Anda di halaman 1dari 4

9.

5 Implementasi dalam Menumbuhkan Kesadaran untuk Taat Hukum Tuhan


Cara menumbuhkan kesadaran untuk taat hukum Tuhan (Veda), yaitu melalui beberapa
tahap, sebagai berikut.
1. Pengenalan Norma Hukum Hindu
Tahap ini, mengharapkan masyarakat hindu pada khususnya maupun pada
masyarakat Indonesia pada umumnya, agar dapat mengenal norma hukum Hindu secara
keseluruhan. Hal ini dilakukan, agar tidak terjadi suatu penafsiran yang keliru terhadap
norma hukum Hindu. Seseorang yang telah mengenal norma hukum hindu, belum tentu
dapat menegakkan norma hukum. Pengenalan norma hukum hindu (veda) paling efektif
dilakukan melalui pengajaran dan penyuluhan norma hukum hindu. Upaya untuk
mengenal norma-norma atau aturan-aturan dan kaedah-kaedah hukum hindu, dilakukan
dengan mempelajari kitab suci veda.

2. Menghargai Norma Hukum Hindu


Pada tahap ini, setelah seseorang mengenal dan mengakui keberadaan norma-
norma
Hukum Hindu, selanjutnya perlu ditingkatkan kepada tahap menghargai. Penghargaan
terhadap norma-norma dilakukan agar norma-norma dilakukan agar norma-norma hukum
Hindu tidak hilang (punah). Norma-norma hukum hindu akan tetap terimpan di hati
nurani masyarakat, apalagi norma-norma hukum hindu secara berulang-ulang atau selalu
dipelajari dan selama diingat selama hidup di dunia ini.

3. Menaati Norma Hukum


Norma hukum dikatakan ditaati, apabila norma hukum itu diamalkan atau
diaplikasikan melalui prilakunya. Pengamalan norma-norma hukum Hindu dapat
diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Pengamalan norma-norma
hukum Hindu dapat diwujudkan dalam bentuk prilaku atau sikap tindak yang sesuai
dengan ajaran Kitab Weda.
Pelembagaan noma-norma hukum hindu dapat diwujudkan melalui Bhaktiyoga,
Jnanayoga, rajayog, wibhuktiyoga dan karmayoga.
(1) Pelembagaan Norma Hukum Hindu Melalui Bhaktiyoga,
cara menerapkan norma-norma hukum Hindu dengan mematuhi atau mentaati semua
larangan dan anjuran yang terkandung di dalam norma-norma dimaksud dengan penuh
kerendahan hati (kesujudan) dan sraddha kepada Tuhan.

(2 ). Pelembagaan Norma Hukum Hindu Melalui Jnanayoga,


Pelembagaan norma hukum Hindu ini dilakukan dengan cara menegakan atau
menerapkan norma-norma hukum Hindu melalui proses pembelajaran, penyuluhan dan
menginformasikan norma-norma dimaksud kepada masyarakat. Pengamalan ini dapat
dilakukan oleh setiap umat Hindu dalam bentuk perilaku yang bijak dan bajik.

(3).Pelembagaan Norma Hukum Hindu Melalui Rajayoga,

Pelembagaan norma hukum ini dilakukan dengan cara menegakan atau menerapkan
norma-norma hukum Hindu, melalui penerapan sanksi hukum tapa dan brata. Sanksi
hukum tapa bertujuan untuk melebur dosa-dosa para pelanggar norma-norma hukum
Hindu atas kejahatan yang dilakukan, baik sengaja ataupun tidak sengaja. Eksistensi dari
sanksi hukum tapa sampai saat ini masih terjaga dan sanksi hukum ini masih tetap hidup
atau diterapkan oleh setiap negara di dunia terhadap para pelanggar norma-norma yang
hidup di masyarakat. Tapa janganlah hanya diasumsikan sebagai suatu usaha pemusatan
pikiran pada Ida Sang Hyang Widhi dengan cara duduk mengasingkan diri di Hutan,
tetapi mengenai istilah tapa dapat diidentikkan dengan istilah pemenjaraan, sebab tapa
atau pemenjaraan merupakan sarana dalam upaya pengendalian diri untuk menumbuhkan
kesadaran, sehingga dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan dosa atau melanggar
norma-norma hukum Hindu. Istilah tapa ditegaskan dalam penjelasan Pasal
171 Ekadaco’dhyayah (Buku XI) Veda Smrti, sebagai berikut : “ Istilah tapa harus
diartikan pemenjaraan, karena dalam keadaan seseorang dipenjara sama deritanya sebagai
seorang bertapa” (Pudja,2002: 69l). Sanksi hukum Tapa tidak harus mengasingkan para
pelanggar norma hukum Hindu untuk pergi bertapa di hutan sebagai disebut dalam Pasal
106 Ekadaco’dhyayah Veda Smrti, tetapi sanksi ini dapat dilakukan di Rumah Tahanan
Negara (RUTAN). Pemenjaraan di RUTAN yang dilaksanakan dewasa ini sudah
termasuk dalam kriteria pelaksanaan sanksi hukum tapa dan pengasingan, sebab
pemenjaraan ini juga merupakan sarana untuk mengendalikan diri seseorang sehingga
tumbuh kesadaran bahwa perilaku yang telah dilakukan selama ini adalah keliru.
Pemenjaraan dimaksud merupakan kegiatan pembinaan mental spiritual para pelanggar
norma hukum Hindu, dengan tujuan yang bersangkutan menjadi sadar pada kesalahan
dan kejahatan yang merugikan orang lain.

Sanksi hukum Vrata (brata) atau melakukan puasa secara rinci dapat dilihat pada Veda
Smrti dan Kurma Purana. Seseorang yang sadar pada pelanggaran atau kejahatan yang
pernah dilakukan akan melakukan brata sendiri, sedangkan seseorang yang tidak
menyadari kesalahan atau kejahatannya tertangkap tangan melakukan pelanggaran norma
hukum Hindu, dikendalikan nafsu makannya oleh suatu lembaga (di RUTAN). Ada
beberapa jenis sanksi vrata, yaitu: 1) Santapana Vrata; 2) Mahasantapana Vrata; 3)
Prajapatya Vrata; 4) Atikrcchra Vrata; 5) Paraka Vrata; 6) Taptakrchra Vrata; 7)
Krchratikrchra Vrata; 8) Padakrcha Vrata dan 9) Candrayana Vrata (Bibek, 2002:86)

(4). Pelembagaan Norma Hukum Hindu Melalui Wibhuktiyoga, yaitu

Pelembaganaan norma hukum Hindu ini dilakukan dengan pengamalan atau penerapan
dan penegakkan norma dan sanksi hukum Hindu, secara adil dan bijaksana, kepada setiap
orang yang bersalah. Dalam hubungan ini Hakim sebagai penegak hukum tidak
dibenarkan untuk menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut, hal ini
didasarkan pada Pasal 24 Astamo’dhyayah Veda Smrti sebagai
berikut : Arthānarthāwubhau buddhwā dharmādharmo ca kewalu, warnakramena
sarwāni pacyet kāryāni karyinam. Dengan mengetahui apa yang layak dan yang tidak
layak, kebenaran tentang apa yang dinamakan adil dan tidak adil, hendaklah ia
memeriksa sebab-sebab tuntutan menuirut hukum daripada golongan yang berlaku
(Pudja, 2002: 420).

Maksudnya dalam rangka penetapan hukum terhadap tuntutan perkara yang diajukan,
maka hakim harus mengetahui sebab-sebab yang layak dan tidak layak atau peristiwa-
peristiwa yang relevan dan tidak relevan dengan hukum yang mengatur peristiwa itu.
Dalam hubungan ini hal-hal yang harus dibuktikan adalah kebenaran dari suatu peristiwa,
dalam arti apakah kebenaran yang disampaikan mengandung kebenaran atau kebenaran
itu mengandung ketidak benaran? Suatu pemeriksaan perkara memang diakhiri oleh suatu
putusan pengadilan. Tetapi putusan itu dijatuhkan belum berarti permasalahan selesai.
Putusan yang dijatuhkan harus dapat dilaksanakan, sebab suatu putusan pengadilan tidak
ada artinya apabila tidak dilaksanakan.

Putusan hakim harus mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan suatu putusan
harus benar-benar dilaksanakan demi tegaknya hukum. Pelaksanaan putusan dapat
dilakukan dengan menghukum orang yang patut dihukum, sebab putusan tidak
dilaksanakan akibatnya dapat memusnahkan yang lemah. Sebagai disebutkan dalam pasal
20 Saptamo’dhyayah Veda Smrti berikut ini : Yadi na pranayedrājā dandam dandayeswa
tandritah, śūle matsyaniwa paksyan durbalan balawattarāh (Pudja, 2002: 357).

(5). Pelembagaan Norma Hukum Hindu Melalui Karmayoga,

Pelembagaan norma hukum Hindu ini dilakukan dengan cara penerapan atau penegakan
hukum Hindu berdasarkan tugas dan fungsi (swadharma), masing-masing. Misalnya
swadharma sebagai saksi, janganlah menjatuhkan sanksi hukum. Sebagai pembela
janganlah melakukan penuntutan kepada yang dibelanya. Seseorang penegak hukum
harus melaksanakan tugasnya sesuai swadharmanya.

Anda mungkin juga menyukai