Anda di halaman 1dari 9

Nama : Komang Inten Tresna Dewi

No. Absen : 34
NIM : 1917041043
Kelas : 1A

Kontrak Bisnis
Surat Perjanjian Kerja
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Putu Rai Kusuma Jaya
Alamat : Jl.Hasanudin, Singaraja
Jabatan : HRD Manager PT. Jaya Giri
Dalam hal ini bertindak untuk :
Nama Perusahaan : PT. Jaya Giri
Alamat : Jl. Imam Bonjol No. 24 Singaraja
Jenis Usaha : Perdagangan Material Bangunan
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
Nama : Made Yogo Puspawan
Tempat, tanggal lahir :Singaraja, 30 Januari 1991
Alamat : Jl. Laksamana Barat No.3 Singaraja
Dalam hal ini yang bersangkutan bertindak untuk dan atas nama diri sendiri dan nantinya
akan disebut PIHAK KEDUA
Kedua belah pihak telah setuju dan sepakat untuk membuat surat perjanjian kerja dimana
dalam surat tersebut terdapat ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
PASAL 1
PIHAK PERTAMA telah menerima PIHAK KEDUA untuk bekerja di PT. Jaya Giri yang
beralamat di Jl. Imam Bonjol No. 24 Singaraja dan PIHAK KEDUA menjabat sebagai Kabag
Humas. PIHAK KEDUA bersedia menjadi karyawan PIHAK PERTAMA yakni sebagai Kabag
Humas.
PASAL 2
Masa percobaan telah ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA yaitu selama 3 bulan terhitung
sejak diterimanya PIHAK KEDUA bekerja di PT. Jaya Giri yakni sejak tanggal 1 Maret 2019.
Upah yang diberikan nantinya akan diberikan secara bulanan dan besarnya upah adalah
sebesar Rp 1.500.000 (Satu Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) dengan waktu kerja sehari
selama 8 jam.

PASAL 3
Kedua belah pihak harus tetap mentaati peraturan yang ada dalam perusahaan ini. Selain itu
PIHAK KEDUA juga harus tetap patuh terhadap tata tertib perusahaan ini.

PASAL 4
Jika muncul perselisihan antara kedua belah pihak maka akan diselesaikan secara
kekeluargaan dengan musyawarah untuk mufakat. Apabila perselisihan tersebut tidak dapat
terselesaikan maka akan diselesaikan secara hukum yang berlaku.
Demikian surat perjanjian ini dibuat tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Setelah
kedua belah pihak membaca dan memahami isi dai surat perjanjian tersebut, maka dengan
sukarela dan tanpa paksaan dari siapapun, kedua belah pihak bersama-sama
menandatangani surat perjanjian ini

Singaraja, 24 Oktober
2019
Pihak Pertama Pihak Kedua
Manager PT. Jaya Giri
(Materai) (materai)
Wayan Yoga Saputra Putu Rai Kusuma
Jaya
KEPAILITAN
PT KERTAS LECES
A. Profil Perusahaan
Deskripsi Umum Perusahaan
Nama : PT Kertas Leces
Pendiri : Pemerintah Indonesia
Tahun Berdiri : 1939
Alamat Perusahaan : Leces, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia
Jenis Perusahaan : BUMN/ Perseroan Terbatas
Produk : Kertas

PT. Kertas Leces merupakan BUMN kertas tertua kedua setelah pabrik kertas
Padalarang yang beroperasi mulai tahun 1940. Pabrik yang berlokasi di Kecamatan
Leces, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini memproduksi kertas tulis cetak dengan
bahan baku kertas bekas dan ampas tebu dengan menggunakan proses soda. Kertas
Leces memiliki beberapa anak perusahaan yang beroperasi diberbagai bidang
percetakan, converting tissue napkin, mini market, SPBU, unit angkutan darat serta
unit pendidikan dari jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan jenjang
pendidikan diploma (Kauler, 2015).

B. Fenomena Terjadinya Kepailitan


Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kancah perekonomian
Indonesia memegang peranan penting sebagai badan usaha maupun agen
pembangunan nasional yang bertujuan mencari profit. Sebagaimana ditegaskan pada
Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
BUMN merupakan salah satu bentuk nyata implementasi Pasal 33 Undang-Undang
Dasar 1945. Pada praktiknya kinerja BUMN dinilai belum memadai sehingga banyak
kendala dalam persaingan bisnis global. BUMN belum mampu menghasilkan laba
yang tinggi bagi perusahaan dan belum sepenuhnya menghasilkan barang dan atau
jasa yang berkualitas tinggi dengan modal terjangkau. Hal ini mengakibatkan BUMN
belum sepenuhnya mampu menjalankan fungsi sebagai pelopor maupun penyeimbang
perusahaan swasta.
Fenomena terjadinya kepailitan pada perusahaan ini diawali dengan kondisi
perekonomian global yang saat ini masih pada fase yang penuh dengan ketidak
pastian. Krisis ekonomi global 2009 lalu membawa dampak pada perekonomian
Indonesia yang ditandai dengan semakin melemahnya pendapatan negara. Hal ini
berdampak pada permintaan barang ekspor domestik yang menurun. Di sisi lain
menurunnya volume keuangan tersebut membawa dampak pada perusahaan besar
terancam bangkrut dan pengangguran dunia semakin meningkat tajam (Kemenkeu,
2015).
Pada kenyataannya perusahaan tidak selalu menunjukkan perkembangan dan
peningkatan profit dalam operasional perusahaan. Setiap perusahaan, baik berskala
besar maupun kecil harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang senantiasa
mengalami perubahan sangat cepat. Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan akan mampu bertahan sedangkan perusahaan yang tidak
mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan mengalami kemunduran.

C. Permasalahan
PT Kertas Leces (Persero) yang pailit akibat permohonan pembatalan
homologasi otomatis berstatus insolvensi. Sesuai prosedur, tim kurator akan
melakukan pemberesan aset-aset perseroan. "Berdasarkan penetapan, debitur sudah
insolven terhitung putusan pailit. Kiranya jangka waktu yg diatur pasal 59 ayat (2) UU
37/2004 tentang Kepailitan dan PKPU berakhir, kurator akan mulai mendata aset,
melakukan penilaian dan kemudian melaksanakan penjualan sebagaimana diatur
pasal 185," kata Kurator Kepailitan Leces Rayi Baskara kepada Kontan). Pasal 59 ayat
(2) menyebut, Kurator bisa menuntut baik kepada debitor maupun kreditor untuk
menyerahkan aset-aset setidaknya dua bulan pascaputusan untuk diperlakukan
sebagaimana pasal 185 yang menyatakan kurator bisa menjual aset-aset tersebut di
muka umum guna melunasi tagihan kreditor. Nah yang jadi kendala adalah soal status
aset. Sebab, jika aset Leces merupakan milik negara, tentu tak bisa sembarang
dibereskan. Perlu izin Kementerian Keuangan, maupun Kementerian Badan Usaha
Milik Negara (BUMN).
Kertas Leces mengalami kerugian dari tahun 2005 hingga tahun 2013.
Perseroan sempat mencatat laba sebesarRp. 9 miliar pada tahun 2012, namun tidak
cukup menutup kerugian pada tahun 2006 sebesar Rp. 145,277 miliar. Direkur Kertas
Leces, Budi Kusmawoto mengatakanbahwa Kertas Leces tidak memiliki hutanindustri
sehingga operasional perusahaan sangat bergantung pada harga bahan baku dari
pasar yang diatur oleh pemain berskala
besar(Pratama, 2014). Di sisi lain kapasitas produksi terus meningkat sedangkan
bahan baku hutan industri terus menipis akibat diraup oleh pesaing kertas lainnya. PT.
Kertas Leces Persero terhitung pada bulan Juni, 2010 telah berhenti beroperasi sejak
Perusahaan Gas Negara (PGN) menghentikan pasokan gasnya karena Kertas Leces
sedang terpuruk hutang sebesar Rp.41 miliar. Hal ini menyebabkan dua ribu karyawan
menganggur tidak digaji (Nurmayanti, 2013).

D. Pembahasan
Dinamika hukum kepailitan terus berkembang seiring dengan perkembangan
kegiatan bisnis di Indonesia. Berbagai permasalahan dalam kepailitan pun selalu
menjadi pembahasan yang menarik mulai dari penetapan status pailit perusahaan atau
badan usaha, pelelangan aset hingga pemenuhan kewajiban perusahaan pada para
pekerja.Selain itu terdapat salah satu masalah dalam eksekusi pailit yang hingga saat
ini masih menjadi pertanyaan bagi banyak orang yaitu mengapa proses kepailitan
pada BUMN tidak pernah sampai pada tahap eksekusi aset.Proses kepailitan di
Indonesia diatur dalam UU No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Selama ini proses kepailitan BUMN mayoritas selalu dibatalkan oleh MA pada
saat Peninjauan Kembali (PK). Namun kasus kepailitan BUMN terakhir kali yaitu
kepailitan PT Kertas Leces (Persero), tidak dibatalkan oleh MA, karena permohonan
PK yang diajukan oleh pihak PT Leces ditolak MA. Hal tersebut merupakan kasus
pertama Kepailitan BUMN yang selesai eksekusi dalam sejarah kepailitan di
Indonesia.Kasus kepailitan salah satu BUMN tersebut bermula dari tahun 2014 yang
dimohonkan oleh PKPU di Pengadilan Niaga Surabaya. Saat itu terdapat beberapa
daftar kreditur PT Leces yaitu di antaranya 4 kreditur separatis, 18 kreditur konkuren, 3
kreditur preferen (pajak, gaji dan pesangon karyawan, dan Kementrian Keuangan).
Kasus tersebut terus berlanjut hingga pada tanggal 25 September 2018,
Pengadilan Niaga Surabaya mengabulkan permohonan pengajuan pembatalan
homologasi oleh 15 karyawan Kertas Leces dengan perkara
No.01/Pdt.Sus.Pembatalan Pembayaran/18/PN.Niaga.Sby. Dengan diputuskannya
perdamaian/homologasi tersebut oleh pengadilan maka PT Kertas Leces resmi
berstatus Pailit.Upaya hukum yang kemudian diambil oleh pihak PT Kertas Leces ialah
PK ke Mahkamah Agung (MA). Langkah tersebut diambil karena sudah tidak
memungkinkan lagi untuk melakukan kasasi ke MA. Akan tetapi tepat pada tanggal 28
Maret 2019 lalu, permohonan PK tersebut ditolak oleh MA.Penyelesaian aset PT
Kertas Leces (Persero) tinggal menunggu eksekusinya.Sebenarnya eksesusi tersebut
telah dapat dilaksanakan saat PT Kertas Leces resmi berstatus pailit pada tanggal 25
September 2018 lalu. Hal tersebut sesuai dengan ketentauan dalam pasal 16 UU
Kepailitan dan PKPU, kurator sudah berwenang melakukan pengurusan aset
sekalipun terhadap putusan itu ada upaya kasasi dan Peninjauan Kembali (PK)
nantinya.
Akan tetapi dengan keluarnya keputusan mengenai permohonan PK tersebut
berarti tidak ada lagi upaya hukum yang dapat dilakukan oleh PT. Kertas Leces.
Dengan demikian, kurator tinggal menunggu pengumuman hasil penjualan barang-
barang inventori Kertas Leces dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) Jember.Kasus kepailitan PT. Kertas Leces yang bisa sampai pada tahap
eksekusi aset merupakan pertama dalam sejarah kepailitan sehingga tidak ada lagi
anggapan bahwa BUMN tidak dapat dipailitkan, terlebih jika alasannya hanya karena
aset BUMN merupakan aset negara.
 
E. Alternatif masalah
PT Kertas Leces (persero) resmi menyandang status pailit, menyusul putusan
Pengadilan Niaga Surabaya yang mengabulkan permohonan pembatalan homologasi
yang diajukan oleh 15 karyawannya. "Mengabulkan permohonan pemohon untuk
seluruhnya; menyatakan termohon (Leces) lalai memenuhi isi perjanjian perdamaian
yang telah sah (homologasi); menyatakan termohon dalam keadaan pailit dengan
segala akibat hukumnya," kata Hakim Ketua Harijanto membacakan amar putusan,
Selasa (25/9) sebagaimana dikutip dari salinan putusan yang didapatkan Kontan.co.id
Meski menyandang status pailit, pemerintah melalui PT Perusahaan Pengelola Aset
(persero) enggan menyerah. Direktur Utama PPA Henry Sihotang menyatakan akan
melaksanakan beberapa upaya mencegah Leces pailit. "Secara hukum, Leces nanti
akan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Dan secara bersamaan, kita akan
melanjutkan negosiasi dengan calon investor," kata Henry saat dihubungi
Kontan.co.id.
Henry menjelaskan, saat ini PPA bersama Kementerian BUMN, dan Leces
tengah menyempurnakan kajian soal restrukturisasi Leces. "Sebetulnya kami sedang
finalisasi kajian karena ada calon investor yang berminat bekerjasama. Semiga kalau
kasasi nanti berhasil, kita akan segera operasionalkan pabrik," paparnya. Sebelumnya,
Plt. Direktur Utama Leces Syarif Hidayat sempat menyatakan kepada
Kontan.co.id bahwa setidaknya ada tiga investor yang menaksir Leces. Dua di
antaranya adalah PT Limeda Internasional, dan PT Sinar Energi Perkasa, satunya lagi
adalah perusahaan asing. Sinar dan Limeda disebut Syarif telah menyiapkan dana Rp
1 triliun untuk membeli Leces. Namun baru Limeda yang memberikan ketersediaan
dana (proof of fund) senilai EUR 800 juta. Namun, ketika dikonfirmasi kembali Syarif
bilang pilihan mulai mengerucut. Meski ia tak mau menyebut siapa investor tersebut.
"Pilihannya mulai mengerucut. Sebenarnya ada dua investor, tapi yang satu lagi belum
memberikan ketersediaan dana, sementara lainnya sudah memberikan ketersediaan
dana senilai Rp300 miliar. Tapai kalau untuk namanya kita belum bisa sebut," kata
Syarif saat dihubungi Kontan.co.id.
Terkait ikhtiar menggaet investor, kuasa hukum penggugat Eko Novriabsyah
Putra dari Kantor Hukum ENP pesimistis. Ia ungkapkan beberapa alasannya. Pertama,
Soal niat mencari investor, sebenarnya telah diungkapkan Leces selama persidangan.
Namun dalam putusannya Majelis Hakim menilai, ikhtiar tersebut tak memberikan
kepastian hukum terkait pembayaran kewajiban Leces kepada kreditur-krediturnya.
"Kedua, mereka ini baru bilang mau mencari investor ketika ada gugatan. Padahal,
homologasi PKPU sudah lama, mengapa tak sejak awal dicari investor," katanya saat
dihubungi Kontan.co.id. Mengingatkan PKPU Leces berakhir homologasi pada 18 Mei
2015. Berdamai, Leces harus merestrukturisasi utang-utangnya senilai total Rp 2,12
triliun dari 431 kreditur. Rinciannya tagihan preferen (prioritas) senilai Rp 747,861
miliar, separatis (dengan jaminan) senilai Rp 1,154 triliun, dan konkuren (tanpa
jaminan) senilai Rp 222,735 miliar. Sementara dari isi rencana perdamaian, nilai
tagihannya Leces sejatinya bisa direstrukturisasi hampir 50% sehingga menyisakan
kewajiban Rp1,11 triliun. Meski akhirnya hal ini juga tak terpenuhi, dan Leces jatuh
pailit. "Ini harus jadi perhatian serius bagi pemerintah, dan Kementerian BUMN, bahwa
Leces pailit oleh karyawannya yang tak dipenuhi gaji dan pesangonnya," lanjut Eko.

F. Kesimpulan dan Saran


PT. Kertas Leces merupakan BUMN kertas tertua kedua setelah pabrik kertas
Padalarang yang beroperasi mulai tahun 1940. Pabrik yang berlokasi di Kecamatan
Leces, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini memproduksi kertas tulis cetak dengan
bahan baku kertas bekas dan ampas tebu dengan menggunakan proses soda.
Fenomena terjadinya kepailitan pada perusahaan ini diawali dengan kondisi
perekonomian global yang saat ini masih pada fase yang penuh dengan ketidak
pastian. Krisis ekonomi global 2009 lalu membawa dampak pada perekonomian
Indonesia yang ditandai dengan semakin melemahnya pendapatan negara. Hal ini
berdampak pada permintaan barang ekspor domestik yang menurun. Di sisi lain
menurunnya volume keuangan tersebut membawa dampak pada perusahaan besar
terancam bangkrut dan pengangguran dunia semakin meningkat tajam (Kemenkeu,
2015). PT Kertas Leces (persero) resmi menyandang status pailit, menyusul putusan
Pengadilan Niaga Surabaya yang mengabulkan permohonan pembatalan homologasi
yang diajukan oleh 15 karyawannya. "Mengabulkan permohonan pemohon untuk
seluruhnya; menyatakan termohon (Leces) lalai memenuhi isi perjanjian perdamaian
yang telah sah (homologasi); menyatakan termohon dalam keadaan pailit dengan
segala akibat hukumnya," kata Hakim Ketua Harijanto membacakan amar putusan,
Selasa (25/9) sebagaimana dikutip dari salinan putusan yang didapatkan Kontan.co.id
Meski menyandang status pailit, pemerintah melalui PT Perusahaan Pengelola Aset
(persero) enggan menyerah. Direktur Utama PPA Henry Sihotang menyatakan akan
melaksanakan beberapa upaya mencegah Leces pailit. "Secara hukum, Leces nanti
akan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Dan secara bersamaan, kita akan
melanjutkan negosiasi dengan calon investor," kata Henry saat dihubungi
Kontan.co.id.
Saran dari kasus kepailitan tersebuat yaitu :
1. Dalam mengabulkan permohonan pailit hakim diharapkan memberikan
keputusan yang sangat adil seadil-adilnya bagi kedua belah pihak baik pihak
debitor dan pihak kreditor. Sebelum dinyatakan pailit alangkah baiknya jika
hakim memberikan kesempatan kepada kedau belah pihak untuk melakukan
perdamaian dalam rangka agar para pihak mendapatkan hak dan memenuhi
kewajibanya sehingga tidak menimbulkan kerugian di satu, sebab hal yang
dicari oleh kedua belah ialah keadilan.
2. Hakim di harapkan mampu mempertimbangkan dampak jika suatu debitor
dinyatakan pailit maka bagaimanakah nasib dari para tenaga kerja yang
bekerja pada debitor tersebut, otomatis jika debitor dinyatakan pailit maka
debitor kehilangan semua hartanya untuk membayar utangnya pada kreditor
dan pemutusan hubungan kerja dengan para tenaga kerjanya, serta dampak
pemasukan negara berbentuk pajak.

Anda mungkin juga menyukai