Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran SD

Dosen Pengampu : Annisa Novianti Taufiq, M. Pd.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 7 KELAS 2 C

1. Mega Damayanti (2227190059)

2. Rifany Sakura Agnestia (2227190061)

3. Dea Mahdayana (2227190100)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2020
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran, dengan judul “Model Pembelajaran”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukkan
bahkan kritik yang membangun demi memperbaiki makalah ini.

Semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar
keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca.

Serang, 4 Februari 2020

(Kelompok7)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................2

D. Manfaat...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Pembelajaran dan Model Pembelajaran..........................................................................3

B. Tujuan Pembelajaran.......................................................................................................4

C. Ciri-ciri Model Pembelajaran..........................................................................................6

D. Jenis – Jenis Model Pembelajaran..................................................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................................................15

B. Saran..............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan dan dunia pembelajaran tidak hanya terjadi di
sekolah saja, tetapi di tiga pusat yang lazim dikenal dengan tri pusat pendidikan. Tri
pusat pemdidikan adalah tempat dimana anak mendapatkan pengajaran baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan keluarga (informal), sekolah
(formal), maupun masyarakat (non formal). Seseorang dikatakan belajar jika dalam
dirinya terjadi aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dan dapat
diamati relative lama.

Dalam proses belajar, setiap siswa harus diupayakan untuk terlibat secara aktif
guna mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini memerlukan bantuan dari guru untuk
memotivasi dan mendorong agar siswa dalam proses belajar terlibat secara totaliats.
Guru harus menguasai baik materi maupun strategi dalam pembelajaran.

Untuk mengajarkan siswa dengan cara/gaya belajar mereka sehingga tujuan


pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat
untuk segala situasi dan kondisi.

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa yang penting dalam proses
belajar mengajar, guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi
menciptakan atmosfer belajar siswa serta memberikan motivasi dan bimbingan agar
siswa mengembangkan potensi dan kreatifitasnya masing – masing. Perilaku guru
akan berkorelasi positif dengan prestasi siswa jika mampu mengalokasikan dan
menggunakan waktu dalam belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan model pembelajaran?

2. Apa tujuan pembelajaran?

3. Apa saja jenis – jenis model pembelajaran?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna model pembelajaran

2. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran

3. Untuk mengetahui jenis – jenis model pembelajaran

D. Manfaat
1. Agar mahasiswa mengetahui model pembelajaran

2. Agar mahasiswa mengetahui jenis – jenis model pembelajaran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembelajaran dan Model Pembelajaran


Istilah pembelajaran dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Dari
sudut pandang behavioristik, pembelajaran sebagai proses pengubahan tingkah laku
siswa melalui pengotpimalan lingkungan sebagai stimulus belajar. Pembelajaran dari
sudut pandang kognitif, didefinisikan sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kratifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemapuan siswa
dalam mengontruksi pengetahuan baru sebagai upaya peningkatan penguasaan materi
yang baik terhadap materi pelajaran (Yunus, 2014). Model pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur, sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui
model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan diri. Model pembelajaran berfungsi
pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan belajar mengajar.

Istilah umum yang dikenal dalam kegiatan belajar mengajar adalah model
pembelajaran dan startegi pembelajaran. Model Pembelajaran adalah seluruh
rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek yang dilakukan oleh guru
serta segala fasilitas yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam
proses belajar mengajar. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai sumber daya dalam pembelajaran.
menurut Iskandarwassid (2009). Strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau
pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencaan, pelaksanaan
kegiatan dampai ketahap evaluasi, serta program tindak lanjut yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu pengajaran.

Slameto (2003: 92-94) menyatakan bahwa guru dalam mengajar harus efektif
baik untuk dirinya maupun untuk pembelajaran. Untuk melaksanakan pembelajaran
yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik

3
2. Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar

3. motivasi

4. Kurikulum yang baik dan seimbang

5. Guru mempertimbangkan perbedaan individual

6. Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar

7. Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada siswa

8. Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi siswa – siswanya

9. Guru harus mampu menciptakan susasana demokratis di sekolah

10. Guru perlu memberikan masalah – masalah yang merangsang untuk berpikir

11. Semua pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan

12. Pelajaran di sekolah perlu di hubungkan dengan kehidupan yang nyata di


masyarakat

13. Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada
siswa

14. Pengajaran remidial

B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah sebuah harapan untuk proses dan
hasil belajar para siswa. Robert F. Meager (Sumiati dan Asra 2009:10) memberi
batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang
dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang
diharapkan dari siswa.

Menurut H. Daryono (2005 : 58) tujuan pembelajaran adalah tujuan yang


menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalan bentuk
tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. B. Suryosibroto menegaskan bahwa
tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai
oleh siswa sesudah ia melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan dengan

4
berhasil. Tujuan pembelajaran memang perlu dirumuskan dengan jelas, karena
perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dair
proses pembelajaran itu sendiri.

Tujuan pembelajaran tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran


(RPP). RPP merupakan komponen penting dalam kurikulum tingkat satuan
Pendidikan yang pengembangannya harus dilakukan secara professional. Menurut E.
Mulyasa (2010: 222) berikut ini adalah cara pengembangan RPP dalam garis
besarnya.

1) Mengisi kolom identitas

2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan.

3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indicator


yang akan digunakan yang terdapat dalam silabus yang telah disusun.

4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi


dan kompetensi dasar, serta indicator yang telah ditentukan.

5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi


pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus.

6) Menetukan metode pembelajarana yang akan digunakan.

7) Menentukan langkah-langkah pembelajaran.

8) Menetukan sumber belajar yang akan digunakan.

9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengantaran, contoh soal, dan


Teknik penskoran.

Tujuan pembelajaran juga harus dirumuskan secara lengkap agar tidak


menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam. Suatu tujuan pembelajaran juga
harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1) Spesifik, artinya tidak mengandung penafsiran (tidak menimbulkan


penafsiran yang bermacam-macam).

5
2) Operasional, artinya mengandung suatu perilaku yang dapat diukur
untuk memudahkan penyusunan alat evaluasi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah


rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sebagai akibat dari
hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
diukur.

C. Ciri-ciri Model Pembelajaran


Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mempunyai misi atau tujuan Pendidikan tertentu, misalnya model berpikir


induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

2) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas,


misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam
pelajaran mengarang.

3) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan;

a) Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax),

b) Adanya prinsip-prinsip reaksi,

c) System sosial, dan

d) System pendukung keempat bagian tersebut merupakan


pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model
pembelajaran.

4) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak


tersebut meliputi :

a) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur,

b) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka Panjang.

5) Membuat persiapan mengajar (desain intruksional) dengan pedoman model


pembelajaran yang dipilihnya.

6
D. Jenis – Jenis Model Pembelajaran
Dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang sedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini di sajikan beberapa model pembelajaran untuk dipilih dan dijadikan
alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi.

1. Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara


berkelompok untuk bekerja saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak – partisipatif) tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5
orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter) dan meminta tanggung
jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Dengan belajar
berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan di biasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu
dan berlatih berinteraksi, komunikasi, sosialisasi, karena kooperatif adalah
miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan
kelebihan masing – masing.

Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai


tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik
bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan
informasi untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang dihadapkan pada
mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak
mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.
Assessment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya.

Konsep heterogen di sini adalah struktur kelompok yang memiliki


perbedaan latar belakang kemampuan akademik, perbedaan jenis kelamin,
perbedaan ras dan bahkan mungkin etnisitas. Hal ini diterapkan untuk melatih
siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnya.
Kelough & Kelough dalam Kasihani (2009 : 16) menyatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran secara
berkelompok, siswa belajar bersama dan saling membantu dalam menyelesaikan

7
tugas dengan penekanan pada saling support diantara anggota kelompok, karena
keberhasilan belajar siswa tergantung pada keberhasilan kelompoknya. Oleh
karena itu, kegiatan pembelajaran belum tuntas atau belum berhasil jika hanya
beberapa siswa yang mampu menyerap dan memahami materi pelajaran yang
dirancang guru di kelas.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang akhir-akhir


ini menjadi perhatian bahkan anjuran oleh para ahli pendidikan karena disinyalir
dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Robert E. Slavin
dalam Wina Sanjaya (2008: 242) mengemukakan dua alasan yaitu :
1) Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang dilakukan oleh pakar
pendidikan membuktikan bahwa penggunakan model pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi
dan menghargai pendapat orang lain.
2) Model pembelajaran kooperatif secara teoritis dapat merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar berfikir kreatif, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk


pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

· Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang
lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif,
yaitu : 1) perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada
kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan
keberhasilan kelompok. 2) perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap
siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan
semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. 3) perspetif
8
perkembangan kognitif artinya dengan adanya intraksi antara anggota
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah
berbagai informasi (Sanjaya, 2006:242).

2. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan


sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan
dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat
dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa
menjadi konkrit, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan.
Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan
mengalami tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan
sosialisasi.

Ada tujuh indicator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan


dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi,
penyampaian kompetensi – tujuan, pengarahan – petunjuk, contoh), questioning
(explorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam
belajar kelompok atau individual, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi,
investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkontruksi konsep – aturan, analisis –
sintesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment
(penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap aktivitas –
usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian subjektic – objektif dari berbagai
aspek dengan berbagai cara).

· Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and laerning)atau biasa


di sebut dengan model pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang
dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

9
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).
Sementara itu, Howey R, Keneth, dalam Rusman (2011)
mendefinisikan CTL “Contextual teaching is teaching that enables learning
in wich student aploy their academic understanding and abilities in a variety
of in-and out of school context to solve simulated or real world problems, both
alone and with others” (CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan
kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah
untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Pada intinya pengembangan komponen CTL tersebut dalam


pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih


bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstrusi pengetahuan dan keterampilan baru siswa.

2. Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok


berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

5. Menghadirkan contoh pembelajaran melalui ilustrasi, model, bahkan media


yang sebenarnya.

6. Membiasakan anak melakukan refleksi setiap kegiatan pembelajaran yang


telah dilakukan.

7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang


sebenarnya pada setiap siswa.

o Komponen Pembelajaran Kontekstual

10
Komponen pembelajaran kontekstual meliputi;

1) Menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful


connections);

2) Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant


work);

3) Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning);

4) Mengadakan kolaborasi (collaborating);

5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking);

6) Memberikan layanan secara individual (nurturing the individual);

7) Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high


standards);

8) Menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment) (Johnson


B. Elaine, 2002).

3. Pembelajaran Berbasis Masalah

Dalam meningkatkan kualitas para ahli pembelajaran menyarankan


penggunaan paradigma pembelajaran kontruktivistik dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan hal ini pembelajaran akan lebih memberikan nuansa yang
harmonis antara guru dan siswa dengan memberikan kesempatan seluas –
luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dan mengkontruksi konsep – konsep
yang dipelajarinya. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu
metode dalam pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal.
Dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.

Garndrer (2017) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah


merupakan alternative model pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran
ruang kelas yang tradisional. Model pembelajaran berbasis masalah, guru
menyajikan pada siswa sebuah masalah sehingga siswa menjadi lebih aktif

11
belajar untuk menentukan masalah dan menyelesaikan masalah. Karateristik
pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Permasalahan menjadi starting poin dalam belajar;

2) Permasalahan yang diangkat adalah yang ada didunia nyata yang tidak
tersruktur;

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);

4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,


dan kompetensi yang kemuddian membutuhkan identifikasi kebutuan
belajar dan bidang baru dalam belajar;

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragama, penggunaannya, dan


evaluasi informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;

7) Belajar adalaha kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

8) Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama


pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan;

9) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrase dari


sebuah proses belajar;

10) PBM melibatkan evaluasi dan review siswa dan proses belajar.

· Peran Guru dalam Pembelajaran Bebasis Masalah

Guru harus menggunakan proses pembelajaran yang akan menggerakkan


siswa menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang
hayat. Lingkungan belajar dibangun guru harus mendorong cara berfikir
reflektif, evaluasi, kritis, dasn cara berpikir yang berdayaguma.

Guru dalam PBM terus berpikir tentang beberapa hal, yaitu :

12
1) Bagaimana dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang
ada di dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar?;

2) Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan


masalah, pengarahan diri, dan belajar dengan teman sebaya?; dan

3) Bagaimana siswa memandang diri mereka sendiri sebagai pemecah


masalah yang aktif

4. TGT (Teams Games Tournament)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen,


tugas tiap kelompok. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerjasama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif
dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi
nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu
dengan cara bersikap terbuka, ramah, lembut, dan santun. Setelah kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya
memungkinkan TGT bisa dilaksankan dalam beberapa pertemuan, atau rangka
waktu sesudah UAS atau menjelang pembagian raport.

Menurut Slavin, (2008:166-167) ada lima komponen utama dalam


pembelajaran cooperative tipe Teams games Tournament (TGT), yaitu;

1) Penyajian Kelass (Class Presentation)

Penyajian kelas dalam pembelajaran cooperative tipe Teams games


Tournament (TGT) tidak berbeda dengan pengajaran biasa atau pengajaran klasikal
oleh guru, hanya pengajaran lebih difokuskan padas metri yang sedang dibahas saja.
Ketika penyajian kelas berlangsung mereka sudah berada dalam kelompoknya.
Dengan demikian mereka akan memperhatikan dengan serius selama pengajaran
penyajian kelas berlangsung dengan skor mereka akan menetukan skor kelompok
mereka.
2) Kelompok (Teams)

Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili


pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti perbedaan kemampuan,
jenis kelamin, rasa tau etnik. Fungsi utama mereka dikelompokkan adalah anggota-

13
anggota kelompok saling meyakinkan bahwa mereka daspat bekerja sama dalam
belajar dan mengerjakan games atau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk
menyiapkan semua anggota dalam menghadapi kompetisi.
3) Games (Permainan)

Pertanyaan dalam games disusun dan dirancang dari materi yang relevan
dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuna yang diperoleh
mewakili masing-masing kelompok. Sebagian besar pertanyaan pada kuis adaslah
bentuk sederhana. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut. Siswa yang
menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya
dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4) Turnamen/kompetisi (Tournament)

Turnamen adalah susunan beberapa games yang dipertandingkan. Biasanya


turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
5) Penghargaan kelompok (Teams Recognize)

Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan berupa hadiah


atau sertifikat tata usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga
mencapai kriteria yang telah di sepakati bersama.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur, sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan belajar mengajar.
Didalam proses pembelajan pastinya mempunyai tujuan, tujuan utama dari
pembelajaran yaitu harapan untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam belajar.
Selain mempunyai tujuan, model pembelajaran juga memiliki ciri-ciri yang
diantarnya; mempunyai misi dan tujuan pendidikan, dijadikan pedoman untuk
perbaikan kegiatan belajar-mengajar dan lain sebagainya.

Di dalam dunia pendidikan atau kegiatan belajar-mengajar pasti memiliki model


pembelajaran yang dimana model tersebut yang nantiya akan dikuasai oleh pendidik
(guru) sebagai fasilitator dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta
didik. Model-model pembelajarannya yaitu kooperatif (Cooperative Learning),
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning), pembelajaran berbasis
masalah, dan TGT (Teams Games Tournament).

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Dalam pembuatan makalah
ini penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga mengenai pengetahuan
Model Pembelajaran. Penulis menyarankan kepada semua pembaca untuk
mempelajari Model pembelajaran. Diharapkan mahasiswa dan mahasiswi memiliki
ketetapan dalam menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan
mudah dipahami dengan baik
Penulis membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Penulis mengambil
dari berbagai sumber, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan dan kekurangan,

15
maka Penulis menyarankan untuk mencari referensi yang lebih baik. Apabila
pembaca merasa ada kekurangan dapat membaca buku yang menjadi referensi secara
lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. 2008. Taktik Mengembankan Kemampuan Individual
Siswa. Jakarta: Gaung Persada

Beetlestone, Florence. 2011. Creative Learning Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan


Kreatifitas Siswa. Bandung: Nusa Media

Huda, Miftahul. 2015. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mulyasa, E. 2015. Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Nurdyansyah. Dan Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Pembelajaran sesaui Kurikulum
2013. Sidoarjo: Nizamia Learning Center

Faturrohman. 2006. Model-Model Pembelajaran. Dalam jurnal “Guru Post Traumatik“.


Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas Negeri Yogyakarta

Susanna. 2017. Penerapan Teams Games Tournament (TGT) Melalui Media Kartu Domino
Pada materi Minyak Bumi Siswa Kelas XI MAN 4 Aceh Besar. Dalam jurnal Latnida.
Volume. 5 No. 2. Hal. 93-196. Aceh: MAN 4 Aceh Besar

16

Anda mungkin juga menyukai