Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HAKIKAT DAN FAKTOR FAKTOR PEMILIHAN


METODE MENGAJAR DIKELAS
Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah :
STRATEGI PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu:

Kelompok: 5 (Lima)

Nama:

 Agus
 Juni
 Amril
 Nurhasanah
 Sakinah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

AL-IKHLAS DAIRI

STAI-AD
KATA PENGANTAR

Assalamualaikuwarohmatuallahiwabarokatu

Semoga berkah dan keselamatan tercurah kepada kita semua. Puji syukur ke
hadirat Allah SWT, yang dengan berkah, rahmat, dan karunia-Nya telah
menuntun penulis menyelesaikan makalah berjudul “Pemilihan Metode
Pembelajaran dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Pembelajaran”. Pembelajaran memiliki peranan vital dalam memberikan
pengetahuan, pengalaman belajar dan perubahan perilaku peserta didik. Kegiatan
pembelajaran akan lebih terarah, menarik, dan mampu mencapai tujuan yang
diharapkan bilamana guru mengoptimalkan peranannya sebagai fasilitator
pembelajaran. Menjadi fasilitator berarti guru memiliki kewenangan yang luas
dan fungsional. Sebagai fasilitator pembelajaran guru memiliki peran sebagai
learning designer, konduktor, sekaligus evaluator. Pemilihan metode
pembelajaran yang tepat memposisikan guru sebagai learning designer yang
harus jeli dan memiliki ketajaman penilaian terhadap segala aspek yang berkaitan
dengan pembelajaran.

Sidikalang , 12 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

2. Rumusan masalah

BAB II. PEMBAHASAN

1. Pemilihan metode belajar


2. Prinsip prinsip menentukan metode mengajar
3. Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam metode mengajar

BAB III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paradigma pembelajaran senantiasa mengalami perubahan.
Perubahan dimaksudkan untuk perkembangan dan kemajuan pembelajaran
yang dapat memberikan hasil yang lebih baik. Paradigma pembelajaran yang
berkembang dan diterapkan selalu menyesuaikan dengan kondisi kekinian.
Tidak berlebihan bilamana terdapat anggapan umum, bahwa pembangunan
sumber daya manusia dimulai dari ruang-ruang kelas dalam lingkup
pendidikan formal di sekolah. Proses pendidikan merupakan langkah nyata
untuk mempersiapkan sumber daya manusia bagi kemajuan bangsa dan
negara (human investment).
Salah satu cita-cita pendidikan diantaranya, proses pembelajaran di
kelas mampu membentuk sumber daya manusia yang memiliki kapasitas dan
kualitas yang dibutuhkan jaman, tanpa meninggalkan karekter humanis yang
berkebangsaan. Melihat betapa pentingnya pembelajaran di kelas, sebagai
bagian dari human investement, tentu proses pembelajaran di kelas harus
memiliki kualitas yang di atas rata-rata. Penentu proses pembelajaran yang
berkualitas terletak di tangan guru. Secara sederhana proses pembelajaran di
kelas dapat diringkas dalam tiga tahapan utama. Ketiga tahapan tersebut
antara lain: (1) persiapan; (2) pelaksanaan; dan, (3) evaluasi.
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diraih manakala semua
aspek yang berkaitan dengan pembelajaran membentuk hubungan yang
sinergis, saling melengkapi, dan didukung oleh semua pihak yang terlibat di
dalamnya. Dukungan dari semua warga belajar tidak diperoleh begitu saja,
tetapi harus dibangun melalui pola interaksi positif antara pendidik dan
peserta didik. Seorang pendidik harus memiliki kepercayaan diri yang
dilandasi dengan kapasitas, kualitas, dan komitmen yang kuat, sehingga
mampu menumbuhkan kepercayaan peserta didik akan kemampuan pendidik
sebagai seorang fasilitator pembelajaran. Guru sebagai seorang learning
designer, konduktor, sekaligus evaluator harus mampu mengoptimalkan

2
peranan-peranan fungsional tersebut agar keberhasilan pembelajaran dapat
dicapai. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran, bukan keberhasilan guru
seorang, tetapi keberhasilan yang sama-sama diraih beserta peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan berikut ini:
1. Pemilihan metode belajar
2. Prinsip prinsip menentukan metode mengajar
3. Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam metode mengajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemilihan Metode Belajar


1. Definisi Metode pembelajaran

Metoda berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos
yang artinya jalan atau cara. Jadi metoda artinya suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai suatu tuuan. Adapun istilah metodologi berasal dari kata metoda dan
logi . logi berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti akal atau ilmu. Jadi
metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Metode merupakan cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan.

Metode merupakan upaya yang digunakan utuk mengimplementasikan


rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Fred Percival dan Henry Ellington (1984) adalah cara
umum untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik atau mempraktikkan
teori yang telah dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Metode pembelajaran berarti cara yang digunakan oleh pendidik untuk


mempersiapkan segala hal yang dipersiapkan untuk kebutuhan belajar mengajar
agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setelah pengertian ada beberapa
karakteristik metode pembelajaran, diantaranya adalah:

1. Memungkinkan terciptanya kondisi kondusif selama proses pembelajaran.

2. Memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mempelajari bahan ajar


selama proses pembelajaran.

3. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap


kegiatan pembelajaran.

1
4. Memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar yang
mencakup segenap potensi dalam dirinya secara seimbang.

5. Memungkinkan peserta didik untuk melakukan refleksi secara bebas


terhadap pengalaman belajar yang diperoleh ketika berinteraksi dengan
lingkungan sekitar (fisik dan sosial).

6. Mendorong tumbuh-kembangnya kepribadian peserta didik, utamanya


sikap terbuka, demokratis, disiplin, tanggungjawab, dan toleran serta
kmitmen terhadap nilai-nilai sosiobudaya bangsanya.

Penggunaan metode pembelajaran sebenarnya adalah untuk memudahkan


guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan bagi siswa adalah untuk
memberikan suasana belajar baru dan memudahkan dalam memahami pelajaran
yang disampaikan guru. Semua metode pembelajaran adalah baik dan dapat
digunakan untuk menyampaikan semua matapelajaran yang tentunya disesuaikan
dengan karakteristik siswanya. Jadi, tidak ada metode yang paling baik, paling
menonjol diantara yang lain. Semuanya terdapat kelemahan dan kelebihan
masing-masing, untuk itu haruslah diterapkan sesering mungkin untuk melihat
kelebihan dan kekurangannya. Beberapa macam metode pembelajaran antara lain:
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
d. Metode pemberian tugas
e. Metode demonstrasi
f. Metode kerja kelompok
g. Metode karyawisata
h. Metode kooperatif
i. Metode simulasi
B. Prinsip prinsip menentukan metode belajar

Tugas pendidik yang paling utama adalah bagaimana ia mengondisikan suatu


keadaan itu agar menunjang terjadinya suatu perubahan tingkah laku anak
didiknya. Oleh karena itu, bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan proses
pengalaman belajar yang sistematis yang bermanfaat untuk siswa dalam
kehidupannya kelak. Dari proses pemberian pengalaman belajar tersebut, jelas
makna implementasi metodologi pembelajaran yang selama ini berpusat pada
guru di ubah agar sekiranya anak didiklah yang di tuntut untuk lebih aktif dalam
proses pembelajaran tersebut.
Dahulu pelajaran di padang sebagai proses mengisi otak dengan
pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang di gunakan guru
banyak berpusat pada metode ceramah, bagimanapun materi yang akan
disampaikan. Muncullah teori teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar
membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode
mengajar. Metode metode tersebut berkembang mengikuti prinsip prinsip umum
berikut:
1. Memperhatikan kecenderungan kecenderungan siswa
Dalam pemilihan metode pembelajaran kita perlu mengetahui
kecenderungan-kecenderungan peserta didik. Sebagai seorang pendidik
sangat perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Karena berpengaruh
terhadap proses pemilihan metode pembelajaran.
2. Memanfaatkan aktifitas individual para siswa.
Proses pembelajaran aktif dan berpusat pada siswa mampu meningkatkan
berendapnya pembelajaran dalam memori jangka panjang sehingga
membentuk bank pengetahuan. Hal inlah yang perlu diketahui dan
dimanfaatkan oleh pendidik, agar siswa mampu mebnetuk pengetahuan
tersebut
3 Mendidik melalui permainan permainan (games) atau menjadikan
permainan sebagai sarana pendidikan. Agar tidak terjadi kejenuhan dalam
proses pembelajaran, perlu divariasikan metode pembelajaran dengan
suatu permainan. Karena permainan dapat membuat peserta didik
semangat dalam belajar dan mengurangi kejenuhan dlam pembelajaran.
4. Menerapkan prinsip kebebasan yang rasional dalam proses belajar tanpa
membebani para siswa dengan berbagai perintah atau larangan yang
mereka tidak butuhkan. Pendidik perlu memberikan kebebasan terhadap
peserta didiknya. Hal itu dilakukan agar siswa tidak merasa terbebani dan
merasa tertekan. Sehingga proses pembelajaran akan berjalan secara
efisien.
5. Mengutamakan dunia anak anak dalam artian bahwa memperhatikan
kepentingan mereka dan mempersiapakan mereka untuk kehidupan di
masa depan. Sebagai seorang peserta didik haruslah mengerti tentang
peserta didiknya. Mampu mengetahui dan memberikan kebutuhan
maupun kepentingan yang diperlukan peserta didiknya.
6. Memanfaatkan segenap indera siswa, sebab pendidikan inderawi
merupakan alat menuju pendidikan intelektual.
Siswa harus mampu mengoptimalkan fungsi dari kelima inderanya,
disinilah tugas pendidik untuk memunculkan dan mengoptimalkan fungsi
dari masing-masing kelima indera yang dimiliki oleh peserta didik.
C. Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam metode mengajar
Melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan
perencanaan pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar
pembelajaran menjadi lebih terarah. Dalam membuat perencanaan
pembelajaran, banyak aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru. Oleh
karenanya agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
dapat meraih tujuan yang diharapkan, maka dalam menyusun learning
design perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
metode pembelajaran. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran, antara lain:
1. Faktor peserta didik.
a. Perbedaan jenjang pendidikan.
Pemilihan suatu metode pembelajaran, harus menyesuaikan
tingkatan jenjang pendidikan siswa. Pertimbangan yang menekankan
pada perbedaan jenjang pendidikan ini adalah pada kemampuan
peserta didik, apakah sudah mampu untuk berpikir abstrak atau
belum. Penerapan suatu metode yang sederhana dan yang kompleks
tentu sangat berbeda, dan keduanya berkaitan dengan tingkatan
kemampuan berpikir dan berperilaku peserta didik pada setiap
jenjangnya.
Sebagai contoh, pemilihan metode pembelajaran untuk anak
kelas satu SD biasanya dengan metode belajar yang sederhana dan
menyenangkan, karena tingkatan berpikirnya masih kongkret.
Misalnya saat membahas mengenai „saling berbagi‟, guru harus
menunjukkan dan mengajak peserta didiknya untuk saling berbagi,
dengan cara membagi makanan maupun saling berbagi mainan
dengan cara mempraktekannya. Berbeda pada metode pembelajaran
yang diterapkan pada anak pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, misalnya SMP dan SMA. Saat membahas mengenai „saling
berbagi‟ cukup dengan melakukan diskusi, karena pada tahap ini
mereka sudah memiliki kemampuan berpikir abstrak dan analitis.
Semakin tinggi tingkatan berpikirnya, maka pemilihan
metode pembelajaran yang diterapkan dapat semakin kompleks. Ini
berkaitan dengan pemahaman siswa, pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimiliki sebelumnya, serta kebutuhan akan aktualisasi diri
yang bersifat lebih kompleks. Kebutuhan akan aktualisasi diri yang
lebih kompleks menunjuk pada motif peserta didik dalam tingkatan
partisipasi pembelajaran yang dilakukan.
Pada usia anak-anak, aktualisai diri biasanya didasari
karena: (1) pujian; (2) perasaan malu karena teman yang lain aktif,
sehingga ia terdorong untuk turut aktif; (3) perasaan segan maupun
takut pada guru; (4) karena memang siswa mampu; (5) perasaan
senang terhadap guru maupun mata pelajaran tertentu; (6) keinginan
untuk mendapatkan nilai lebih sebagai hasil pencapaian belajar.
Berbeda dengan motivasi aktualisasi diri pada peserta didik yang
tergolong usia remaja dan dewasa, aktualisasi diri selain dimotivasi
hal-hal diatas bisa didorong oleh alasan yang bersifat lebih kompleks,
seperti: (1) keinginan untuk maju dan meningkatkan kualitas diri; (2)
idealisme; (3) sosialisasi ide atau gagasan sebagai hasil pemikiran;
serta (4) keinginan untuk mendapatkan respons dari warga belajar
atas partisipasinya. .
2. Faktor dinamika kelas.
a. Jumlah peserta didik.
Jumlah peserta didik dalam satu kelas perlu menjadi
pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat.
Meskipun pemerintah telah mengeluarkan aturan baku mengenai
standar jumlah peserta didik dalam satu kelas, namun kenyataannya
aturan tersebut masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Kekurangan jumlah peserta didik dalam satu kelas
disebabkan karena minat dan berbagai alasan lain, sehingga terjadi
kekurangan siswa. Lain halnya dengan kelas yang jumlah siswanya
justru over capasity. Masih banyak sekolah-sekolah yang menerima
murid dalam jumlah yang besar namun tidak memiliki kapasitas
ruang yang memadai, sehingga dalam satu ruangan kelas dipenuhi
oleh jumlah siswa yang melebihi dari 32 orang.
Hal ini berpengaruh pada efektifitas pembelajaran. Dalam
kelas yang jumlah peserta didiknya melampau batas, guru akan
kewalahan mengampu pembelajaran. Pencapaian tujuan belajar akan
menjadi lebih sulit karena ketidakseimbangan antara porsi maksimal
perhatian dan penanganan yang dapat diberikan guru, dengan kondisi
besarnya jumlah siswa yang akan menimbulkan berbagai keruwetan.
Kelas yang over capasity, cenderung sulit diatur, gaduh, peserta didik
sulit untuk memfokuskan perhatian secara konsisten terhadap
pelaksanaan pembelajaran dan berbagai masalah lainnya.
Aplikasi metode ini adalah dengan memberikan penjelasan
singkat pada peserta didik mengenai keempat sikap politik tersebut,
kemudian menugasi siswa secara individu untuk menuliskan dalam
kartu jawab mengenai  pengertian dan contoh kongkret sikap
politik radikal, liberal, moderat, dan status qou. Satu orang peserta
didik memperoleh satu sikap politik. Setelah waktu yang ditentukan,
guru mengelompokkan siswa dengan sikap politik sejenis dalam
kelompok-kelompok cluster dengan posisi tempat duduk memanjang
dari depan ke belakang. Diskusi mengenai sikap politik segera
dilakukan. Secara singkat dapat dijelaskan, pada metode ini siswa
mengerjakan latihan soal pada awalnya  kemudian dikelompokkan
dalam tugas yang sejenis, dengan kata lain individual learning
dikembangkan menjadi cooperatif learning.
Mengetahui seluk beluk kondisi kelas dan peserta didik
tidak hanya sebagai suatu keharusan bagi guru, tetapi harus
dijadikan sebagai prisip pelaksanaan pembelajaran yang mantap dan
profesional. Dengan demikian guru dapat mengatasi permasalahan
yang muncul dalam pembelajaran yang diampunya. Guru memiliki
kebebasan dalam mengembangkan ide-ide dan kreatifitasnya demi
kemajuan kualitas pembelajaran di kelasnya.
b. Karakter kelas.
Pemilihan metode pembelajaran harus memperhatikan
karakter kelas. Karakter kelas menyangkut sifat dan sikap peserta
didik dalam tataran umum untuk ruang lingkup kelas. Guru harus
memiliki ketajaman pandangan dan mampu menilai karakter yang
dimiliki oleh kelas-kelas yang diampunya. Setiap kelas memiliki
karakternya masing-masing. Salah satu keterampilan wajib seorang
guru adalah dalam hal penguasaan kelas. Penguasaan kelas bukan
diartikan guru dominan dan diktatoris, tapi guru sangat mengenali
dan memahami secara mendalam karakter kelas yang diampunya.
Mengenali dan memahami karakter kelas memerlukan cara
tersendiri. Cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui karakter kelas
adalah dari sikap yang paling dominan yang dimiliki kelas tersebut,
dimana sikap dominan tersebut merupakan sikap yang mencirikan
(membedakan) kelas tersebut dengan kelas lainnya. Ini berarti setiap
kelas memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Sikap dominan bisa ditelusur
dari indikasi-indikasi seperti yang tampak, antara lain:
.
3. Faktor ketersediaan fasilitas pembelajaran.
Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses
pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi
sekolah yang telah memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap,
ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu kendala. Namun demikian
tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran dengan standar
yang diharapkan. Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi suatu
hambatan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu
menjangkau tujuan pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru
yang memiliki semangat dan komitmen yang kuat tetap mampu
menyelenggarakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan
mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Manakala sekolah mengalami keterbatasan dalam penyediaan
fasilitas pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran merupakan jalan
keluar yang paling relevan agar pembelajaran tetap menarik,
menyenangkan, dan dapat memberikan goal yang ingin dicapai. Sebagai
contoh, dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),
peserta didik harus mencari informasi mengenai pandangan masyarakat
terhadap aktor-aktor politik di Indonesia. Saat ini banyak sekolah-
sekolah yang telah dilengkapi dengan fasilitas internet Wi Fi, sehingga
semua warga sekolah dapat mengakses internet dengan mudah. Tetapi
tidak sedikit pula sekolah yang belum memiliki kemampuan untuk
menyediakan fasilitas ini.
Penggunaan perpustakaan sebagai fasilitas subtitusi (pengganti
penggunaan internet) bisa dilakukan. Akan tetapi ada cara yang lebih
„menghidupkan‟ suasana pembelajaran dibandingkan menggunakan
perpustakaan. Guru dapat memilih menggunakan metode pembelajaran
wawancara. Siswa diminta mewawancarai warga sekolah untuk
menjaring informasi mengenai pendapat mereka terhadap aktor-aktor
politik di Indonesia. Dalam hal ini ketiadaan fasilitas internet dapat
digantikan dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Justru
dengan metode ini guru dan peserta didik akan mendapatkan nilai
tambah, yakni adanya pola interaksi langsung antara peserta didik
dengan masyarakat yang diwawancarai. Disamping menambah
kepercayaan diri, serta memupuk keberanian peserta didik. Rasa optimis
adalah kunci utama untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas
ditengah-tengah kekurangan yang ada.
4. Faktor tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran
bertujuan agar pesera didik sebagai warga belajar akan memperoleh
pengalaman belajar dan menunjukkan perubahan perilaku, dimana
perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan lama. Kalimat tersebut
dapat dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran
yang tidak hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga
berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap
realitas kehidupan.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mampu
menjadikan peserta didik meraih tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai. Sebagai contoh, pada mata pelajaran Geografi dirumuskan dua
tujuan pembelajaran, antara lain: (1) agar siswa memahami dampak
pemanasan global bagi lingkungan; dan (2) agar siswa mampu
menunjukkan sikap mencintai lingkungan dan alam. Demi tercapainya
kedua tujuan pembelajaran tersebut, guru menggunakan metode resitasi.
Dalam tugas resitasi ini guru meminta siswa untuk mengumpulkan
informasi mengenai dampak pemanasan global bagi lingkungan, selain
itu siswa diminta untuk melakukan aksi nyata kepedulian dan cinta
terhadap lingkungan dan alam. Guru menghendaki agar siswa
mengumpulkan laporan tugas dan bukti aksi nyata kepedulian dan cinta
siswa terhadap lingkungan dan alam.
Dalam jangka waktu yang ditentukan penugasan resitasi telah
membuat siswa berhasil menyusun laporan mengenai dampak
pemanasan global terhadap lingkungan. Sebagai aksi nyata sikap peduli
dan cinta terhadap lingkungan dan alam, siswa menunjukkan berbagai
macam ide maupun tindakan nyata berkaitan dengan hal tersebut.
Terdapat siswa yang secara gencar mensosialisasikan gerakan-gerakan
mencintai lingkungan dan alam dengan memanfaatkan situs jejaring
sosial dan membentuk komunitas pecinta lingkungan dan alam di dunia
maya; terdapat siswa yang memanfaatkan sampah di lingkungan tempat
tinggalnya melalui gerakan Reduce – Re-use – Recycle; dan berbagai
tindakan nyata lainnya.
Dengan penggunaan metode yang tepat, tujuan pembelajaran
yang mencakup pembangunan individu di ketiga ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.
5. Faktor kesanggupan guru.
Guru memang dituntut untuk selalu menunjukkan performa yang
selalu prima dalam setiap pembelajaran yang diampunya. Namun
demikian, guru tetaplah manusia dengan berbagai kelebihan dan
kekurangan yang dimilikinya. Memilih suatu metode pembelajaran pun
harus menimbang kesanggupan guru. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi
dalih pembenaran bagi guru untuk menunjukkan performa yang terlalu
apa adanya, dan yang biasa-biasa saja.
Tuntutan untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dan kualitas
harus selalu diupayakan oleh setiap pendidik. Faktor kesanggupan guru
bukanlah suatu pembatas bagi guru untuk memunculkan ide, kreativitas,
dan inovasi-inovasi segar yang dapat memunculkan „ruh‟ dalam
pembelajaran yang diselenggarakannya. Dalam paparan sederhana
misalnya, guru yang memiliki „sense of humor‟ banyak disukai
muridnya, tetapi guru tidak perlu memaksakan diri untuk menjadi „orang
lucu‟ di depan muridnya agar ia disukai. Cukup dengan penggunaan
metode pembelajaran yang mampu memunculkan antusiasme belajar
siswa, maka guru akan menjadi orang yang „diterima‟ dan disukai
peserta didiknya.
Alasan agar disukai murid, juga tidak boleh menjadikan guru
terlena, karena hakikatnya tujuan pembelajaran jauh lebih mulia jika
dibandingkan alasan tersebut. Guru memiliki tugas mulia menhantarkan
peserta didiknya meraih cita-cita di masa depan. Menjadi disukai adalah
„bonus‟ atau kompensasi dari kineja guru yang dilaksanakan secara
profesional dan mantap.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diraih manakala semua aspek
yang berkaitan dengan pembelajaran membentuk hubungan yang
sinergis, saling melengkapi, dan didukung oleh semua pihak yang terlibat
di dalamnya. Dukungan dari semua warga belajar tidak diperoleh begitu
saja, tetapi harus dibangun melalui pola interaksi positif antara pendidik
dan peserta didik. Seorang pendidik harus memiliki kepercayaan diri
yang dilandasi dengan kapasitas, kualitas, dan komitmen yang kuat,
sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan peserta didik akan
kemampuan pendidik sebagai seorang fasilitator pembelajaran. Guru
sebagai seorang learning designer, konduktor, sekaligus evaluator harus
mampu mengoptimalkan peranan-peranan fungsional tersebut agar
keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran, bukan keberhasilan guru seorang, tetapi keberhasilan yang
sama-sama diraih beserta peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Definisi Model, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran, diunduh dari
http://mkhgfthj.blogspot.com/2012/10/definisi-model-pendekatan-
strategi.html, diakses pada Kamis, 27 Maret 2013.
Akhmad Sudrajat. Tujuan Pembelajaran sebagai Komponen Penting dalam
Pembelajaran, diunduh dari
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuan-pembelajaran-sebagai-
komponen-penting-dalam-pembelajaran/

Anda mungkin juga menyukai