Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Makalah


Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus
maju dan berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan
jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh
terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam
pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus
sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat merima didikan
dengan baik.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara
guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai
dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif
yang terjadi antara guru dan murid.
Sehingga dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran ,
pendidik harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana.
Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.
Setiap pendidik tidak selalu memiliki suatu pandangan yang sama dalam hal
mendidik anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang pendidik
ambil dalam pengajaran.
Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber
daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga
kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses
pengajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan baik.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang
saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana
semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal
tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai pendekatan
pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan

1
menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya
sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik
harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya
sehingga berbagai jenis pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh
pendidik. Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul adalah
bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil balajar siswa dengan pendekatan
yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1.) Apa yang dimaksud pendekatan pembelajaran?
2.) Apa fungsi dan jenis-jenis serta tipe-tipe pendekatan pembelajaran?
3.) Apa yang dimaksud dengan PAKEM?
4.) Bagaimanan tujuan dan langkah-langkah PAKEM dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1.) Untuk mengetahui apa itu pendekatan pembelajaran serta pengertian menurut
para ahli;
2.) Untuk dapat mengetahui apa fungsi dan jenis-jenis serta tipe-tipe pendekatan
pembelajaran;
3.) Untuk mengetahui apa itu PAKEM;
4.) Untuk mengetahui tujuan dan langkah-langhkah PAKEM dalam pembelajaran.

1.4 Manfaat Makalah


Manfaat dari makalah ini yaitu:
1.) Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran;
2.) Dapat mengetahui apa fungsi dan jenis-jenis serta tipe-tipe pendekatan
pembelajaran;
3.) Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang PAKEM dalam
pembelajaran;
4.) Dapat mengetahui tujuan dan langkah-langkah PAKEM dalaam pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN


Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat
meningkatkan motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa
yang dipakai oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap
siswanya. Dalam sebuah pembelajaran yang baik guru berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru
berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi
yang kondusif. Guru sebagai fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang
baik melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan.
Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar
pada siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan
karakter pembelajaran.
Pendekatan (approach) pembelajaran fisika adalah cara yang ditempuh
guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan
sisiwa.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan
pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif
dalam proses pembelajaran, dan
2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama
dalam proses pembelajaran.

3
Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk
memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna
membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2 PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MENURUT PARA


AHLI
1. Menurut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai
proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”.
2. Menurut pendapat Wahjoedi (1999 121) bahwa, “pendekatan
pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa
agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh
hasil belajar secara optimal”.
3. Menurut Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa, “Pendekatan pembelajaran
merupakan jalan yang akan ditcmpuh oleh guru dan siswa dalam mencapai
tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”.
4. Menurut Sanjaya, (2008:127) pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta
strategi pembelajaran induktif
5. Menurut Suherman (1993:220) mengemukakan pendekatan dalam
pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh
oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari
sudut bagaimana proses pembelajaran atau materi pembelajaran itu, umum
atau khusus.

2.3 FUNGSI PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN


Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode
pembelajaran yang akan digunakan.
2. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4. Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.

4
2.4 JENIS-JENIS PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru
terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan
pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini.
Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan
individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan
pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar
anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual,
walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-
perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan
pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing
siswa secara optimal.
Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu
siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan
individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang
bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi
hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar. Untuk
mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini;
a.) mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik
dan membuat hubungan saling percaya.
b.) membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c.) membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
d.)menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan,
dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.
2. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang
menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan

5
kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina
dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik
adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk
hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan
rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk
mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga
terbina sikap kesetia kawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal
yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti
ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia. Tidak ada
makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk
lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil
bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok,
akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai
kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempanyai kekurangan.
Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar
dari mereka yang mempunyai kelebihan. Tanpa ada rasa minder. Persaingan yang
positif pun terjadi dikelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang
optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus
sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan,
fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan
yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan
pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan
secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hah-hal yang ikut
mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan
anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan . Perbedaan individual anak
didik, pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan
dalam melakukan pendekatan kelompok.

6
3. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang
bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi.
Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada
perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu
sisi anak didik mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik
mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak
didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar,
satu atau dua orang anak tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara
(berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari
masalah pelajaran.
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya
sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama.
Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai
ada tandanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya
pelajaran menjadi kurang efektif, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun
jadi terganggu. Disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode
yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang
gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam
mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali
menggunakan satu metode.
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang
dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang
biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan
variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus.
4. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan
tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam,
karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan
didalam kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat

7
diberi sanksi hokum dengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera.
Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah
melakukan sanksi hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni
teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan
kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa
merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan
yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap
tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan
tujuan untuk mendidik anak didik agar agar menghargai norma hukum, norma
susila, norma sosial dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk
menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya,
misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan
dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan
perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur barisan
Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah
oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru
telah meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan
akhlak yang mulia.
Kasus yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-
macam jenis dan tigkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang
tepat. Berbagai kasus yang terjadi selain dapat didekati dengan pendekatan
individual, pendekatan kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang
penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan individual harus berdampingan
dengan pendekatan edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan
pendekatan edukatif, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan
pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh
guru harus bernilai edukatif, dengan tujuan mendidik.
5. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua
macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya

8
tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih
pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan
sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata
pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan
pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler,
tetapi menyatu dengan nilai agama.
6. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,
pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk
mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa
kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna
(gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah
pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan
makna. Misalnya pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa Inggris.
Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang pertama di indonesia yang
dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa salah satu
sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain
seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu
sendiri. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu alternatif ke arah pemecahan
masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan
kebermaknaan. Ada beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan ini
sebagai berikut :
a.) Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan
melalui struktur ( tata bahasa dan kosa kata).
b.) Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang
merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran
bahasa yang natural.
c.) Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan
maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda
tergantung pada situasi saat kalimat digunakan.

9
d.) Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa
tersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar
berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa
sasaran.
e.) Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan
keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar
kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang
bersangkutan.
f.) Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih penting
bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang
berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
g.) Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak
hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka
harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan dengan
pengajaran.
h.) Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang
membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.

2.5 TIPE-TIPE PENDEKATAN PEMBELAJARAN


a. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada
tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada
pengembangan minat dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) dikembangkan oleh The Washington State Consortium for
Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di
Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan
kepada guru-guru dari enam provinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan
kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas.
Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di
Indonesia tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan
“pemaksaan” terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghafal.

10
Harus segera ada pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan
memberdayakan siswa.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak
mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta
atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh
John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Inilah yang terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal ini
terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai
perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi
mengajar. Karena itu, diperlukan :
1. Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.
2. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang
siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa.
3.Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa
manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah
berguna bagi hidupnya.
4.Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar dari
pada pemberi informasi.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

11
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini
siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang
mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat
untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan
komponen-komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk
belajar yang penting, yaitu :
1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru
dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa
yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi
peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan
yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok
sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.
Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar,
tetapi konsisten dengan dunia nyata.

12
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar
dengan focus pada pemahaman bukan hapalan
b. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran
yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide
baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam
peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa
keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik
dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai
pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru
lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk
meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih
mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi
seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu
melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang
konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya
pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa
pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial
dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain
seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme
individu).
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk
secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan
buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan
akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat

13
budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
1. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi
peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian
atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai
dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan
pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka
pelajari. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau
konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk
menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.
c. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang
menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang
kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum
ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari
keadaan umum keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula
dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh
khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
d. Pendekatan Induktif
Metode induktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari
sesuatu yang umum kesesuatu yang khusus.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai
sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi
umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari
keadaan khusus menuju keadaan umum.

14
e. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi).Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan
dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara
langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
f. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan
hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai
proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan
kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan
proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan
bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses
yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam
bekerja dan sebagainya.
g. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan
Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan
konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut
Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment
(STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya
banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai
kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan
pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat.
Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang
cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan

15
penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.

2.6 PENGERTIAN PAKEM


PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada 4 prinsip yaitu
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif maksudnya bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa
aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan pendapat atau gagasan.
Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi kreatif yang
mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Peran
aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi kreatif yang
mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Dalam
hal ini, seorang guru harus mampu memanfaatkan modalitas belajar yang dimiliki
siswa baik visual, auditorial dan kinestetik, agar pembelajaran dapat optimal dan
siswa ikut aktif terlibat lansung dalam pembelajaran. Kreatif dimaksudkan agar
guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa. Kata kreatif dapat juga diartikan menumbuhkan
motivasi, percaya diri dan kritis, sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton
dan penuh kreativitas. Efektif dapat diartikan memanfaatkan waktu yang ada.
Dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang
telah dirancang. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang
menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan dapat dilihat dari penampilan
guru yang menarik, suasana belajar yang aktif, kaya dengan metode belajar,
desain kelas yang tidak membosankan, sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh 10 pada waktu belajar dan waktu curah perhatian siswa terhadap
pembelajaran menjadi tinggi. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup
jika proses pembelajaran tidak efektif, sebab pembelajaran memiliki sejumlah
tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Sebaliknya, jika pembelajaran hanya
aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak
ubahnya seperti bermain biasa.

16
2.7 PENGERTIAN PAKEM MENURUT PARA AHLI
1. Indrawati (2009) menjelaskan bahwa PAKEM merupakan singkatan dari
P=Pembelajaran, A=Aktif, K=Kreatif, E=Efektif, dan M= Menyenangkan.
Dalam penggunaannya di lapangan, ada yang menambahkan dengan satu
huruf I= Inovatif, sehingga menjadi PAIKEM. Pada dasarnya, PAKEM
didasarkan pada tuntutan perundang-undangan dan asumsi dasar belajar.
2. Menurut Syah dan Kariadinata (2009: 1) PAIKEM merupakan singkatan
dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar
(approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan
pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian
rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
3. menurut Suparlan dkk, (2008: 70) yaitu : 1) Aktif dimaksudkan bahwa
dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian
rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan
gagasan, dan memecahkan masalah. 2) Inovatif yaitu guru harus
menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai
tuntutan dan perkembangan pendidikan. 3) Kreatif yaitu guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. 4) Efektif yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai
siswa setelah proses pembelajaran yakni mencapai tujuan/kompetensi
yang ditetapkan. 5) Menyenangkan yaitu guru harus mampu menciptakan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa
memusatkan perhatiannya tinggi.
4. Secara garis besar Suparlan, dkk (2008: 71) menggambarkan PAIKEM
sebagai berikut :
1) Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman ada kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar

17
untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi
siswa.
3) Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
4) Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasan dan melibatkan
siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
5. Syah dan Kariadinata (2009: 13) ,(PAIKEM) merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mandiri dan
aktif dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan guru bertugas sebagai
motivator dan fasilitator. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu
dipantau dan setiap kesulitan yang dihadapi siswa selalu memberi solusi.

2.8 TUJUAN PAKEM DALAM PEMBELAJARAN


Tujuan PAKEM Secara garis besar PAKEM mempunyai tujuan tertentu,
adapun Tujuan PAKEM terdapat dalam (Indrawati 2005:6) menjelaskan bahwa
tujuan PAKEM adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan dengan menyiapkan siswa memperoleh keterampilan,
pengetahuan, dan sikap untuk persiapan kehidupan masa depannya. Kegiatan
PAKEM mengeksplorasi pengelolaan kelas belajar aktif, strategi dan teknik
pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk
berfikir.

2.9 LANGKAH-LANGKAH PAKEM DALAM PEMBELAJARAN


Langkah-langkah Pelaksanaan PAKEM Dalam melaksanakan model
PAKEM dalam pembelajaran sebelumnya perlu diketahui tentang hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM. Hal-hal tersebut telah diungkap
oleh Sudrajat (2009) sebagai berikut:
a). Memahami sifat yang dimiliki anak Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa
ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang
miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia selama mereka normal terlahir

18
memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi
berkembangnya sikap atau berpikir kritis dan kreatif.
b). Mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan keluarga
yang bervariasi dan memiliki keterampilan yang berbeda.
c). Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk
sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok
dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar.
d). Mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif,dan keterampilan
memecahkan masalah.
e). Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang
kelas yang menarik.
f). Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial,
atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak.
Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian
(sumber belajar)

2.10 KARAKTERISTIK PAKEM DALAM PEMBELAJARAN


Ciri-ciri/karakteristik PAKEM adalah :
a. Pembelajarannya mengaktifkan peserta didik
b. Mendorong kreativitas peserta didik & guru
c. Pembelajarannya efektif
d. Pembelajarannya menyenangkan utamanya bagi peserta didik.

2.11 KELEBIHAN PAKEM DALAM PEMBELAJARAN


Kelebihan/keunggulan model PAKEM :
a. Pakem merupakan pembelajaran yang mengembangkan kecakapan hidup
b. Dalam pakem siswa belajar bekerja sama
c. Pakem mendorong siswa menghasilkan karya kreatif
d. Pakem mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses
e. Pakem menghargai potensi semua siswa
f. Program untuk meningkatkat pakem disekolah harus ditingkatkan kuantitas dan
kualitasnya

19
2.12 KELEMAHAN PAKEM DALAM PEMBELAJARAN
Kekurangan/kelemahan model PAKEM :
a. Perbedaan individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki/perempuan,
pintar/kurang pintar, social, ekonomi tinggi/rendah
b. Pembelajaran belum membelajarkan kecakapan hidup
c. Pengelompokan siswa masih dari segi pengaturan tempat duduk,kegiatan yang
dilakukan siswa sering kali belum mencerminkan belajar kooperatif yang benar
d. Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran pakem yang
baik
e. Pajangan sering menampilkan hasil kerja siswa yang cenderung seragam
f. Pembelajaran masih sering berupa pengisian lembar kerja siswa (LKS) yang
sebagian besar pertanyaanya bersifat tertutup.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan
guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang
berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi
yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan
belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan
berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal
ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung belajar mengajar yang
menyenangkan.
Simulasi sangat ampuh dan efektif karena mereka meningkatkan
kewaspadaan siswa dan keterampilan memahami, meningkatkan integrasi
keterampilan siswa dalam berbagai konteks kinerja, menyesuaikan diri dengan
berbagai tingkat pembelajaran melalui cakupan kinerja dinamis, dan membantu
pelajar melihat pola dari waktu ke waktu dalam sistem dinamis
PAKEM merupakan sebuah metode baru dalam melaksanakan
pembelajaran khususnya di kelas yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif
dan kreatif. Konsep ini dikembangkan atas prinsip student centered in instruction.
Jadi, peserta didik diharapkan mampu aktif, kreatif, dan mampu menyerap materi
pelajaran dengan baik dengan kondisi
pembelajaran yang menyenangkan.
Jadi seorang guru harus juga kreatif dan inovasi dalam menciptakan
suasana kelas agar siswa belajar, yang pada dasarnya belajar adalah memproduksi
gagasan atau membangun makna baru dari dari pengetahuan awal yang sudah
dimiliki siswa. Siswa sebagai subjek belajar tidak mengkonsumsi gagasan tetapi
memproduksi gagasan dalam proses pembelajaran yang difasilitasi oleh guru.

21
Guru sebagai fasilitator hendaknya dapat memfasilitasi terwujudnya pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang diantaranya dapat
menggunakan model pembelajaran

3.2 SARAN
Dari bermacam-macamnya pendekatan dalam proses belajar mengajar,
diharapkan pendidik mampu memaksimalkan dan mempraktekkan pendekatan itu
untuk mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam upayanya membentuk
kepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil yang memuaskan dan
mampu menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.

Sebagai guru Pada dasarnya guru sudah banayak yang mengetahui tentang
konsep PAKEM, tetapi dalam penerapannya masih banyak kendala. Disinilah
dibutuhkan kemauan dan motivasi yang kuat dari guru untuk menerapkan
PAKEM didalam proses pembelajaran. Karena metode pembelajaran PAKEM ini
akan menyelamatkan peserta didik dari pembelajaranyang membosankan Bagi
pemerintah Sebaiknya pemerintah banyak melakukan pelatihan dan seminar
tentang metode pakem ini kepada guru-guru di eluruh Indonesia. Serta memenuhi
sarana dan pasarana sekolah-sekolah yang ada di daerah.

22
DAFTAR PUSTAKA

Indrawati,dkk.2009. Pembelajaran Aktif Kreatif Dan Menyenangkan. Jakarta:


PPPPTK IPA.
Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media.
Suparlan,dkk. 2008. PAKEM (Pengembangan Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan). Bandung: PT Genesindo.
Bahri,Sayaiful Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
(suatu pendekatan teoritis psikologis). Jakarta: Rineka Cipta.
Bahri,Syaiful Djamrah. 2016. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful,Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

23

Anda mungkin juga menyukai