Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

RATIO LIKUIDITAS DAN LEVERAGE

Disusun Oleh :

Putri Amelia

Nim : 2024052

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb…

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini

dengan materi KONSEP LIKUIDITAS. Materi kami ini bersumber dari berbagai

sumber bacaan yang Insya Allah tersusun dengan ringkas dan mudah untuk difahami

dan dimengerti.

Dan dengan segala kerendahan hati, kami juga menyadari bahwa makalah ini

masih belum sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

berbagai pihak sangat diharapkan.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kami khususnya

dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb…

Pasir Pengaraian, 18 September 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana layaknya suatu perusahaan yang secara berkala perlu melakukan

analisis kinerja perusahaan tersebut. Demikian pula halnya dengan bank melakukan

analisis untuk mengetahui kondisi usaha saat ini dan sekaligus untuk memudahkan

dalam menentukan kebijakan bisnisnya untuk masa yang akan datang. Analisis

kinerja ini dilakukan meliputi seluruh aspek, baik operasional maupun non

operasional bank tersebut. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengetahui

kinerja suatu bank, salah satunya dengan penilaian tingkat kesehatan bank. Penilaian

kesehatan bank ini mencakup financial aspect serta non financial aspect.

Berkaitan dengan hal tersebut, bank tentu harus dapat memperlihatkan tingkat

kesehatan usahanya secara maksimal. Maksimalnya tingkat kesehatan bank akan

berdampak pada kemampuan bank dalam menjalankan kegiatan operasional

perbankan secara normal sekaligus dapat memenuhi semua kewajiban secara baik

sesuai peraturan yang berlaku sehingga bank tetap dapat bertahan dan terus

berkembang di tengah persaingan bisnis perbankan yang semakin ketat.

B. Rumusan Masalah

Yang akan dibahas pada makalah ini, yang mengacu pada judul adalah :
1. Definisi Likuiditas

2. Rasio Likuiditas

3. Fungsi likuiditas pada Bank

C. Tujuna

Member tahu tentang konsep likuiditas secara rinci, untuk mengaplikasikan ke

sebuah lembaga keuangan atau perusahaan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Likuiditas

Masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi. Perusahaan

yang mampu memenuhi segala kewajiban keuangan jangka pendeknya tepat waktu

digolongkan sebagai perusahaan yang likuid. Sebaliknya perusahaan yang tidak

mampu memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya tepat waktu berarti

perusahaan tersebut dalam keadaan illikuid.

Mengacu pada pendapat Lawrence J. Gitman (2006) memberikan definisi likuiditas

sebagai berikut :

”The liquidity of a firm is measured by its ability to satisfy its short-term obligations

as they come due.”

Sedangkan menurut Munawir (2004) mengemukakan definisi likuiditas sebagai

berikut :

”Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih.”

Sementara itu mengacu pada pendapat Bambang Riyanto (2001), mendefinisikan

likuiditas adalah sebagai berikut :


”Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi”

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas

menunjukkan kemampuan dari perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya.

B. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

liabilitas jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan liabilitas jangka pendek

dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi

liabilitas tersebut. Dari rasio ini banyak pandangan ke dalam yang bisa didapatkan

mengenai kompetnsi keuangan perusahaan saat ini dan kemampuan perusahaan untuk

tetap kompeten jika terjadi masalah.1

Mengacu pada pendapat J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland yang

diterjemahkan oleh Jaka Wasana Kirbrandoko (1999) mengemukakan bahwa :

”Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo.” Sedangkan mengacu pada

pendapat Bambang Riyanto (2001), mengemukakan bahwa : ”Rasio likuiditas adalah

rasio – rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan.”

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas

merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan

1
James C. Van Horner dkk, Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan, Jakarta : Salemba Empat, 2009,
hal. 167
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek nya yang akan jatuh tempo. Dan untuk

menilai tingkat likuiditas suatu perusahaan, ada beberapa rasio yang dapat digunakan,

seperti berikut ini :

1. Rasio Lancar

Rasio yang paling umum yang digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja

suatu perusahaan adalah current ratio, yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar

dengan hutang lancar. Sedangkan menurut James C. Van Horne dan John M.

Wachowicz, jr. rasio lancar adalah perbandingan antara aset lancar dengan liabilitas

jangka pendek, dapat dilihat dangan rumus sebagai berikut.

Faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam menganalisis rasio lancar menurut

munawir (2004) adalah :

a. Distribusi atau proporsi daripada aktiva lancar

b. Data trenddaripada aktiva lancar dan hutang lancar, untuk jangka waktu 5

tahun atau lebih dari waktu yang lalu.

c. Syarat yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dalam mengadakan

pembelian maupun syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan dalam

menjual barangnya,

2
James C. Van Horne dkk, opcit, hal. 167
d. Present value (nilai sesungguhnya) dari aktiva lancar, sebab ada kemungkinan

perusahaan mempunyai saldo piutang yang cukup besar tetapi piutang

tersebut sudah lama terjadi dan sulit ditagih sehingga nilai realisasinya

mungkin lebih kecil dibandingkan dengan yang dilaporkan,

e. Kemungkinan perubahan nilai aktiva lancar, kalau nilai persediaan semakin

turun (deflasi) maka aktiva lancar yang besar (terutama ditunjukkan dalam

persediaan) maka tidak menjamin likuiditas perusahaan,

2. Rasio Cepat

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

– kewajibannya dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan

persediaan, Persediaan tidak diperhitungkan karena persediaan memerlukan waktu

yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas. Hal ini berarti aktiva lancar yang

dimaksud berupa kas dan piutang.

Rasio ini lebih mengukur kemampuan perusahaan yang sesungguhnya untuk

memenuhi hutang – hutang tepat pada saatnya. Rasio Cepat (Quick Ratio) lebih tajam

daripada current ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid

(mudah dicairkan atau mudah diuangkan) dengan hutang lancar. Jika current ratio

tinggi tetapi quick ratio rendah, menunjukkan adanya investasi yang sangat besar

dalam persediaan. Karena hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan quick ratio sebagai rasio yang mengukur tingkat likuiditas perusahaan.
Quick Ratio yang dianggap baik adalah quick ratio diatas 100%, karena setiap Rp.1

kewajiban lancarnya dapat dijamin dengan kas dan piutang lebih dari Rp.1.

Rumus untuk rasio cepat adalah :

3. Cash Ratio

Cash ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa

segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva lancar yang bisa segera

menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga.

Dapat dilihat dengan rumus :


C. Fungsi Likuiditas Bank

Likuiditas bank sangat penting karena besar likuiditas wajib minimum (LWM)

atau giro wajib minimum (GWM) bank telah di tetapkan Bank Indonesia selaku bank

sentral.

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2007:95), fungsi likuiditas wajib minimum

(LWM) atau giro wajib minimum (GWM) bank antara lain:

1. Untuk memenuhi ketetapan Bank Indonesia.

2. Untuk jaminan pembayaran pencairan tabungan masyarakat.

3. Untuk mempertahankan agar bank tetap dapat mengikuti kliring.

4. Untuk memperkuat daya tahan dalam menghadapi persaingan antar bank.

5. Untuk menentukan tingkat kesehatan bank.

6. Merupakan salah satu alat kebijaksanaan moneter pemerintah utnuk

mengatur jumlah uang beredar.

7. Sebagai salah satu alat otoritas moneter dalam menstabilkan nilai tukar

uang.

8. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank.

Menurut Sinkey (2000:20), ada lima fungsi utama likuiditas bank yaitu :
1. Mampu memberikan rasa aman kepada para nasabah deposan, penabung, girant,

maupun kreditor lainnya. Fungsi utama likuiditas adalah jaminan bahwa uang yang di

simpan/di pinjamkan kepada bank dapat di bayar kembali oleh bank pada saat jatuh

tempo. Oleh karena itu, sepanjang bank tersebut di nilai mempunyai likuiditas tinggi,

pemilik dana tidak akan ragu-ragu menempatkan/menyimpan uangnya di bank

tersebut.

2. Menjamin tersedianya dana bagi setiap pemohon kredit yang telah di setujui. Pada

dasarnya bank melakukan bisnis dengan nasabah, jika bank menolak untuk

menyediakan dana atas permohonan kredit yang telah di setujui, mungkin debitor

akan lari ke bank lain.

3. Mencegah penjualan asset secara terpaksa, apabila dalam posisi likuid cukup berat

bank tersebut mungkin tidak dapat memperpanjang pinjaman yang di terima dari

bank lain. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan terpaksa

menjual surat berharga yang umum dengan harga rendah.

4. Menghindarkan diri dari kewajiban membayar suku bunga yang tinggi atas dana

yang di peroleh di pasar uang. Pemilik dana akan menganggap bahwa menempatkan

dana pada bank beresiko tinggi.

5. Menghindarkan diri dari penggunaan fasilitas discount window secara terpaksa.

Semakin sering suatu bank menggunakan fasilitas discount window, semakin tidak

bebas manajemen bank tersebut menentukan dan melaksanakan kebijakan usahanya.


Definisi rasio leverage

Leverage ratio atau yang lebih akrab disebut dengan rasio leverage adalah
rasio keuangan yang menunjukkan tingkat utang yang telah dikeluarkan oleh suatu
badan usaha atau bisnis. Rasio leverage disebut juga dengan istilah rasio solvabilitas
dapat dipahami sebagai rasio keuangan yang mengukur kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban atau utang jangka panjangnya. Utang jangka panjang itu
sendiri dimaknai sebagai kewajiban atau utang yang waktu jatuh temponya lebih dari
satu tahun.

Rasio leverage membandingkan antara total beban utang perusahaan terhadap


aset atau ekuitasnya. Artinya, rasio ini menunjukkan seberapa banyak aset perusahaan
yang dimiliki oleh para pemegang saham dibandingkan dengan aset yang dimiliki
oleh para kreditur atau pemberi utangnya. Suatu perusahaan dikatakan memiliki
tingkat leverage yang tinggi, apabila jumlah aset yang dimiliki perusahaan lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah aset krediturnya.

Sebagai salah satu parameter untuk mengukur kesehatan keuangan


perusahaan, rasio leverage dibutuhkan untuk membantu manajemen dan investor
dalam memahami tingkat struktur modal pada perusahaan terkait. Selain itu, rasio ini
juga mencerminkan sumber pembiayaan dalam operasional bisnis atau kegiatan bisnis
perusahaan, dari utang ataukah ekuitas.
Fungsi rasio leverage

Secara umum rasio leverage berfungsi untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya baik dalam jangka pendek
maupun panjang. Rasio ini juga digunakan untuk mengetahui komposisi modal yang
bersumber dari utang atau pinjaman. Dalam menganalisis keuangan perusahaan, rasio
leverage memiliki peranan penting. Sebab, rasio ini dapat menginformasikan sumber
dana yang digunakan untuk membiayai operasional atau kegiatan bisnis perusahaan,
dari modal sendiri ataukah utang. Selain itu, perusahaan juga dapat mengevaluasi
kemampuannya dalam melunasi utang-utangnya saat jatuh tempo.

Rasio leverage menggambarkan komposisi struktur modal yang digunakan


untuk membiayai operasional perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki rasio
leverage tinggi dalam struktur modalnya bisa berisiko, tetapi di sisi lain juga bisa
memberikan manfaat.

Penggunaan utang dalam operasional bisnis bisa menguntungkan, apabila perusahaan


mampu menghasilkan laba. Sebaliknya, perusahaan dengan leverage yang tinggi
justru akan mengalami risiko gagal bayar yang lebih tinggi terhadap kewajiban
keuangannya jika profitabilitasnya menurun, dibandingkan dengan perusahaan yang
kurang leverage.

Rasio leverage penting untuk menganalisis tingkat utang yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini tak hanya memberikan manfaat secara internal, yakni manajemen
perusahaan saja tetapi juga pihak eksternal yaitu investor dan kreditur. Bagi
manajemen perusahaan, rasio leverage digunakan untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan dalam menghasilkan laba yang digunakan untuk membayar utang baik
dalam jangka pendek maupun panjang. Rasio leverage bagi investor bermanfaat
dalam menganalisis keuangan perusahaan lebih lanjut sebelum memutuskan untuk
berinvestasi pada perusahaan terkait. Sementara bagi kreditur, rasio leverage
digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan
pemberian pinjaman.

Jenis-jenis rasio leverage

Rasio leverage memiliki ragam jenis yang cukup banyak. Dari jenis-jenis rasio
leverage tersebut digunakan sebagai dasar atau bahan pertimbangan oleh analis pasar,
investor, dan kreditur. Berikut jenis-jenis rasio leverage yang umum digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya.

 Rasio utang terhadap aset (Debt-to-Assets Ratio)

Rasio utang terhadap aset sering kali hanya disebut sebagai rasio utang saja. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan mengandalkan utang untuk
membiayai asetnya. Perhitungan rasio ini dilakukan dengan membagi total utang
dengan total aset yang dimiliki perusahaan, yang diformulasikan seperti berikut.

Rasio utang = Total utang / Total aset

 Rasio utang terhadap ekuitas (Debt-to-Equity Ratio)


Rasio utang terhadap ekuitas merupakan rasio keuangan yang proporsi relatif antara
utang dan ekuitas yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Untuk
menghitung rasio ini, total kewajiban utang dibagi dengan total ekuitas. Adapun
formula dari rasio ini sebagai berikut.

Rasio utang terhadap ekuitas = Total utang / Total ekuitas

 Rasio utang terhadap modal (Debt-to-Capital Ratio)

Rasio utang terhadap modal merupakan salah satu rasio utang yang berfokus pada
kewajiban utang sebagai komponen basis total modal perusahaan. Utang mencakup
seluruh kewajiban baik jangka pendek maupun panjang. Sementara modal termasuk
utang perusahaan dan ekuitas pemegang saham.

Manfaat dari rasio utang terhadap modal adalah untuk mengevaluasi struktur modal
atau keuangan perusahaan dan penggunaannya dalam membiayai operasional bisnis
perusahaan. Jika rasio utang terhadap modal pada suatu perusahaan tinggi
dibandingkan dengan perusahaan lainnya, maka risiko gagal bayar yang dihadapi oleh
perusahaan tersebut juga tinggi sebagai dampak utang terhadap operasional bisnisnya.
Perhitungan rasio ini dilakukan dengan membagi total utang dengan total utang
setelah dijumlahkan dengan total ekuitas. Berikut formulasi rumusnya.

Rasio utang terhadap modal = Total utang saat ini / (Total utang + Total ekuitas)

 Rasio utang terhadap laba kotor (Debt-to-EBITDA Ratio)

EBITDA adalah akronim dari Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and
Amortization yaitu penghasilan yang diperoleh sebelum dikurangi dengan beban
bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi, atau singkatnya adalah laba kotor. Rasio
utang terhadap laba kotor ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam melunasi utangnya. Rasio ini juga digunakan untuk menentukan probabilitas
risiko gagal bayar terhadap utang. Jika rasio ini mencapai lebih dari 3, maka artinya
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban utangnya cukup mengkhawatirkan.
Dengan kata lain, tingkat risiko gagal bayar cukup tinggi. Sebab, total kewajiban
utang yang harus dibayar perusahaan jauh lebih besar dibandingkan dengan
pencapaian profitabilitasnya. Perhitungan rasio ini dilakukan dengan membagi total
utang dengan laba kotor. Berikut rumusnya.

Rasio utang terhadap laba kotor = Total utang / Laba kotor

Semakin tinggi rasio leverage, maka semakin tinggi pula risiko gagal bayar
kewajiban utang yang dihadapi perusahaan. Namun, tingginya rasio leverage bisa
memberikan dampak positif bagi kelangsungan operasional bisnis perusahaan,
apabila didukung dengan pencapaian profitabilitas yang tinggi pula.
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas saya dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. analisis likuiditas untuk mengetahui kondisi usaha saat ini dan sekaligus
untuk memudahkan dalam menentukan kebijakan bisnisnya untuk masa yang
akan datang.
2. Maksimalnya tingkat kesehatan bank akan berdampak pada kemampuan bank
dalam menjalankan kegiatan operasional perbankan secara normal sekaligus
dapat memenuhi semua kewajiban secara baik sesuai peraturan yang berlaku
sehingga bank tetap dapat bertahan dan terus berkembang di tengah
persaingan bisnis perbankan yang semakin ketat.
3. Rasio likuiditas yang ada dalam makalah ini adala :
a. Rasio lancar
b. Rasio cepat
c. Cash rasio
DAFTAR PUSTAKA

C.Van Horne James dkk, Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan, salemba

empat, Jakarta, 2009.

http://mypdfdownload.info/files/Jurnal

Anda mungkin juga menyukai