Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Disusun Oleh:
1. RAHMAD HIDAYAT 2034034
2. SULAIMAN 2034147

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
cinta hingga seluruh makhluknya bisa merasakan indahnya kebersamaan. Juga
kepada Rasulullah SAW kita curahkan Sholawat dan Salam semoga kita
mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir nanti. Kita bisa belajar dari sejarah
beliau yang memberikan pengetahuan yang luar biasa untuk setiap insan yang
punya mimpi untuk berkarya.
Kali ini penulis menyempatkan menyajikan sebuah tulisan yang cukup
ringkas sebagai kewajiban menunaikan perintah dari Dosen Pengampu Mata
Kuliah Belajar dan Pembelajaran Matematika dengan judul makalah
“PENDEKATAN PEMBELAJARAN” yang didalamnya dijelaskan mengenai
pengertian pendekatan pembelajaran, fungsi pendekatan pembelajran, jenis-jenis
pendekatan pembelajaran, dan jenis pendekatan apa yang relevan dengan
pembelajaran kurikulum 2013.
Semoga penulisan ini bisa memberikan pencerahan pola pikir kita ke arah
yang lebih positif lagi. Amin ya rabbalallamin. Jazakallah Khairan katsiron.

Pasir Pengaraian, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................... ............................. 2
C. Tujuan Pembuatan Makalah........................................ .......................... 2
D. Ruang Lingkup Permasalahan.................................. .............................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Pendekatan Pembelajaran ........................................................ 3
B. Fungsi Pendekatan Pembelajaran ........................................................... 4
C. Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran ..................................................... 4
D. Relevansi pendekatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 ............... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 25
B. Keritik dan saran ........................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................27

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globablisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk
terus maju dan berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan
perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya
manusia juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan
ujung tombak dalam pengambangan sumber daya manusia harus bisa
berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya
pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat
agar anak didik dapat menerima didikan dengan baik.
Dewasa ini, proses belajar mengajar di sekolah baik SD, SMP,
maupun SMA masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh
peran dan kegiatan guru, dimana guru yang leih aktif dalam mengajar
daripada peserta didiknya. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan
yang guru sampaikan. Peserta didik cenderung tidak diajak untuk
mengetahuai dan memahami peristiwa dan konsep mengenai materi
matematika kurang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun lambat
dalam memahami materi pembelajaran matematika.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi
antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai
sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi
interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini,
sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak
berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar
mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi menyenangkan
dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat dengan guru
yang mengajar.
Sehingga dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran,
pendidik harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana.
Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pendekatan pembelajaran?
2. Bagaimana fungsi pendekatan pembelajaran?
3. Bagaimana jenis-jenis pendekatan pembelajaran?
4. Bagaimana relevansi pendekatan pembelajaran dalam kurikulum 2013?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran.
2. Mengetahui fungsi pendekatan pembelajaran
3. Mengetahui jenis-jenis pendekatan pembelajaran.
4. Mengetahui relevansi pendekatan pembelajaran dalam kurikulum 2013.
D. Ruang Lingkup
1. Pengertian pendekatan pembelajaran.
2. Fungsi pendekatan pembelajaran.
3. Jenis-jenis pendekatan pembelajaran
4. Relevansi pendekatan pembelajaran dalam kurikulum 2013.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendekatan berasal dari bahasa Inggris Approach yang diartikan
dengan pendekatan. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat
diartikan a way of beginning something (cara memulai sesuatu). Karena itu,
istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. (Nina, 2014)
Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada
seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan
pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan
dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata
pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan
didasarkan pada asumsi yang berkaitan. (Nina, 2014)
Sejalan dengan pendapat Suyono (Suyono, 2011) bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi yang paling berhubungan
dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu pendekatan bersifat aksomatik
dan menggambarkan sifat-sifat dan ciri khas suatu pokok bahasan yang
diajarkan.
Lain halnya dengan Sanjaya (Sanjaya, 2011) mengatakan bahwa
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya sangat
umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
Sedangkan menurut Sagala dalam (Wulandari, 2012) bahwa
pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan
siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional
tertentu.
Sejalan dengan Wahjoedi dalam (Wulandari, 2012) bahwa pendekatan
pembelajaran adalah cara mengelola kegiatna belajar perilaku siswa agar ia
dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar
secara optimal.

3
Maka, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah
suatu ancangan dan sudut pandang kita dalam memulai serta melaksanakan
pengajaran suatu bidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode
pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan dalam mencapai
tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu, salah satunya
yaitu mengelola kegiatan pembelajaran agar siswa dapat aktif beajar sehingga
dapat memperoleh hasil belajar yang optimal

B. Fungsi Pendekatan Pembelajaran


Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman
umum dalam menyusun langkah-langkah metode pengajaran yang akan
diguankan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya,
metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Di
samping itu, tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama
pendekatannya.
Mohammad Surya (Surya, 2004)memberikan penjelasan secara
praktis mengenai fungsi pendekatan seperti berikut:
1. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
2. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai
3. Mendiagnosis masalah-maslah belajar yang timbul, dan
4. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah
dilaksanakan.

C. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran


Killen dalam (Sanjaya, 2011) mencatat ada dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred
approacher) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred
approacher).
Lain halnya dengan Djamarah (Djamarah, 1997) ada beberapa pendekatan
pembelajaran yang diharapkan guru dapat memecahkan masalah dalam
kegiatan belajar mengajar.

4
1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi
kepentingan belajar. Pendekatan individual juga sangat diperlukan bagi
strategi pembelajaran karena setiap siswa mempunyai gaya belajar yang
berbeda – beda, prilaku mereka juga bermacam – macam seperti cara
mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap tingkat
kecerdasaanya dan sebagaiya, selalu ada variasinya. Perbedaaan individual
anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi
pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek
individual dengan kata lain guru harus melakukan pendekatan individual
dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas
atau mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik
tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan
individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan
optimal. (Djamarah, 1997)
Pada kasus – kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar
mengajar dapat diatasi dengan pendekatan individual, misalnya untuk
mengatasi anak didik yang suka bicara. Caranya dengan memisahkan atau
memindahkan salah satu dari anak didik tersebut pada tempat yang
terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang suka bicara
ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.
Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual dan
persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual walaupun suatu saat pendekatan
kelompok diperlukan.
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok memang suatu saat nanti akan diperlukan
dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap social
anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk
homo sociu yakni makhluk yang berkencederungan untuk hidup bersama.
(Djamarah, 1997)

5
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh
kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka
dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada pada diri mereka masing-
masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Anak didik
dibiasakan hidup bersama bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari
bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan sehingga mereka saling
memberi dan membenarkan apa yang kurang dan yang salah. Inilah yang
diharapkan yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok maka guru
harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan
tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang dipakai harus sudah
dikuasi, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok
didekati dengan pendekatan kelompok.
Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan
penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan.
Perbedaan individual anak didik dari aspek biologis, intelektual, dan
psikologi dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan
kelompok.
(Djamarah, 1997)Keakraban pendekatan kelompok ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu:
a.Perasaan diterima atau disukai teman – teman
b.Tarikan kelompok
c. Teknik pengelompokan oleh guru
d.Partisipasi / keterlibatan dalam kelompok
e.Penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara
mencapainya.
f. Struktur dan sifat – sifat kelompok. Sedangkan sifat – sifat
kelompok adalah:
a. Suatu multi personalia dengan tingkat keakraban tertentu
b. Suatu system interaksi
c. Suatu organisasi atau struktur
d. Merupakan suatu motif tertentu atau tujuan bersama

6
e. Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu
f. Pola perilaku yang dapat diobservasi yang disebut
keperibadian
3. Pendekatan Bervariasi
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya
bervariasi, maka pendekatan pun yang akan digunakan adalah bervariasi.
Misalanya anak didik yang disiplin dan anak didik yang suka berbicara
akan berbeda pemecahannya dan menghendaki pendekatan yang berbeda
– beda pula. Demikian juga halnya terhadap anak didik yang membuat
keributan guru tidak bias menggunakan teknik pemecahan yang sama
untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada hanya pada
kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan itulah dalam
pembicaraan ini didekati dengan “pendekatan bervariasi” (Djamarah,
1997)
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepi bahwa permasalahan
yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam – macam.
Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagi motif,
sehingga diperlukan variasi teknik penyelesaian dari setiap kasus maka
kiranya pendekatan variasi ini sebagai alat yang dapat digunakan oleh guru
untuk kepentingan pengajaran.
4. Pendekatan Edukatif
Apa pun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran
dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif – motif lain seperti
karna dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti, dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat
keributan dikelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya,
tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya
hingga luka atau cidera, hal tersebut merupakan tindakan sanksi hukum
yang tidak berpendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah
guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk
menundukan oran lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang afir dan
bijakasana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan

7
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang
benar bagi guru adalah dengan pendekatan edukatif. Setiap tindakan,
sikap, dan `perbuatan apa yang dilakukan guru bernilai pendidikan, dengan
tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma
sosila, norma moral, norma social dan norma agama. (Djamarah, 1997)
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untun
menanamkan nilai – nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu
contohnya misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi,
anak – anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruh mereka berbaris
terlebih dahulu di depan pintu kelas dan diperintahkan ketua kelas untuk
mengatur barisan. Semau anak perempuan berbaris dengan kelompok
sejenisnya. Demikian juga semua anak laki – laki, berbaris dalam
kelompok sejenisnya. Jadi, barisan dibentuk menjadi dua dengan
pandangan terarah ke pintu masuk. Di sisi pintu masuk guru berdiri sambil
mengontrol bagaimana anak- anak berbaris di deapan pintu masuk kela.
Semua anak dipersilahkan masuk oleh ketua kelas, mereka pun satu
persatu masuk kelas, mereka satu persatu menyalami guru dan mencium
tangan guru sebelum dilepas. Akhirnya, semua anak masuk dan pelajaran
pun dimulai.
Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang telah
dilakukan oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu
masuk kelas. Guru telah meletakan tujuan membina watak anak didik
dengan pendidikan akhlak yang mulia. Guru telah membimbing anak
didik, bagaimana cara memimpin kawan – kawannya dan anak – anak
lainnya, membina bagaimana cara menghargai orang lain dengan cara
mematuhi semua perintahnya yang bernilai kebaikan.

Kasuistis yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tapi


bermacam – macam jenis dan tingkat kesukarannya. Hal ini menghendaki
pendekatan yang tepat . berbagai kasus yang terjadi selain ada yang dapat
didekati dengan pendekatan individual, ada juga yang dapat didekati dengan
pendekatan kelompok, ada juga yang dapat didekati pendekatan bervariasi.

8
Namun yang terpenting untuk diingat adalah bahwa pendekatan individual
harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, pendekatan kelompok
harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan pendekatan bervariasi
harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian semua
pendekatan yang dilakukan guru harus bernilai edukatif dengan tujuan untuk
mendidik. Tindakan guru karena dendam, marah, kesel, benci, dan sejenisnya
bukanlah termasuk perbuatan mendidik karena apa yang guru lakukan itu
merupakan kata hati atau untuk memuaskan hati.
Selain berbagai pendekatan yang disebutkan di atas. Ada lagi
pendekatan – pendekatan lain. Berdasrakan kurikulum atau garis besar
program pengajaran ( GBPP ) pendidikan agama islam SLTP tahun 1994
disebutkan lima macam pendekatan untuk pendekatan agama islam yaitu,
pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional,
pendekatan rasional, dan pendekatan fungsional. Kelima macam pendekatan
ini diajukan, karena pendidikan agama islam di sekolah umum dilaksanakan
melalui kegiatan intra dan eksta kurikuler yang satu sama lainnya saling
menunjang dan saling melengkapi. Kelima pendekatan tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a.i.1. Pendekatan pengalaman
Pengajaran berdasarkan pengalaman melengkapi siswa dengan
suatu alternatif pengalaman belajaran dengan menggunakan pendekatan
kelas, pengarahan guru misalnya metode ceramah. (Hamalik, 2001) sejalan
dengan Djamarah (Djamarah, 1997)bahwa pendekatan pengalaman yaitu
suatu pendekatan yang memberikan pengalaman keagaamn kepada siswa
dalam rangka penamaan nilai – nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini
siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan, baik
secara individu maupun kelompok. Sebagai contohnya adalah ketika bulan
ramadhan tiba semua kaum muslimin diwajibkan melaksanakn ibadah
puasa. Di malam bulan ramadhan biasanya setelah kaum muslimin selesai
melaksanakan shalart traweh dilanjutkan dengan kegiatan ceramah agama
sekitar tujuh menit ( kultum) yang disampaikan oleh ulama atau da’I / guru
agama dengan penjadwalan yang telah ditentukan. Para siswa dan siswi

9
biasanya tifak ketinggalan untuk mendengarkan ceramah tersebut.
Kegiatan siswa ini tidak lain adalah untuk mendapat pengalaman
keagamaan. Kegiatan ini siswa siswi tertentu biasanya ditugaskan oleh
guru mereka dan kemudian mereka harus melaporkannya kepada guru
dalam bentuk laporan tertulis yang udah di tanda tangani oleh
penceramah. Untuk pendekatan ini, maka metode mengajar yang perlu
dipertimbangkan antara lain adalah metode pemberian tugas (resitasi) dan
Tanya jawab mengenai pengalaman keagamaan siswa.
Betapa tingginya nilai suatu pengalaman, maka disadari akan
pentingnya pengalaman itu bagi perkembangan jiwa anak sehingga
dijadikanlah pengalaman itu sebagai suatu pendekatan maka jadilah
“pendekatan pengalaman” sebagi frase yang baku dan diakui
pemakaiannya dalam pendidikan
a.i.2. Pendekatan pembiasaan
Pembiasan adalah alat pendidikan, bagi anak yang masih kecil,
pembiasaan ini sangat penting karena dengan pembiasaan itulah akhirnya
suatu aktivitas akan menjadi milik anak dikemudian hari. Kebiasaan yang
baik akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula.
Sebaliknya jika pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia
yang berkepribadian buruk pula. Begitulah biasaanya yang terlihat dan
yang terjadi pada dri seseorang karennya dikehidupan bermasyarakat
kedua kpribadian yang bertentangan ini selalu ada dan tifak jarang terjadi
konflik diantara mereka. (Djamarah, 1997)
Bertolak dari pendidikan kebiasaan itulah yang menyebabkan
kebiasaan dijadiakn sebagai pendekatan pembiasaan . pendidikan agama
islam sangat penting dalam hal ini karena dengan pendidikan pembiasaan
itulah diharapkan siswa senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Maka
dari itu pendekatan pembiasaan dimaksudkan disini, yaitu dengan
memberikan kesempatan kepada siswa senantiasa mengamalkan ajaran
agamanya. Dengan pendekatan ini siswa dibiasakan mengamalkan ajaran
agama, baik secara individual maupun secara kelompok dalam kehiduapan
sehari-hari. Untuk itu maka metode mengajar yang perlu dipertimbangkan

10
antara lain adalah metode latihan, pelaksanaan tugas, demonstrasi, dan
pengalaman langsung di lapangan.
a.i.3. Pendekatan emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang.
Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang
mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu baik persaan
jasmaniah maupun perasaan rohaniaah.
Dalam kehidupan sehari – hari, seseorang yang tergugah
perasaanya, berarti emosinya tergugah. Misalnya menonton film di TV,
karena menyentuh perasaannya, maka seorang akan menangis atau
bersedih. Mendengar atau melihat sodaranya seiman dan seagama
menerita atau meninggal dunia akibat peprangan antar bangsa didunia,
seseorang akan marah, mencaci maki, atau mengancam dan sebagainya.
Emosi atau perasaan adalah sesuatu yang peka. Emosi akan
memberi tanggapan ( respons ) bila ada rangsangan ( stimulus ) dari luar
diri seseorang. Baik rangsangan verbal ataupun non verbal, mempengaruhi
kadar emosi seseorang. Rangsangan verbal itu misalnya ceramah, cerita,
sindrian, pujian, ejekan, berita, dialog, anjuran, perintah dan sebagainya.
Sedangkan rangsangan nonverbal dalam bentuk perilaku berupa sikap dan
perbuatan.
Emosi mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosianal yang
berdasarkan emosi atau perasaan dijadikan sebagai salah satu pendekatan
dalam pendidikan dan pengajaran, pertama untuk pendidikan agama islam.
Pendekatan emosinal dimaksudkan disini adalah suatu usaha untuk
menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, dan
menghayati ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini diusahakan selalu
mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar Barambah kuat
keyakinannya akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran ajaran agamanya.
Untuk mendukung tercapainya tujuan dari pendekatan emosional ini
metode mengajar perlu dipertimbangkan antara lain adalah metode
ceramah, bercerita dan sosiodrama.

11
a.i.4. Pendekatan rasional
Disekolah anak didik dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan.
Perkembangan berpikir anak dibimbing ke yang lebih baik, sesuai dengan
tingkat usia anak. Perkembangan berpikir anak mulai dari yang abstrak
sampai yang konkret. Maka pembuktian sesuatu kebenaran, dalil, prinsip,
hokum, menghendaki dari hal – hal yang sederhana menuju ke kompleks.
Pembuktian tentang sesuatu yang berhubungan dengan masalah keagama
harus sesuai dengan tingkat berpikir anak. Kesalahan pembuktian akan
berakibat fatal bagi perkembangan anak. Usaha yang terpenting bagi guru
adalah bagaimana memberikan peranan kepada akal (rasio) dalam
memahami dan menerima kebenran ajaran agama, termasuk mencoba
memahami hikmah dan fungsi ajaran agama. (Djamarah, 1997)
Karena keampuhan akal (rasio) itulah akhirnya dijadiakan
pendekatan yang disebut pendekatan rasional guna kepentingan
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Untuk mendukung memakai
pendekatan ini, maka metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara
lain adalah metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan
dan pemberian tugas.
a.i.5. Pendekatan fungsional
Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah bukanlah
hannya sekedar mengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan
anak, baik individu maupun sebagai makhluk social. Anak dapat
memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari – hari sesuai dengan
tingkat perkembembangannya bahkan yang lebih penting adalah ilmu
pengetahuan dapat membentuk kepribadian anak. Anak dapat merasakan
manfaat dari ilmu yang didapatnya disekolah, anak mendayagunakan nilai
guna dari suatu ilmu untuk kepentingan hidupnya. Dengan begitu, maka
nilai ilmu sudah fungsional didalam diri anak. (Djamarah, 1997)
Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah diharapkan
dapat menjambatani harapan tersebut . untuk memperlicin jalan kea rah

12
itu, tentu saja diperlukan penggunaan mettode mengajar dalam hal ini ada
beberapa metode mengajar yang perlu dipertimbangkan, antara lain adalah
metode latihan, pemberian tugas, ceramah, Tanya jawab, dan demonstrasi.
a.i.6. Pendekatan keagamaan
Pendidikan dan pengajran di sekolah tidak hanya memberikan satu
atau dua macam mata pelajaran,tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran.
Semua mata pelajaran itu pada umumnya dapat dibagi menjadi mata
pelajaran umum dan pelajaran agama. Berbagai pendekatan dalam
pembahasan terdahulu dapat digunakan untuk kedua jenis mata pelajaran
ini. Tentu saja penggunaan tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajran yang dicapai. Dalam prakteknya tidak hanya
digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
(Djamarah, 1997)
Khususnya untuk mata pelajaran umum, snagat berkepentingan
dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya
ilmu itu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan
menerapkan prinsip – prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan
sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan- pesan keagamaan untuk setiap
mata pelajaran umum. Tentu saja guru harus menguasai ajaran – ajaran
agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran
biologi misalnya, bukan terpisah dari masalah agama, tetapi ada
hubungannya, cukup masalah agama yang membahas masalah biologi.
Persoaalnya sekarang terletak, mau atau tidaknya guru mata pelajaran
tersebut mencari dan menggali dalil- dalil dimaksud dan mentafsirkannya
guna mendukung penggunaan pendekatan keagaaman dalam pendidikan
dan pengajaran. Surat yasiin, ayat 34, dan ayat 36 , adalah bukti nyata
pelajaran biologi tidak bisa dipisahkan dari ajaran agama. Surat yasiin ayat
37,38,39, dan 40 adalah dalil – dalil nyata pendukung pendekatan
keagamaan dalam mata pelajaran fisika.
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil
kerdilnya jiwa agama di dalam diri siswa, yaitu pada akhirnya nilai – nilai

13
agama tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini , dipahami,
dihayati, dan diamalkan secara hayat siswa di kandung badan.
a.i.7. Pendekatan kebermakanaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan
pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa
inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting
untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni budaya, dan pembinaan hubungan dengan bangsa – bangsa lain di
dunia (Djamarah, 1997)
Dalam rangka penguasaan bahasa inggris tidak bisa mengabaikan
masalah pendekatan yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar.
Kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa, salah satu sebabnya
adalah kurang tepatnya pendekatan yang dilakukan oleh guru selain faktor
lain seperti factor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru
itu sendiri. Kegagalan pengajaran tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan
begitu saja, karena akan menjadi masalah bagi siswa dalam setiap jenjang
pendidikan yang dimasukinnya. Karenanya perlu dipecahkan salah satu
alternatif ke arah pemecahaan masalah tersebut diajukanlah pendekatan
baru, yaitu pendekatan kebermaknaan.

D. Jenis Pendekatan Pembelajaran yang Relevan dengan Kurtilas


Pelaksanaan pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013
berbasis kompetensi dianjurkan juga untuk menggunakan pendekatan
andragogi, yang berbeda dengan pedagogi, terutama dalam pandangannya
terhadap peserta didik. Pedagogi dapat diartikan sebagai “the art and science
of teaching childern”, sedangkan andragogi diartikan sebagai “ the art and
science of helping adults learn”, Knowles, Cross dalam (Mulyasa, 2013).
Kata helping mengandung arti bahwa andrologi menempatkan peran peserta
didik lebih dominan dalam pembelajaran, yang meletakan perhatian dasar
terhadap individu secara utuh. Belajar dipandang sebagai proses yang
melibatkan diri dalam interaksi antara diri sendiri dengan realita di luar diri
individu yang bersangkutan. Hal tersebut sejalan dengan Tyler (1986) dalam

14
(Mulyasa, 2013)yang mengemukakan bahwa belajar adalah “...interaction
between the leamer and the external condition “.
Dalam kaitannya dengan implementasi Kurikulum 2013, belajar harus
dipandang sebagai aktivitas psikologis yang memerlukan dorongan dari luar.
Oleh karena itu, hal-hal yang harus diupayakan antara lain :
a. Bagaimana memotivasi peserta didik, dan bagaimana materi
belajar harus dikemas sehingga bisa membangkitkan motivasi, gairan
dan nafsu belajar
b. Belajar perlu dikaitkan dengan seluruh kehidupan peserta didik,
agar dapat menumbuhkan kesadaran mereka terhadap manfaat dari
perolehan belajar.
Sehubungan dengan itu, dalam proses pembelajaran yang paling
penting adalah apa yang dipelajari peserta didik, bukan apa yang di kehendaki
dan diajarkan oleh gutu/fasilisator.
Meskipun andragogi merupakan ilmu yang dianjurkan pada
pembelajaran orang dewasa, namun dalam praktiknya tidak semata-mata
diperuntukan bagi kegiatan pendidikan yang melibatkan orang dewasa,
melainkan dalam kegiatan pendidikan anakpun sangat relevan untuk
diterapkan, karena banyak prinsip andragogi yang layak di adaptasi dalam
praktek pedagogi. Namun intensitas terapan kedua konsep tersebut seiring
dengan realita peserta didik, artinya pedagogi lebih dominan diterapkan pada
pendidikan yang melibatkan anak-anak sebagai subyek didik, sedangkan
sendragogi lebih dominan pada pendidikan orang dewasa. Hal ini sangat
memungkinkan karena pedagogi dan andragogi merupakan dua sisi kontinum
dalam proses belajar manusia, bukan dua hal yang dikotomis. (Mulyasa,
2013)
Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan
implementasi kurikulum merupakan alternatif pembinaan peserta didik,
melalui penanaman peserta didik, melalui penanaman berbagai kompetensi
yang berorientasi pada karakteristik, kebutuhan, dan pengalaman peserta
didik, serta melibatkannya dalam proses pembelajaran seoptimal mungkin,

15
agar setelah menamatkan suatu program pendidikan mereka memiliki
kepribadian yang kukuh dan siap mengikutin berbagai perubahan.
Secara khusus pembelajaran berbasis komptensi dalam Kurikulum
2013 harus di tunjukan untuk ;
1. Memperkenalkan kehidupan kepada peserta didik sesuai dengan konsep
learning to now, learning to do, learning to be, dan learning to life
together.
2. Menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya belajar dalam
kehidupan, yang harus direncanakan dan dikelola secara sistematis.
3. Memberikan kemudahan belajar (fasilitate of learning) kepada peserta
didik, agar mereka dapat belajar dengan tenang dan menyenangkan.
4. Menumbuhkan proses pembelajaran yang kondusif bagi tumbuh
kembangnya potensi peserta didik, melalui penanaman berbagai
kompetensi dasar.
Implementasi Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendakatan
tersebut antara lain pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning), bermain peran, pembelajaran partisipatif
(participative teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning), dan
pembelajaran konstruktivisme (constructivism teaching and learning).
1. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Contextual Teaching Learning merupakan suatu proses
pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik
dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang
dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengna
lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. Sehingga
peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat
diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke
permasalahan lainnya. (Nanang, 2009)
a. Karakteristik Pendekatan Kontekstual
 Kerja sama antar peserta didik dan guru (cooperative).
 Saling membantu antar peserta didik dan guru (assist)

16
 Belajar dengan bergairah (enjoyfull learning)
 Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual.
 Menggunakan multi media dan sumber belajar.
 Belajar belajar siswa aktif (student ative learning)
 Sharing bersama teman (take and give)
 Siswa kritis dan guru kreatif.
 Dinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karya siswa.
 Laporan siswa bukan hanya buku rapor, tetapi juga hasil
karya siswa, laporan hasil praktikum, karangna siswa dan
sebagainya.
b. Prinsip Pendekatan Kontekstual
 Kesaling-Bergantung (Intedependensi)
Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna (making
meaningfull connections) antara proses pembelajaran dan konteks
kehidupan nyata sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa
belajar merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan di masa
datang.
Prinsip ini mengajak para pendidik mengenali keterkaitan
mereka dengan pendidik lainnya, peserta didik, stakeholder, dan
lingkungannya.
Bekerjasama (collaborating) untuk membantu peserta didik
belajar secara efektif dalam kelompok, membantu peserta didik
untuk berinteraksi dengan orang lain, saling mengemukakan
gagasan, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan,
mengempulkan data, mengolah data, dan menentukkan alternatif
pemecahan maslah.
Prinsipnya menyatukan berbagai pengalaman dari masing-
masing peserta didik untuk mencapai standar akademik yang
tinggi (reaching high standards) melalui pengindentifikasian
tujuan dan memotivasi peserta didik untuk mencapainya.
 Perbedaan (Diferensiasi)

17
Prinsip diferensiasi adalah mendorong peserta didik
mengahsilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan.
Terciptanya kemandirian dalam belajar yang dapat
mengkonstruksi minat peerta didik untuk belajar mandiri dalam
konteks tim dengan mengkorelasikan bahan ajar dengan
kehidupan nyata, dalam rangka mencapai tujuan secara penuh
makna.
Terciptanya berpikir kritis dan kreatif di kalangan peserta
didik dalam rangka pengumpulan, analisis, dan sintesa data, guna
pemecahan masalah.
Terciptanya kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi
potensi pribadi, dalam rangka pengumpulan, analisis, dan sintesa
data, guna pemecahan masalah.
Terciptanya kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi
potensi pribadi, dalam rangka menciptakan dan mengembangkan
gaya belajar yang paling sesuai sehingga dapat mengembangkan
potensinya seoptimal mungkin secara aktif, kreatif, efektif,
inovatif, dan menyenangkan sehingga menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat.
 Pengaturan Diri
Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa proses
pembelajaran diatur, dipertahankan, dan disadari oleh peserta
didik sendiri, dalam rangka merealisasikan seluruh potensinya.
Peserta didik secara sadar harus menerima tanggung jawab atas
keputusan dan perilaku sendiri, menerima alternatif, membuat
pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi,
menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti.
Melalui interaksi antara siswa akan diperoleh pengertian
baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi,
kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan
menemukan sisi keterbatasan diri.
 Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

18
Penggunaan penilaian autentik, yaitu menantang peserta didik
agar dapat mengaplikasikan berbagai informasi akademis baru
dan ketrampilannya ke dalam situasi kontekstual secara
signifikan.

2. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu
pendekatan yang lebih berfokus pada peserta didik sebagi pusat dalam
proses pembelajaran. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang
dan memberi peluang kepada peserta didik untuk belaar berpikir inovatif
dan mengembngkan potensinya secara optimal. Brooks and brooks
menyatakan, konstruktivis adalah suatu pendekatan dalam belajar
mengajar yang mengarahkan pada penemuan suatu konsep yang lahir dari
pandangan, dan gambaran serta inisiatif peserta didik (Nanang, 2009).
Pendekatan konstrktivis dalam belajar dilakukan, melalui proses eksplorasi
personal, diskusi, dan penulisan reflektif. Cobb, yang dikutip (Hilman,
2006), menyatakan bahwa pendekatan konstrktivis mengingatkan kita
pada pendekatan discovery learning. Kedua pendekatan ini memanfaatkan
adanya tantangan untuk menemukan sesuatu, peserta didik. Keduanya
memandang peerta didik sebagai ilmuwan kecil. Adapun perbedaannya
discovery learning, yaitu belajar untuk menemukan sesuatu pengetahuan
yang sudah ada. Adapun konstruktivis, yaitu berusaha menemukan sesuatu
yang baru.
Perbedaannya terletak pada usaha menemukan pengetahuan yang
sudah ada dalam discovery, sedangkan dalam konstruktivis, yaitu usaha
untuk menemukan pengetahuan baru. Selanjutnya, Brooks and Brooks
yang dikutip (Hilman, 2006) mengemukakan perbedaan antara kelas
belajar tradisional dan kelas belajar konstrktivis sebagai berikut.

Perbedaan Kelas Tradisional dan Konstruktivis


Kelas Tradisional Kelas Konstruktivis
Kurikulum disajikan secara linier Kurikulum disajikan fleksibel
Kurikulum disajikan sebagai acuan Permasalahan sehari-hari sebagai

19
acuan dan dapat mendorong rasa
yang harus diikuti
ingin tahu siswa
Aktivitas pembelajaran terikat pada Aktivitas pembelajaran diarahkan
buku pegangan pada penggunaan data mentah
Guru bertindak sebagai pusat Guru bertindak sebagai moderator
informasi dan fasilitator
Penilaian terjalin dalam proses
Penilaian dilakukan dengan tes hasil
belajar mengajar melalui observasi
belajar yang terpisah dari proses
terhadap proses kerja dan kumpulan
belajar mengajar
aktivitas siswa
Siswa banyak bekerja secara Siswa lebih banyak bekerja
individual kelompok

Pendekatan konstruktivis sebagai pendekatan baru dalam proses


pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga peserta
didik diberi peluang besar untuk aktif dalam proses pembelajaran.
b. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru
dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik
c. Berbagai pandangan yang berbeda diantara peserta didik dihargai
dan sebagai tradisi dalam proses pembelajaran
d. Peserta didik didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan
dan mensintesiskan secara terintegrasi
e. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong
peserta didik dalam proses pencarian yang lebih alami.
f. Proses pembelajaran mendorong terjadinya koperatif dan
kompetitif dikalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan.
g. Proses pembelajaran dilakukan secara kontekstual, yaitu peserta
didik dihadapkan kedalam pengalaman nyata.

3. Bermain Peran (Role playing)


Guru harus kreatif mencari pendekatan-pendekatan baru dalam
memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton,

20
melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Bermain peran merupakan
salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan
yang dilakukan oleh para ahli menunjukan bahwa beramain peran
merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam
pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran diarahkan pada pemecahan
masalah-masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama
yang menyangkut kehidupan peseta didik. (Mulyasa, 2013)
Melalui bermain peran, para peserta didik mencoba
mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara
memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama
para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap,
nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Ada beberapa keuntungan penggunaan pendekatan instruksinal ini
di dalam kelas, yaitu pada waktu dilaksanakannya bermain peran, siswa
dapat bertindak dan mengekpresikan perasaan dan pendapat tanpa
kekhawatiran mendapat sanksi. Mereka dapat pula mengurangi dan
mendiskusikan isu-isu yang bersifat manusiawi dan pribadi tanpa ada
kecematan. Bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi
situasi-situasi dunia nyata dan dengn ide-ide orang lain. Identifikasi
tersebut mungkin cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebagaimana
siswa menerima karakter olang lain. (Hamalik, 2001)
a. Konsep Peran
Peran dapat didefinisakan sebagai suatu rangkaian perasaan,
ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang di
tunjukan oleh individu terhadap individu lain.
Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya dipengaruhi
oleh presepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh
sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman
terhadap peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak
terbataas pada tindakan, tetapi pada faktor penentunya, yakniperasaan,
persepsi dan sikap. Bermain peran berusaha membantu individu untuk

21
memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain
sambil mengerti perasaan, sikap dan nilai-nilai yang mendasarinya.
b. Asumsi Pembelajaran
Sedikitnya ada empat asumsi yang mendasari pembelajaran
bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial,
yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya.
Keempat asumsi tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, secara implisit bermain peran mendukung suatu
situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi
pelajaran pada situasi “disini pada saat ini”.
Keuda, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk
mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa
bercermin pada orang lain.
Ketiga, model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide
dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian di tingkatakan melalui
proses kelompok. Para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang
lain tentang cara memcahkan masalah yang pada gilirannya dapat di
manfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal
Keempat, model bermain peran berasumsi bahwa proses
psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai perasaan dan sistem
kenyakinan dapat diangkat ketaraf sadar melalui kombinasi pemeranan
secara spontan. Dengan demikian, para peserta didik dapat menguji sikap
dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang
dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain,
para peserta didik sulit untuk menilai sikap-sikap dan nilai-nilai yang
dimiliki.
4. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua
peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang
maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta
didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus
dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari

22
strategi pembelajaaran yang dihasilkan, terutama dalam mengorganisir
tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan
bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. (Mulyasa, 2013)
(Mulyasa, 2013) Muyasa dengan mengutip pendapat Carrol
mengungkapkan bahwa pada dasarnya bakat bukanlah merupakan indeks
kemampuan seseorang, melainkan sebagai ukuran kecepatan belajar
(measures of learning rate). Artinya seseorang yang memiliki bakat tinggi
memerlukan waktu relatif sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan
dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki bakat rendah. Dengan
demikian peserta didik dapat mencapai penguasaan penuh terhadap bahan
yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan waktu belajar
dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing masing peserta didik.
Memahami uraian diatas, dalam proses pembelajaran
dimungkinkan bagi para guru untuk menetapkan tingkat penguasaan yang
diharapkan dari peserta didik, dengan menyediakan berbagai kemungkinan
belajar dan meningkatkan mutu pembelajaran. Guru harus mampu
menyakinkan bahwa setiap peserta didik da[at mencapai penguasaan
penuh dalam belajar.
5. Pembelajaran Partisipatif
Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran merupakan hal
yang sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran. Sudjana
dalam (Mulyasa, 2013) mengemukakan syarat kelas yang efektif sebagai
berikut:
Adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari peserta
didik. Keterlibatan peserta didik adalah syarat satu utama dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Untuk terjadinya keterliabatan itu peserta didik
harus memahami dan memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan
belajar. Kelibatan peserta didik perlu diarahkan secara baik oleh sumber
belajar.
Untuk mendorong partisipasi peserta didik dapat dilakukan dengan
cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menmenanggapi respon

23
peserta didik secara positif, menggunakan pengalaman berstruktur,
menggunakan beberapa instrumen, dan menggunakan metode yang
bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
Pembelajaran partisipatif sering juga diartikan sebagai keterlibatan
peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
Indikator pembelajaran partisipatif antara lain dapat dilihat dari
keterlibatan emosional dan mental peserta didik, kesediaan peserta didik
untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan dan dalam
pembelajaran terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran partisipatif perlu memperhatikan
beberapa prinsip sebagai berikut. Pertama, berdasarkan kebutuhan belajar
(learning needs based) sebagai keinginan maupun kehendak yang
dirasakan oleh peserta didik. Kedua, berorientasi kepada tujuan kegiatan
belajar (learning gold and objectives oriented). Prinsip ini emengandung
arti bahwa pelaksanaan pembelajaran partisipatif berorientasi kepada
usaha kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ketiga, berpusat
kepada peserta didik (participant centered). Prinsip ini sering disebut
learning centered, yang menunjukan bahwa kegiatan belajar selalu
bertolak dari kondiri real kehidupan peserta didik. Keempat, belajar
berdasarkan pengalaman (experientiel learning), bahwa kegiatan belajar
harus selalu dihubungkan dengan pengalaman peserta didik.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran (teaching approach)adalah suatu
ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan
pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang memberi arah dan
corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang
berkaitan.
Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman
umum dalam menyusun langkah-langkah metode pengajaran yang akan
diguankan.
Ada beberapa pendekatan pembelajaran yang diharapkan guru
dapat memecahkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya
Pendekatan Individual, Pendekatan Kelompok, Pendekatan Bervariasi,
Pendekatan Edukatif.
Berdasrakan kurikulum atau garis besar program pengajaran
(GBPP) pendidikan agama islam SLTP tahun 1994 disebutkan lima macam
pendekatan untuk pendekatan agama islam yaitu, Pendekatan Pengalaman,
Pendekatan Pembiasaan, Pendekatan Emosional, Pendekatan Rasional,
Pendekatan Fungsional, dan ditambah Pendekatan Keagamaan,
Pendekatan Kebermaknaa
Implementasi Kurikullum 2013 berbasis kompetensi dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendakatan
tersebut antara lain pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching And Learning), Bermain Peran, Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching And Learning), Belajar Tuntas (Mastery
Learning), Dan Pembelajaran Konstruktivisme (Constructivism Teaching
And Learning).

25
B. Kritik dan Saran

Demikian tugas makalah Pendekatan Pembelajaran yang telah


kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Pengembangan
Kurikulum. Harapan kami semoga dengan adanya makalah yang telah
kami susun ini kita dapat mengambil pelajaran berharga.
Keritik dan Saran sangatlah kami harapkan dari para pembaca,
temen – temen, dosen – dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon khususnya
pada dosen mata kuliah Analisis Pengembangan Kurikulum apabila dalam
penyusunan makalah kelompok ini terdapat kesalahan, kami selaku
penyusun mohon maaf dan mengucapkan banyak – banyak terima kasih.
Kesalahan semata – mata hanya milik kami dan kesempurnaan hanya
milik Allah SWT.

26
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Djamarah, S. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hilman, A. (2006). Perlunya Memahami Pendekatan Konstruktivis dalam
Pembelajaran. Bandung: PGRI Jawa Barat.
Mulyasa, E. (2013). Pengambangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Rosda.
Nanang, H. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Nina, S. (2014, Juni 11). Macam-macam Pendekatan Pembelajaran. Dipetik
September 14, 2016, dari Fun Knowledge:
http://sakinahniaarz009.blogspot.co.id
Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran. Depok: RajaGrafindo Persada.
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Surya, M. (2004). Cara Belajar Efisien 1. Jakarta: Rineka Cipta.
Suyono. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Wulandari, D. (2012, Oktober 29). Definisi Pendekatan Pembelajaran Menurut
Para Ahli. Dipetik September 14, 2016, dari Workshop Matematik Unidra
(2012/2013): http://mtk2012unidra.blogspot.com

27

Anda mungkin juga menyukai