Anda di halaman 1dari 6

A.

KONSEP – KONSEP DISTRIBUSI PENDAPATAN


Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpengnya pembagian
hasil pembangunan suatu Negara di kalangan penduduknya. Tolok ukur untuk menilai
kemerataan distribusi terdapat tiga tolok ukur yang lazim digunakan, yaitu:
1. Kurva Lorenz
2. Indeks atau rasio Gini
3. Kriteria Bank Dunia

1. Kurva Lorenz

Kurva Lorenz menggambarkan distribusi komulatif pendapatan nasional dikalangan


lapisan – lapisan penduduk, secara kumulatif pula. Kurva Lorenz yang semakin dekat ke
diagonal ( semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata.
Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal ( semakin lengkung), maka ia
mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang
atau tidak merata.
Gambar menunjukkan bagaimana cara membuat kurva Lorenz tersebut. Jumlah
penerima pendapatan digambarkan pada sumbu horizontal, tidak dalam angka mutlak tetapi
dalam persentase kumulatif. Misalnya, titik 20 menunjukkan 20 persen penduduk temiskin
(paling rendah pendapatannya), dan pada titik 60 menunjukkan 60 persen penduduk terbawah
pendapatannya, dan pada ujung sumbu horizontal menunjukkan jumlah 100 persen penduduk
yang dihitung pendapatannya.
Sumbu vertikal menunjukkan pangsa pendapatan yang diterima oleh masing-masing
persentase jumlah penduduk. Jumlah ini juga kumulatif sampai 100 persen, dengan demikian
kedua sumbu nitu sama panjangnya dan akhirnya membentuk bujur sangkar.
Sebuah garis diagonal kemudian digambarkan melalui titik origin menuju sudut kanan
atas dari bujur sangkat tersebut. Setiap titik pada garis diagonal tersebut menunjukkan bahwa
persentase pendapatan yang diterima sama persis dengan persentase penerima pendapatan
tersebut. Sebagai contoh, titik tengah dari diagonal tersebut betul-betul menunjukkan bahwa
50 persen pendapatan diterima.

2. Rasio Gini

Suatu ukuran yang singkat mengenai derajat ketidakmerataan distribusi pendapatan


dalam suatu Negara bisa diperoleh dengan menghitung luas daerah antara garis diagonal
(kemerataan sempurna) dengan kurva Lorenz dibandingkan dengan luas total dan separuh
bujur sangkar di mana terdapat kurva lorenz tersebut.
Indeks atau Rasio Gini adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0 hingga 1,
menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan nasional.
Tabel berikut ini memperlihatkan patokan yang mengatagorikan ketimpangan
distribusi berdasarkan nilai koefisien Gini.
Nilai Koefisien Gini Distribusi Pendapatan
.... < 0,4 Tingkat ketimpangan rendah
0,4 < 0,5 Tingkat ketimpangan sedang
.... > 0,5 Tingkat ketimpangan tinggi

3. Kritera Bank Dunia


Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional
yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan
terendah(penduduk termiskin), 40% penduduk berpendapatan menengah, serta 20%
penduduk berpendapatan tertinggi (penduduk terkaya). Kemerataan distribusi pendapatan
nasional bukan semata – mata “pendamping” pertumpuhan ekonomi dalam menilai
keberhasilan pembangunan.
Isu kemerataan dan pertumbuhan hingga kini masih menjadi debat tak
berkesudahan dalam konteks pembangunan. Kedua hal ini berkaitan dengan dua hal lain yang
juga setara kadar perdebatannya, yaitu efektivitas dan efisiensi.

B. PENYEBAB KETIDAKMERATAAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Penghapusan kemiskinan dan berkembangnya ketidakmerataan distribusi pendapatan


merupakan inti permasalahan pembangunan. Walaupun titik perhatian utama kita pada
ketidakmerataan distribusi pendapatan dan harta kekayaan (asset) namhn hal tersebut
hanya;ah merupakan sebagian kecil dari masalah ketidakmerataan yang lebih luas di NSB.
Misalnya ketidakmerataan kekuasaan, prestise, status, kepuasan kerja, kondisi kerja, tingkat
partisipasi, kebebasan untuk memilih, dan lain-lain.
Pemahaman yang mendalam akan masalah ketidakmerataan dari kemiskinan ini
memberikan dasar yang baik untuk menganalisis masalah pembangunan yang lebih khusus
seperti pertumbuhan penduduk, pengangguran, pembangunan pedesaan, pendidikan,
perdagangan internasional dan sebagainya.
Menurut enurut Bank Dunia, perlu mengatasi empat penyebab utama ketimpangan.
Dalam keterangan resminya Bank Dunia merinci keempat penyebab utama ketimpangan
tersebut.

Pertama, ketimpangan peluang, yang tercermin pada nasib anak-anak dari keluarga
miskin, yang terpengaruh oleh tempat mereka dilahirkan atau pendidikan orang tua mereka.
Menurut Bank Dunia, awal yang tidak adil dapat menentukan kurangnya peluang bagi
mereka selanjutnya.

Kedua, ketimpangan pasar tenaga kerja, dimana pekerja dengan keterampilan tinggi
menerima gaji yang lebih besar, dan tenaga kerja lainnya hampir tidak memiliki peluang
untuk mengembangkan keterampilan mereka. Hal ini mengakibatkan mereka terperangkap
dalam pekerjaan informal dengan produktivitas rendah dan pemasukan yang kecil.

Ketiga, konsentrasi kekayaan, dimana kaum elit memiliki aset keuangan seperti
properti atau saham, yang ikut mendorong ketimpangan saat ini dan masa depan.

Keempat, ketimpangan dalam menghadapi goncangan. Hal ini terlihat saat terjadi
goncangan, dimana masyarakat miskin dan rentan akan lebih terkena dampak. Goncangan
akan menurunkan kemampuan mereka untuk memperoleh pemasukan dan melakukan
investasi kesehatan dan pendidikan
C. perkembangan Gini Ratio Indonesia

Dari tabel tersebut secara nasional selama periode 2010 – septermbet 2014 mengalami
kenaikan namun pada periode Maret 2015 – Maret 2018 telah terjadi perbaikan pemerataan di
indonesia itu artinya gini ratio nilainya menurun.

Berdasarkan daerah/pedesaan ,Gini Ratio pada Maret 2018 adalah sebesar 0,401
mengalami penurunan sebesar 0,003 dibanding September 2017 yang sebesar 0,404 dan
menurun sebesar 0,006 poin dari Maret 2017 yang sebsar 0,407. Untuk daerah pedesaan, gini
ratio pada Maret 2018,tercatat sebesar 0,324, naik 0,004 poin dibandingkan dengan kondisi
September 2017 dan maret 2017 yang sebesar 0,320.
D. Gini Ratio Menurut Provinsi pada Maret 2018

E. GINI RATIO KOTA BENGKULU

Gini Ratio Kabupaten/Kota


Wilayah
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Provinsi
- - - - - - - -
Bengkulu
Bengkulu
0.36 0.38 0.36 0.40 0.39 0.34 0.37 0.36
Selatan
Rejang Lebong 0.34 0.34 0.34 0.31 0.33 0.36 0.32 0.33
Bengkulu Utara 0.48 0.35 0.36 0.31 0.35 0.31 0.31 0.35
Kaur 0.36 0.35 0.34 0.37 0.38 0.33 0.32 0.31
Seluma 0.35 0.33 0.31 0.29 0.35 0.32 0.33 0.31
Mukomuko 0.33 0.33 0.36 0.34 0.32 0.30 0.31 0.32
Lebong 0.33 0.34 0.32 0.31 0.32 0.27 0.30 0.29
Kepahiang 0.34 0.33 0.31 0.30 0.34 0.30 0.33 0.30
Bengkulu
0.34 0.31 0.37 0.35 0.37 0.30 0.28 0.29
Tengah
Kota Bengkulu 0.38 0.38 0.41 0.35 0.40 0.37 0.37 0.39
Dari tabel tersebut bisa disimpulkan pada tahun 2018 di provinsi Bengkulu
ketidakmerataan terparah berada di Kota Bnegkulu dengan Gini ratio sebesar 0,39 dan yang
paling merata berada di daerah Lebong dan Bnegkulu Tengah dengan gini ratio sebesar 0,29.

F. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Ketimpangan


Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap tingkat ketimpangan pengeluaran selama
periode September 2017–Maret 2018 diantaranya adalah:
a. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), secara nasional tercatat
bahwa kenaikan rata-rata pengeluaran perkapita per bulan penduduk kelompok 40 persen
terbawah lebih cepat dibanding penduduk kelompok 40 persen menengah dan kelompok 20
persen teratas. Tercatat kenaikan rata-rata pengeluaran perkapita September 2017–Maret
2018 untuk kelompok penduduk 40 persen terbawah, 40 persen menengah, dan 20 persen
teratas berturut-turut adalah sebesar 3,06 persen; 2,54 persen; dan 2,59 persen.
b. Di daerah perkotaan, kenaikan rata-rata pengeluaran perkapita per bulan penduduk
kelompok 40 persen terbawah meningkat lebih cepat dibanding penduduk kelompok 40
persen menengah dan 20 persen teratas. Kenaikan rata-rata pengeluaran perkapita September
2017–Maret 2018 untuk kelompok penduduk 40 persen terbawah, 40 persen menengah, dan
20 persen teratas berturut-turut adalah sebesar 2,49 persen; 2,17 persen; dan 0,94 persen.
c. Di perdesaan, terjadi pola yang berbeda. Kenaikan rata-rata pengeluaran perkapita per
bulan kelompok penduduk 40 persen terbawah lebih cepat dibanding kelompok penduduk 40
persen menengah, namun lebih lambat dibanding kelompok 20 persen teratas. Kenaikan rata-
rata pengeluaran perkapita September 2017–Maret 2018 untuk 40 persen terbawah, 40 persen
menengah, dan kenaikan 20 persen teratas berturut-turut adalah sebesar 2,93 .

G. Usaha Pemerataan Distribusi Pendapatan (Melalui 8 Jalur Pemerataan)

1.Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat khususnya pangan, sandang, dan


perumahan
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda
dan kaum wanita
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan

Anda mungkin juga menyukai