Anda di halaman 1dari 18

Makalah

“Pendidikan akhlak dalam keluarga”

Diajukan untuk memenuhi tugas Akhlak


Dosen pengampu
Nelson,M.Pd.I

Oleh

Nama :Jamaludin Yusup


Nim :20531077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
2020/2021

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita
di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul ‘Pendidikan akhlak dalam keluarga’ bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak. Pada makalah Pendidikan akhlak
dalam keluarga. Selain itu, diulas hukun bacaan pada surat tersebut.
Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:
Semua yang berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan
balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Kepahiang,15 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................ 2
C. Tujuan penulisan............................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pendidikan akhlak dalam keluarga................3
B. Pentingnya pendidikan akhlak dalam keluarga...............4
C. Pendidikan akhlak dalam keluarga...................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.........................................................................14
B. Saran...................................................................................14
C. Penutup.............................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan
dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang
mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter)
mulia. Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) menegaskan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (pasal 3).
Dari rumusan ini terlihat bahwa pendidikan nasional mengemban misi yang tidak
ringan, yakni membangun manusia yang utuh dan paripurna yang memiliki nilai-
nilai karakter yang agung di samping juga harus memiliki keimanan dan
ketakwaan. Karena itulah pendidikan menjadi agent of change yang harus mampu
melakukan perbaikan karakter bangsa.
Untuk membangun manusia yang memiliki nilai-nilai karakter yang
agung seperti dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, dibutuhkan
sistem pendidikan yang memiliki materi yang komprehensif (kaffah), serta
ditopang oleh pengelolaan dan pelaksanaan yang benar. Terkait dengan ini
pendidikan Islam memiliki tujuan yang seiring dengan tujuan pendidikan
nasional. Secara umum pendidikan Islam mengemban misi utama memanusiakan
manusia, yakni menjadikan manusia mampu mengembangkan seluruh potensi
yang dimilikinya sehingga berfungsi maksimal sesuai dengan aturan-aturan yang
digariskan oleh Allah Swt. dan Rasulullah saw. yang pada akhirnya akan terwujud
manusia yang utuh.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis memperoleh
beberapa perumusan masalah.rumusan masalah itu antara lain adalah :
1. Apa yang dimaksud pendidikan akhlak dan keluarga?
2. Apa pentingnya pendidikan akhlak dalam keluarga?
3. Pengertian pendidikan akhlak dalam keluarga

C.Tujuan penulisan
1. Mengetahui pendidikan akhlak dan keluarga
2. Mengetahui pentingnya pendidikan akhlak dalam keluarga
3. Mengetahui bagaimana pendidikan akhlak dalam keluarga

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pendidikan akhlak dalam keluarga
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik apabila
diberi awalan me, menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang
berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata
benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses perubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Istilah pendidikan dalam konteks
Islam telah banyak dikenal dengan menggunakan kata yang beragam, seperti at-
Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap kata tersebut mempunyai makna dan
pemahaman yang berbeda.
Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya
perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung
rugi. Orang yang berakhlak baik, melakukan kebaikan secara spontan tanpa
pamrih apapun, demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan
keburukan secara spontan tanpa mempertimbangkan akibat bagi dirinya maupun
bagi yang dijahati.
Keluarga dalam bahasa Arab adalah al-Usrohyang berasal dari kata al-asru
yang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat diambil
kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi
bio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan
khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang
sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan
satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim. Al- Razi mengatakanal-asru
maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang
diikat baik dengan tali atau yang lain. Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah prosest ransformasi
prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat.
Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam
menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang
penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat.
B. Pentingnya Pendidikan akhlak dalam keluarga
Syariat Islam menuntun manusia menuju jalan yang lurus yakni akan
membawa mereka meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Quran banyak
menyebut dan menunjukkan kedudukan akhlak sebagai bagian dari syariat islam.
Allah swt memberikan gambaran mengenai Nabi Muhammad Saw dalam firman-
Nya sebagai berikut:
“ Sesungguhnya engkau memiliki akhlak (budi pekerti)yang paling mulia” (Q.S.
al-qalam :4)
Secara garis besar pendidikan yang harus dibina dalam keluarga adalah
pendidikan akhlak, seperti dalam Hadits dikatakan bahwa “ Betapa pentingnya
akhlak dalam kehidupan kita dapat dimengertikan melalui doa Baginda Raulullah
SAW yang bermaksud, “Ya Allah, jadikanlah pada akhlakku mulia sebagaimana
Engkau menjadikan jasadku baik.” (Hadis riwayat Ahmad)
Satu lagi hadis Nabi SAW yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang
sangat dicintai dan sangat dekat kedudukannya kepadaku pada hari akhirat ialah
orang Islam yang paling baik akhlaknya dan sesungguhnya orang yang paling
dibenci di kalangan kamu di sisiku dan yang paling jauh dariku di akhirat ialah
orang yang buruk akhlaknya.” (Hadis riwayat Ahmad)
Berbagai masalah sosial melanda umat Islam, khususnya di kalangan anak
muda hari ini adalah kerana kurangnya penghayatan terhadap nilai sedia ada
dalam ajaran Islam. Justru, untuk membina kembali imej dan umat Islam, maka
kita perlu membangun dan membetulkan landasan akhlak mereka.

Apa yang perlu disadari, sumber pembinaan akhlak untuk membentuk


personaliti dan jati diri umat Islam sudah tersedia dan terhidang di dalam al-Quran
dan sunnah. Inilah satu-satunya warisan dan khazanah suluhan hidup umat Islam
yang sepatutnya menjadi contoh teladan umat manusia.
Adapun Syari'at Allah kepada Nabinya.yaitu :

‫إنما بعثت ألتمم مكارم األخالق‬


“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia.” (HR. Malik
dalam kitab Muwaththo')
Rasulullah saw juga bersabda:

‫أال أخبركم بأحبكم إلي وأقربكم منى مجلسًا يوم القيامة قالوا بلى قال أحسنكم خلقًا‬
“Maukah kalian aku beritahukan tentang seseorang yang paling aku cintai dan
paling dekat denganku tempat duduknya pada hari kiamat kelak?”, para sahabat
menjawab: “tentu”, Beliaupun bersabda: “dia adalah orang yang paling baik
akhlaknya diantara kalian”.
Dan disebutkan didalam hadits Abu Hurairah ra

‫أكثر ما يدخل الجنة تقوى هللا وحسن الخلق‬


“(Amalan) yang paling banyak memasukkan ke jannah adalah akhlak yang baik
dan taqwa kepada Allah”.
Adapun hadits lain juga yangenai tentang akhlak adalah sebagai berikut:
Rasulullah saw bersabda: “ tiga hal di antara akhlak ahli syurga: memaafkan
orang yang telah menganiayamu, memberi kepada orang yang mengharamkanmu,
dan berbuat baik terhadap orang yang telah berbuat buruk kepadamu”. (H.R. Al-
Thabrany).
“Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (H. R. Malik). “Sesuatu
yang paling berat di atas timbangan kebaikan adalah akhlak yang baik.” (H.R.
Abu Dawud)
Pada hadits lain disebutkan, seseorang telah datang ke hadapan Rasulullah
Saw lalu berkata, “Apakah din (agama) itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak.”
Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kanannya, lalu bertanya lagi, “
apakah din itu?” Beliau bersabda, “Akhlak yang baik.” Kemudian orang itu
mendatanginya dari sebelah kirinya, lalu bertanya lagi, “ Apakah din itu?” Beliau
bersabda, “Kebaikan Akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari
belakangnya, lalu bertanya lagi, “Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan
akhlak”. Lalu orang itu bertanya lagi, “ Wahai Rasulullah, apakah din itu?” Dan
Rasulullah berpaling padanya lalu bersabda, “Tidak mengertikan kamu? Baiklah
janganlah kau marah!”. (H.R. Muhammad ibn Nashr Al-Marwazi)
Rasulullah Saw juga pernah bersabda: “ Allah tidaklah menyempurnakan
jasad dan akhlak seseorang untuk dilahap api neraka” (H.R. Ibnu Addiy).
Dikisahkan ada yang bertanya kepada Rasulullah Saw, “Apakah kesialan itu?”
Beliau bersabda, “Kejelekan akhlak” (H.R. Ahmad). Dalam hadits lain
disebutkan, ada seseorang berkata kepada Rasulullah Saw, “Berilah wasiat
kepadaku.” Beliau bersabda, “Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada.”
Orang itu berkata lagi, “ Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Sertakanlah
perbuatan baik setelah perbuatan jahatmu; niscaya akan menghapusnya.” Orang
itu berkata lagi, “Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Bergaullah dengan
orang-orang dengan akhlak yang baik.” (H.R. Al-Tirmidziy)
Di dalam al- Quran juga pun terdapat beberapa ayat mengenai tentang
keutamaan akhlak, seperti :
“ Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.(Q.S Al- A’raf : 199)
”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S Ali- Imran :
134)

Begitu pula dalam firman Allah pada riwayat luqman tentang hikmah:
“ wahai anakku, dirikanlah shalat, serulah orang-orang untuk berbuat ma’ruf,
cegahlah kemunkaran dan bersabarlah atas sesuatu yang menimpamu.
Sesungguhnya itu semua dari hal-hal yang patut diutamakan.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S
Luqman : 18)
Pada ayat-ayat tersebut di atas, Allah mengisyaratkan kewajiban untuk
berperilaku mulia. Ayat-ayat itu pun menunjukkan kebaikan akhlak dan
keutamaannya. Allah berfirman:
“Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan”.(Q.S Asy-Syu’ara:43)
Secara garis besar, ayat-ayat Al-Quran mengisyaratkan kepada kemuliaan akhlak
dan kemanisan budi pekerti.

C. Pendidikan akhlak dalam keluarga


Secara garis besar pendidikan dalam keluarga yang harus dibina salah
satunya yaitu pembinaan akhlak. keluarga dalam hal ini harus memahami
keutamaan akhlak yang baik, kebaikan akhlak juga tergantung pada konsistensi
kekuatan amarah dan syahwat yang sejalan dengan akal dan syarak. Konsistensi
ini dapat dicapai dengan tiga jalan sebagai berikut:
1. Dengan kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah. Karena manusia
diciptakan dan dilahirkan dengan kesempurnaan akal dan kebaikan akhlak,
cukuplah itu baginya untuk menguasai amarah dan syahwatnya.
Kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah merupakan karunia yang
sejalan dengan akal dan syarak sehingga orang dapat menjadi alim tanpa
belajar atau menjadi beradab tanpa penuntun.
2. Proses usaha pencapaian akhlak yang baik dilakukan dengan riyadlah dan
mujahadah, yakni dengan melakukan amal perbuatan baik yang
diinginkan. Dengan melakukan riyadlah dan mujahadah itu, diharapkan
seseorang dapat menikmati perbuatan baik yang telah menjadi kebiasaan
dirinya, bahkan dia membenci perbuatan-perbuatan buruk. Rasulullah Saw
bersabda, “ Aku membiasakan diri menangis di waktu shalat”. (H.R. An-
nasa’i)
3. Dengan menyaksikan orang-orang yang berakhlak baik dan berteman
dengan mereka. Orang-orang seperti itu adalah teman-teman yang baik
dan menuju kebaikan. Kepribadian seseorang bisa merupakan adopsi dari
kepribadian orang lain, apakah itu kepribadian baik atau kepribadian
buruk.
Jika sifat paling mulia hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, kita
sebagai orangtua juga harus menanamkan akhlak mulia kepada anak-anak,
membimbing mereka tumbuh dengannya, mengajari mereka setiap saat dan
menjadi suri teladan. Tidak ada artinya orang mengajarkan akhlak mulia,
sementara kehidupan ia sendiri bertolak belakang dengannya. Akan sulit
menanamkan kemuliaan dalam perilaku anak jika kita tidak mengaplikasikannya
dalam kehidupan nyata diri kita sendiri.
Adapun cara untuk menumbuhkan akhlak yang mulia adalah, diantaranya yaitu:
1. Menanamkan kejujuran
a. Seorang bapak harus benar-benar jujur dalam menghadapi anak-anaknya.
Ia harus menjawab setiap pertanyaan anak dengan jawaban yang
sederhana dan jujur.
b. Doronglah anak-anak supaya selalu jujur. Hindari cara-cara kasar ketika
menghalangi kedustaan mereka.
c. Ingatkan anak anda pada sabda Nabi Saw dalam riwayat at-Tabrani, “
Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak jujur dan tidak ada artinya
agama bagi orang yang tidak menepati janji” Dalam riwayat lain, beliau
bersabda : “ Tunaikanlah amanat kepada orang yang telah mengamati
kamu dan jangan mengkhianati orang yang berkhianat kepadamu”
2. Keberanian
a. Berilah pujian terhadap setiap upaya anak yang mengandung unsure
keberanian. Segeralah menyatakan meskipun muncul pada usia dini.
b. Perhatikanlah keberanian di depan anak-anak dan berceritalah tentangnya.
Kepribadian anda harus menjadi suri teladan bagi mereka. Anda juga
boleh menceritakannya, bukan untuk membuat kesulitan-kesulitan dalam
kehidupan anda, tetapi dengan cara yang tulus sehingga mereka
memahami bahwa ada hal-hal sulit yang dialami bahkan oleh orang
dewasa sekalipun.
c. Ajarkan kepada mereka, keberanian adalah berani berbuat benar dan
bersegera membantu orang lain, berpikir sebelum mengambil suatu
langkah, dan memohon pertolongan Allah Swt sebelum melakukan
ssegala sesuatu.
3. Bergaul dengan baik
a. Ingatkanlah anak-anak anda pada prinsip Qurani;“Dan tidaklah sama
kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.(Q.S. Fushilat : 34)
b. Ajarkan kepada mereka bahwa kalau ada orang yang mau mengamalkan
prinsip ini tentu tidak akan terjadi permusuhan dan pertikaian.
c. Ajarkan kepada mereka bahwa pergaulan memerlukan sikap rendah hati,
hati-hati dan tekad yang kuat. Rendah hati menunjukkan kekuatan, bukan
kehinaan. Rasulullah Saw menyuruh kita untuk rendah hati tanpa merasa
hina dan keji. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mewahyukan
kepadaku agar kalian rendah hati dan hendaklah kalian tidak bertengkar
dengan jiwa yang lain” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Kita wajib bersikap lemah lembut dalam segala sesuatu. Rasulullah Saw
bersabda,“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemahlembutan.
Dia memberikan sesuatu kepada kelembutan yang tidak Dia berikan kepada
kekasaran.” (H.R. Muslim)
Ketenangan dan kemantapan jiwa adalah nalia-nilai mulia. Rasulullah Saw
bersabda, “ Maukah aku katakan kepada kalian orang yang haram terkena api
neraka? Yaitu setiap orang yang lemah lembut dan mudah (menerima
kebenaran).” (H.R. at-Tirmidzi)
Seorang mukmin bukan pribadi yang keras dan kaku. Allah Swt berfirman :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka ….”
d. Ajarkan sejak kecil bahwa bergaul dengan baik merupakan aktivitas
nyata. Jika anak meminta sesuatu berulang-ulang dengan gelisah dan suara
keras, mintalah ia untuk bersikap tenang dahulu, jangan sampai anda larut
dalam kemarahannya. Tenangkan juga diri anda, kemudian ajaklah ia
untuk duduk di bangku, jika anda yakin gejolak emosinya sudah mereda,
berikanlah sesuatu yang diinginkan. Buatlah ia mengerti bahwa kebaikan
dan ketenangan telah membantunya mendapatkan sesuatu, bukan emosi
dan kemarahan. Emosi dan kemarahan tidak akan mendatangkan kebaikan
dan memberikan manfaat apapun kepada kita.
4. Bersandar pada diri sendiri
a. Ajarkan anak-anak anda bahwa orang harus bekerja dan bersungguh-
sungguh dalam pekerjaannya. Dan Allah Swt berfirman;“Dan Katakanlah:
"Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Rasulullah
Saw bersabda, “ Tidak ada makanan yag lebih baik daripada makanan
hasil jerih payah sendiri.” (H.R. Bukhari). Anak-anak harus berusaha
selalu belajar dengan tekun dan rajin agar menjadi pribadi yang mandiri
dan dapat hidup dari hasil keringatnya sendiri.
b. Pelajari kemampuan anak-anak anda. Telusuri minat dan bakatnya.
Bantulah mereka mengenali jati dirinya.
c. Biarkan anda-anda meraih rekornya sendiri tanpa harus disbanding-
banding dengan orang lain.
d. Berilah penghargaan pada setiap upaya yang telah mereka lakukan.
e. Upayakan semaksimal mungkin, anda lebih banyak mengajukan usulan
atau pilihan daripada menyuruhnya.
f. Upayakan untuk mengurangi pemberian putusan-putusan.
g. Tanyakanlah kepada mereka perihal kelemahannya dan kendala terbesar
yang ia hadapi. Bantulah ia memahami bahwa setiap kesulitan pasti ada
jalan keluarnya. Allah Swt berfirman: “. Karena Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.”
5. Tidak berlebihan dan disiplin
Allah Swt memberikan gelar bagi orang yang beriman melalui firman-
Nya,
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihan”.
Ajari anak anda, dalam setiap perkara yang diperbolehkan, agar tidak berlebihan
dalam makan, minum, berbicara, berolahraga, bergaul. Ajari ia untuk mengenal
batas-batas kemampuan badan dan akal serta menghindari sikap berlebihan dan
hilang kendali diri.
6. ‘iffah dan ikhlas
Allah Swt menyebutkan bahwa salah satu sifat mukmin adalah menjaga
diri agar tidak terjerumus pada hal-hal yang haram. Allah Swt berfirman; “5. Dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki”.
Orangtua yang mulia dan dapat menjaga kesucian dirinya akan menghasilkan
anak-anak seperti mereka. Menjaga kesucian diri bukan berarti penghalang atau
penghancur manusia sebagaimana pernyataan orang-orang yang suka mengumbar
hawa nafsu, tetapi sarana kebaikan bagi umat manusia. Tanpa menjaga kesucian
diri, hawa nafsu akan bebas dalam setiap kesempatan untuk berbuat sesuatu yang
mencelakainya dan hancur bersamanya.
7. Menepati janji
Allah Swt berfirman.“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah
janji Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.
8. Menghargai
Rasulullah Saw bersabda, “ Bukan termasuk umatku orang yang tidak
menghormati orangtua, menyayangi yang lebih muda, dan mengetahui hak orang
yang berilmu”. (H.R. Ahmad, al-Hakim dan at-Thabrani),Jika kita menginginkan
anak dapat menghormati orang lain, maka kita wajib memulainya dari diri kita
sendiri. Kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka dalam sikap penuh
penghormatan. Kita buat mereka merasa sebagai orang yang dihormati.
9. Rasa cinta
10. Mementingkan orang lain
Ajarkan kepada anak anda intisari sabda Rasul Saw, “ Tidak beriman salah
seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai
dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari Muslim)
Ingatkanlah kepada mereka bahwa penduduk Madinah adalah penghulu atau figur
orang-orang yang mementingkan orang lain sehingga menjadi panutan setiap
orang, baik masa dahulu maupun sekarang. Dengan suka cita mereka menerima
dan menolong kaum muhajirin dari Mekah serta berbagai apapun yang mereka
miliki.
Allah Swt menurunkan ayat-Nya yang terus diperdengarkan sampai hari
kiamat;“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai'
orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas
diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”.
Ajarkan kepada mereka agar merasakan kebutuhan orang lain. Kebahagiaan pun
akan muncul setelah memberikan kesenangan kepada orang lain.
11. Lemah lembut
Ingatlah bahwa anak-anak anda setiap waktu bahwa pribadi yang lembut
dan sopan lebih dekat dengan hati orang lain, lebih dicintai dan disukai oleh orang
lain. Allah Swt mengingatkan nabi-Nya yang memiliki akhlak mulia melalui
firman-Nya;
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka”. (Q.S. Ali-Imran: 159)
Upayakan kita selalu penuh dengan rasa cinta, sikap lembut, dan sopan terhadap
semua orang, termasuk kepada anak-anak anda. Perbanyak ungkapan-ungkapan
kata-kata seperti “ terima kasih”, “tolong”, dan “maaf”. Bersikap bijaklah dalam
setiap perilaku anda.
12. Adil
Bersikap adil kepada anak-anak supaya mereka menerti bahwa tidak ada
diskriminasi di antara mereka. Jangan sampai terjadi satu orang mendapatkan
hasiah sedangkan yang lainnya tidak. Jika ada yang bersalah, satu orang dihukum
sementara orang lain tidak, Anda harus terus memantaunya agar tertanam dengan
kuat dalam jiwa mereka sepanjang hayat sehingga mereka menjadi anak sholeh
yang dapat membahagiakan orangtuanya di dunia dan akhirat kelak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu
menghayati suasana kehidupan religius dalam kehidupan keluarga yang akan
berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang merupakan hasil dari bimbingan
orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia, budi pekerti yang luhur
yang berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga agama, bangsa dan negara.
B. Saran
Hendaklah orang tua selalu memberikan perhatian yang jenuh kepada
anaknya dalam membina akhlak bukan hanya menyuruh anak agar melakukan
perbuatan yang baik tetapi hendaklah orang tua selalu memberikan contoh yang
baik bagi anak-anaknya,Serta orang tua tampil selalu tauladan baik, membiasakan
berbagai bacaan dan menanamkan kebiasaan memerintah melakukan kegiatan
yang baik, menghukum anak apabila bersalah, memuji apabila berbuat baik,
menciptakan suasana yang hangat yang religius (membaca Al-Qur'an, sholat
berjamaah, memasang kaligrafi, Do'a-Do'a dan ayat-ayat Al-Qur'an).
C. Penutup
Tiada yang pantas penulis ungkapkan kecuali rasa syukur yang
sedalam-dalamnya kehadirat Allah SWT, atas terselesaikannya penulisan makalah
ini. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan bahkan terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Harapan
penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, perguruan tinggi dan
pembaca sekalian, demi kemajuan pendidikan pada umumnya. Akhirnya disertai
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsih baik
tenaga, pikiran dan do’a, penulis berharap makalah yang sederhana dan jauh dari
kesempurnaan ini dapat bermanfaat. Aamiin..
DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandatama,1994 Keluarga Muslim Dalam


Masyarakat Modern, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 107.

Drs.Nipan, Fuad Kauma.1997 Membimbing Istri Mendampingi


Suami,Yogyakarta.Mitra Pustaka.

Ilyas, yunahar, catatan kuliah, fakultas ushuluddin universitas islam imam


muhammad ibn su’ud riyadh saudi arabia. 1980

Anda mungkin juga menyukai