Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ALIRAN PERMUKAAN

OLEH :
YOFRIANDA PUTRA
1827023

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita sampaikan puji syukur kehadirat Allah Swt


yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya sebagai penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada orang-
orang yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari dalam
penulisan makalh ini masih banyak kekeliruan yang terjadi untuk itu kiranya
bpk/ibu dosen memakluminya. Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna
sebagaimana fungsinya.

Pasir Pengaraian, 05 Oktober 2021

Penulis

i
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Aliran Permukaan.................................................................... 3
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah


menuju saluran sungai. Sebagian dari aliran permukaan akan terinfiltrasi ke dalam
tanah dan bergerak secara lateral melalui horison-horison tanah bagian atas
menuju sungai yang dinamakan aliran bawah permukaan. Sedangkan, aliran air
yang terpekolasi dan mengalir ke dalam tanah hingga masuk ke dalam sungai
dinamakan aliran air bawah tanah Seyhan, 1990. Haridjaja 1990 menyatakan,
aliran dasar base flow adalah air bawah tanah yang bergerak menuju saluran
secara lateral dan lambat melalui daerah yang jenuh air. Biasanya air yang jernih
ini dapat mencapai saluran atau sungai setelah beberapa hari atau beberapa
minggu hingga beberapa bulan. Aliran ini berasal dari air hujan yang
diperkolasikan menuju air bawah tanah. Sedangkan, aliran sungai adalah aliran air
pada saluran yang jelas atau sungai. Aliran sungai merupakan gabungan aliran
permukaan, aliran bawah permukaan, dan aliran air bawah tanah. Pada musim
hujan aliran sungai dapat berasal dari ketiga aliran tersebut, tetapi pada tengah
musim kemarau aliran sungai hanya akan berasal dari aliran bawah tanah. Aliran
bawah permukaan akan banyak menyumbangkan aliran sungai pada beberapa saat
setelah hujan turun, terutama pada musim penghujan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Proses aliran permukaan ?
2. Faktor yang mempengaruhi aliran permukaan ?
3. Perhitungan Aliran Permukaan ?

C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui Proses aliran permukaan

1
2. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi aliran permukaan
3. Untuk mengetahui Perhitungan Aliran Permukaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran Permukaan

Aliran permukaan terjadi bila kapasitas curah hujan melebihi laju infiltrasi
tanah dan tampungan permukaan tanah serta intersepsi. Semakin besar laju
infiltrasi tanah maka aliran permukaan semakin kecil. Menurut Mori et al (1977)
infiltrasi tanah tergantung pada delapan faktor, yaitu : kedalaman genangan di atas
permukaan tanah dan tebal lapisan tanah yang kedap air, kelembaban tanah,
pemampatan oleh curah hujan, penyumbatan lapisan tanah oleh bahan- bahan
halus, pemampatan oleh orang atau hewan, struktur tanah, tumbuh tumbuhan dan
udara yang terdapat dalam tanah.

Perubahan penggunaan lahan menurut U.S. SCS (1972) akan


mengakibatkan perubahan terhadap kapasitas infiltrasi dan tampungan permukaan
(surface storage) atau gabungan antara keduanya. Perubahan kapasitas infiltrasi
dan tampungan permukaan efek selanjutnya adalah terhadap besaran aliran
permukaan. Penurunan kapasitas infiltrasi lebih berpengaruh terhadap volume
aliran permukaan, sedangkan tampungan permukaan lebih berpengaruh pada
perlambatan (delay) aliran permukaan untuk mengalir sampai outlet DAS.

Untuk menentukan seberapa besar pengaruh perubahan penggunaan lahan


terhadap aliran permukaan dapat digunakan bilangan kurva aliran permukaan
(runoff curve number). Berdasarkan SCS National Engineering Handbook,
Section 4, Hydrology (1972) dan Ward and Elliot (1995) bilangan kurva aliran
permukaan merupakan fungsi dari kemampuan tanah untuk infiltrasi air,
penggunaan tanah, perlakuan yang diberikan, kondisi hidrologi dan kandungan air
dalam tanah sebelumnya. Dengan berubahnya penggunaan lahan maka akan
merubah parameter-parameter yang menentukan besarnya bilangan kurva aliran
permukaan tersebut.

Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi lahan


pemukiman, dari hutan menjadi areal pertanian atau dengan kata lain dari lahan

3
yang mempunyai fungsi resapan air hujan tinggi menjadi rendah. Menurut
Leopold (1968) pada prinsipnya pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap
aliran permukaan dapat diklasifikasikan kedalam empat kelas, yaitu perubahan
karakteristik puncak aliran, perubahan volume limpasan, perubahan kualitas air
dan perubahan hydrologic amenities.

Pada lahan hutan permukaan tanah sebagian besar dipenuhi dengan


seresah yang berfungsi menahan pukulan air hujan, memperlambat aliran
permukaan dan karena proses lebih lanjut dapat meningkatkan bahan organik
tanah sehingga tanah lebih gembur dan tumbuh dengan subur mikroorganisme,
yang semua ini akan menambah kapasitas infiltrasi maupun permeabilitas air.

Selain itu akar-akar tumbuhan juga meningkatkan kapasitas infiltrasi


maupun permeabilitas air. Tetapi sebaliknya tumbuh-tumbuhan juga melakukan
transpirasi dari air yang ada di tanah melalui akar menuju stomata daun untuk
diuapkan ke udara. Jika terjadi penebangan pohon- pohon hutan atau bahkan
mengkonversi hutan menjadi areal bukan hutan, misal pemukiman, maka proses-
proses dari hujan yang jatuh mengenai pohon atau langsung ke permukaan tanah
akan berubah, air akan lebih banyak dan cepat untuk sampai outlet DAS.

A. Proses aliran permukaan


Konsep dasar yang digunakan dalam setiap hidrologi adalah daur
hidrologi. Konsep daur hidrologi hydrologic cycle merupakan titik awal
pengetahuan mengenai hidrologi. Dalam siklus air yang tidak berpangkal dan
tidak berakhir, air berpindah dari laut ke udara atmosfer terus ke permukaan
bumi dan kembali lagi ke laut, serta dalam perjalanannya untuk sementara akan
tertahan di tanah atau sungai dan tersedia untuk dimanfaatkan oleh manusia
dan makhluk hidup lainnya serta kembali ke udara Arsyad, 2010. Air akan
menguap dari permukaan tanah dan membentuk butir air, yang akan jatuh
kembali dalam bentuk hujan. Air hujan yang tertangkap intersepsi oleh
vegetasi, sebagian akan menguap dan sebagian lain akan jatuh ke tanah 4
permukaan melalui proses aliran batang stem flow, dan lolosan tajuk through

4
fall. Air dari tetesan lolosan tajuk ataupun aliran batang tersebut akan masuk ke
tanah permukaan top soil melalui proses infiltrasi. Air hujan yang jatuh
langsung ke permukaan tanah pun akan masuk ke tanah permukaan infiltrasi.
Selanjutnya air akan terperkolasi dan sebagian digunakan untuk mengisi
cekungan atau depresi permukaan tanah sebagai simpanan permukaan.
Proses perkolasi menyebabkan lapisan tanah menjadi jenuh dan
menambah air bawah tanah. Air hasil proses infiltrasi dan perkolasi akan
bergerak menuju ke daerah yang lebih rendah dan keluar sebagai mata air di
sungai, danau ataupun laut. Apabila curah hujan tinggi sedangkan kapasitas
maksimum infiltrasi telah terlampaui, maka tahap selanjutnya adalah
terbentuknya tegangan tipis dari air hujan di permukaan tanah. Tegangan ini
akan semakin menebal atau sebagai tambatan permukaan, kemudian mengalir
secara laminar hingga turbulen di atas permukaan tanah. Aliran tersebut
menuju daerah topografi yang lebih rendah. Air yang mengalir di atas
permukaan tanah tersebut dikenal sebagai aliran permukaan runoff Suripin,
2002.
Haridjaja 1990 menyatakan, sebelum terjadinya aliran permukaan,
sebagian kelebihan air hujan akan menguap evaporasi walaupun jumlahnya
sangat sedikit. Setelah proses-proses hidrologi tercapai dan air hujan masih
berlebih, maka terjadi aliran permukaan. Selanjutnya, aliran permukaan akan
mengalir menuju saluran-saluran dan akhirnya akan menuju sungai sebelum
mencapai danau atau laut. Schwab et. al. 1981 dalam Haridjaja, 1990
menyatakan, bahwa aliran permukaan tidak akan terjadi sebelum evaporasi,
intersepsi, infiltrasi, simpanan depresi, tambatan permukaan, dan tambatan
saluran terjadi.
Pada permulaan aliran air/sungai terjadi karena air mengalir mengikuti
retakan-retakan/patahan-patahan (joint) yang ada di permukaan bumi. Sehingga
pada awalnya daerah tersebut bukan merupakan daerah aliran sungai, tetapi
merupakan akumulasi air, kemudian terjadi proses lanjutannya seperti prose
pelapukan, erosi, pelarutan dan sebagainya. Proses tersebut berjalan terus,
sehingga berkembang menjadi sebuah parit-parit kecil yang makin lama makin

5
tertoreh/terkikis baik secara lateral maupun vertikal. Akhirnya terbentuk
sungai-sungai kecil sebagai sistem sungai.
Kegiatan-kegiatan aliran air sungai tergantung pada beberapa faktor
(Lobeck, 1939: 158) adalah sebagai berikut :
1. Curah hujan yang tinggi, hujan yang efektif (tinggi) tidak saja menyebabkan
aliran yang kuat, tetapi juga bertambah banyaknya jumlah aliran sungai yang
permanen. Sebagai contoh, sungai-sungai dibagian timur Amerika Serikat lebih
banyak jika dibandingkan dengan di bagian barat.
2. Tanah-tanah ponus yang dalam dan banyaknya tumbuhan yang tumbuh
cenderung menyerap air hujan dan mengurangi aliran permukaan (run-off)
.Seperti pada daerah-daerah tinggi yang luas dipantai selatan Alabama dan
Missisipi, walaupun curah hujan tinggi tetapi sungai tidak banyak jumlahnya.
3. Daerah yang terdiri dari batu gamping serta aliran bawah permukaan (bawah
tanah) tidak menyebabkan terdapatnya aliran permukaan. Misalnya didaerah
Karst Dalmatia tidak mempunyai banyak sungai, walaupun curah hujannya
paling lebat didaerah Eropa.
4. Daerah arid dengan vegetasi yang kurang menentukan aliran sungai, baik
volume, jumlah air , maupun keadan permanen aliran yang minimum.
5.Tanah-tanah liat yang kedap air sungai glacial, menambah aliran air
permukaan yang mengurangi jumlah aliran bawah tanah, sehingga mempercepat
pengerjaan erosi.
Aliran air pada sebuah sungai pada umumnya mengalir tidak tetap,
mengikuti muatan sedimen unsure-unsur lain yang larut didalam air. Oleh karena
itu, sungai mempunyai ciri yang tersendiri dan berbeda dengan massa air lain
seperti danau, laut, dan sebagainya. Adapun ciri tersebut adalah sebagai berikut
seperti yang dikemukakan oleh Sudarja dan Akub (1977: 38) antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Pengalirannya tidak tetap, kadang kala alirannya deras dan ada kalanya
lambat, menghilang ke bawah permukaan dan sebagainya.
2. Mengangkut material, dari mulai Lumpur yang halus, pasir, kerikil sampai
pada material batuan yang lebih besar yang tergantung besar alirannya.

6
3. Mengalir mengikuti saluran tertentu yang pada sisi kanan kirinya dibatasi oleh
tebing yang bias curam berupa lembah-lembah dari lembah dangkal sampai
pada lembah-lembah yang dalam.
Pada saat hujan turun, tetesan pertama air hujan ditangkap oleh daun dan
tajuk vegetasi. Ini biasanya disebut sebagai simpanan intersepsi. Kalau hujan
berlangsung terus, air hujan yang mencapai permukaan tanah akan meresap ke
dalam tanah (infiltrasi) sampai mencapai suatu taraf dimana intensitas hujan
melebihi kapasitas infiltrasi tanah. Setelah itu, celah-celah dan cekungan di
permukaan tanah, parit-parit, dan cekungan lainnya (simpanan permukaan) semua
dipenuhi air, dan setelah itu barulah terjadi runoff.
Kapasitas infiltrasi tanah tergantung pada tekstur dan struktur tanah, dan
dipengaruhi pula oleh kondisi lengas tanah sebelum hujan.Kapasitas awal (tanah
yang kering) biasanya tinggi, tetapi kalau hujan turun terus, kapasitas ini menurun
hingga mencapai nilai keseimbangan yang disebut sebagai laju infiltrasi akhir.
Proses runoff akan berlangsung terus selama intensitas hujan lebih besar
dari kapasitas infiltrasi aktual, tetapi runoff segera berhenti pada saat intensitas
hujan menurun hingga kurang dari laju infiltrasi aktual.

B. Faktor yang mempengaruhi aliran permukaan


Pada saat hujan turun, tetesan pertama air hujan ditangkap oleh daun dan
tajuk vegetasi. Ini biasanya disebut sebagai simpanan intersepsi. Kalau hujan
berlangsung terus, air hujan yang mencapai permukaan tanah akan meresap ke
dalam tanah (infiltrasi) sampai mencapai suatu taraf dimana intensitas hujan
melebihi kapasitas infiltrasi tanah. Setelah itu, celah-celah dan cekungan di
permukaan tanah, parit-parit, dan cekungan lainnya (simpanan permukaan) semua
dipenuhi air, dan setelah itu barulah terjadi runoff.
Kapasitas infiltrasi tanah tergantung pada tekstur dan struktur tanah, dan
dipengaruhi pula oleh kondisi lengas tanah sebelum hujan.Kapasitas awal (tanah
yang kering) biasanya tinggi, tetapi kalau hujan turun terus, kapasitas ini menurun
hingga mencapai nilai keseimbangan yang disebut sebagai laju infiltrasi akhir.
Proses runoff akan berlangsung terus selama intensitas hujan lebih besar

7
dari kapasitas infiltrasi aktual, tetapi runoff segera berhenti pada saat intensitas
hujan menurun hingga kurang dari laju infiltrasi aktual.
Terlepas dari karakteristik hujan, seperti intensitas hujan, lama hujan dan
distribusi hujan, ada beberapa faktor khusus lokasional (daerah tangkapan air)
yang berhubungan langsung dengan kejadian dan volume runoff.

1. Tipe Tanah
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh porositas tanah, yang
menentukan kapasitas simpanan air dan mempengaruhi resistensi air untuk
mengalir ke lapisan tanah yang lebih dalam.
Porositas suatu tanah berbeda dengan tanah lainnya.Kapasitas infiltrasdi
tertinggi dijumpai pada tanah-tanah yang gembur, tekstur berpasir; sedangkan
tanah-tanah liat dan berliat biasanya mempunyai kapasitas infiltrasi lebih
rendah.Bagan-bagan berikut menyajikan beragam kapasitas infiltrasi yang diukur
pada berbagai tipe tanah.
Kapasitas infiltrasi juga tergantung pada kadar lengas tanah pada akhir
periode hujan sebelumnya. Kapasitas infiltrasi aweal yang tinggi dapat menurun
dengan waktu (asalkan hujan tidak berhenti) hingga mencapai suatu nilai konstan
pada saat profil tanah telah jenuh air.
Kondisi seperti ini hanya berlaku kalau kondisi permukaan tanah tetap
utuh tidak mengalami gangguan.Telah diketahui bahwa rataan ukuran tetesan air
hujan meningkat dengan meningkatnya intensitas hujan. Dalam suatu intensitas
hujan yang tinggi, energi kinetik tetesan air hujan sangat besar pada saat memukul
permukaan tanah. Hal ini dapat menghancurkan agregat tanah dan dispersi tanah,
dan mendorong partikel-partikel halus tanah memasuki pori tanah. Pori tanah
dapat tersumbat dan terbentuklah lapisan tipis yang padat dan kompak di
permukaan tanah sehingga mereduksi kapasitas infiltrasi.
Fenomena seperti ini lazim disebut sebagai “capping, crusting atau
sealing”. Hal ini dapat menjelaskan mengapa di daerah-daerah arid dan semi-arid
yang mempunyai pola hujan dengan intensitas tinggi dan frekuensi tinggi, volume
rinoff sangat besar meskipun hujannya sebentar dan kedalaman hujan relatif kecil.

8
Tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi (misalnya tanah-tanah abu volkan
dengan kandungan liat 20% ) sangat peka untuk membentuk kerak-permukaan
dan selanjutnya kapasitas infiltrasi menjadi menurun. Pada tanah-tanah berpasir,
fenomena kerak-permukaan ini relatif kecil.

2. Vegetasi
Besarnya simpanan intersepsi pada tajuk vegetasi tergantung pada macam
vegetasi dan fase pertumbuhannya. Nilai-nilai intersepsi yang lazim adalah 1 - 4
mm. Misalnya tanaman serealia, mempunyai kapasitas simpanan intersepsi lebih
kecil dibandingkan dengan rumput penutup tanah yang rapat. Hal yang lebih
penting adalah efek vegetasi terhapad kapasitas infiltrasi tanah. Vegetasi yang
rapat menutupi tanah dari tetesan air hujan dan mereduksi efek kerak-permukaan.
Selain itu, perakaran tanaman dan bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan
porositas tanah sehingga memungkinkan lebih banyak air meresap ke dalam
tanah. Vegetasi juga menghambat aliran air permukaan terutama pada lereng yang
landai, sehingga air mempunyai kesempatan lebih banyak untuk meresap dalam
tanah atau menguap.
3. Kemiringan dan ukuran daerah tangkapan
Pengamatan pada petak-petak ukur runoff menunjukkan bahwa petak-
petak pada lereng yang curam menghasilkan runoff lebih banyak dibanding
dengan petak-petak pada lereng yang landai. Selain itu, jumlah runoff menurun
dengan meningkatnya panjang lereng. Hal seperti ini terjadi karena aliran air
permukaan lebih lambat dan waktu konsentrasinya lebih panjang (yaitu waktu
yang diperlukan oleh tetes air hujan untuk mencapai outlet daerah tangkapan air).
Hal ini berarti bahwa air mempunyai lebih banyak kesempatan untuk infiltration
dan evaporasi sebelum ia mencapai titik pengukuran di outlet. Hal yang sama juga
berlaku kalau kita membandingkan daerah-daerah tangkapan yang ukurannya
berbeda.
Efisiensi runoff (volume runoff per luasan area) meningkat dengan
menurunnya ukuran daerah-tangkapan air, yaitu semakin besar ukuran daerah-
tangkapan berarti semakin besar (lama) waktu konsentrasi air dan semakin kecil

9
efisiensi runoff.
Akan tetapi harus diingat bahwa diagram pada gambar di atas dibuat dari
kasus khusus di daerah “Negev desert” dan tidak berlaku umum di daerah-daerah
lainnya. Diagram ini menyajikan pola kecenderungan umum hubungan runoff dan
ukuran daerah tangkapan.

C. Perhitungan Aliran Permukaan


Metode perhitungan dari Soil Conservation Service (SCS) Curve Number
(CN) beranggapan bahwa hujan yang menghasilkan limpasan merupakan fungsi
dari hujan kumulatif, tata guna lahan, jenis tanah, serta kelembaban. Metode ini
dikembangkan oleh Dinas Konservasi Tanah Amerika atau US Soil Conservation
Service (SCS) pada tahun 1972. Besarnya nilai CN menunjukkan potensi air yang
melimpas untuk curah hujan tertentu. Nilai CN semakin besar maka potensi air
hujan menjadi runoff semakin besar pula (USDA-SCS,1986).

10
BAB III
PENUTUP
A, Kesimpulan
Aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir
diatas permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan, aliran permukaan
adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian
tanah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, I. S. T. 2007. Karakteristik Aliran Permukaan dan Erosi pada Perkebunan


Kelapa Sawit dengan Perlakuan Teras
Bermanakusuma, R. 1978. Erosi, Penyebab dan Pengendaliannya. Fakultas
Pertanian. Universitas Padjajaran. Bandung
Departemen Pertanian . 1998. Statistik Perkebunan Sumatera Barat. Padang.
Gulud dan Rorak di Unit Usaha Rejosari, PTP Nusantara VII Lampung. Skripsi.
Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian, IPB. Badan
Agribisnis
https://media.neliti.com/media/publications/132334-ID-none.pdf
https://text-id.123dok.com/document/6zkk0pn4z-aliran-permukaan-proses-
terjadinya-aliran-permukaan.html

12

Anda mungkin juga menyukai