Anda di halaman 1dari 53

TUGAS MAKALAH

MANAJEMEN RISIKO DAN KEUANGAN DERIVATIF


“Analisis Risiko PT. Garuda Indonesia Tbk.”

Disusun Oleh :
Kharisma Caesar 041311233102
Nila Afrianti 041311233113
Atika Dian Permatasari 041311233117
Noor Rosyidah Fatma Dewi 041311233126
Aisyah Hijir Adiani 041311233197
Fara Maulana 041311233255

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Airlangga
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt, yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya, penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi penilaian mata kuliah Manajemen Risiko dan
Keuangan Derivatif, dan agar pembaca dapat mengetahui bagaimana Analisis Risiko pada PT.
Garuda Indonesia Tbk.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai masalah. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah SWT, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Terima kasih penyusun sampaikan kepada Dosen mata kuliah Manajemen Risiko dan
Keuangan Derivatif serta pihak lain yang telah banyak membantu penyusun agar dapat
menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Saya
menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan. Penyusun mohon saran dan kritik. Agar dapat
menyempurnakan makalah kami selanjutnya.

Surabaya, 21 April 2016

Penyusun

2 | A n a l i s i s R i s i k o P T. G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR__________________________________________________2
DAFTAR ISI________________________________________________________3
BAB I. PENDAHULUAN_______________________________________________4
Profil Perusahaan_______________________________________________________4
Visi Perusahaan________________________________________________________4
Misi Perusahaan________________________________________________________4
Alasan Memilih PT. Garuda Indonesia, tbk___________________________________5
BAB II___________________________________________________________6
A. IDENTIFIKASI RISIKO PT GARUDA INDONESIA TBK.________________________6
Risiko Pasar________________________________________________________________6
Risiko Likuiditas_____________________________________________________________9
Risiko Kredit_______________________________________________________________10
B. RISIKO KERUSAKAN PROPERTI_______________________________________13
Kasus Risiko Propert PT. Garuda Indonesia Tbk.__________________________________13
Risiko Propert Pt Garuda Indonesia Yang Terkait Dengan Liability Insurance____________14
C. RISIKO GUGATAN ( LIABILITY )_______________________________________16
Kasus Risiko Gugatan PT. Garuda Indonesia Tbk.__________________________________17
Hukum Kriminal dan Perdata PT. Garuda Indonesia Tbk.____________________________18
Common Law dan Civil Law___________________________________________________22
D. RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA PADA PT. GARUDA INDONESIA TBK.___24
Risiko Perubahan Pendapatan PT. Garuda Indonesia Tbk.___________________________24
Risiko Perubahan Nilai Pasar pada PT. Garuda Indonesia Tbk.________________________28
E. Risiko Pasar pada PT. Garuda Indonesia Tbk.____________________________35
Metode Historis (Back Simulation)_____________________________________________39
Metode Modeling (Analytical)_________________________________________________40
F. Risiko Kredit pada PT. Garuda Indonesia Tbk.___________________________42
Analisis Model Diskriminan Altman pada PT. Garuda Indonesia Tbk.___________________43
Analisis Model Diskriminan SPSS pada PT. Garuda Indonesia Tbk._____________________47
Hasil Output Model Diskriminan SPSS___________________________________________51
Aplikasi Hasil SPSS pada PT. Garuda Indonesia Tbk.________________________________56

DAFTAR PUSTAKA__________________________________________________57

3 | A n a l i s i s R i s i k o P T. G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
BAB I. PENDAHULUAN

Profil Perusahaan
Penerbangan komersial pertama menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi RI
001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama “Indonesian Airways” dilakukan pada 26 Januari
1949. Pada tahun yang sama, 28 Desember 1949, pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan
registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airways”, terbang dari Jakarta
ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Inilah penerbangan yang pertama kali dengan
nama Garuda Indonesian Airways. Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno dimana nama
tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto;
"Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya,
“Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda”.

Visi Perusahaan
Menjadi Perusahaan penerbangan yang andal dengan menawarkan layanan yang berkualitas
kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.

Misi Perusahaan
Sebagai Perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa (flag carrier) Indonesia yang
mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan
memberikan pelayanan yang profesional.

Alasan Memilih PT. Garuda Indonesia, tbk


Penerbangan telah berubah dari percobaan pesawat kecil menjadi industri transportasi utama
dengan investasi besar dan risiko yang sangat besar pula. Dalam waktu tertentu, sejumlah
penerbangan datang dan berangkat bersama-sama dengan ratusan atau ribuan penumpang yang
kerap kali mengganti jadwal penerbangannya.
Risiko dalam operasional penerbangan sebagian besar terkait dengan teknologi dan
prosedur. Perlu diperhatikan hal-hal seperti pengisian energi pada pesawat, kontrol lalu lintas di
udara, cuaca buruk, kemungkinan kesalahan manusia, dan lain-lain.

4 | A n a l i s i s R i s i k o P T. G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Keselamatan di darat pada bandara juga sangat penting karena cepatnya perputaran pesawat
di bandara yang sangat sibuk, sangat mahalnya kendaraan di bandara, serta besarnya volume energi
atau konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan. Kebakaran dalam pengisian energi pada pesawat dapat
terjadi hanya dalam hitungan menit.
Ancaman teroris dan kerentanan pesawat membuat keamanan penerbangan sangat penting.
Kegiatan penerbangan di udara terkait komunikasi, satelit navigasi, dan aktivitas lain di udara
menjadikan penerbangan sebagai kegiatan yang berisiko sangat tinggi.
Selain itu hal yang paling banyak disorot akhir-akhir ini adalah kecelakaan pesawat.
Kecelakaan pesawat adalah hal yang kritis mengingat jumlah survivor-nya sangat kecil dibanding
kecelakaan moda transportasi lain, seperti kereta api, mobil, sepeda motor atau bus. Namun
frekuensi kecelakaan pesawat sangatlah kecil dibanding kecelakaan transportasi lain itu. Data tahun
2000an menunjukkan bahwa kecelakaan pesawat disebabkan oleh kesalahan pilot yang
berhubungan dengan kemampuan pilot itu sendiri, cuaca dan kegagalan mekanik pesawat (total
52%); kegagalan mekanik (25%), kesalahan lain manusia (9%), cuaca (8%) dan sabotase (6%).
Kecelakan pesawat dapat dihindari dengan melatih pilot supaya lebih desicive, bijak dan secara
teknik mumpuni; disiplin melakukan proses perawatan (maintenance) dengan kualitas baik;
menentukan rute penerbangan yang aman; teliti dalam melakukan review desain struktur pesawat
dan lainnya.
Sehingga kami merasa bahwa untuk bisnis maskapai penerbangan, manajemen risiko yang baik
sangat krusial dibutuhkan demi kelangsungan bisnisnya. Maka kami memilih PT. Garuda Indonesia,
tbk untuk dianalisis implementasi manajemen risikonya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI RISIKO PT GARUDA INDONESIA TBK.

5 | A n a l i s i s R i s i k o P T. G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Risiko Pasar

Risiko harga bahan bakar pesawat


: aset/pendapatan atau peningkatan nilai liabilitas/pengeluaran yang disebabkan perubahan harga
komoditi bahan bakar.

Paparan risiko dan strategi


Paparan risiko Perusahaan dari harga bahan bakar pesawat adalah menggunakan referensi
pasar dengan 100% harga mengambang, sehingga fluktuasi kenaikan harga akan sangat berdampak
signifikan terhadap pencapaian target perusahaan. Biaya harga bahan bakar pesawat merupakan
komponen biaya yang cukup besar dalam struktur biaya Perusahaan selain biaya sewa dan
perawatan pesawat. Komposisi biaya bahan bakar untuk sa at ini di kisaran 30% - 40% dari rata-rata
biaya operasional Perusahaan.
Strategi untuk meminimalisasi risiko fluktuasi kenaikan harga yang dilakukan oleh
Perusahaan pada saat ini adalah dengan melakukan lindung nilai arus kas dengan instrumen lindung
nilai “plain vanilla call option”, khusus untuk penerbangan haji. Risiko tersebut diantisipasi dengan
mengukur harga Mark to Market yang dihasilkan setiap bulan saat jatuh tempo transaksi.

6 | A n a l i s i s R i s i k o P T. G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Perusahaan juga terus melakukan upaya pengelolaan pemakaian bahan bakar secara
operasional yaitu penghematan biaya dengan penggunaan alternative pesawat secara efektif dan
efisien, termasuk juga melakukan evaluasi untuk kontrak berjalan. Upaya efisiensi ini dituangkan
dalam program kinerja perusahaan.
Analisis sensitivitas risiko harga bahan bakar pesawat berdasarkan asumsi bahwa semua
faktor tetap termasuk biaya-biaya lain dan uplifted volume, yang dianalisa berdasarkan kontrak yang
masih outstanding pada periode pelaporan atas penggunaan bahan bakar penerbangan regular dan
haji.
Jika terjadi kenaikan (penurunan) harga sebesar 1 Dolar Amerika Serikat per barel, sebagai
akibat perubahan harga bahan bakar, maka laba setelah pajak Perusahaan untuk tahun yang berakhir
akan mengalami kenaikan (penurunan).

Risiko nilai tukar mata uang non-fungsional


: didefinisikan sebagai penurunan nilai aset/pendapatan atau peningkatan nilai liabilitas/pengeluaran
yang disebabkan fluktuasi nilai tukar mata uang nonfungsional tersebut.

Paparan risiko dan strategi


Sebagai perusahaan jasa penerbangan kelas internasional, Grup memerlukan dana serta
biaya dan investasi yang cukup besar dengan melibatkan pelanggan ataupun kreditur baik dalam
maupun luar negeri dengan kondisi dimana transaksi dicatat berdasarkan satuan mata uang
(transaction by currency). Pergerakan nilai tukar nonfungsional terhadap mata uang lainnya sangat
mempengaruhi laporan keuangan konsolidasian.
Kebijakan berkaitan dengan risiko nilai tukar yang saat ini dijalankan adalah secara natural
dan lindung nilai yaitu:
 Grup melakukan transaksi cross currency swap (CCS) untuk meminimalkan kemungkinan
risiko melemahnya nilai mata uang fungsional.
 Grup memanfaatkan peluang harga pasar nilai tukar mata uang lainnya (multi currency)
untuk menutup kemungkinan risiko melemahnya nilai tukar fungsional dan begitu
sebaliknya, sehingga secara natural risiko adanya pergerakan nilai tukar mata uang
nonfungsional bisa saling menghilangkan. Transaksi valuta mata uang bisa dilakukan
dengan selalu mempertimbangkan kurs yang menguntungkan Grup.
 Grup mengatur risiko dengan berusaha menyelaraskan penerimaan dan pembayaran untuk
setiap jenis mata uang.

7 | A n a l i s i s R i s i k o P T. G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Risiko suku bunga
: didefinisikan sebagai penurunan nilai aset/pendapatan atau peningkatan nilai liabilitas/pengeluaran
yang disebabkan perubahan tingkat suku bunga.

Paparan risiko dan strategi


Pendapatan Grup dipengaruhi oleh beban bunga yang berdampak terhadap
perubahan tingkat bunga dari pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang
termasuk juga pembayaran bunga untuk sewa pesawat.
Acuan tingkat suku bunga yang digunakan adalah mengambang yaitu LIBOR untuk
pinjaman USD dan rata-rata tingkat suku bunga Bank Pemerintah untuk pinjaman dalam mata uang
Rupiah. Pergerakan tingkat suku bunga sangat berpengaruh terhadap beban bunga yang harus
dibayar oleh Grup.
Kebijakan Grup terkait risiko suku bunga adalah dengan mengelola eksposur pada
pinjaman bersuku bunga mengambang dengan strategi lindung nilai tingkat suku bunga. Kontrak
transaksi lindung nilai sampai berjalan dengan interest swap atas beberapa transaksi.

Risiko Likuiditas
:   Eksposur   kewajiban   legal   (liability)   muncul   jika   pengadilan   memutuskan   kita   sebagai   pihak
tertanggung yang harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya. Kewajiban muncul jika bisa
dibuktikan adanya pihak yang ceroboh atau tidak berhati­hati.

Paparan risiko dan strategi


Risiko Likuiditas didefinisikan sebagai ketidakmampuan Grup untuk memenuhi liabilitas
keuangannya yang selanjutnya mengakibatkan Grup tidak dapat memanfaatkan peluang investasi
atau tidak dapat memenuhi liabilitas keuangan jangka pendek yang pada akhirnya mengakibatkan
default, peminjaman yang berlebihan atau tingkat suku bunga yang buruk. 

Dalam mengelola risiko likuiditas, Grup memantau dan menjaga tingkat kas dan setara kas
yang  dianggap  memadai  untuk membiayai  operasional  Grup  dan  untuk mengatasi  dampak  dari
fluktuasi arus kas. 

8 | A n a l i s i s R i s i k o P T. G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Grup juga secara rutin mengevaluasi proyeksi arus kas dan arus kas aktual, termasuk jadwal
jatuh   tempo   pinjaman   jangka   panjang,   dan   terus   menelaah   kondisi   pasar   keuangan   untuk
mengambil inisiatif mencari dana sebagai modal kerja. Aktivitas tersebut dapat meliputi penerbitan
utang bank. 

Risiko Kredit
: Risiko kredit ini terjadi ketika counterparty (pihak lain dalam transaksi bisnis kita) tidak dapat
memenuhi kewajibannya kepada perusahaan yang dipinjam. Dalam mengukur risiko kredit, dibagi
menjadi dua yaitu pengukuran risiko kredit secara kualitatif dan pengukuran risiko kredit secara
kuantitatif.

Paparan risiko dan strategi


Risiko   kredit   yang   dihadapi   Grup   adalah   risiko   ketidakmampuan   dari   pihak­pihak   yang
berhutang   (debitur)   untuk   memenuhi   liabilitas   keuangan   mereka   sesuai   dengan   persyaratan­
persyaratan yang telah disepakati bersama. 

Eksposur tersebut terutama berasal dari: 

 Risiko pelanggan akan gagal memenuhi liabilitasnya, 

 Risiko   dana   atau   instrumen   keuangan   tidak   diserahkan   oleh   rekanan   sebagaimana   yang
diharapkan. 

Dalam sebagian besar kasus, penjualan pasasi dan kargo ditangani melalui agen yang berada
dalam pengaruh dan naungan IATA. Agen­agen ini terhubung dengan sistem kliring untuk setiap
negara untuk penyelesaian penjualan pasasi atau kargo. Agen individual diperiksa oleh  clearing
house tertentu.

Risiko   kredit   dari   agen   penjualan   relatif   rendah,   kecuali   perjanjian   yang   menjadi   dasar
pembayaran tidak menyatakan lain, klaim dan liabilitas yang timbul antar maskapai penerbangan
biasanya diselesaikan secara bilateral atau melalui IATA  Clearing House.  Penyelesaian dilakukan
terutama   dengan   cara   menandingkan   piutang   dan   liabilitas   secara   berkala,   yang   menyebabkan
berkurangnya risiko gagal bayar secara signifikan.
9 | A n a l i s i s R i s i k o P T. G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Grup melakukan hubungan usaha hanya dengan pihak ketiga yang kredibel. Semua lawan
transaksi harus mendapat persetujuan sebelumnya dari manajemen sebelum kesepakatan dilakukan. 

Batasan lawan transaksi (jumlah dan waktu kredit) harus ditetapkan terhadap masing­masing
lawan   transaksi   dan   ditelaah   secara   tahunan   oleh   manajemen.   Di   samping   itu,   saldo   piutang
dimonitor secara berkelanjutan untuk mengurangi eksposur piutang bermasalah.

Jenis Risiko Pengendalian Cara Pengendalian Risiko


Risiko
Risiko Pasar – Risk Transfer  Risiko fluktuasi kenaikan harga yang dilakukan oleh
Risiko Harga Bahan Perusahaan pada saat ini adalah dengan melakukan
Bakar Pesawat lindung nilai arus kas dengan instrumen lindung nilai
“plain vanilla call option”, khusus untuk penerbangan
haji. Risiko tersebut diantisipasi dengan mengukur
harga Mark to Market yang dihasilkan setiap bulan
saat jatuh tempo transaksi.
 Penghematan biaya dengan penggunaan alternative
pesawat secara efektif dan efisien, termasuk juga
melakukan evaluasi untuk kontrak berjalan. Upaya
efisiensi ini dituangkan dalam program kinerja
perusahaan.
 Analisis sensitivitas risiko harga bahan bakar pesawat
Risiko Pasar - Risk Transfer Lindung nilai
Risiko nilai tukar  Grup melakukan transaksi cross currency swap (CCS)
mata uang non  Grup memanfaatkan peluang harga pasar nilai tukar

fungsional mata uang lainnya (multi currency) untuk menutup


kemungkinan risiko melemahnya nilai tukar

10 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
fungsional dan begitu sebaliknya.Transaksi valuta
mata uang bisa dilakukan dengan selalu
mempertimbangkan kurs yang menguntungkan Grup.
 Menyelaraskan penerimaan dan pembayaran untuk
setiap jenis mata uang.

Risiko Pasar - Risk Transfer Strategi lindung nilai tingkat suku bunga menggunakan
Risiko Suku Bunga kontrak transaksi lindung nilai sampai berjalan dengan
interest swap atas beberapa transaksi
Risiko Likuiditas Risk  Memantau dan menjaga tingkat kas dan setara kas yang
Retention dianggap memadai untuk membiayai operasional Grup
dan untuk mengatasi dampak dari fluktuasi arus kas.

 Secara   rutin   mengevaluasi   proyeksi   arus   kas   dan   arus


kas   aktual,   termasuk   jadwal   jatuh   tempo   pinjaman
jangka   panjang,   dan   terus   menelaah   kondisi   pasar
keuangan   untuk   mengambil   inisiatif   mencari   dana
sebagai   modal   kerja.   Aktivitas   tersebut   dapat   meliputi
penerbitan utang bank.

Risiko Kredit Risk Transfer  Klaim   dan   liabilitas   yang   timbul   antar   maskapai
penerbangan diselesaikan secara bilateral atau melalui
IATA  Clearing   House  dengan   cara   menandingkan
piutang   dan   liabilitas   secara   berkala,   yang
menyebabkan berkurangnya risiko gagal bayar secara
signifikan.

 Grup melakukan hubungan usaha hanya dengan pihak
ketiga   yang   kredibel.   Semua   lawan   transaksi   harus
mendapat   persetujuan   sebelumnya   dari   manajemen
sebelum kesepakatan dilakukan. 

 Batasan   lawan   transaksi   (jumlah   dan   waktu   kredit)


harus   ditetapkan   terhadap   masing­masing   lawan
transaksi   dan   ditelaah   secara   tahunan   oleh
11 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
manajemen. 

 Saldo   piutang   dimonitor   secara   berkelanjutan   untuk


mengurangi eksposur piutang bermasalah.

B. RISIKO KERUSAKAN PROPERTI

Bab ini membicarakan risiko atau eksposur yang dihadapi oleh aset fisik (properti) dan
eksposur terkena gugatan hukum.

Kasus Risiko Properti PT. Garuda Indonesia Tbk.


Sebagai perusahaan jasa maskapai penerbangan, maka kegiatan bisnis utama yang dilakukan
oleh PT. Garuda Indonesia akan sellu melibatkan armada pesawat terbangnya. Untuk itu risiko
property yang dialami Garuda Indonesia merupakan risiko properti personal di mana risiko ini
terjadi pada armada pesawat terbang yang dimiliki oleh PT. Garuda Indonesia, serta property real di
mana risiko ini terjadi pada property di luar milik PT. Garuda Indonesia. Dan kerugian yang
dialami merupakan kerugian langsung.
Berikut merupakan contoh kasus kerusakan property personal yang dialami oleh Garuda
Indonesia: Pilot Tube Garuda Patah Usai Tabrak Burung, Pesawat Garuda Batal Terbang ke
Jakarta
Dari kasus yang pernah terjadi, maka dapat diketahui bahwa risiko kerusakan properti oleh
Garuda Indonesia disebabkan oleh risiko fisik, dimana kerusakan property tersebut disebabkan oleh
seekor burung yang sedang terbang di angkasa.
Kerusakan properti tersebut menyebabkan Garuda Indonesia mengalami dua bentuk
kerugian, baik itu kerugian langsung maupun kerugian tidak langsung. Kerugian langsung yang
diderita oleh Garuda Indonesia adalah rusaknya pilot tube yang merupakan bagian dari property
pesawat yang menyebabkan perusahaan harus melakukan perbaikan terhadap property tersebut.
Sedangkan kerugian tidak langsung yang diderita oleh Garuda Indonesia yaitu kerugian waktu
12 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
akibat kejadian yang menyebabkan pesawat tidak dapat beroperasi seperti biasa karena pesawat
akan membutuhkan perbaikan terlebih dulu. Semakin lama waktu perbaikan yang dibutuhkan, akan
semakin besar kerugian yang dialami perusahaan.

Risiko Properti Pt Garuda Indonesia Yang Terkait Dengan Liability Insurance


Selain risiko kecelakaan penumpang, sebuah perusahaan penerbangan seperti PT Garuda
Indonesia juga pernah mengalami kerusakan properti berupa fasilitas untuk penumpang, dalam hal
ini kelompok kami akan menjelaskan mengenai risiko yang pernah dialami PT Garuda Indonesia
dalam hal kerusakan fasilitas untuk penumpang yakni terminal. Akan tetapi kerusakan berupa
properti ini telah ditanggung oleh mitra bisnis dari PT Garuda Indonesia yakni PT Angkasa Pura
sebagai pihak penjamin kerusakan. Dalam hal ini timbul Liability Insurance yakni Asuransi yang
menjamin tanggung jawab hukum terhadap kerugian yang dialami pihak ketiga baik berupa
kerugian materiil harta benda (property damage) maupun cidera badan (bodily injury) yang
disebabkan oleh suatu peritiwa atau kejadian sehubungan dengan kegiatan usaha atau aktivitas
Tertanggung.
Pihak Pertama : Tertanggung (Pihak yang menutup asuransi / pembeli polis)
Pihak Kedua : Penanggung (Pihak penjamin)
Pihak Ketiga : Semua pihak diluar Pihak Pertama dan Pihak Kedua
Klaim atas kerugian materiil harta benda yang dialami pihak ketiga(third party property damage)
meliputi ganti rugi atas:
1. Biaya perbaikan (cost of repair)
2. Biaya pembangunan kembali (cost of reinstatement)
3. Biaya kehilangan uang sewa (loss of rent)
4. Biaya kehilangan pendapatan selama masa perbaikan (direct consequential loss)

Berikut merupakan contoh kasus kerusakan property real yang dialami oleh Garuda
Indonesia: AP II Tanggung Kerugian Garuda Pasca Kebakaran Soekarno-Hatta, Jakarta.
PT Angkasa Pura II (Persero) akan menanggung kerugian PT Garuda Indonesia Tbk atas
insiden terbakarnya terminal 2E Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng beberapa waktu lalu. Kedua
perusahaan setuju untuk melakukan liability insurance atau asuransi tanggung gugat atas kerugian

13 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
yang dialami akibat terbakarnya terminal 2E.
Asuransi tanggung gugat adalah jenis asuransi yang dipertanggungkan kerugian material
akibat tanggung jawab hukum kepada pihak lain. Dalam kasus terbakarnya terminal 2E, AP II
selaku pengelola bandara dan Garuda sebagai pengguna layanan bandara yang terkena dampak atas
insiden tersebut, akan melakukan rekonsiliasi atas akibat dari kejadian kemarin sesuai ketentuan di
internal masing-masing perusahaan.
Direktur Utama AP II Budi Karya Sumadi mengatakan kesediaan perusahaannya
menanggung kerugian kejadian seperti itu nantinya akan berlaku untuk semua maskapai
penerbangan. Menurut Budi hal tersebut merupakan bagian dari komitmen AP II untuk terus
meningkatkan layanan kepada seluruh maskapai termasuk Garuda.

14 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
C. RISIKO GUGATAN ( LIABILITY )

Muncul jika pengadilan memutuskan kita sebagai pihak tertanggung yang harus membayar
ganti rugi kepada pihak lainnya. Contoh kewajiban atau gugatan hukum adalah pasien menuntut
ganti rugi karena dokter dianggap melakukan malprkatik. Kewajiban muncul jika bisa dibuktikan
adanya pihak yang negleet (ceroboh atau tidak hati-hati).

Asuransi Pesawat
Berikut ini adalah beberapa jenis asuransi kecelakaan untuk pesawat:

1. Public Liability Insurance


Atau jaminan pertanggungjawaban publik. Ini adalah tipe perjanjian jika terjadi kerusakan pada
pihak ketiga, seperti, rumah, kendaraan, maupun fasilitas bandara.

2. Passenger Liability Insurance


Ini adalah jaminan pertanggungjawaban penumpang. Jaminan ini bertujuan memberikan santunan
kepada korban maupun keluarganya jika terluka maupun tewas.

3. Combined Single Limit (CSL)


Penggabungan antara jaminan publik dan penumpang.

4. Ground risk hull insurance not in motion


Jaminan ketika pesawat di darat dan tidak bergerak. Merupakan jenis jaminan jika terjadi pada
pesawat yang tidak sedang dipergunakan. Kerusakan terjadi umumnya karena vandalisme, bencana
alam, pencurian, rubuhnya hanggar, dan adanya kendaraan atau pesawat yang menabrak pesawat
lainnya.

5. Ground risk hull insurance in motion (taxiing).


Jaminan ketika pesawat di darat dan bergerak. Sebuah jaminan jika pesawat dalam keadaan
bergerak di darat, namun tidak sedang take-off maupun landing.

6. In-flight insurance

15 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Jaminan ketika terjadi kerusakan saat dalam proses penerbangan dan berada di darat, termasuk
ketika pesawat dalam keadaan parkir. Pada dasarnya hal ini lebih mahal dibandingkan not-in-
motion karena kebanyakan pesawat mengalami kerusakan ketika bergerak.

Kaitan dengan PT. Garuda Indonesia


Dalam hal ini maka untuk menghindari risiko properti yang dialami, maka pihak maskapai
yaitu PT. Garuda Indonesia telah melakukan semua jenis asuransi yang telah dipaparkan di atas.
Dan dipastikan tidak akan mengalami kerugian finansial secara besar karena pesawat telah
diasuransikan.
Dalam Passenger Liability Insurance, PT. Garuda Indonesia dan Combined Single Limit, PT.
Garuda Indonesia bekerjasama dengan Perusahaan Asuransi Allianz.

Kasus Risiko Gugatan PT. Garuda Indonesia Tbk.

Eksposur kewajiban legal (liability) muncul jika pengadilan memutuskan kita sebagai pihak
tertanggung yang harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya. Kewajiban muncul jika bisa
dibuktikan adanya pihak yang ceroboh atau tidak berhati-hati.
Dalam hal ini untuk menghindari risiko gugatan yang berasal dari penumpang (passenger),
PT. Garuda Indonesia bekerjasama dengan Perusahaan Asuransi Allianz untuk memberikan opsi
travel insurance untuk menjamin kenyamanan penumpang yang memiliki biaya tambahan.
Fasilitasnya mencakup santunan atas penundaan penerbangan dan bagasi, penggantian kerugian atas
kerusakan dan kehilangan bagasi, penggantian biaya yang timbul akibat kehilangan dokumen
perjalanan, penggantian biaya pengobatan, santunan tunai harian rumah sakit, evakuasi medis
darurat dan repatriasi, serta layanan bantuan perjalanan & medis 24 jam.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk penumpang untuk mendapatkan asuransi opsi ini mulai
dari Rp 29.000 - 100.000 untuk perjalanan domestik dan mulai dari $7-72 untuk kawasan Asia dan
$8.5-126 untuk semua tujuan.

Hukum Kriminal dan Perdata PT. Garuda Indonesia Tbk.


Dalam hal ini, PT Garuda Indonesia mungkin lebih banyak terlibat dalam hukum perdata
yaitu tindakan pelanggaran hak atas individu atau organisasi. Hal ini dikarenakan PT Garuda

16 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Indonesia bergerak di bidang industry penerbangan yang sangat berkaitan erat dengan pelayanan
pada individu atau penumpang.

17 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Dalam hukum perdata yang berkaitan dengan industri penerbangan disebut sebagai hukum
udara nasional perdata. Hukum penerbangan diatur dalam undang-undang nomor 15 tahun 1992
tentang penerbangan dan asuransi sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 33 tahun 1964
yuncto peraturan pemerintah nomor 17 tahun 1965 beserta peraturan-peraturan pelaksananya.

Dari ketiga pasal yang disebutkan diatas menunjukkan ada beberapa hal yang harus dipatuhi
PT Garuda Indonesia untuk terhindar dari risiko gugatan. Risiko- risiko gugatan yang mungkin
muncul terkait hukum perdata diatas, diantaranya:
1. Tidak atau tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas kematian atau lukanya penumpang
yang diangkut
2. Apabila ada kehilangan maupun rusaknya barang yang di angkut
3. Transportasi lambat saat mengangkut penumpang dan/atau barang
4. Adanya pengoperasian pesawat udara atau kecelakaan pesawat atau jatuhnya benda – benda
dari pesawat yang mengakibatkan kerugian bagi pihak ketiga atau orang atau badan hukum
yang tidak berkaitan dengan pengoperasian pesawat udara.

18 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Kasus yang pernah dialami oleh PT Garuda Indonesia yaitu pada tahun 2010 mengenai
gugatan Hutomo Mandala Putra terhadap Garuda Indonesia dan majalah penerbangannya. Gugatan
ini diajukan PT Bali Pecatu Usaha yaitu bisnis milik Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto
atas tulisan berjudul 'A Destination to Enjoy Bali'. Artikel itu dimuat dalam Majalah Garuda edisi
Desember 2009. Dalam artikel tersebut memuat tulisan tentang kawasan liburan di Pecatu,
Bali.Dalam tulisan itu terdapat sebuah catatan kecil yang menuliskan "Tommy Soeharto adalah
pemilik kawasan dan dia merupakan seorang pembunuh yang telah divonis oleh pengadilan."
PT Bali Pecatu kemudian melayangkan gugatan materiil sebesar Rp1,6 miliar dan gugatan
immateril Rp25 miliar. Gugatan dilayangkan kepada PT Indo Multi Media (perusahaan pers
Majalah Garuda) dan PT Garuda Indonesia (Persero). Selain itu empat orang tergugat lainnya,
yakni:
1. Dewan Redaksi Majalah Garuda, Taufik Darusman,
2. Redaktur Majalah Garuda, Sari Widiati,
3. Dewan Redaksi Majalah Garuda dan Vice President Corporation Communication PT Garuda
Indonesia (Persero), Pujobroto, serta Dewan Redaksi Majalah Garuda dan
4. Marketing Communication and Promotion PT Garuda Indonesia, Prasetyo Budi.
Selain itu, PT Bali Pecatu juga menggugat permintaan maaf secara terbuka di media massa
Kompas, Majalah Tempo, dan Bisnis Indonesia atas catatan tersebut.
Kasus ini diselesaikan dengan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan gugatan perdata
Tommy Suharto atas majalah Garuda Indonesia yang menyebut dia sebagai pembunuh.Gugatan ini
dikabulkan oleh pengadilan negeri Jakarta dikarenakan ada 3 surat permintaan maaf masing-masing
pihak PT Indo Multi Media maupun PT Garuda Indonesia.
Dari kasus diatas terlihat bahwa berkaitan dengan hukum perdata yang merupakan kasus
pencemaran nama baik individu yang dilakukan oleh organisasi dan di dalam kasus diatas nama
yang dicemarkan adalah Tommy Soeharto.Dengan adanya gugatan diatas maka menciptakan
kewajiban bagi PT Indo Multi Media (perusahaan pers Majalah Garuda) dan PT Garuda Indonesia
sebagai pihak yang dituntut kepada PT Bali Pecatu sebagai pihak yang menuntut.

Common Law dan Civil Law


Ilustrasi Kasus Gugatan 33 Pramugari terhadap PT Garuda Indonesia, Tbk
Pada akhir tahun 2015 hingga awal 2016 ini, PT Garuda Indonesia, Tbk memperoleh
gugatan dari para pramugarinya yang telah di PHK. Gugatan ini berisikan bahwa pramugari yang di
19 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
PHK merasa bahwa Garuda Indonesia melanggar perjanjian kontrak yang harusnya ditaati oleh
perusahaan dalam industri penerbangan untuk mempekerjakan awak kabin, baik pria maupun
wanita, hingga usia 56 tahun.
Dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Direksi PT. Garuda Indonesia Tbk dengan
Serikat Karyawan, pada Pasal 57 (huruf c), disebutkan bahwa untuk awak kabin usia pensiunnya
adalah 56 tahun.
Hal ini juga sudah dikritik oleh pihak DPR mengenai batas usia yang tiba-toba dilanggar oleh pihak
Garuda Indonesia. Para pramugari pun mengungkapkan kekecawaannya karena jasanya dirasa
kurang dihargai dengan selama dua tahun berturut-turut Garuda Indonesia dapat mempertahankan
The World’s Best Cabin Crew (The Skytrex).
Anggota Komisi VI, Rieke Diah Pitaloka, menegaskan bahwa Direksi Garuda Indonesia
juga melanggar peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) Nomor: PER -
01 /MBU/2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate) pada BUMN
yaitu Pasal 3 ayat (5) tentang Prinsip-prinsip GCG yang berbunyi, kewajaran (fairness), yaitu
keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan.

Hubungan hukum atau hubungan kerja antara para penggugat yang bekerja sebagai
pramugari di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan tergugat diatur dalam PKB PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk periode 2012 – 2014 sebagaimana ditetapkan dalam keputusan Direktorat
Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja tanggal 15 Oktober
2012 tentang Pendaftaran PKB.

Selain itu, juga diikat dalam PKB PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk periode 2014 – 2016,
sebagaimana ditetapkan dalam keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Jaminan Sosial Tenaga tanggal 23 September 2014 tentang Pendaftaran PKB, yang hingga saat ini
masih berlaku dan digunakan sebagai dasar hukum, landasan hukum maupun panduan, pedoman
kerja bagi tergugat dan para penggugat yang belum pernah dicabut atau direvisi atau dibatalkan.

Disamping itu, Garuda Indonesia dianggap melakukan diskriminasi terhadap perempuan.


Karena tidak ada PHK atas pensiun dini bagi awak kabin pria. Mereka tetap menjalankan batas usia
pensiun 56 tahun. Hal ini jelas menunjukkan adanya diskriminasi terhadap pekerja wanita.

Penyelesaian dan klarifikasi

20 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Konflik yang dialami PT Garuda Indonesia, Tbk merupakan salah satu wilayah dimana
gugatan hukum dapat muncul, yaitu pada kontrak karyawan-atasan.Kuasa hukum PT Garuda
Indonesia, Tbk menglarifikasi mengenai konflik yang terjadi pada pengadilan yang dilakukan pada
November 2015 bahwa Garuda Indonesiatidak melakukan diskriminasi kepada pramugarinya
sehubungan dengan usia pensiun 46 tahun. Menurut Garuda Indoneisa sebagai pihak yang tergugat,
pilihan untuk pensiun pada usia 46 tahun adalah atas inisiatif dan keputusan para pramugari
(penggugat) sendiri tanpa adanya tekanan dan paksaan dalam bentuk apapun dari pihak tergugat.

D. RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA PADA PT. GARUDA


INDONESIA TBK.

Risiko Perubahan Pendapatan PT. Garuda Indonesia Tbk.


Risiko suku bunga

Risiko suku bunga didefinisikan sebagai penurunan nilai aset/pendapatan atau peningkatan
nilai liabilitas/pengeluaran yang disebabkan perubahan tingkat suku bunga.

Paparan risiko

Pendapatan Grup dipengaruhi oleh beban bunga yang berdampak terhadap perubahan
tingkat bunga dari pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang termasuk juga pembayaran
bunga untuk sewa pesawat.

Acuan tingkat suku bunga yang digunakan adalah mengambang yaitu LIBOR untuk
pinjaman USD dan rata-rata tingkat suku bunga Bank Pemerintah untuk pinjaman dalam mata uang
Rupiah. Pergerakan tingkat suku bunga sangat berpengaruh terhadap beban bunga yang harus
dibayar oleh Grup.

21 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa risiko perubahan tingkat bunga yang dapat
memengaruhi PT Garuda Indonesia adalah risiko pendanaan kembali. Risiko pendanaan kembali
adalah risiko yang apabila ada perubahan tingkat bunga akan menyebabkan perubahan kewajiban
perusahaan. Pendapatan PT Garuda Indonesia dipengaruhi oleh beban bunga dari:

 pinjaman jangka pendek,


 pinjaman jangka panjang,dan
 pembayaran bunga untuk sewa pesawat

Strategi Pengelolaan Risiko Perubahan Tingkat Suku Bunga

Kebijakan Grup terkait risiko suku bunga adalah dengan mengelola eksposur pada pinjaman
bersuku bunga mengambang dengan strategi lindung nilai tingkat suku bunga (interest swap).
Kontrak transaksi lindung nilai sampai dengan 31 Desember 2015 telah berjalan dengan interest
swap atas beberapa transaksi.

Interest Swap adalah kontrak antara 2 pihak untuk melakukan pertukaran bunga untuk mata
uang yang sama selama suatu periode tertentu. Pada umumnya, suku bunga yang akan ditukarkan
adalah suku bunga tetap (fixed rate) terhadap suku bunga mengambang (floating rate), sedangkan
pembayarannya dapat dilakukan secara periodik (bulanan, kuartal, semester atau tahunan).
Alasan perusahaan melakukan transaksi IRS adalah untuk melakukan lindung nilai terhadap
potensi kenaikan / penurunan suku bunga di masa mendatang.Biasanya untuk suku bunga
mengambang, akan menggunakan referensi pasar seperti: SBI atau JIBOR untuk IDR dan LIBOR
atau SIBOR untuk USD.

22 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Pengelolaan risiko perubahan tingkat bunga pada PT Garuda Indonesia Tbk dikelola dengan
Interest Rate Swap (Bayar Fixed). Hal ini dilakukan karena PT Garuda Indonesia Tbk yang
berpandangan bahwa suku bunga cenderung akan naik di masa mendatang dan mempunyai
pinjaman dengan suku bunga mengambang, maka PT Garuda Indonesia Tbk dapat melakukan
lindung nilai dengan melakukan IRS. PT Garuda Indonesia Tbk membayar suku bunga tetap
tersebut untuk menghindari kenaikan tingkat bunga tersebut.
Instrumen keuangan PT Garuda Indonesia Tbk yang terekspos terhadap risiko tingkat bunga
seperti diungkapkan pada table likuiditas seksi IV dibawah ini.
Berikut ini analisis sensitivitas, ditentukan berdasarkan eksposur suku bunga terhadap
liabilitas keuangan yang menggunakan suku bunga mengambang pada tanggal 31 Desember 2015
dan 2014. Analisis ini disajikan dengan asumsi liabilitas keuangan pada akhir periode pelaporan
masih beredar sepanjang periode, dengan variabel lain konstan terhadap laba setelah pajak Grup.

23 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Dari analisis sensitivitas tersebut, terjadi perubahan tingkat suku bunga pada LIBOR dan
SBI yang memberikan dampak pada EAT PT Garuda Indonesia Tbk. Perubahan tingkat bunga
LIBOR memberikan dampak kenaikan EAT perusahaan pada tahun 2015. Sedangkan, perubahan
tingkat bunga SBI memberikan dampak penurunan EAT pada tahun 2015. Dampak ini tidak terlepas
dari kebijakan PT Garuda Indonesia Tbk yang melakukan pengelolaan risiko dengan Interest Rate
Swap.

24 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Risiko Perubahan Nilai Pasar pada PT. Garuda Indonesia Tbk.

UTANG OBLIGASI
1. Obligasi Garuda Indonesia Berkelanjutan 1
Pada Juli 2013, Perusahaan melakukan penawaran efek grup bernama “Obligasi Garuda
Indonesia Berkelanjutan 1”. Perusahaan menargetkan untuk meraih Rp 4.000.000.000.000 dari
penawaran tersebut. Pada fase pertama Bond yang ditawarkan sebesar USD 200.724.972 (setara
dengan Rp 2.000.000.000.000). 80% dari hasil yang diperoleh akan digunakan sebagai uang
muka untuk pembelian pesawat dan 20% sisanya akan digunakan sebagai capital untuk
pembayaran sewa pesawat. Pembayaran obligasi dilakukan secara penuh (bullet payment) saat
jatuh tempo. Tingkat bunga sebesar 9,25% per tahun dan dibayar setiap 3 bulanan,dimulai
5 Oktober 2013 sampai 5 Juli 2018.Pembelian kembali obligasi dapat dilakukan setelah satu
tahun dari dari tanggal penjatahan berdasarkan harga pasar.
PT CIMB Niaga Tbk bertindak sebagai wali amanat. Pada saat diterbitkan, Obligasi
tersebut mendapatkan IdA fitch rating dan tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada 8 Juli 2013.
Obligasi tidak dijamin oleh apapun atau siapapun. Pada tanggal 29 Januari 2016, rating obligasi
Perusahaan dari Fitch adalah BBB+ (idn) dan per 31 Desember 2014, rating obligasi tersebut
adalah A- (idn) dari Fitch.

Pembatasan-pembatasan penting yang diatur dalam perjanjian adalah:

25 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Pada tanggal 5 Maret 2015 Rapat Umum Pemegang Obligasi telah dilakukan, dimana
pemegang obligasi menyetujui perubahan pembatasan financial covenant dalam perjanjian
perwaliamanatan.

Perubahaan pembatasan fasilitas pinjaman adalah sebagai berikut:


 Jumlah ekuitas Grup tidak kurang dari
: USD 800.000.000.
 Saldo per 31 Desember 2015 dan 2014 masing - masing sebesar
: 2015 ,Rp 1.989.026.864.904 (setara dengan USD 144.184.622)
: 2014, Rp 1.987.389.557.320 (setara dengan USD 159.758.003)

2. Garuda Indonesia Global Sukuk Limited


Pada tanggal 3 Juni 2015, Perusahan melakukan perjanjian dengan Garuda Indonesia
Global Sukuk Limited untuk menerbitkan Trust Certificates sebesar USD 500.000.000
(“Sertifikat-Sertifikat”). Hasil yang diperoleh akan digunakan untuk reprofiling portofolio
jangka panjang Perusahaan.
Pembayaran Sertifikat-Sertifikat dilakukan secara penuh (bullet payment) pada saat
jatuh tempo, dan menawarkan peringkat laba tetap sebesar 5,95% per tahun, dibayar
setiap 6 bulanan yang dimulai pada tanggal 3 Desember 2015 sampai dengan 3 Juni 2020.
The Hongkong And Shanghai Banking Corporation Limited bertindak sebagai Penerima
Delegasi, Agen Pembayar Utama, Pencatat Agen Pembayar dan Agen Pemindahtanganan.
Sertifikat-Sertifikat tersebut tidak diperingkat dan tercatat pada Singapore Exchange (SGX-ST).
Sertifikat diterbitkan berdasarkan hak untuk perjalanan (the rights to travel) dan skema
keagenan untuk memenuhi ketentuan penawaran Syariah. Sertifikat tidak dijamin dengan
jaminan dan tidak dijamin oleh pihak ketiga.

Pembatasan-pembatasan penting keuangan adalah sebagai berikut:


1. Ekuitas Grup tidak kurang dari USD 800.000.000;
2. Debt-to-equity ratio Grup tidak boleh melebihi 2.5 kali; dan
3. Kas dan setara kas berbanding pendapatan usaha Grup tidak kurang dari 5%.
Saldo per 31 Desember 2015 adalah sebesar USD 491.762.820.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan harus dapat melakukan
pembayaran bunga obligasi dan hutang pokok obligasi perusahaan sebesar:
26 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
 Obligasi Garuda Indonesia Berkelanjutan 1 (5 Juli 2013)
:Tingkat bunga sebesar 9,25% per tahun dan dibayar setiap 3 bulanan,dimulai 5 Oktober 2013
sampai 5 Juli 2018.
 Garuda Indonesia Global Sukuk Limited (3 Juni 2015)
: Peringkat laba tetap sebesar 5,95% per tahun, dibayar setiap 6 bulanan yang dimulai pada
tanggal 3 Desember 2015 sampai dengan 3 Juni 2020

Berikut table pembayaran bunga PT Garuda Indonesia Tbk:

27 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Dapat dilihat bahwa PT Garuda Indonesia Tbk dalam memenuhi kewajbannya untuk
pembayaran bunga kedua obligasi dilakukan dengan tingkat bunga teteap sesuai dengan penjelasan
kedua obligasi diatas. Dari data pembayaran diatas terlihat bahwa PT Garuda Indonesia Tbk
melakukan pembayaran:

 Obligasi Garuda Indonesia Berkelanjutan 1 (Juli 2013)


:Tingkat bunga sebesar 9,25% per tahun dan dibayar setiap 3 bulanan yang terus berlangsung
hingga pembayaran bunga ke-9 pada tanggal 5 oktober 2015

 Garuda Indonesia Global Sukuk Limited (3 Juni 2015)


: laba tetap sebesar 5,95% per tahun, dibayar setiap 6 bulanan yang telah dibayar pada
pembayaran imbal hasil ke-1 pada 3 Desember 2015.

28 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Dapat dilihat bahwa kemungkinan eksposur risiko nilai pasar obligasi PT Garuda
Indonesia kecil karena Garuda Indonesia menggunakan tingkat bunga obligasi yang tetap dan
sudah ada kesepakatan sejak awal. Namun, meskipun tingkat bunga obligasi tetap PT Garuda
Indonesia Tbk tetap diberikan eksposur risiko nilai pasar obligasi “Garuda Indoensia Global
Sukuk Limited” apabila nilai tukar USD berubah. Hal ini dapat menjadi eksposur mengingat
tingkat imbal hasil yang ditetapkan sama, namun apabila nilai tukar melemah dapat
meningkatkan jumlah pembayaran imbal hasil yang lebih besar. Selain itu, apabila terjadi
penurunan suku bunga obligasi akan meningkatkan liabilitas program; namun, sebagian akan di
offset (saling hapus) oleh peningkatan imbal hasil atas investasi instrumen utang.
Tabel berikut merupakan analisis likuiditas instrumen keuangan pada 31 Desember 2015
dan 2014 berdasarkan jatuh tempo atas liabilitas keuangan Grup.

29 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
30 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
E. Risiko Pasar pada PT. Garuda Indonesia Tbk.

Metode Value At Risk (VAR) digunakan untuk memberikan informasi yang berguna untuk
manajer yaitu memperkirakan besarnya kerugian dan kemungkinan terjadinya kerugian tersebut.
Untuk menilai risiko pasar dari PT Garuda Indonesia maka kami menganalisis dengan metode VAR
pada tahun 2015.
Data Return PT Garuda Indonesia Tbk.

Harga
Tanggal GIAA
Saham Return
24-Feb-16 429
1 25-Feb-16 411 -4.20%
2 26-Feb-16 415 0.97%
3 29-Feb-16 408 -1.69%
4 1-Mar-16 426 4.41%
5 2-Mar-16 422 -0.94%
6 3-Mar-16 433 2.61%
7 4-Mar-16 445 2.77%
8 7-Mar-16 439 -1.35%
9 8-Mar-16 428 -2.51%
10 10-Mar-16 427 -0.23%
11 11-Mar-16 431 0.94%
12 14-Mar-16 434 0.70%
13 15-Mar-16 448 3.23%
14 16-Mar-16 439 -2.01%
15 17-Mar-16 435 -0.91%
16 18-Mar-16 438 0.69%
17 21-Mar-16 439 0.23%
18 22-Mar-16 447 1.82%
19 23-Mar-16 446 -0.22%
20 24-Mar-16 446 0.00%

Expected Return (E(R)) PT. Garuda Indonesia Tbk.

31 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Varians PT. Garuda Indonesia Tbk.
Harga Expected Ri -
Tanggal GIAA
Saham Return Return E(R)^2
24-Feb-16 429
1 25-Feb-16 411 -4.2% 0.22% 0.19%
2 26-Feb-16 415 1.0% 0.22% 0.01%
3 29-Feb-16 408 -1.7% 0.22% 0.04%
4 1-Mar-16 426 4.4% 0.22% 0.18%
5 2-Mar-16 422 -0.9% 0.22% 0.01%
6 3-Mar-16 433 2.6% 0.22% 0.06%
7 4-Mar-16 445 2.8% 0.22% 0.07%
8 7-Mar-16 439 -1.3% 0.22% 0.02%
9 8-Mar-16 428 -2.5% 0.22% 0.07%
10 10-Mar-16 427 -0.2% 0.22% 0.00%
11 11-Mar-16 431 0.9% 0.22% 0.01%
12 14-Mar-16 434 0.7% 0.22% 0.00%
13 15-Mar-16 448 3.2% 0.22% 0.09%
14 16-Mar-16 439 -2.0% 0.22% 0.05%
15 17-Mar-16 435 -0.9% 0.22% 0.01%
16 18-Mar-16 438 0.7% 0.22% 0.00%
17 21-Mar-16 439 0.2% 0.22% 0.00%
18 22-Mar-16 447 1.8% 0.22% 0.03%
19 23-Mar-16 446 -0.2% 0.22% 0.00%
20 24-Mar-16 446 0.0% 0.22% 0.00%
Varians PT Garuda Indonesia Tbk.

Standar Deviasi PT Garuda Indonesia Tbk.

32 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Deviasi Standar dipakai untuk menghitung enyimpangan dari nilai rata – rata. Apabila
semakin besar deviasi standar maka makin besar penyimpangannya. Penyimpangan digunakan
sebagai indicator risiko. Dari perhitungan diatas, diketahui bahwa risiko pada PT Garuda
Indonesia Tbk. Sebesar 2.10%.

VAR (Value At Risk) PT Garuda Indonesia

Tanggal GIAA Harga Saham Return 1 Tanggal Return 2


24-Feb-16 429
1 25-Feb-16 411 -4.2% 25-Feb-16 -4.20%
2 26-Feb-16 415 1.0% 8-Mar-16 -2.50%
3 29-Feb-16 408 -1.7% 16-Mar-16 -2.00%
4 1-Mar-16 426 4.4% 29-Feb-16 -1.70%
5 2-Mar-16 422 -0.9% 7-Mar-16 -1.30%
6 3-Mar-16 433 2.6% 2-Mar-16 -0.90%
7 4-Mar-16 445 2.8% 17-Mar-16 -0.90%
8 7-Mar-16 439 -1.3% 10-Mar-16 -0.20%
9 8-Mar-16 428 -2.5% 23-Mar-16 -0.20%
10 10-Mar-16 427 -0.2% 24-Mar-16 0.00%
11 11-Mar-16 431 0.9% 21-Mar-16 0.20%
12 14-Mar-16 434 0.7% 14-Mar-16 0.70%
13 15-Mar-16 448 3.2% 18-Mar-16 0.70%
14 16-Mar-16 439 -2.0% 11-Mar-16 0.90%
15 17-Mar-16 435 -0.9% 26-Feb-16 1.00%
16 18-Mar-16 438 0.7% 22-Mar-16 1.80%
17 21-Mar-16 33 | A n a l i s 439
i s R i s i k o0.2%
P T. 3-Mar-16
G a r u d a I n d o n2.60%
esia Tbk.
18 22-Mar-16 447 1.8% 4-Mar-16 2.80%
19 23-Mar-16 446 -0.2% 15-Mar-16 3.20%
20 24-Mar-16 446 0.0% 1-Mar-16 4.40%
Metode Historis (Back Simulation)

Pada kolom return 2, terlihat bahwa return terendah sebesar -4.20% yang merupakan return
pada tanggal 29 Februari 2016. Sementara return tertinggi sebesar 4.40% yang merupakan return
pada tanggal 24 Februari 2016.

Asumsi:
 VAR 95%
 Investasi : Rp. 1.000.000.000

Kami menggunakan VAR 95% karena tidak terlalu yakin. Maka, langkah selanjutnya adalah
melihat 5% return terendah. 5% dari 20 data yang ada adalah 1, dengan demikian kita memilih 1
hari dengan return terendah yaitu -4.20%.

Investasi = Rp. 1.000.000.000


Return terendah = -4.20%
VAR 95% harian = ?

Maka, dari perhitungan tersebut diketahui bahwa besok kemungkinan 5% kerugian investasi yang
terjadi adalah sebesar Rp. 42.000.000. Dapat dikatakan juga bahwa kita yakin bahwa sebesar 95%
bahwa kerugian tidak akan melebihi Rp. 42.000.000.

34 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Metode Modeling (Analytical)

Asumsi:
Investasi Rp 1.000.000.000
Return yang diharapkan ( harian ) = 0.22%
Deviasi standar: 2.1%

Gambar kurva normal di atas menunjukkan bahwa area antara -3.245 hingga 3.685 mencerminkan
90% dari total wilayah distribusi normal dan dengan demikian mencerminkan probabilitas sebesar
90% ( 0.9 ).

Confidence level Confidence coefficient , 1 -  Z value


90% 0.90 1.645
95% 0.95 1.96
99% 0.99 2.57

Apabila kita melihat table distribusi normal, maka luas wilayah sebesar 5% dari ujung paling kiri
( atau ujung paling kanan ), mempunyai nilai z sebesar 1.65.
Dengan demikian wilayah tengah seluas 90% berada diantara:

 Batas bawah : Rata – rata – ( 1.65 x deviasi standar ) , dan


 Batas atas : Rata – rata + ( 1.65 x deviasi standar )
Maka dapat dihitung sebagai berikut:

35 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
0,22% - ( 1.65 x 2.10 ) = - 3.245
0.22% + ( 1.65 x 2.10 ) = 3.685

Dengan demikian, VAR 95% return harian bisa dihitung melalui batas bawah di mana wilayah
sebesar 5% dari ujung paling kiri. Maka :

VAR = -3.245% x Rp 1.000.000.000 = - Rp 32.450.000


Sehingga dapat dikatakan bahwa besok ada 5% kemungkinan kerugian investasi sebesar Rp
32.450.000 atau lebih.

F. Risiko Kredit pada PT. Garuda Indonesia Tbk.

36 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Risiko kredit ini terjadi ketika counterparty (pihak lain dalam transaksi bisnis kita) tidak
dapat memenuhi kewajibannya kepada perusahaan yang dipinjam. Dalam mengukur risiko kredit,
dibagi menjadi dua yaitu pengukuran risiko kredit secara kualitatif dan pengukuran risiko kredit
secara kuantitatif.

Untuk mengetahui risiko kredit PT Garuda Indonesia, maka kami menggunakan salah satu
teknik penilaian kuantitatif yaitu, model scoring kredit. Analisis di bawah ini menggunakan model
diskriminan Altman 1968.

37 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Analisis Model Diskriminan Altman pada PT. Garuda Indonesia Tbk.

X1 Modal kerja Total Aset Hasil


2015 -188001116 3310010986 -0.056797732
2014 -408850413 3100815978 -0.131852524
2013 -164756844 2953784952 -0.055778212
2012 -117640834 2517997766 -0.046719991

X2 Laba Ditahan Total Aset Hasil


2015 6081861 3310010986 0.001837414
2014 6081861 3100815978 0.001961374
2013 5529919 2953784952 0.001872147
2012 110598370 2517997766 0.043923141

X3 EBIT Total Aset Hasil


2015 168745441 3310010986 0.050980327
2014 -399313006 3100815978 -0.128776751
2013 56448275 2953784952 0.019110489
2012 168072104 2517997766 0.066748313

X4 Nilai Pasar Saham Nilai Buku Saham (ekuitas) Hasil


2015 602803321 950723185 0.634047145
2014 1082704994 928657350 1.165882114
2013 859639543.7 1116152000 0.77018143
2012 1134724198 1113888000 1.018705828

X5 Penjualan Total Aset Hasil


2015 3814989745 3310010986 1.152561052
2014 3933530272 3100815978 1.268546828
2013 3716076586 2953784952 1.258072827
2012 3472468962 2517997766 1.379059588

Aplikasi Persamaan Altman (1968) pada PT Garuda Indonesia Tbk

2015 x5 1.152561052
x1 -0.068157278 Z 1.635639519
x2 0.00257238
x3 0.168235078
x4 0.380428287 2014
38 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
x1 -0.158223029 x4 0.462108858
x5 1.258072827
x2 0.002745924
Z 1.71893345
x3 -0.424963277
x4 0.699529268
2012
x5 1.268546828 x1 -0.05606399
Z 1.387635714 x2 0.061492397
x3 0.220269434
2013 x4 0.611223497
x1 -0.066933855 x5 1.379059588
x2 0.002621005 Z 2.215980926
x3 0.063064614

39 | A n a l i s i s R i s i k o P T . G a r u d a I n d o n e s i a T b k .
Kesimpulan
Tahun Z
2015 1.63563952
2014 1.38763571
1.71189334
2013 5
2012 2.21598093

Nilai Z dari tahun 2012 hingga tahun 2014 terus menurun, hal ini
menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan atas PT Garuda Indonesia semakin
meningkat. Namun, nilai Z kembali meningkat dari tahun 2014 ke tahun 2015.
Hal ini menunjukkan bahwa prediksi perusahaan untuk mengalami kebangkrutan
semakin rendah.Dari perhitungan diatas meski terlihat adanya kenaikan nilai Z
pada tahun 2015 namun nilai Z 3 tahun berturut-turut mulai tahun 2013 hingga
2015 PT Garuda Indonesia Tbk nilainya kurang dari 1.81, maka hal ini
mengindikasikan prediksi bahwa PT Garuda Tbk akan mengalami kebangkrutan.
Hal ini sesuai dengan klasifikasi cutoff rate dari model diskriminan persamaan
Altman.
Nilai Z yang selalu dibawah angka 1.81 sejak tahun 2013 mengindikasikan
prediksi bahwa PT Garuda Tbk akan mengalami kebangkrutan. Hal ini sesuai
dengan pemberitaan pada akhir tahun 2015 mengenai PT Garuda Indonesia yang
terancam bangkrut.Hal ini ditunjukkan pada salah satu media yang menyampaikan
berita bahwa ada peringatan untuk maskapai plat merah Garuda Indonesia.
Untuk menghindarkan dari kebangkrutan, maka perseroan diminta untuk
membatalkan rencana pembelian 30 pesawat Airbus tipe A350. Permintaan itu
datang dari Rizal Ramli yaitu Menko Kemaritiman.Menurut pengamatan Rizal,
track record Garuda untuk rute Jakarta- Amsterdam serta Jakarta-London kurang
baik. Yakni, hanya mencapai 30 persen. Hal itulah yang disinyalir membuat
Garuda merugi. Karena itu, Rizal Ramli meminta agar Garuda membeli pesawat
yang kelasnya lebih rendah. Yakni, Airbus 320.
Analisis Model Diskriminan SPSS pada PT. Garuda Indonesia Tbk.
Berikut ini adalah hasil perhitungan analisis laporan keuangan pada PT.
Garuda Indonesia Tbk. dari tahun 2012 hingga tahun 2015.

Rasio Leverage

Debt Ratio 2015 2014 2013 2012


Total Debt $2.359.287.801,00 $ 2.184.103.458,00 $ 1.836.636.835,00 $ 1.403.037.688,00
Total Assets $3.310.010.986,00 $ 3.100.815.978,00 $ 2.953.784.952,00 $ 2.517.997.766,00
71% 70% 62% 56%
TIER Ratio 2015 2014 2013 2012
EBIT $ 175.244.664,00 $ (387.216.909,00) $ 68.655.691,00 $ 176.755.473,00
Interest $ 68.584.517,00 $ 73.321.080,00 $ 59.840.088,00 $ 25.224.919,00
2,56 -5,28 1,15 7,01
Cash Coverage
Ratio 2015 2014 2013 2012
EBIT +
Depreciaton $ 271.607.081,00 $ (257.492.008,00) $ 147.243.005,00 $ 279.556.937,00
Interest $ 68.584.517,00 $ 73.321.080,00 $ 59.840.088,00 $ 25.224.919,00
3,96 -3,51 2,46 11,08

Rasio Likuiditas

Current Ratio 2015 2014 2013 2012


Current Assets $ 1.007.848.005,00 $ 810.514.943,00 $ 819.133.923,00 $ 636.566.218,00
Current Liabilites $ 1.195.849.121,00 $1.219.365.356,00 $ 938.890.767,00 $ 754.207.052,00
84% 66% 87% 84%
Quick Ratio 2015 2014 2013 2012
Current Assets $ 1.007.848.005,00 $ 810.514.943,00 $ 819.133.923,00 $ 636.566.218,00
Inventory $ 91.631.231,00 $ 85.204.399,00 $ 90.328.457,00 $ 83.443.877,00
$ 916.216.774,00 $ 725.310.544,00 $ 728.805.466,00 $ 553.122.341,00
Current Liabilites $ 1.195.849.121,00 $1.219.365.356,00 $ 938.890.767,00 $ 754.207.052,00
77% 59% 78% 73%
Cash Ratio 2015 2014 2013 2012
Cash $ 519.972.655,00 $ 434.327.498,00 $ 475.260.630,00 $ 325.784.942,00
Marketable
Securites $ - $ - $ -
$ 519.972.655,00 $ 434.327.498,00 $ 475.260.630,00 $ 325.784.942,00
Current Liabilites $ 1.195.849.121,00 $1.219.365.356,00 $ 938.890.767,00 $ 754.207.052,00
43% 36% 51% 43%

Rasio Aktivitas
Inventory Turnover 2015 2014 2013 2012
Sales $ 3.814.989.745,00 $ 3.933.530.272,00 $ 3.716.076.586,00 $ 2.887.250.744,00
Inventory $ 91.631.231,00 $ 85.204.399,00 $ 90.328.457,00 $ 83.443.877,00
41,63 46,17 41,14 34,60
Receivable Turnover 2015 2014 2013 2012
Sales $ 3.814.989.745,00 $ 3.933.530.272,00 $ 3.716.076.586,00 $ 2.887.250.744,00
Account Receivable $ 121.527.641,00 $ 126.226.274,00 $ 144.691.478,00 $ 129.471.098,00
31,39 31,16 25,68 22,30
Total Asset Turnover 2015 2014 2013 2012
Sales $ 3.814.989.745,00 $ 3.933.530.272,00 $ 3.716.076.586,00 $ 2.887.250.744,00
Total Asset $ 3.310.010.986,00 $ 3.100.815.978,00 $ 2.953.784.952,00 $ 2.517.997.766,00
1,15 1,27 1,26 1,15
Average days in
inventory 2015 2014 2013 2012
360 360 360 360 360
Inventory turnover 41,6341645 46,16581207 41,13959996 34,60110973
8,646744911 7,797978284 8,750692772 10,40429058
9 8 9 10
Days Sales
Outstanding / ACP 2015 2014 2013 2012
360 360 360 360 360
Receivable Turnover 31,39195095 31,16253176 25,68276057 22,30034957
11,46790783 11,5523348 14,01718476 16,1432447
12 12 15 16

Rasio Probabilitas

ROA 2015 2014 2013 2012


EAT $ 77.974.161,00 $ (368.911.279,00) $ 11.200.380,00 $ 110.842.573,00
Total Assets $ 3.310.010.986,00 $ 3.113.079.315,00 $ 2.953.784.952,00 $ 2.517.997.766,00
2% -12% 0% 4%
ROE 2015 2014 2013 2012
EAT $ 77.974.161,00 $ (368.911.279,00) $ 11.200.380,00 $ 110.842.573,00
Equity $ 950.723.185,00 $ 879.467.591,00 $ 1.117.148.117,00 $ 1.114.960.078,00
8% -42% 1% 10%
Profit Margin Ratio
NPM 2015 2014 2013 2012
EAT $ 77.974.161,00 $ (368.911.279,00) $ 11.200.380,00 $ 110.842.573,00
Sales $ 3.208.469.733,00 $ 3.384.255.386,00 $ 3.170.086.191,00 $ 2.887.250.744,00
2% -11% 0% 4%
OPM 2015 2014 2013 2012
EBIT $ 175.244.664,00 $ (387.216.909,00) $ 68.655.691,00 $ 176.755.473,00
Sales $ 3.208.469.733,00 $ 3.384.255.386,00 $ 3.170.086.191,00 $ 2.887.250.744,00
5% -11% 2% 6%
GPM 2015 2014 2013 2012
Gross Profit $ 3.814.989.745,00 $ 3.933.530.272,00 $ 3.716.076.586,00 $ 3.472.468.962,00
Sales $ 3.208.469.733,00 $ 3.384.255.386,00 $ 3.170.086.191,00 $ 2.887.250.744,00
119% 116% 117% 120%
Basic
Earning
Power 2015 2014 2013 2012
EBIT $ 168.745.441,00 $ (395.228.121,00) $ 56.448.275,00 $ 168.072.104,00
Total assets $ 3.310.010.986,00 $ 3.113.079.315,00 $ 2.953.784.952,00 $ 2.517.997.766,00
5% -13% 2% 7%

Market Value Ratio

PER 2015 2014 2013 2012


Market price per share 0,023769231 0,042692308 0,038461538 0,050769231
Earning per share 0,007632553 -0,036411016 0,001603031 0,0049
PER 3,11 -1,17 23,99 10,36
Dividend yield 2015 2014 2013 2012
Dividend per share 0,001456049 0 0 0
Market price per share 0,023769231 0,042692308 0,038461538 0,050769231
6% 0% 0% 0
Dividend payout ratio
(DPR) 2015 2014 2013 2012
Dividend 14.875.000 0 0 0
EAT 77.974.161 -371974942 11200380 110.842.573
19% 0% 0% 0
Market to book ratio 2015 2014 2013 2012
Market price per share $ 0,0238 0,042692308 0,038461538 0,050769231
Book value per share 0,0459 0,03615 0,04896 0,0492
52% 118% 79% 103%
Hasil Output Model Diskriminan SPSS
Group Statistics

Valid N (listwise)

Z Mean Std. Deviation Unweighted Weighted

bangkrut debt_ratio .6767 .04933 3 3.000

TIER_ratio -.5233 4.17929 3 3.000

cashcoverage_ratio .9700 3.95162 3 3.000

current_ratio .7900 .11358 3 3.000

quick_ratio .7133 .10693 3 3.000

cash_ratio .4333 .07506 3 3.000

inventory_turnover 42.9800 2.77346 3 3.000

receiveable_turnover 29.4100 3.23232 3 3.000

totalasset_turnover 1.2267 .06658 3 3.000

ROA -.0333 .07572 3 3.000

ROE -.1100 .27074 3 3.000

NPM_ratio -.0300 .07000 3 3.000

OPM_ratio -.0167 .09074 3 3.000

GPM_ratio 1.1733 .01528 3 3.000

BEP_ratio -.0200 .09644 3 3.000

PER 8.6433 13.46179 3 3.000

dividen_yield .0200 .03464 3 3.000

DPR .0633 .10970 3 3.000

markettobook_value .8300 .33181 3 3.000

averagedays_inventory 8.6667 .57735 3 3.000

DSO 13.0000 1.73205 3 3.000

tidak bangkrut debt_ratio .5600 .a 1 1.000

TIER_ratio 7.0100 .a 1 1.000

cashcoverage_ratio 11.0800 .a 1 1.000

current_ratio .8400 .a 1 1.000

quick_ratio .7300 .a 1 1.000

cash_ratio .4300 .a 1 1.000

inventory_turnover 34.6000 .a 1 1.000

receiveable_turnover 22.3000 .a 1 1.000

totalasset_turnover 1.1500 .a 1 1.000


Berdasarkan hasil dari SPSS diatas menunjukkan bahwa data yang
dianalisis sebanyak 4 tahun. 3 tahun mengalami kebangkrutan, dan 1 tahun nya
lagi tidak mengalami kebangkrutan.

Jenis Rasio Bangkrut Tidak Bangkrut Kesimpulan (yang


>)
debt_ratio .6767 .5600 Bangkrut
TIER_ratio -.5233 7.0100 Tidak bangkrut
cashcoverage_ratio .9700 11.0800 Tidak bangkrut
current_ratio .7900 .8400 Tidak bangkrut
quick_ratio .7133 .7300 Tidak bangkrut
cash_ratio .4333 .4300 Bangkrut
inventory_turnover 42.9800 34.6000 Bangkrut
receiveable_turnover 29.4100 22.3000 Bangkrut
totalasset_turnover 1.2267 1.1500 Bangkrut
ROA -.0333 .0400 Tidak bangkrut
ROE -.1100 .1000 Tidak bangkrut
NPM_ratio -.0300 .0400 Tidak bangkrut
OPM_ratio -.0167 .0600 Tidak bangkrut
GPM_ratio 1.1733 1.2000 Bangkrut
BEP_ratio -.0200 .0700 Tidak bangkrut
PER 8.6433 10.3600 Tidak bangkrut
dividen_yield .0200 .0000 Bangkrut
DPR .0633 .0000 Bangkrut
markettobook_value .8300 1.0300 Tidak bangkrut
averagedays_inventory 8.6667 10.0000 Tidak bangkrut
DSO 13.0000 16.0000 Tidak bangkrut
Variables Entered/Removeda,b,c,d
Wilks' Lambda

Exact F
Step Entered Statistic df1 df2 df3 Statistic df1 df2 Sig.
1 inventory_turn .226 1 1 2.000 6.847 1 2.000 .120
over
2 quick_ratio .001 2 1 2.000 887.144 2 1.000 .024
At each step, the variable that minimizes the overall Wilks' Lambda is entered.
a. Maximum number of steps is 42.
b. Minimum partial F to enter is 3.84.
c. Maximum partial F to remove is 2.71.
d. F level, tolerance, or VIN insufficient for further computation.

Tabel diatas menunjukkan variabel yang dimasukkan dalam tiap tahap.


Ada 2 tahapan, maka ada 2 variabel yang masuk dalam model. Variabel yang
masuk model adalah variabel yang mempunyai pengaruh bermakna pada Y dan
tidak menyebabkan nilai F signifikan. Maka, variabel inventory turnover dan
quick ratio yang menentukan perusahaan bangkrut atau tidak bangkrut.

Canonical Discriminant Function


Coefficients

Function

quick_ratio 224.259

inventory_turnover 8.654

(Constant) -514.737

Unstandardized coefficients

Tabel Canonical Discriminant Function Coefficient di atas menunjukkan


fungsi diskriminan dengan persamaan sebagai berikut:

Z score = -514.737 + 224.259 quick_ratio + 8.654


inventory_turnover
Hasil persamaan Z score diatas menunjukkan bahwa dari 21 rasio yang
sangat berpengaruh terhadap tingkat kebangkrutan PT Garuda Indonesia Tbk
adalah quick ratio dan inventory turnover. Inventory turnouver termasuk dalam
persamaan diatas karena persediaan PT Garuda Indonesia adalah bahan bakar
pesawat, yaitu avtur, yang sebesar 30-40% dari biaya total biaya operasional dan
bila harganya berfluktuasi maka akan memberikan dampak yang cukup besar bagi
perusahaan. Selain itu, quick ratio berpengaruh juga karena apabila persediaan
semakin tinggi menyebabkan quick ratio juga akan semakin kecil.
Aplikasi Hasil SPSS pada PT. Garuda Indonesia Tbk.

Tahun Quick Rato Inventory Turnover


2012 0.73 34.60
2013 0.78 41.14
2014 0.59 46.17
2015 0.77 41.63

Zscore
komstanta Quick Inventory
Tahun (slope) intercept Rato intercept Turnover Z score
2012 -514.737 224.259 0,73 163709,07 8.654 34,6 299428,4 -51.600
2013 -514.737 224.259 0,78 174922,02 8.654 41,14 356025,56 16.211
2014 -514.737 224.259 0,58 130070,22 8.654 46,17 399555,18 14.888
2015 -514.737 224.259 0,77 172679,43 8.654 41,63 360266,02 18.208

Berdasarkan hasil Z Score diatas menunjukkan bahwa ketika PT.


Garuda Indonesia Tbk. diprediksi bangkrut, maka hasil perhitungan Z Score
diatas bernilai positif. Sedangkan ketika PT. Garuda Indonesia Tbk. di prediksi
tidak bangkrut, maka hasil perhitungan Z Score diatas bernilai negatif.
DAFTAR PUSTAKA

http://industri.kontan.co.id/news/asap-menghadang-terbang-garuda
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/11/28/nyimak
368-mayoritas-bandara-di-indonesia-sudah-kelebihan-kapasitas
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150615202153-92-
60172/garuda-indonesia-teken-kontrak-pemesanan-60-pesawat-
boeing/
https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/business-
subsidiaries/subsidiaries.page?
http://market.bisnis.com/read/20150512/192/432734/ini-kinerja-7-
anak-usaha-garuda-indonesia-giaa-dalam-3-bulan

Anda mungkin juga menyukai