Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENDEKATAN DALAM

PEMBELAJARAN
Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar

Dosen Pegampu : Budi Utami, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

DIAH AYU SAPUTRI

K3317022

Kelas B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2018
KATA PEGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pegasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehairat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahnya sehigga saya dapat meyelesaikan makalah Pendekatan
dalam Pembelajaran tanpa halangan suatu apapun.

Makalah ini saya susun dengan maksimal untuk memenuhi tugas dari ibu
Budi Utami, S.Pd., M.Pd. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih pada seluruh
pihak yang membantu dalam meyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu saya menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kekuranganan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya memohon
kritik dan saran demi kemajuan makalah ini.

Saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun


inspirasi bagi para pembaca.

Surakarta, 18 September 2018

Diah Ayu Saputri

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran.................................................... 3
B. Peran dan Fungsi Pendekatan Pembelajaran.......................................... 4
C. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran............................................. 4
D. Tipe-tipe Pendekatan Pembelajaran....................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................... 22
B. Saran....................................................................................................

22

DAFTAR PUSTAKA iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus
maju dan berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan
perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya
manusia juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan
ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa
berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya
pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat
agar anak didik dapat merima didikan dengan baik.
Dewasa ini, proses belaja mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun
SMA masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan
kegiatan guru, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta
didiknya. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru
sampaikan. Peserta didik cendrung tidak diajak untuk mengetahui dan
memahami peristiwa dan konsep mengenai materi fisika kurrang dikuasai
oleh peserta didik dan peserta didik pun lambat dalam memahami materi
pembelajaran fisika
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara
guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai
dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi
positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu
bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan
menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target
dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan
belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.
Sehingga dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran ,
pendidik harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan
bijaksana.Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan

1
perbuatan. Setiap pendidik tidak selalu memiliki suatu pandangan yang sama
dalam hal mendidik anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang
pendidik ambil dalam pengajaran
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda
dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang
anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala
hal. Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru
dalam menilai anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan
memaklumi bahwasanya anak didik itu merupakan individu dengan segala
perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam proses belajar
mengajar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran?
2. Bagaimana peran pendekatan pembelajaran dalam proses belajar
mengajar?
3. Apa saja macam-macam pendekatan pembelajaran?
4. Apa saja tipe-tipe pendekatan pembelajaran?
C. TUJUAN
1. Memahami arti penekatan pembelajaran
2. Memahami peran dan fungsi pendekatan pembelajaran dalam proses
belajar mengajar
3. Mengetahui macam-macam pendekatan pembelajaran
4. Mengetahui tipe-tipe pendekatan pembelajaran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN


Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. (Rusman. 2010:380)
Menurut (Sanjaya 2008: 127) “pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah
pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum”. Menurut (Roy Kellen, 1998) terdapat dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu:
a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
siswa(student-centered approahes)
b. Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher- centered approahes)

Pendekatan yang berpuasat pada guru menggunakan strategi


pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa
menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan discovery serta pembelajaran
induktif. ( R Andi Ahmad Gunadi. 2014)

Berdasarkan kajian terhadap pendapat ini, maka dapat disimpulkan bahwa


pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam
memandang suatu masalah atau objek kajian. Pendekatan ini akan
menentukan arah pelaksanaan suatu ide tersebut untuk menggambarkan suatu
perlakuan yang diterapkan terhadap masalah atau objek kajian yang akan
ditangani.

B. FUNGSI DAN PERAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN


Fungsi dan peran pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :

3
o Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode
pembelajaran yang akan digunakan.
o Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
o Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
o Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
o Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
(Syaiful Bahri Djamarah. 2005)

C. MACAM-MACAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN


1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan
guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya
tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi
kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan
individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan
kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan
tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik
di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan
kelompok diperlukan. (Syaiful Sagala. 2006)
Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani
perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan
penerapan pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi
masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari pendekatan
individual ini ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual
masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar
baik fisik maupun kebutuan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan
untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan juga
sebgai makhluk sosial, anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan
dengan lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang
tuanya.
Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk
membantu siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki

4
siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka
antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas
dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru
dengan siswa dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus
melakukan hal berikut ini;
a) mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran
anak didik dan membuat hubungan saling percaya.
b) membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c) membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih
tugas.
d) menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima
perbedaannya dengan penuh perhatian.
e) menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian,
bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.

Ciri-ciri pendekatan individual : (Syaiful Sagala. 2006)


a) Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di
kelas dan memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai individu
untuk akatif, kreatif, dan mandiri dalam belajar.
b) Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik
secara individual.
c) Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para
peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa
yang mereka pelajari.
d) Guru harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan
kelas. Menarik dalam pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan
dipahami serta tidak membosankan siswa. Pengajaran individual
dilakukan untuk membantu siswa dalam menuntaskan belajar mereka.
Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses
belajar mengajar, interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan
terjadinya hubungan pribadi yang menyenangkan antara siswa dan guru.
Secara tidak langsung hal yang disebut diatas merupakan keuntungan dari
pengajaran dengan pendekatan individual. Keuntungan dari pengajaran
pendekatan individual yaitu: (Syaiful Sagala. 2006)

5
a) memungkin siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya
masing-masing secara penuh dan tepat,
b) mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata
melalui diskusi kelompok,
c) mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan,
d) memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang
bersifat mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru,
e) memberi peluang siswa untuk maju secara optimal dan
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya,
f) latihan-latihan tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat
menimbulkan kebiasaan dan merasa puas dengan hasil belajar yang
ada,
g) menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan guru,
h) memberi kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih
inisiatif berbuat yang lebih baik,
i) mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap para siwa
yang tergolong lamban.
Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut
dapat dilihat secara umum dan khusus. Kelemahan secara umum:
a) proses pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan
jumlah bahan yang dihadapi dan jumlah peserta didik.
b) Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-
perbedaan individual yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat
membuat beberapa siswa rendah diri/minder dalam pembelajaran.
c) Adanya penggunaan pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas
regular secara perorangan, sehingga terjadi kemungkinan sebagaian
peserta didik tidak dapat dikelola dengan baik.
d) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan
mengalami hambatan untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena
menuntut kesabaran dan penguasaan materi secara lebih luas dan
menyeluruh. (Syaiful Sagala. 2006)

2. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang
menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan

6
kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk
membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari
bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk
yang berkecendrungan untuk hidup bersama. (Syaiful Sagala. 2006)
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh
kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka
dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka
masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas.
Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa
hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai
kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang
terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung
atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian
dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam
kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan.
Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang
memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai
kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai
kelebihan. Tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi
dikelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah
yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru
harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan
tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah
dikuasai, dan bahan yang akn diberikan kepada anak didik memang cocok
didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok
tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan
hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan
penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan .
Perbedaan individual anak didik, pada aspek biologis, intelektual, dan

7
psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan
kelompok. (Syaiful Sagala. 2006)

3. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang
bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan yang
bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu
sama, terkadang ada perbedaan. (Syaiful Sagala. 2006)
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada
satu sisi anak didik mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain
anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu
bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara
sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang anak tidak ikut belajar.
Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain tentang
hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode
biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu
yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit
menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya gangguan dalam
proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang
efektif, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu.
Disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya
satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang
gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu,
dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan
jarang sekali menggunakan satu metode.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi,
maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan
bervariasi pula.Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa
permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar
bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran
dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan

8
untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat
yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.

4. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran
dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti
karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.
(Syaiful Sagala. 2006)
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat
keributan didalam kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran,
misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokum dengan cara memukul badannya
sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak bernilai
pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang salah. Guru telah
menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan
orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila
menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru
adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan
perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan
untuk mendidik anak didik agar agar menghargai norma hukum, norma
susila, norma sosial dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk
menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu
contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi,
anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di
depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur
barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok sejenisnya.
Demikian juga semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok sejenisnya.
Jadi, berisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah kepintu
masuk. Di sisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana
anak-anak berbarisdi depan pintu masuk kelas. Semua anak di persilahkan
masuk oleh ketua kelas. Mereka pun satu persatu masuk kelas, mereka satu

9
persatu menyalami guru. Semua anak-anak masuk dan pelajaran pun
dimulai.
Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di
lakukan telah oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan
pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan tujuan untuk membina watak
anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
Kasus yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi
bermacam-macam jenis dan tigkat kesukarannya. Hal ini menghendaki
pendekatan yang tepat. Berbagai kasus yang terjadi selain dapat didekati
dengan pendekatan individual, pendekatan kelompok, dan juga pendekatan
kelompok. Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan
individual harus bedampingan dengan pendekatan edukatif. Pendekatan
kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan
pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif.
Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus
bernilai edukatif, dengan tujuan mendidik.

5. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu
atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata
pelajaran. Dalam prateknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga
penggabungan dua atau lebih pendekatan. (Syaiful Sagala. 2006)
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi
dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk
semua mata pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat
penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai
budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu
sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata
pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah
dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak
mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil
kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak

10
dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati dan
diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.

6. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan
pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa
merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui
struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur berperan
sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan
perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang
memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna.
Misalnya pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa Inggris. (Hamdani,
2011)
Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang pertama di indonesia
yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa salah satu
sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain
faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta
kompetensi guru itu sendiri. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu
alternatif ke arah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan
baru, yaitu pendekatan kebermaknaan. Ada beberapa konsep penting
yang menyadari pendekatan ini sebagai berikut :
 Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang
diwujudkan melalui struktur ( tata bahasa dan kosa kata).
 Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi
yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan
pengajaran bahasa yang natural.
 Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara
lisan maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang
berbeda tergantung pada situasi saat kalimat digunakan.
 Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa
tersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis.

11
Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-
unsur bahasa sasaran.
 Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan
keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh
kadar kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa
yang bersangkutan.
 Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih penting
bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang
berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
 Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak
hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka
harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan dengan
pengajaran.
 Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang
membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.

D. TIPE-TIPE PENDEKATAN
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John
Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan
pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) dikembangkan oleh The Washington
State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang bergerak
dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah
melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di
Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat
melalui Direktorat PLP Depdiknas. (Suyono. 2015;81)
Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas
di Indonesia tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi
dengan “pemaksaan” terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima
dan menghafal. Harus segera ada pilihan strategi pembelajaran yang
lebih berpihak dan memberdayakan siswa.

12
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual
adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme
berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada
awal abad 20 yang lalu. (Suyono. 2015;81)
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang
berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi
mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang
terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi
karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai
perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas berfokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan
pilihan utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan : (Suyono.
2015;82)
1. Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.
2. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan
konsep yang siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi
sendiri oleh siswa.
3. Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi
mereka, apa manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang
mereka pelajari adalah berguna bagi hidupnya.
4. Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana
belajar daripada pemberi informasi.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL)merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

13
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari
berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang
bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
menggapinya.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual sendiri
dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran yang
efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk
belajar yang penting, yaitu :
1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan
konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan
demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan
berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun
pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa
dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-
bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan
kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan
memberikam latihan yang realistic dan relevan.

14
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara
kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan
sedikit bantuan.Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa
mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman
belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan

2. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam
pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa
dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi
pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan. (Suyono.
2015)
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam
peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa
berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan
diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan
masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai
pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena
itu , guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai
dengan materi yang
disajikan untukmeningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
lebih mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Secara umum yang disebut konstruktivisme
menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti,
serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada
satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat beberapa
pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam
pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti

15
Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan
pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget
melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan
individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang
biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka berusaha
mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang
membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan
dibentuk secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan
kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan
pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya
yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya
membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
1. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan
pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri
melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa
dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan
menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan
dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang
mereka pelajari.Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan
menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta
memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan
materi yang dipelajari.
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang
menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan
(conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam
sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu
kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan

16
kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatuyang khusus. (Suyono.
2015;60)
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula
dari keadaan umum ke keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran
yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti
dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke
dalam keadaan khusus.
4. Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan
permasalahan dari hal-hal yang bersifat umum, maka
pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan permasalahan
dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan
sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum
kesesuatu yang khusus. (Suyono. 2015;60)
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu
menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering
disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus
menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang
bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.

5. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta
didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi
kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep merupakan struktur mental
yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. (Hamdani. 2011;41-
42)
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada
siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
1. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
2. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya

17
4. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-
pengalaman
5. Konsep yang benar membentuk pengertian
6. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan pendekatan konsep adalah:
1. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur
lingkungan.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang
mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang
spesifik pula sampai konsep yang komplek.
4. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3
tahap yaitu,
1. Tahap enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
a. Pengenalan benda konkret.
b. Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman
baru.
c. Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
2. Tahap simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode, seperti
angka, huruf. kode, seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara contoh
dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan
ciri-cirinya. Memberi nama, dan istilah serta defenisi.
3. Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti:
Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu
mengatakannya.

6. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses
penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan
proses. (Suyono. 2015;58)

18
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada
proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-
benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir
atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor
peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat
mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan.
Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup
kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan
sebagainya.
7. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau
pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan
gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan
diskoveri serta pendekatan lingkungan. (Suyono. 2015;73)
Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris
disebut Sains Technology Society (STS), Science Technology Society
and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan
Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya
sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu
ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan
terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun
tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang
cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil
keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta
mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah
diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan
konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di
dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.

19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum
perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga
tercapai sasaran belajar.
Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran
a. Pendekatan individual
b. Pendekatan kelompok
c. Pendekatan bervariasi
d. Pendekatan edukatif
e. Pendekatan keagamaan
f. Pendekatan kebermaknaan
Tipe-tipe pendekatan pembelajaran:
a. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
b. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
c. Pendekatan Pembelajaran Deduktif
d. Pendekatan Pembelajaran Induktif
e. Pendekatan Pembelajaran Proses
f. Pendekatan Pembelajaran Konsep
g. Pendekatan Pembelajaran Sains, Teknologi dan Masyarakat

B. SARAN
Dari berbagai macam pendekatan pembelajaran, diharapkan pendidik
mampu mempraktekkan dan memaksimalkan cara kerja pendekatan itu untuk
mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam upayanya membentuk
kepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil yang memuaskan
dan mampu menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.

20
DAFTAR PUSTAKA

Andi Ahmad Gunadi, R. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Konsep Diri
Terhadap Hasil Belajar Matakuliah Ilmu Pendidikan. Jurnal Ilmiah Widya.
Volume 2 Nomor3

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia hal. 18

Kellen, roy. 1998. Evective Teaching Strategis Lesson From Research And
Practice. South Merbourne, Vic. Thomson Social Science Press, 2007.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Raja Grefindo Persada. hal 380

Sanjaya, wina. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.


Jakarta: prenada. Hal 127

Suyono. 2015. Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung; PT Remaja


Rosdakarya. Hal. 81

Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
(suatu pendekatan teoritis psikologis). Jakarta; Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung; Alfabeta

iii

Anda mungkin juga menyukai