Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


“Pendekatan Pembelajaran”

Dosen Pengampu : Dr. Kusen, S.Ag, M.Pd

Oleh :

Kelompok 2/ PAI 6C

1. Ferdy Prasetya 20531061


2. Fani Anggraini 20531059
3. Filza 20531064
4. Ila Marsela 20531072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan saya kesehatan serta
kemudahan dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa Rahmat
pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Tidak lupa sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW kepada keluarga-Nya, sahabat-sahabat-Nya serta para Umat-
Nya yang setia sampai akhir zaman nanti.

Kami mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan
nikmat-Nya, sehingga makalah dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran PAI. Dan kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak Dr. Kusen, S.Ag,
M.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami berharap makalah
dapat menjadi referensi bagi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Curup
khususnya Program studi Pendidikan Agama Islam.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan


karena kesalahan dan kekurangan. Kami terbuka terhadap kritik dan saran
pembaca supaya makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, baik terkait penulisan, kami memohon maaf.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Senin, 2 April 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2


C. Tujuan................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran ................................................... 3


B. Macam-macam Pendekatan Pembelajarn ............................................. 4
C. Pentingnya Pendekatan Pembelajaran .................................................. 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18

Kesimpulan ................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, termasuk pendidikan


agama islam di sekolah-sekolah dan madrasah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan, banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami
oleh anak didik. Istilah strategi lebih luas pengertiannya dari metode atau tekhnik,
dengan kata lain di dalam strategi juga terkandung pengertian metode atau
tekhnik, di mana dalam strategi juga dibicarakan pendekatan pengajaran dalam
penyampain informasi, memilih sumber belajar, menunjang pengajaran,
menetukan dan menjelaskan peranan siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar
sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar
tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah
perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi
ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak agar
berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar
mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi menyenangkan dalam
kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat dengan guru yang
mengajar.1

Sehingga dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran,


pendidik harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana.
Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.
Setiap pendidik tidak selalu memiliki suatu pandangan yang sama dalam hal
mendidik anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang pendidik
ambil dalam pengajaran Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi

1
Pendekatan Pembelajaran Aktif, ‘Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan
Menyenangkan Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar’, 1.1 (2016), 1–11.

1
yang berbeda dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang
memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan
dalam segala hal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendekatan pembelajaran?
2. Ada berapa macam pendekatan dalam pembelajaran?
3. Bagaimana pentingnya pendekatan pembelajaran dalam proses
pembelajaran?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari pendekatan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui pentingnya pendekatan pembelajaran dalam proses
pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan


pendidikan tersebut sering disebut dengan pendekatan pembelajaran. Kata
pendekatan adalah salah satu pengertian harfiah (menurut kata) dari kata (bahasa
Inggris) “approach” yang artinya penghampiran, jalan, tindakan mendekati. Kata
pembelajaran adalah terjemahan dari kata ”instruction” yang artinya pengajaran
atau pembelajaran. Secara teknis pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai
jalan yang digunakan oleh guru atau pembelajar untuk menciptakan suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar. Belajar dalam konteks ini harus diartikan
mengalami peristiwa perubahan perilaku dan menghasilkan perilaku baru sebagai
hasil dari peristiwa itu.

Pendekatan merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis


digunakan sebagai landasan berpikir dalam menentukan strategi, metode, dan
teknik (prosedur) dalam mencapai target atau hasil tertentu sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai suatu perspektif
atau cara pandang seseorang dalam menyikapi sesuatu.

Pendekatan adalah mendeskrepsikan hakikat apa yang akan dilakukan


dalam memecahkan suatu masalah dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Pendekatan dapat berwujud cara pandang, filsafat, atau kepercayaan yang diyakini
kebenarannya. Salah satu pendekatan yang bias digunakan oleh guru dalam
memecahkan masalah adalah pendekatan sistem. Agar pendidikan yang bermutu

3
dan relevan itu dapat diikuti secara merata oleh setiap warga Negara diperlukan
suatu pendekatan perencanaan pendidikan yang bersifat menyeluruh dan terpadu.2

Jadi berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan pembelajaran dapat diartikan


sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari
3
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan yang berpusat atau berorientasi pada pada siswa (student


centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan
pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan
aktif dalam proses pembelajaran.
b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru
menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.

A. Macam- Macam Pendekatan dalam Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung telah terjadi interaksi yang


bertujuan. Ketika kegiatan pembelajaran itu berproses, guru harus dengan ikhlas
dalam bersikap dan berbuat, serta mau
memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang
terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses pembelajaran, baik yang
berpangkal dari prilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak
didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkan. Karena keberhasilan proses
pembelajaran lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.

2
Muhammad Basir, Pendekatan Pembelajaran.
3
Model Pembelajaran, ‘Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Dan
Model Pembelajaran’, 1, 2003.

4
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan
bijaksana, bukan sembarangan yang bias merugikan anak didik. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak
selalu mempunyai pandangan yang sama dalam penilaian anak didik.

Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil anak didik sebagai
pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang
memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan
dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam
menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu
dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam
pembelajaran. Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini
dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah
dalam kegiatan pembelajaran.4

1. Pendekatan Individual

Di kelas ada kelompok anak didik. Mereka duduk dikursi masing-masing.


Mereka berkelompok dari dua sampai lima orang. Di depan mereka ada meja
untuk membaca dan menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar. Mereka
belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam.
Cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap tingkat kecerdasan,
dan sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memang
mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak
didik lainnya.

Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru


bahwa strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada
aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan
individual dalam strategi pembelajarannya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas
atau mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak

4
Rifqi Festiawan, ‘Belajar Dan Pendekatan Pembelajaran Abstrak’, 1–17.

5
pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat
diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal.

Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan


pembelajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini.
Pemilihan metode tidak bias begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan
individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan
pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar
anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual,
walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.5

2. Pendekatan Kelompok

Dalam kegiatan pembelajaran terkadang ada juga guru yang menggunakan


pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok, memamng
suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan
sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk
homo socius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.

Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa


sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan
rasa emosi yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial di kelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja.
Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam
mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup
yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau
tidak langsung, disadari atau tidak,makhluk lain itu ikit ambil bagian dalam
kehidupan makhluk tertentu.

Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam kelompok, akan


menyedari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan yang mempunyai
kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan.

5
Sri Anitah, ‘Strategi Pembelajaran’, 1–30.

6
Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar
dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder.

Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai
prestasi belajar ynag optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif,
kreatif, dan mandiri. Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka
guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan
tujuan., fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai,
dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan
pendekatan kelompok.

Karena itu, pendekatan kelompok tidak bias dilakukan secara sembarangan,


tetapi harus mempertimbangkan hal-hal lain yang ikut mempengaruhi
penggunaannya.Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan
penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan. Pendekatan
individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan
sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.

Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Perasaan diterima atau disukai teman-teman


b. Tarikan kelompok
c. Tekhnik pengelompokan oleh guru
d. partisipasi/keterlibatan dalam kelompok
e. penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara mencapainya
f. Struktur dan sifat-sifat kelompok.

Sedang sifat-sifat kelompok itu adalah :

a. Suatu multi personalia dengan tingkatan keakraban tertentu


b. Suatu system interaksi
c. Suatu organisasi atau struktur
d. Merupakan suatu motif tertentu dan tujuan bersama.
e. Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu;
f. Pola prilaku yang dapat diobservasi yang disebut kepribadian.

7
Akhirnya guru dapat memanfaatkan pendekatan kelompok demi untuk
kepentingan pengelolaan pengajaran pada umumnya dan pengelolaan kelas pada
khususnya.

3. Pendekatan Bervariasi

Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah,


maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi.
Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada
perbedaan. Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda, tetapi
pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain
anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah
belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar
anak belajar, satu atau dua orang anak tidak ikut belajar.

Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain tentang


hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.

Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar
menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu relative lama. Bila terjadi
perubahan suasana kelas, sulit menormal kannya kembali. Ini sebagai tanda
adanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran
kurang menjadi efektif.

Efesiensi dan efektifitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu, disebabkan


anak didik kurang mampu berkonsentrasi. Metode yang hanya satu-satunya
dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal
dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru
menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.6

Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka
pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi
pula. Misalnya anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka berbicara

6
Basir.

8
akan berbeda pemecahannya dan menghendaki pendekatan yang berbeda-beda
pula. Demikian juga halnya terhadap anak didik yang membut keributan.

Guru tidak bias menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk


memecahkannya permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus
tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus itulah dalam pembicaraan ini
didekati dengan “pendekatan bervariasi.”

4. Pendekatan Edukatif

Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dengan tujuan untuk


mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti,
dan sebagainya.Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat
keributan di kelas ketika guru memberikan pelajaran, misalnya tidak tepat
diberikan sanksi hokum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera.
Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan.

Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori
power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan,
guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu
bias merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik.
Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif.

Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai
pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma
hukum, norma susila, norma moral, norma sosial, dan norma agama.

Guru yang hanya mengajar di kelas, belum dapat menjamin terbentuknya


kepribadian anak didik yang berakhlak mulia. Demikian juga halnya dengan guru,
yang mengambil jarak dengan anak didik disebabkan komunikasi antara guru
dengan anak didik kurang berjaslan harmonis. Kerawanan hubungan ini menjadi
kendali bagi guru untuk melakukan pendekatan edukatif kepada anak didik yang
bermasalah.Guru yang jarang bergaul dengan anak didik dan tidak mau tahu
dengan masalah yang dirasakan anak didik, membuat anak didik apatis dan
tertutup atas apa yang dirasakannya. Sikap guru yang demikian kurang dibenarkan

9
dalam pendidikan, karena menyebabkan anak didik menjadi orang yang introvert
(tertutup).

5. Pendekatan Pengalaman

Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun


tidak semua pengalama tidak bersifat mendidik, karena ada pengalam yang tidak
bersifat mendidik. Satu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak
membawa anak ke arah tujuan pendidikan, akan tetapi menyelewengkan dari
tujuan itu, kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan dan
menambah intergrasi anak.

Betapa tingginya suatu pengalaman, maka disadari akan pentingnya


pengalaman itu bagi perkembangan jiwa anak, sehingga dijadikan pengalaman itu
sebagai suatu pendekatan. Maka jadilah “pendekatan pengalaman” sebagai fase
yang baku dan diakui pemakaiannya dalam pendidikan.

6. Pendekatan Pembiasaan

Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil,


pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu
aktivitas akan menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan
membentuk suatu sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya,
pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang sosok manusia
yang berkepribadian yang buruk pula.

Begitulah biasanya yang terlihat dan yang terjadi pada diri seseorang.
Karenanya, di dalam kehidupan bermasyarakat, kedua kepribadian yang
bertentangan ini selalu ada dan tidak jarang terjadi konflik di antara mereka.Anak
kecil tidak seperti orang dewasa yang dapat berpikir abstrak. Anak kecil hanya
berpikir konkrit. Kata-kata seperti kebijaksanaan, keadilan dan perumpamaan,
adalah contoh kata benda abstrak yang sukar dipikirkan oleh anak.

Anak kecil belum kuat ingatannya, ia lekas melupakan apa yang sudah dan
baru terjadi. Perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang bau,

10
yang lain, yang disukainya.Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak
mudah dan kadang-kadang makan waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya. Maka adalah penting,pada
awal kehidupan anak, menanamkan kebiasaankebiasaan yang baik saja dan jangan
sekali-kali mendidik anak berdusta, tidak disiplin, suka berkelahi, dan sebagainya.

Tapi tanamkanlah kebiasaan seperti ikhlag, melakukan puasa, gemar menolong


orang yang kesukaran, suka membantu fakir dan miskin, gemar melakukan Shalat
lima waktu bagi yang beragama Islam, aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang
baik-baik, dan sebagainya. Maka dari itu pengaruh lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat tidak bias dielakkan dalam hal ini. Bertolak dari pendidikan
kebiasaan itulah yang menyebabkan kebiasaan dijadikan sebagai pendekatan
pembiasaan. Karena dengan pendidikan pembiasaan itulah diharapkan siswa
senantiasa dibiasakan mengamalkan ajaran agamanya.

7. Pendekatan Emosional

Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseorang. Emosi
berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan
pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan
rohaniah. Perasaan rohaniah di dalamnya ada perasaan intelektual, perasaan
estetis, perasaan etis, perasaan sosial, dan perasaan harga diri.

Menurut Chalijah Hasan (1994;39) merasa adalah aktualisasi kerja dari hati
sebagai materi dalam struktur tubuh manusia, dan merasa sebagai aktivitas
kejiwaan ini adalah suatu pernyataan jiwa yang bersifat subjektif. Hal ini
dilakukan dengan mengemukakan suatu kesan senang atau tidak senang, dan
umumnya tidak tergantung pada pengamatan yang dilakukan oleh indra. Emosi
atau perasaan adalah sesuatu yang peka.

Emosi akan memberi tanggapan (respons) bila ada rangsangan (stimulus) dari
luar diri seseorang. Baik rangsangan verbal maupun non verbal, mempengaruhi
kadar emosi seseorang. Rangsangan verbal itu misalnya ceramah, cerita, sindiran,

11
pujian, ejekan, berita, dialog, anjuran, perintah dan dalam bentuk prilaku berupa
sikap dan perbuatan.

Emosi mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian


seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosional yang berdasarkan emosi atau
perasaan dijadikan sebagaisalah satu pendekatan dalam pendidikan dan
pembelajaran.

8. Pendekatan Rasional

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh sang Maha Pencipta yaitu
Allah Swt. Manusia adalah makhluk yang sempurna diciptakan. Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya yang diciptakan oleh Tuhan. Perbedaannya terletak pada
akal. Manusia mempunyai akal, sedangkan makhluk lain seperti binatang dan
sejenisnya tidak mempunyai akal.

Jadi, hanya manusialah yang dapat berpikir, sedangkan makhluk lainnya tidak
mampu berpikir. Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana
perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, mana kebenaran dan mana
kedustaan dari sesuatu ajaran atau perbuatan. Dengan akal pula dapat
membuktikan dan membenarkan adanya tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta
atas segala sesuatu di dunia ini.

Walaupun disadari keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan


sesuatu, tetapi diyakini pula bahwa dengan akal dapat dicapai ketinggian ilmu
pengetahuan dan penghasilan tekhnologi modern. Itulah sebabnya manusia
dikatakan sebagai homo sapien, semacam makhluk yang berkecenderungan untuk
berpikir.

9. Pendekatan Fungsional

Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah bukanlah hanya


sekedar mengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan
ilmunya untuk kehidupan seharihari sesuai dengan tingkat perkembangannya.

12
Bahkan yang lebih penting adalah ilmu pengetahuan dapat membentuk
kepribadian anak. Anak dapat menrasakan manfaat dari ilmu yang didapatnya di
sekolah.

Anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu sudah fungsional di dalam
diri anak. Pelajaran agama yang diberikan di kelas bukan hanya untuk
memberantas kebodohan dan pengisi kekosongan intelektual, tetapi untuk
diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang demikian itulah
yang pada akhirnya hendak dicapai oleh tujuan pendidikan agama di sekolah
dalam berbagai jenis dan tingkatan. Karena itu kurikulm pun disusun sesuai
dengan kebutuhan siswa dimasyarakat.

10. Pendekatan Keagamaan

Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikansatu atau dua


macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Semua mata
pelajaran itu pada umumnya dapat dibagi menjadi mata pelajaran mum dan mata
pelajaran agama. Berbagai pendekatan dalam pembahasan terdahulu dapt
digunakan untuk ke dua jenis mata pelajaran ini. Tentu saja penggunaannya tidak
sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang dicapai.
Dalam praktiknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bias juga penggabungan dua
atau lebih pendekatan.

Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan


pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak
sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerpan dengan prinsip-
prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan
pesan-pesan keagamaan untuk semua mata plajaran umum. Tentu saja guru harus
menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuaidengan mata pelajaran yang dipegang.

Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama, tetapi
ada hubungannya, cukup banyak dalil agama yang membahas masalah biologi.
Persoalannya sekarang terletak, mau tidaknya guru pelajaran tersebut mencari dan
menggali dalil-dalil tersebut

13
Akhirnya, pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil
kerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa, yang pada akhirnya nilai-nilai agama
tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami, dihayati, dan
diamalkan selama hayat siswa di kandung badan.7

C. Pentingnya Pendekatan dalam Pembelajaran

Dilihat dari segi kepentingannya, pendidikaan dapat dilihat dari dua bagian.
Pertama pendidikan dari segi kepentingan individual, kedua pendidikan dari segi
kepentingan masyarakat. Dari segi kepentingan individual, pendidikan di samping
harus memerhatikan perbedaan bakat, kemampuaan, kecenderungan dan lainnya
yang dimiliki anak didik, juga harus dapat membantu individu dalam
mengekpresikan dan mengaktualisasikan dirinya, sehingga dapat menolongnya
dikemudian hari. Dengan pendekatan yang bersifat individualistis, pendidikan
hanya befungsi menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan bebagai
potensi peserta didik yang berbeda-beda itu dapat diwujudkan dalam kenyataan.
Paradigma pendidikan yang digunakan bukanlah mengisi air ke dalam gelas,
melainkan memotivasi dan menginspirasi agar berbagai potensi yang dimiliki
peserta didik itu dapat diekplorasi dengan upayanya sendiri. Paradigma
pendidikan yang demikiaan itu, menempatkan guru sebagai “seorang bidan” yang
membantu melahirkan seorang ibu hamil. Guru hanya membantu peserta didik
agar dapat mengaktualisasikan potensi yang di milikinya.8

Dengan cara demikian, maka guru bukan sebagai informan (pemberi


informasi), melainkan sebagai agent yang menggerakan terjadinya proses
pembelajaran pada anak didik, sehingga anak didik mau belajar dengan giat dan
sungguh-sungguh, melahirkan gagasan, pemikiran, dan sebagainya dengan

7
Basir.
8
Nina Lamatenggo and Universitas Negeri Gorontalo, ‘Prosiding Webinar Magister
Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo “ Pengembangan Profesionalisme
Guru Melalui Penulisan Karya Ilmiah Menuju Anak Merdeka Belajar ” Gorontalo, 14 Juli 2020
ISBN: Xxxxxxxxxxx’, 2020, 22–42.

14
aktivitasnya sendiri. Keadaan ini pada tahap selanjutnya menempatkan guru
sebagai motivator, inspirator, fasilitator, dan seterusnya.

Adapun pendidikan yang dilihat dari segi kepentingan masyarakat adalah


pendidikan yang lebih merupakan media atau sarana yang berfungsi menyalurkan
gagasan, pemikiran, nilai-nilai budaya, agama, sistem politik, ilmu pengetahuaan,
dan lain sebagainya yang sudah diakui oleh masyarakat dan negara. Dengan
demikian, kepentingan masyarakat dan negara sangat menentukan dalam
mengarahkan kegiatan pendidikan.

Pendidikan yang demikiaan itu, pada gilirannya menempatkan guru sebagai


satu-satunya yang memiliki otoritas untuk menentukan corak dan warna
pendidikan. Dan dalam waktu yang bersamaan, peserta didik ditempatkan sebagai
objek yang sepenuhnya mengikuti kehendak guru. Peserta didik tidak memiliki
pilihan lain. Kecuali harus mengikuti agenda pendidikan dan pengajaran yang
telah disiapkan pemerintah dan masyarakat. Dengan paradigma yang demikiaan
itu, maka paradigma guru menjadi satu-satunya agent of information atau agent of
knowledge. Hal ini pada gilirannya membawa konsep pembelajaran yang berpusat
pada guru (teacher centris). Guru memberikan sejumlah pengetahuan ajaran dan
lainnya yang harus dihapal dan dikuasai dengan baik oleh peserta didik, tanpa ada
peluang bagi mereka untuk mempertanyakan urgensitas dan relevansitas yang
diajarkan oleh guru tersebut. Dengan paradigma ini, maka guru yang menjadi
aktif, sedangkan murid menjadi pasif. Pardigma pendidik yang digunakan dalam
konteks ini adalah “mengisi air kedalam gelas” atau “menuangkan ilmu
pengetahuaan, keterampilan, dan sebagainya, kedalam otak peserta didik.”

Dengan pendekatan yang demikiaan, maka pendidikan dengan berbagai


komponennya: Visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar, guru, murid,
manajemen, sarana prasarana, lingkungan, keuangan, alat dan sumber belajar,
evaluasi dan lainnya di tentukan dari atas atau pusat, yaitu di tentukan oleh
mereka yang memiliki otoritas sebagai pengambil kebijakan. Pendidikan yang

15
bercorak sentralistis ini dianggap kurang memberikan kemungkinan pada peserta
didik untuk berkreasi, berinovasi, berimajinasi dan lain sebagainya.9

Dalam proses pembelajaran terdapat komponen siswa sebagai obyek yang


sedang belajar dan guru sebagai pengajar untuk memberikan materi pelajaran
guna terjadi perubahan pada diri siswa. Mengajar merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih
dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan atau
ketangkasan. Seperti dikemukakan oleh Slameto 2010: 97 bahwa,”kegiatan
mengajar meliputi penyampaian pengetahuan, menularkan sikap, kecakapan atau
keterampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan yang menghubungkannya
dengan subyek yang sedang diajar”.

Upaya untuk menyampaikan materi atau keterampilan kepada siswa, maka


harus diterapkan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran
yang diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang terarah dan pemecahan
masalah. Penemuan dan pemecahan masalah tersebut merupakan pendekatan yang
membantu tercapainya dengan mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
terkendali, dengan seksama menyusun seri-seri pembelajaran yang memberi
urutan pembelajaran terhadap tujuan yang telah dirumuskan.

Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang dapat


mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil dan tidaknya tujuan
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang diterapkan
oleh guru. Commit to user 29 Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan
seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dengan metode pebelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan
motifasi belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih
optimal.

9
B A B Ii, A Deskripsi Pustaka, and Strategi Pembelajaran, ‘No Title’, 2013, 9–37.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan


pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Adapun macam-macam pendekatan dalam pembelajaran adalah pendekatan


individual, kelompok, variasi, edukatif, pengalaman, pembiasaan, fungsional,
rasional, emosional, dan keagamaannya.

Pendekatan pembelajaran dalam proses pembelajaran sangat penting karena


pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang dapat
mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil dan tidaknya tujuan
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang diterapkan
oleh guru. Commit to user 29 Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan
seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dengan metode pebelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan
motifasi belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih
optimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aktif, Pendekatan Pembelajaran, „Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif,


Efektif, Dan Menyenangkan Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah
Dasar‟, 1.1 (2016), 1–11

Anitah, Sri, „Strategi Pembelajaran‟, 1–30

Basir, Muhammad, Pendekatan Pembelajaran

Festiawan, Rifqi, „Belajar Dan Pendekatan Pembelajaran Abstrak‟, 1–17

Ii, B A B, A Deskripsi Pustaka, and Strategi Pembelajaran, „No Title‟, 2013, 9–37

Lamatenggo, Nina, and Universitas Negeri Gorontalo, „Prosiding Webinar


Magister Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo “
Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Ilmiah
Menuju Anak Merdeka Belajar ” Gorontalo, 14 Juli 2020 ISBN:
Xxxxxxxxxxx‟, 2020, 22–42

Pembelajaran, Model, „Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik,


Dan Model Pembelajaran‟, 1, 2003

18

Anda mungkin juga menyukai