
umum dilaksanakan melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu sama lainnya saling
menunjang dan saling melengkapi. Kelima pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1) Pendekatan pengalaman

2) Pendekatan Pembiasaan

3) Pendekatan Emosional

4) Pendekatan Rasional

5) Pendekatan Fungsional.[9]

e. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata
pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya tidak hanya digunakan
satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.

5
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi,
guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya
untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini
dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu
sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang
dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada
hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama
didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi
diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.[10]

f. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat,
dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna
yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur
berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi
pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu
pada bahasa dan makna. Misalnya pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa Inggris.
Ada beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan ini sebagai berikut :
1. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui
struktur ( tata bahasa dan kosa kata).
2. Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan
konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natural.
3. Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun
tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi
saat kalimat digunakan.
4. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut, sebagai
bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu
didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
5. Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan
belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan
peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan.[11]
6. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih penting bermakna bagi
siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman,
minat, tata nilai, dan masa depannya.
7. Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai
objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan
dalam segala keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.
8. Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu
siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.

4. Tipe-tipe pendekatan

6
a. Pendekatan Kontekstual
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar
menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa
pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam
status apa mereka dan bagaimana mencapainya.[12]
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu :

1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui
sebelumnya.
3. Menerapkan.
4. Kerjasama.
5. Mentransfer.[13]

b. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat
diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam
lingkungan masyarakat.
Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan
pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum
yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam
memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme :


1. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta
didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan
langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman
dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang
ada dalam diri siswa.

7
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang
akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan
materi yang dipelajari.
c. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan
logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat
premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih
dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan
dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke
keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,
prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum
ke dalam keadaan khusus.

d. Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal
yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan
permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan sebagai
pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.[14]
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses
penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.[15]

e. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai
konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi)..
Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana
konsep itu diperoleh.
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
pendekatan konsep adalah:

1. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai dengan unsur lingkungan.


2. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai
konsep yang komplek.
4. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.

Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,


1) Tahap enaktik

8
2) Tahap simbolik.
3) Tahap ikonik

f. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai
suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada
pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini
penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih
psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat
mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran
yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan,
keuletan dalam bekerja dan sebagainya.

g. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat


Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi
dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses,
Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains
Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains
Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya
intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains
Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu
yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan
peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil
keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.

B. METODE PEMBELAJARAN

1. Pengertian Metodik Khusus


Secara harfiah”Metodik” itu berasal dari kata “Metode” yang berarti suatu cara kerja
yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengertahuan. Ia merupakan jawaban atas
pertanyaan “Bagaimana”, yaitu suatu penyelidikan yang sistematis dan formulasi metode-
metode yanga akan digunakan dalam penelitian.
Metodik khusus berarti suatu penyelidikan khusus untuk suatu proyek. Dalam hal ini
metodik adalah suatu cara dan siasat penyapaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata
pelajaran agar siswa dapat mengetahui,memahami, mempergunakan, dan dengan kata lain
menguaasai bahan pelaajaran yang akan diajarkan.

9
Metodik pengajaran aagama Islamialah suatu cara menyampaikan bahan pelajaran
agama islam. Jika metodik tersebut dihubungkan dengan kata “khusus” maka ia berarti suatu
cara khusus yang telah diperssiapkan dan dupertimbangkan untuk ditempuhdalam
pengajaran, keimanan, ibadah, akhlak, dan berbagai mata pelajaran agama Islam lainya.
Pengajaran agama Islam adalah suatu tugas yang setelah itu barulah kita mengetahui garis
temu antara kedua lingkaran tersebut mempunyai permasalahan yang berkembang pula.
Metodik membuat ssi pelaksana tugas atau guru dapat mencapai tujuan dengan tepat dan
cepat. Hasilnya dapat diyakini, dan kalau perlu dapat diperiksa kembali jalan pengaran itu.[16]
Metode mengajar dapat diartikan sebaagai carayang digunakan oleh guru dalam
membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Secara Terminologi dan definisis para ahli seperti Hasan Langgulung mendefinisikan
bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dan menurut Ahmad Tafsir mendifinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling
tepat dalam mengajarkan mata pelajaran. Berdasarkan beberapa definisi dapat disimpulakn
bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan yang digunakan untuk mendidik dalam proses
pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai
kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabi mataa pelajaran.[17]
Mahmud dan Tedi Priatna dalam bukunya Kajian Epistemologi, Sistem dan Pemikiran
Tokoh Pendidikan Islam, mengemukakan bahwa metode dalam dunia pendidikan secara
sederhana adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar
tercapai tujuan pendidikan.

Lebih lanjut mereka menuliskan bahwa metode pendidikan islam menyangkut banyak
prinsip-prinsip keilmuan pendidikan islam yang bersumber dari Al-quran dan hadits. Oleh
karena itu utuk mendalaminya perlu diungkapkan implikasi-implikasi metodologis
pendidikan dalam al-Quran dan Hadits tersebut, yang antara lain sebagai berikut:

1. Gaya bahasa dan ungkapan yang terdapat dalam firman-firman Allah dalam Al-quran
menunjukan fenomena bahwa firman-firman Allah itu mengandung nilai-nilai
metodologi yang mempunyai corak dan ragam yang sesuai dengan tempat dan waktu
serta sasaran yang dihadapi, namun yang sangat penting adalah bahwa firman-firman
Allah itu mengandung hikmah dan kebijaksanaan yang secara metodologis sesuai
dengan kecenderungan kemampuan manusia yang hdup dalam kondisi dan situasi
yang berbeda-beda.
2. Allah SWT. dalam hal pemberian perintah dan larangan senantiasa memperhatikan
kadar kemampuan masing-masing hamba-Nya , sehingga bebannya bereda-beda
meskipu dalam tugas yang sama.
3. Sistem pendekatan metodologis yang dinyatakan dalam Al-Quran bersifatmulti
approach.

2. Macam-Macam Metode dalam Pendidikan


a. Metode keteladanan
b. Metode pembiasaan

10
c. Metode dialog
d. Metode perumpamaan
e. Metode ceramah
f. Metode targhib dan tarhib
g. Metode pengulangan dan latihan
h. Metode mauizhah.[18]

3. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran


Segala sesuatu yang akan dikerjakan oleh setiap orang pasti ada tujuannya,termasuk
dalam proses pembelajaran. seorang guru perlu megetahui dan meiliki prinsip-prinsip
pembelajaransehingga guru dapat menyusun perencanaan proses pembelajaran dengan
baik, bahkan mampu mengimplementasikannya ketika proses pembelajaran berlangsung.
Menurut Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Saibany, prinsip-prinsip metodologi pendidikan
islam adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat anak didiknya.
b. Mengetahui tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
c. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, dan perubahan anak didik.
d. Mengetahui perbedaan-perbedaan individu dalam anak didik.
e. Memperhatin,integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan, dan ke
bebasan berfikir.
f. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak
didik.
g. Menegakkan uswah hasanah.[19]

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
telah dijelaskan tentang prinsip-prinsip penyusunan rencana proses pembelajaran, yaitu:
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik, RPP disusun dengan memperhatikan
perbedaan jenis kelamin, kemampuanawal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar,
bakat, potensi, kemampuansosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan
belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didikProses pembelajaran dirancang dengan berpusat
pada peserta didik untukmendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, dansemangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi
dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5. Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan
keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaiankompetensi, penilaian, dan lain-lain.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasiRPP disusun dengan
mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dankomunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasidan kondisi.Dengan demikian, prinsip dalam
proses pembelajaran sangat penting bagiseorang guru dalam perencanaan dan proses
pembelajaran agar pembelajaran menjadi terkontrol dengan baik dan sesuai dengan tujuan

11
yang telah ditetapkan dengan memandang dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik
peserta didik serta lingkungan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap proses
pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di
dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga
tercapai sasaran belajar.
Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran di antaranya Pendekatan individual,
Pendekatan kelompok, Pendekatan bervariasi, Pendekatan edukatif, Pendekatan keagamaan,
dan Pendekatan kebermaknaan.
Tipe-tipe pendekatan pembelajaran antara lain Pendekatan Pembelajaran Kontekstual,
Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme, Pendekatan Pembelajaran Deduktif, Pendekatan
Pembelajaran Induktif, Pendekatan Pembelajaran Proses, Pendekatan Pembelajaran Konsep,
Pendekatan Pembelajaran Sains, Teknologi dan Masyarakat
Dari bermacam-macamnya pendekatan dalam proses belajar mengajar, diharapkan
pendidik mampu memaksimalkan dan mempraktekkan pendekatan itu untuk mengatasi
semua permasalahan yang muncul dalam upayanya membentuk kepribadian anak didik
sehingga nantinya memperoleh hasil yang memuaskan dan mampu menciptakan generasi
bangsa yang berkualitas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bahri Djamarah, Syaiful, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Bukhari Umar, Hadist Tarbawi, Jakarta: Amzah, cetakan pertama, 2012.

Dimyati, Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2006.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2002.

Sagala Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: 2006 Alfabeta.

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu pendekatan
teoritis psikologis), Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 2011.

13

Anda mungkin juga menyukai