Oleh :
Kelompok 2/ PAI 6C
FAKULTAS TARBIYAH
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan saya kesehatan serta
kemudahan dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa Rahmat
pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Tidak lupa sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW kepada keluarga-Nya, sahabat-sahabat-Nya serta para Umat-
Nya yang setia sampai akhir zaman nanti.
Kami mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan
nikmat-Nya, sehingga makalah dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran PAI. Dan kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak Dr. Kusen, S.Ag,
M.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami berharap makalah
dapat menjadi referensi bagi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Curup
khususnya Program studi Pendidikan Agama Islam.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
Kesimpulan ................................................................................................ 18
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pendekatan Pembelajaran Aktif, ‘Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan
Menyenangkan Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar’, 1.1 (2016), 1–11.
1
yang berbeda dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang
memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan
dalam segala hal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendekatan pembelajaran?
2. Ada berapa macam pendekatan dalam pembelajaran?
3. Bagaimana pentingnya pendekatan pembelajaran dalam proses
pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari pendekatan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui pentingnya pendekatan pembelajaran dalam proses
pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan relevan itu dapat diikuti secara merata oleh setiap warga Negara diperlukan
suatu pendekatan perencanaan pendidikan yang bersifat menyeluruh dan terpadu.2
2
Muhammad Basir, Pendekatan Pembelajaran.
3
Model Pembelajaran, ‘Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Dan
Model Pembelajaran’, 1, 2003.
4
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan
bijaksana, bukan sembarangan yang bias merugikan anak didik. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak
selalu mempunyai pandangan yang sama dalam penilaian anak didik.
Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil anak didik sebagai
pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang
memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan
dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam
menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu
dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam
pembelajaran. Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini
dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah
dalam kegiatan pembelajaran.4
1. Pendekatan Individual
4
Rifqi Festiawan, ‘Belajar Dan Pendekatan Pembelajaran Abstrak’, 1–17.
5
pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat
diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal.
2. Pendekatan Kelompok
5
Sri Anitah, ‘Strategi Pembelajaran’, 1–30.
6
Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar
dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder.
Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai
prestasi belajar ynag optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif,
kreatif, dan mandiri. Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka
guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan
tujuan., fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai,
dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan
pendekatan kelompok.
7
Akhirnya guru dapat memanfaatkan pendekatan kelompok demi untuk
kepentingan pengelolaan pengajaran pada umumnya dan pengelolaan kelas pada
khususnya.
3. Pendekatan Bervariasi
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar
menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu relative lama. Bila terjadi
perubahan suasana kelas, sulit menormal kannya kembali. Ini sebagai tanda
adanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran
kurang menjadi efektif.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka
pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi
pula. Misalnya anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka berbicara
6
Basir.
8
akan berbeda pemecahannya dan menghendaki pendekatan yang berbeda-beda
pula. Demikian juga halnya terhadap anak didik yang membut keributan.
4. Pendekatan Edukatif
Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori
power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan,
guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu
bias merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik.
Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif.
Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai
pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma
hukum, norma susila, norma moral, norma sosial, dan norma agama.
9
dalam pendidikan, karena menyebabkan anak didik menjadi orang yang introvert
(tertutup).
5. Pendekatan Pengalaman
6. Pendekatan Pembiasaan
Begitulah biasanya yang terlihat dan yang terjadi pada diri seseorang.
Karenanya, di dalam kehidupan bermasyarakat, kedua kepribadian yang
bertentangan ini selalu ada dan tidak jarang terjadi konflik di antara mereka.Anak
kecil tidak seperti orang dewasa yang dapat berpikir abstrak. Anak kecil hanya
berpikir konkrit. Kata-kata seperti kebijaksanaan, keadilan dan perumpamaan,
adalah contoh kata benda abstrak yang sukar dipikirkan oleh anak.
Anak kecil belum kuat ingatannya, ia lekas melupakan apa yang sudah dan
baru terjadi. Perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang bau,
10
yang lain, yang disukainya.Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak
mudah dan kadang-kadang makan waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya. Maka adalah penting,pada
awal kehidupan anak, menanamkan kebiasaankebiasaan yang baik saja dan jangan
sekali-kali mendidik anak berdusta, tidak disiplin, suka berkelahi, dan sebagainya.
7. Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseorang. Emosi
berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan
pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan
rohaniah. Perasaan rohaniah di dalamnya ada perasaan intelektual, perasaan
estetis, perasaan etis, perasaan sosial, dan perasaan harga diri.
Menurut Chalijah Hasan (1994;39) merasa adalah aktualisasi kerja dari hati
sebagai materi dalam struktur tubuh manusia, dan merasa sebagai aktivitas
kejiwaan ini adalah suatu pernyataan jiwa yang bersifat subjektif. Hal ini
dilakukan dengan mengemukakan suatu kesan senang atau tidak senang, dan
umumnya tidak tergantung pada pengamatan yang dilakukan oleh indra. Emosi
atau perasaan adalah sesuatu yang peka.
Emosi akan memberi tanggapan (respons) bila ada rangsangan (stimulus) dari
luar diri seseorang. Baik rangsangan verbal maupun non verbal, mempengaruhi
kadar emosi seseorang. Rangsangan verbal itu misalnya ceramah, cerita, sindiran,
11
pujian, ejekan, berita, dialog, anjuran, perintah dan dalam bentuk prilaku berupa
sikap dan perbuatan.
8. Pendekatan Rasional
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh sang Maha Pencipta yaitu
Allah Swt. Manusia adalah makhluk yang sempurna diciptakan. Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya yang diciptakan oleh Tuhan. Perbedaannya terletak pada
akal. Manusia mempunyai akal, sedangkan makhluk lain seperti binatang dan
sejenisnya tidak mempunyai akal.
Jadi, hanya manusialah yang dapat berpikir, sedangkan makhluk lainnya tidak
mampu berpikir. Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana
perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, mana kebenaran dan mana
kedustaan dari sesuatu ajaran atau perbuatan. Dengan akal pula dapat
membuktikan dan membenarkan adanya tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta
atas segala sesuatu di dunia ini.
9. Pendekatan Fungsional
12
Bahkan yang lebih penting adalah ilmu pengetahuan dapat membentuk
kepribadian anak. Anak dapat menrasakan manfaat dari ilmu yang didapatnya di
sekolah.
Anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu sudah fungsional di dalam
diri anak. Pelajaran agama yang diberikan di kelas bukan hanya untuk
memberantas kebodohan dan pengisi kekosongan intelektual, tetapi untuk
diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang demikian itulah
yang pada akhirnya hendak dicapai oleh tujuan pendidikan agama di sekolah
dalam berbagai jenis dan tingkatan. Karena itu kurikulm pun disusun sesuai
dengan kebutuhan siswa dimasyarakat.
Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama, tetapi
ada hubungannya, cukup banyak dalil agama yang membahas masalah biologi.
Persoalannya sekarang terletak, mau tidaknya guru pelajaran tersebut mencari dan
menggali dalil-dalil tersebut
13
Akhirnya, pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil
kerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama
tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami, dihayati, dan
diamalkan selama hayat siswa di kandung badan.7
Dilihat dari segi kepentingannya, pendidikaan dapat dilihat dari dua bagian.
Pertama pendidikan dari segi kepentingan individual, kedua pendidikan dari segi
kepentingan masyarakat. Dari segi kepentingan individual, pendidikan di samping
harus memerhatikan perbedaan bakat, kemampuaan, kecenderungan dan lainnya
yang dimiliki anak didik, juga harus dapat membantu individu dalam
mengekpresikan dan mengaktualisasikan dirinya, sehingga dapat menolongnya
dikemudian hari. Dengan pendekatan yang bersifat individualistis, pendidikan
hanya befungsi menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan bebagai
potensi peserta didik yang berbeda-beda itu dapat diwujudkan dalam kenyataan.
Paradigma pendidikan yang digunakan bukanlah mengisi air ke dalam gelas,
melainkan memotivasi dan menginspirasi agar berbagai potensi yang dimiliki
peserta didik itu dapat diekplorasi dengan upayanya sendiri. Paradigma
pendidikan yang demikiaan itu, menempatkan guru sebagai “seorang bidan” yang
membantu melahirkan seorang ibu hamil. Guru hanya membantu peserta didik
agar dapat mengaktualisasikan potensi yang di milikinya.8
7
Basir.
8
Nina Lamatenggo and Universitas Negeri Gorontalo, ‘Prosiding Webinar Magister
Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo “ Pengembangan Profesionalisme
Guru Melalui Penulisan Karya Ilmiah Menuju Anak Merdeka Belajar ” Gorontalo, 14 Juli 2020
ISBN: Xxxxxxxxxxx’, 2020, 22–42.
14
aktivitasnya sendiri. Keadaan ini pada tahap selanjutnya menempatkan guru
sebagai motivator, inspirator, fasilitator, dan seterusnya.
15
bercorak sentralistis ini dianggap kurang memberikan kemungkinan pada peserta
didik untuk berkreasi, berinovasi, berimajinasi dan lain sebagainya.9
9
B A B Ii, A Deskripsi Pustaka, and Strategi Pembelajaran, ‘No Title’, 2013, 9–37.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Ii, B A B, A Deskripsi Pustaka, and Strategi Pembelajaran, „No Title‟, 2013, 9–37
18