Anda di halaman 1dari 24

GURU DAN PROSES MENGAJAR BELAJAR

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Sigit Wahyudi, M.Pd.


Disusun Oleh Kelompok 1 :
Anggun Bella S. (K7619007)
Faizah Nurul Adila (K7619031)
Fattah Sabillah (K7619032)
Eka Nur Hidayati (K7619027)
Aisyah Nurul Izzah (K7619006)
Diyah Cahyaningsih (K7619025)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………4
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..4
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Karakteristik Penyesuaian Diri …………..………………5
B. Strategi Perencanaan Proses Belajar Mengajar ……………………………...9
C. Strategi Pelaksanaan Belajar Mengajar …………………………………...12
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Meng………………...16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………22
B. Saran……………………………………………………………………..23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...24

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengajar belajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Mengajar
adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Mengajar dalam
konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi pembelajaran, akan
tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa dapat belajar. Sedangkan
belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik
melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu. Proses belajar mengajar merupakan proses yang tersusun secara
teratur, yang dapat mengubah kemampuan peserta didik dari suatu tingkatan ke tingkatan yang
lain yang lebih baik. Hasil proses belajar mengajar dapat dicapai secara maksimal apabila
komponen-komponen yang berinteraksi dapat berfungsi secara optimal sehingga perlu
diupayakan terciptanya situasi kelas yang memungkinkan dan kondisional.

Proses mengajar belajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal-balik antara guru dan peserta didik
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar
mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik,
tetapi berupa interaksi edukatif. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dilakukan. Sangat dibutuhkan perencanaan yang matang dan presisi mengenai pengelolaan
proses mengajar belajar yang sesuai dengan standar proses pendidikan yang telah ditetapkan. Guru
senantiasa berupaya dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan
memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

Dalam proses pembelajaran sangat menuntut guru untuk melakukan inovasi pembelajaran
baik dalam menentukan metode maupun media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan. Dalam ruang lingkup pendidikan guru merupakan komponen pendidikan
yang memiliki peran penting dalam upaya, merencanakan, merumuskan, mengatur, melaksanakan,
serta melakukan evaluasi jalannya proses pembelajaran. Urgensi guru bukan hanya sebagai instrumen
pengajar yang berusaha menginfiltrasikan materi-materi pembelajaran tapi juga sebagai leader yang
dituntut bertanggung jawab dalam mengarahkan, membina, mengayomi, memotivasi dan sebagai
fasilitator kepada seluruh peserta didik. Diharapkan pula guru dapat dijadikan sebagai role model
oleh para peserta didiknya terlebih dalam mencontoh karakteknya sebagai tenaga pendidik yang
profesional dan memiliki kompetensi.

3
Untuk itu guru sebagai pengelola proses belajar mengajar diharuskan memiliki peran yang
strategis dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru harus mampu menguasai materi dan
dapat menyajikan suatu model dan metode yang membuat proses belajar mengajar lebih
menyenangkan. Kekreatifan dan keprofesionalan guru dalam menciptakan dan mengembangkan
pembelajaran yang menarik dan bermakna sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar di kelas
karena setiap cabang ilmu pengetahuan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dibandingkan
dengan ilmu-ilmu lainnya yang didalamnya terdapat banyak sekali konsep. Konsep-konsep tersebut
perlu pemahaman dan penjabaran sehingga maksud yang terkandung didalamnya bisa mudah
dipahami oleh peserta didik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa konsep dasar mengajar belajar?


2. Bagaimanakah strategi perencanaan proses mengajar belajar?
3. Bagaimanakah strategi pelaksanaan proses mengajar belajar?
4. Apa faktor yang mempengaruhi proses mengajar belajar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsep dasar mengajar belajar


2. Untuk menganalisis strategi perencanaan proses mengajar belajar
3. Untuk mengalisis strategi pelaksanaan proses mengajar belajar
4. Untuk mengkaji faktor yang mempengaruhi proses mengajar belajar

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Proses Mengajar Belajar


1. Konsep Mengajar
a. Definisi Mengajar
Belajar dan mengajar sebenarnya merupakan dua peristiwa atau kegiatan yang
berbeda, namun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat dan saling
mempengaruhi. Meskipun sebenarnya peserta didik dapat beljar sendiri tanpa adanya
bantuan pengajar, namun siswa seringkali mengalami kesulitan dalam memahami materi.
Oleh karena itu, peran pengajar sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar seperti
ini. Berikut merupakan pendapat beberapa ahli mengenai definisi mengajar:
1) Menurut Oemar Hamalik terdapat beberapa definisi dari mengajar, yaitu :
 Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid
di sekolah.
 Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui
lembaga pendidikan sekolah.
 Mengajar adalah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga
menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
 Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada
murid.
 Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga
Negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
 Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari.
2) Menurut Nana Sudjana, mengajar merupakan suatu proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap
berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/ bantuan kepada
siswa dalam melakukan proses belajar

Berdasarkan pendapat dari kedua ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa


mengajar yaitu menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik guna membantu peserta
didik dalam menghadapi masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.

b. Prinsip Mengajar
1) Perhatian

5
Pengajar harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada topik dan
pengalaman belajar yang sedang dipelajari supaya mereka dapat fokus serta
memahami materi dengan mudah.
2) Aktivitas
Pengajar harus melatih serta melibatkan peserta didik untuk dapat
berpartisipasi aktif saat proses belajar mengajar berlangsung.
3) Appersepsi
Pengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan saat proses
belajar dengan pengetahuan atau wawasan yang telah dimikili oleh peserta didik.
4) Peragaan
Pengajar disarankan untuk menggunakan media pembelajaran misalnya
dengan menunjukkan benda ataupun hal-hal yang sesuai dengan materi yang
sedang diajarkan supaya peserta didik dapat menerima nya dengan mudah.
5) Repetisi
Pengajar perlu mengingatkan kembali atau mengulang penjelasan materi
yang sebelumnya supaya peserta didik tidak mudah lupa dengan materi yang
sudah diajarkan.
6) Korelasi
Pengajar hendaknya dapat menghubungkan materi yang sedang dijelaskan
dengan pelajaran lain guna memperluas wawasan atau pengetahuan peserta didik.
7) Sosialisasi
Pengajar diharapkan dapat menciptakan serta menjaga suasana maupun
kondisi kelas yang kondusif saat proses pembelajaran.
8) Individualisasi
Pengajar harus dapat menghargai setiap perbedaan pada peserta didik, dan
tetap melayani mereka sebagaimana mestinya tanpa adanya diskriminatif.
9) Sequence
Pengajar hendaknya dapat memikirkan serta menyusun serangkaian proses
pembelajaran yang efektif serta sistematis.
10) Evaluasi
Dalam upaya mengetahui tingkat efektivitas dari proses pembelajaran yang
telah dilakukan, pengajar perlu mengadakan evaluasi. Selain itu, evaluasi juga
dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar pada masing-masing peserta didik.

2. Konsep Belajar
a. Definisi Belajar

6
Belajar, pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan
dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses
melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989:28). Sejalan dengan konsep
diatas Cronbach menyatakan bahwa indicator belajar ditujukan dengan perubahan dalam
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Witherington (1952)
menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap,
kebiasaan, kecakapan atau pemahaman.”
Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan beberapa hal yang menyangkut
pengertian belajar sebagai berikut:
1) Belajar emrupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai
sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.
2) Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relative permanen.
3) Hasil belajar ditujukan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara keseluruhan.
4) Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi,
emosional, sikap, dan sebagainya.
Proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi dimana ia tidak
dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-
rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Unsur utama dalam
belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong,
situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.

b. Faktor Pendorong Belajar


Menurut Abraham Maslow (dalam Dadang Iskandar, 2009) mengatakan bahwa adanya
beberapa faktor pendorong manusia memiliki keinginan untuk belajar, yaitu:
1) Adanya dorongan rasa ingin tahu
2) Adanya keinginan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
3) Segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari
kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.
4) Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
5) Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
6) Untuk mencapai cita-cita yang diinginkannya.
7) Untuk mengisi waktu luang

7
3. Proses Belajar Mengajar
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Trianto, Proses belajar mengajar atau pembelajaran merupakan aspek


kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran
tersebut dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Sedangkan pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar
dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan
sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Kemudian menurut Aqib, proses pembelajaran adalah upaya secara sistematis yang
dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien
yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar atau
proses pembelajaran merupakan implementasi dari serangkaian perencanaan yang telah
disiapkan oleh guru kemudian dilaksanakan dalam bentuk interaksi dengan peserta didik
baik di dalam maupun di luar kelas guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Dalam proses belajar mengajar ini, bukan hanya sekedar guru menyampaikan materi
pembelajaran, melainkan guru juga harus menanamkan sikap, nilai serta keterampilan yang
positif pada diri peserta didik.

4. Peran Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru memegang peran yang sangatlah penting supaya
dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Peran-peran guru tersebut diantaranya :
a. Guru sebagai pendidik
Guru harus dapat menanmkan norma-norma serta nilai yang positif kepada peserta
didik.
b. Guru sebagai pengajar.
Guru harus mengorganisasikan dan mengelola semua komponen dan kompetensi
belajar mengajar.
c. Guru sebagai pembimbing
Guru perlu memberikan bimbingan baik akademik, sosial, individu, pekerjaan,
maupun waktu senggang kepada peserta didik.
d. Guru sebagai demonstrator

8
Guru perlu menguasai semua bahan materi yang akan diajarkan kemudian
diperagakan menggunakan media pembelajaran yang dapat diterima peserta didik
secara efektif.
e. Guru sebagai pelatih
Guru hendaknya mampu melatih serta mengembangkan keterampilan-keterampilan
dalam diri peserta didik.
f. Guru sebagai administrator
Guru harus dapat mengetahui serta menyusun proses pembelajaran yang akan
dilakukan, mengelola kelas, dan lain-lain.
g. Guru sebagai mediator
Guru hendaknya memiliki pemahaman serta keterampilan yang cukup mengenai
berbagai media pendidikan.
h. Guru sebagai fasilitator
Guru perlu memberikan fasilitas yang cukup dan memadai supaya tujuan dari proses
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
i. Guru sebagai evaluator
Guru perlu menguasai serta terampil dalam melakukan evaluasi proses belajar
mengajar.

B. Strategi Perencanaan Proses Belajar Mengajar


Strategi Perencanaan Proses Belajar Mengajar merupakan suatu hal yang penting bagi
guru dalam menjalankan tugasnya. Pembelajaran akan lebih optimal jika guru terlebih dahulu
menyiapkan perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Perencanaan
pembelajaran dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran.
1. Definisi Strategi
Istilah Strategi mula-mula dipakai di kalangan militer dan diartikan sebagai seni
dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan
pasukan dan navigasi ke dalam polisi perang yang dipandang paling menguntungkan untuk
memperoleh kemenangan. Strategi juga mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar
haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Kemudian jika
dihubungkan dengan kegiatan belajar mengajar, maka strategi dalam artian khusus bisa
diartikan sebagai pola umum kegiatan yang dilakukan guru-murid dalam suatu perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. (Abu Ahmadi, dan
Joko Tri Prasetya, 1997: 12).
2. Definisi Perencanaan

9
Dalam bahasa Inggris, perencanaan dikenal dengan istilah planning, artinya
serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Perencanaan berarti
menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan
yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu.

Sementara itu, Terry menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan


yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan
mencakup kegiatan pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk
mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola tindakan untuk
masa mendatang.

3. Definisi Pembelajaran (Belajar Mengajar)


Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing,
membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan kata
lain pembelajaran adalah suatu cara untuk mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta
didik. Pembelajaran adalah kegiatan yang didalamnya terkandung dua unsur pokok, yaitu
busur kegiatan guru dan siswa.
4. Definisi Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran merupakan sesuatu yang dipersiapkan secara
sistematis dalam suatu pembelajaran yang akan dimanifestasikan secara bersama-sama
peserta didik. Dalam bahasa Majdid, perencanaan proses pembelajaran adalah proses
penyusunan teori pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan
metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada
masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Unsur-unsur Strategi Proses Belajar Mengajar


Agar dapat merancang serta melaksanakan strategi pembelajaran yang efektif perlu
memperhatikan unsur-unsur strategi dasar atau tahapan langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan spesifkasi dari kualifkasi perubahan perilaku, tujuan selalu dijadikan
acuan dasar dalam merancang dan melaksanakan setiap kegiatan pembelajaran. Oleh
sebab itu tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara spesifk dalam arti mengarah
kepada perubahan perilaku tertentu dan operasional dalam arti dapat diukur.
2. Memilih pendekatan pembelajar, suatu cara pandang dalam menyampaikan yang
telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran harus dipertimbang dan dipilih jalan
pendekatan utama yang dipandang paling ampuh, paling tepat, dan paling efektif
guna mencapai tujuan.

10
3. Memilih dan menetapkan metode, teknik, dan prosedur pembelajaran. Metode
merupakan cara yang dipilih untuk menyampaikan bahan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
a) Teknik merupakan cara untuk melaksanakan metode dengan sarana
penunjang pembelajaran yang telah ditetapkan dengan memperhatikan
kecepatan dan ketepatan belajar untuk mencapai tujuan.
b) Merancang Penilaian
c) Merancang Remedial
d) Merancang Pengayaan.

Macam-macam Strategi Pembelajaran


Secara umum strategi pembelajaran dibagi menjadi tiga:
1. Strategi Indukatif adalah suatu strategi pembelajaran yang memulai
dari hal-hal yang khusus barulah menuju hal yang umum.
2. Strategi Dedukatif adalah suatu strategi pembelajaran yang umum
menuju hal-hal yang khusus.
3. Strategi campuran adalah gabungan dari strategi indukatif dan dedukatif. Adapula strategi
regresif yaitu strategi pembelajaran yang memakai titik tolak jaman sekarang untuk
kemudian menelusuri balik (kebelakang) ke masa lampau yang merupakan latar belakang
dari perkembangan kontemporer tersebut.

Mulyasa (2004:80), mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
persiapan mengajar, yaitu:
1. Rumusan kompetensi dalam persiapan mengajar harus jelas. Semakin konkret kompetensi,
semakin mudah diamati dan semakin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk
membentuk kompetensi tersebut.
2. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.
3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus
menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan.
4. Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapaiannya.
5. Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah, terutama apabila
pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau moving class

11
Secara makro, strategi pembelajaran berkait dengan tindakan strategis guru dalam:
1. Memilih dan mengoperasionalkan tujuan pembelajaran
2. Memilih dan menetapkan setting pembelajaran
3. Pengelolaan bahan ajar
4. Pengalokasian waktu
5. Pengaturan bentuk aklivitas pembelajaran
6. Metode teknik dan prosedur pembelajaran
7. Pemanfaatan penggunaan media pembelajaran
8. Penerapan prinsip-prinsip pembelajaran
9. Penerapan pendekatan pola aktivitas pembelajaran
10. Pengembangan iklim pembelajaran
11. Pemilihan pengembangan dan pelaksanaan evaluasi. (Supriadi Saputro, 2000: 23-24)
12.
C. Strategi Pelaksanaan Belajar Mengajar

Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar, yakni tahap permulaan
(prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian serta tindak lanjut.

1. Tahap Prainstruksional

Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai
proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau
siswa pada tahapan ini :

 Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kiranya
tidak perlu diabsensi satu persatu, cukup ditanya yang tidak hadir saja dengan
alasannya. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan sebagai suatu tolok
ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan
kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dll), tetapi bisa juga terjadi
karena pengajaran dari guru yang tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai
siswa atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap
merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberikan hukuman yang menyebabkan
frustasi, rendah diri, dll).

 Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Hal ini
bukan soal guru sudah lupa, tapi menguji dan mengecek kembali ingatan siswa
terhadap bahan yang telah dipelajarinya. Dengan demikian guru mengetahui ada

12
tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan
siswa menghadapi pelajaran hari itu.

 Mengajukan pertanyaan siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran
yang diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana
pemahaman materi yang telah diberikan, apakah tahan lama diingat atau tidak.

 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran


yang belum dikuasainya dari pelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.

 Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu secara singkat tetapi mencakup
semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai
dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, sebagai usaha dalam
menciptakan kondisi belajar siswa.

Tujuan tahapan ini, pada hakikatnya adalah mengunkapkan kembali


tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan
kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Tahap
prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan tahap pemanasan dalam
olahraga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa. Seperti seorang
pemain bulu tangkis, melakukan pukulan pemanasan sebelum ia bermain yang
sebenarnya. Oleh karena itu tak pernah terjadi seorang pemain langsung bertanding
tanpa melakukan pukulan pemanasan.

2. Tahap Instruksional

Tahap instruksional adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan
memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum
dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut :

 Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa. Informasi
tujuan penting diberikan kepada siswa, sebab tujuan tersebut untuk siswa dan
harus dicapai setelah pengajarann selesai. Berdasarkan pengamatan masih
banyak guru yang tidak melaksanakan ini, sebaiknya tujuan tersebut ditulis
secara ringkas didepan papan tulis sehingga dapat dibaca dan dapat dipahami
oleh siswa.

13
 Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku
sumber yang telah disiapkan sebelumnya. Sudah barang tentu materi tersebut
sesuai silabus dan tujuan pengajaran, sebab materi bersumber dari tujuan.

 Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi
itu dapat ditempuh dua cara, yakni : pertama, pembahasan dimulai dari
gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topic secara lebih khusus.
Kedua, dimulai dari topic khusus menuju topic umum. Mana cara yang paling
baiok untuk melakukannya bergantung pada guru masing-masing. Namun
demikian, cara pertama diduga akan lebih efektif sebab siswa diberikan
gambaran keseluruhan materi, sehingga siswa tahu arah bahan pengajaran yang
akan dibahas selanjutnya. Pembahasan tidak harus oleh guru tetapi lebih baik
lagi dibahas oleh siswa.

 Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh


konkrit. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk
mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas.
Dengan demikian nilai pengajaran tidak hanya pada akhir pelajaran saja, tetapi
juga pada saat pengajaran berlangsung. Jika ternyata siswa belum
memahaminya, maka guru mengulang kembali pokok materi tadi sebelum
melanjutkan pada pokok materi berikutnya. Demikian seterusnya sampai semua
pokok materi yang telah ditulis tadi selesai dihahas. Harus diperhatikan bahwa
siswa harus banyak terlibat dalam membahas pokok materi.

 Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok


materi yang sangat diperlukan. Alat bantu seperti alat peraga grafis, model atau
alat peraga yang diproyeksikan (kalau ada) sudah barang tentu harus sudah
disiapkan sebelumnya. Alat ini digunakan dalam empat fase kegiatan : a) Pada
waktu guru menjelaskan kepada siswa, b) Pada waktu guru menjawab
pertanyaan siswa, sehingga jawaban lebih jelas, c) Pada waktu guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa atau pada waktu memberi tugas kepada siswa, dan d)
Digunakan siswa pada waktu ia mengerjakan tugas yang diberikan guru dan
pada waktun siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian alat peraga
tersebut dapat digunakan oleh guru dan oleh siswa.

14
 Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh
guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa.
Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin
diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pada kegiatan ini siswa diberi waktu
untuk mencatat kesimpulan pelajaran bertanya kepada temen-temannya, atau
mendiskusikannya dalam kelompok. Harus diperhatikan bahwa kegiatan yang
ditempuh dalam tahapan instruksional, sebaiknya dititikberatkan pada siswa
yang harus lebih aktif melakukan kegiatan belajar. Untuk itu maka haruslah
dipilih pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif.

3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut

Tahapan yang ketiga atau yang terakhir dari strategi menggunakan model
mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan
pembelajaran. Tujuan tahapan ini, ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari
tahapan kedua (instruksional), kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain :

 Mengajukan pertanyaan kepada kelas, atau kepada beberapa siswa, mengenai


semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan kedua. Pertanyaan yang
diajukan bersumber dari bahan pengajaran. Pertanyaan dapat diajukan kepada
siswa secara lisan maupun secara tertulis. Pertanyaan ini disebut post test.
Berhasil tidaknya tahapan kedua, dapat dilihat dari dapat/tidaknya siswa
menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Salah satu patokan yang dapat
digunakan adalah apabila kiri-kira 70% dari jumlah siswa di kelas tersebut dapat
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, maka proses pengajaran (tahapan
kedua) dikatakan berhasil.

 Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari
70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa.
teknik pembahasan bisa ditempuh dengan berbagai cara, yakni : (1) menguasai
untuk menjelaskannya pada kegiatan terjadwal , (2) diadakan diskusi kelompok
membahas pokok materi yang belum dikuasai, dan (3) memberikan tugas
pekerjaan rumah, yang berhubungan dengan pokok materi yang belum dikuasai
melalui kegiatan mandiri. Cara mana yamg dipilih diserahkan sepenuhnya
kepada guru.

15
 Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat
memberikan tugas/pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topic atau
pokok materi yang telah dibahas. Misalnya, tugas memecahkan masalah,
menulis karangan atau makalah, membuat kliping dari koran dan lain-lain yang
erat huibungannya dengan bahann yang telah dibahas.

 Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau member tahu pokok materi yang akan
dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu agar siswa dapat
mempelajari bahan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya.

Ketiga tahap yang telah dibahas diatas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu,
tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan
kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh.
Disinilah letak keterampilan professional dari seorang guru dalam melaksanakann strategi
mengajar. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam uraian diatas secara teoritis mudah
dikuasai, namun dalam prakteknya tidak semudah seperti digambarkan. Hanya dengan latihan
dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

1. Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik


individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam:

a. Keadaan Jasmani
Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu
keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk
menjaga kesehatan jasmani.

16
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
a) Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk
kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan
tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk
belajar.
b) Rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat.
c) Istirahat yang cukup dan sehat.

b. Keadaan Fungsi Jasmani/Fisiologis


Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang
berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula .
Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap dunia
luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata
dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra
dengan baik. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan,
memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi
makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

2) Faktor Psikologis

Faktor – faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat


memengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.

a. Kecerdasan/Intelegensi Siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara
yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas
otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan
kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ
yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive
control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.

17
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses
belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi
inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih
sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu,
semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu
bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya.
Sebagai factor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
b. Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para
ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti
seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk
membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi
bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi
intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relatif lebih
lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang dating dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan,
tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
c. Minat
Secara sederhana,minat (interest) mengandung kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah,
2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan

18
ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan
perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks
belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat
siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau
dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik
mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi dan desain.
d. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha
untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi diri siswa.

e. Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah,
2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai
kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian,

19
bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat
juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai
bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan
bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih
mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.

2. Faktor Eksternal
1) Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal


siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.

c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan


belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2) Lingkungan Non-Sosial

20
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana
yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan
alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.

b. Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.


Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar,
lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.

c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya


disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar
guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru
harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mengajar dan belajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Belajar menunjuk kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai yang menerima
pelajaran (peserta didik) sedangkan menunjuk kegiatan apa yang harus dilakukan oleh
seorang guru yang menjadi pengajar. Belajar dan mengajar merupakan suatu prinsip dasar
yang sangat fundamental yang harus dipahami para guru dalam rangka melaksanakan proses
belajar mengajar di ruang lingkup dunia pendidikan.

Dengan didasari memahami mengenai konsep dasar belajar mengajar diharapkan


tercapainya suatu tujuan dari proses belajar mengajar yang berkualitas dan pada akhirnya
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, setidaknya oleh para guru sebagai pendidik
dalam rangka pemahaman dan menciptakan peserta didik yang berkualitas sesuai dengan
karakteristik minat dan bakat serta kemampuan yang dimiliki siswa. Sementara itu proses
mengajar belajar dapat diartikan hubungan antara pihak pengajar (guru) dan pihak yang di
ajar (siswa), sehingga terjadi suasana di mana pihak siswa aktif belajar dan pihak guru aktif
mengajar.

Dengan demikian proses belajar mengajar ini merupakan proses interaksi antara guru
dengan murid atau peserta didik pada saat pengajaran dan dalam sistem pendidikan tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Dalam melaksanakan kegiatan mengajar dan
belajar yang dilaksanakan secara efektif memang tidaklah mudah. Guru seharusnya dapat
menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap proses mengajar belajar
terutama faktor yang menghambatnya, untuk itu guru dituntut harus memiliki sejumlah
strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya, dan juga menangkal beberapa hambatan-hambatan yang mengganggu proses
berlangsungnya mengajar belajar, baik itu strategi dalam perencanaan proses mengajar
belajar ataupun strategi dalam hal pelaksanaan proses mengajar belajar. Tentunya letak
keberhasilan atau tidaknya proses mengajar belajar adalah berada di tangan guru daan
tentunya peserta didik itu sendiri, setelah guru melaksanakan kiprahnya dalam hal
melaksanakan proses mengajar secara profesional dan memiliki strategi yang mumpuni

22
dalam melaksanakan pembelajaran, sebaiknya guru juga senantiasa melakukan evaluasi-
evaluasi secara mendetail mengenai proses mengajar belajar yang telah dilakukannya.

B. SARAN

Agar kualitas sistem pendidikan di negara Indonesia ini maju dan berjalan lebih baik lagi,
maka terkhususnya bagi para peserta didik harus senantiasa meningkatkan motivasi dan
ranah belajarnya serta berperan aktif, kreatif dan inovatif ketika menjalani proses
pembelajaran. Kemudian untuk para guru sebagai unsur fundamental dalam mempengaruhi
berhasil atu tidaknya proses mengajar belajar, guru hendaknya mempunyai kemauan dan
integritas yang tinggi untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses melalui program
pembelajaran yang terencana, serta guru supaya menghindari kebiasaan pembelajaran dengan
pola duduk, dengar, catat dan hafal selain itu dalam praktek mengajar seharusnya guru selalu
merencanakan dan mempersiapkan terlebih dahulu materi sebelum terjun langsung ke
lapangan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara)

Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar. (Bandung: Sinar Baru)

Nazir M. 2013. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Karakter. Jurnal Pendidikan Agama


Islam, vol 02 (02), 339-342.

Asrori Mohammad. 2013. Penegertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran.
Madrasah, vol 5(02) 164, 165, 170,171.

24

Anda mungkin juga menyukai