0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang hukum Hindu khususnya sanksi dalam Kantaka Sodhana seperti sanksi hukuman jasmani, denda, prayascitta, dan sanksi hukum vrata. Juga membahas tentang ahli waris menurut hukum Hindu dan bukti-bukti yang dimaksud dalam hukum tersebut seperti diwyah, lekhya, bukthi, dan saksi. Dokumen tersebut menyimpulkan bahwa peradilan hukum agama Hindu
Dokumen tersebut membahas tentang hukum Hindu khususnya sanksi dalam Kantaka Sodhana seperti sanksi hukuman jasmani, denda, prayascitta, dan sanksi hukum vrata. Juga membahas tentang ahli waris menurut hukum Hindu dan bukti-bukti yang dimaksud dalam hukum tersebut seperti diwyah, lekhya, bukthi, dan saksi. Dokumen tersebut menyimpulkan bahwa peradilan hukum agama Hindu
Dokumen tersebut membahas tentang hukum Hindu khususnya sanksi dalam Kantaka Sodhana seperti sanksi hukuman jasmani, denda, prayascitta, dan sanksi hukum vrata. Juga membahas tentang ahli waris menurut hukum Hindu dan bukti-bukti yang dimaksud dalam hukum tersebut seperti diwyah, lekhya, bukthi, dan saksi. Dokumen tersebut menyimpulkan bahwa peradilan hukum agama Hindu
a. Sanksi Hukuman Jasmani Sanksi Hukuman Jasmani ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran atas perbuatan yang dilakukan, yang merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Pada dasarnya sanksi hukuman jasmani adalah bentuk sanksi hukum penyiksaan dan pengasingan dari masyarakat yang melanggar norma-norma hukum Hindu. Maksud dilaksanakan sanksi ini adalah dalam rangka mengekang kebebasan hindu pelanggar normanorma hukum Hindu, dengan tujuan agar yang bersangkuatan apabila dibebaskan nanti, dalam masyarakat dapat mengendalikan diri dan tidak mengulangi perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sanksi hukum di atas dimaksudkan untuk menjauhkan yang bersangkutan dari aktivitas kehidupan di masyarakat sehingga tidak mengganggu keamanan, ketentraman, ketertiban maupun kesejahtraan masyarakat. Selain itu perilaku yang melanggar atau jahat Hukum Hindu Serta Perkembangannya 67 tidak diadopsi oleh anggota masyarakat yang lainnya, sehingga jumlah kriminalitas atau pelanggaran terhadap norma-norma hukum Hindu tidak berkembang. b. Denda Denda adalah salah satu sanksi hukum Hindu. Denda adalah sejumlah uang yang dikenakan kepada seseorang yang melanggar suatu 68 Hukum Hindu Serta Perkembangannya norma-norma atau kaidah-kaidah agama Hindu. Adakalanya seseorang yang melanggar ketentuan dimaksud diatas, disamping denda juga dikenakan tapa atau sanksi hukum kurungan atau dipenjarakan. Sanksi hukum denda pada umumnya terjadi apabila ada salah satu pihak tidak menempati atau melanggar suatu persetujuan atau perjanjian Sanksi hukum denda ini akan diperlakukan oleh kepala negara atau kepala pemerintahan kepada orang-orang yang melanggar perjanjian yang diadakan di daerah kekuasaan hukum golongan itu sanksi hukum denda mengenai pelanggaran terhadap perjanjian diatur dalam pasal 221 yuncto pasal 223 Astamo’dhyayah Veda Smrti. c. Prayascitta atau Pamarisudha Prayascitta adalah suatu upacara keagamaan dalam rangka pembersihan tempat tertentu apabila ditempat itu terjadi suatu perbuatan yang melanggar norma-norma hukum Hindu yang dapat dipandang mengganggu keseimbangan dalam kehidupan masyarakat. Prayascitta adalah merupakan penyucian terhadap semua dosadosa yang telah dilakukan seseorang. Prayascitta dapat dilakukan dengan cara mempelajari Veda, melakukan Mahayadnya menurut Hukum Hindu Serta Perkembangannya 69 kemampuan seseorang dan sabar terhadap semua penderitaan. Hal ini akan cepat menghancurkan semua kesalahan kesalahan, maupun sampai dengan dosa besar. Prayascitta dapat dilaksanakan dengan pengucapan mantra-mantra veda sebagai disebutkan dalam pasal-pasal 249, sampai dengan pasal 260 Ekadaco dhyayah Veda Smrti. Para pelaku kejahatan yang bukan berasal dari masyarakat Hindu dapat dikenakan sanksi ini, dengan cara menggantikan Biaya prayascitta kepada masyarakat ditempat dilakukan perbuatan pidana yang dimaksud. d. Sanksi Hukum Vrata Selain sanksi-sanksi hukum yang disebut di atas di dalam kurma purana disebutkan pula sanksi hukum vrata (brata) sebagai berikut: santapana vrata, mahasantapana vrata, prajapatya vrata, atikrcchra vrata, paraka vrata, taptakrcchra vrata, krcchratikrcchra vrata, padakrcchra vrata, dan candrayana vrata.
2. Sanksi Prayascita atau Pamarisudha
Prayascitta adalah merupakan penyucian terhadap semua dosa-dosa yang telah dilakukan seseorang. Prayascitta dapat dilakukan dengan cara mempelajari Veda, melakukan Mahayadnya menurut Hukum Hindu Serta Perkembangannya 69 kemampuan seseorang dan sabar terhadap semua penderitaan. Hal ini akan cepat menghancurkan semua kesalahan kesalahan, maupun sampai dengan dosa besar. Prayascitta dapat dilaksanakan dengan pengucapan mantra-mantra veda sebagai disebutkan dalam pasal-pasal 249, sampai dengan pasal 260 Ekadaco dhyayah Veda Smrti. Para pelaku kejahatan yang bukan berasal dari masyarakat Hindu dapat dikenakan sanksi ini, dengan cara menggantikan Biaya prayascitta kepada masyarakat ditempat dilakukan perbuatan pidana yang dimaksud. 3. Ahli Waris menurut hukum Hindu dalam pasal 166-171 Navamo Dhyayah Weda Smerti a. Anak aurasa, yaitu anak yang lahir dari perkawinan sah dengan istrinya sendiri, diatur dalam pasal 166 Navamo’dhyayah Veda Smrti b. Anak ksetraja, yaitu anak yang lahir dari bentuk perkawinan levirat, perkawinan yang dilakukan dengan jandanya saudara atupun anak yang lahir dengan mengawini istri orang lain yang menderita impoten, diatur dalam pasal 167 Navamo’dhyayah Veda Smrti. c. Anak datrima atau anak angkat, yaitu anak yang lahir dari perka winan sederajat yang oleh ayahnya atau ibunya memberikan dengan penuh kasih sayang sebagai penyerahan air pada waktuwaktu yang susah sebagai anaknya, diatur dalam pasal 168 Navamo’dhyayah Veda Smrti. Hukum Hindu Serta Perkembangannya 71 d. Anak krtrima atau anak buatan yaitu anak yang lahir dari perkawinan yang tidak sederajat yang diangkat sebagai anak dalam hubungan dengan melakukan hak kewajiban Sraddha dan sakramen kepada orang tua angkatnya, diatur dalam pasal 169 Navamo;dhyayah Veda Smrti. e. Anak gudhotpanna atau anak rahasia, ialah anak yang dilahirkan di rumah seseorang dan ayahnya tidak diketahui, status anak ini adalah anak dari si ibu yang melahirkan sebab anak ini terjadi sebagai akibat seseorang yang dilakukan oleh ibu dari anak yang dimaksud. Mengenai anak ini diatur dalam pasal 170 Navamo’dhyayah Veda Smrti. f. Anak Apawidha atau anak buangan, ialah anak yang lahir dan ditinggalkan oleh orang tuanya atau salah satu dari orang tuanya karena penderitaan dan diterima oleh seseorang sebagai anak. Anak ini diatur dalam pasal 171 Navamo’dhyayah Veda Smrti. 4. Yang dimaksud dengan Diwyah, Lekhya, Bukthi, dan Saksi yaitu : a. Diwyah merupakan bukti sumpah b. Lekhya merupakan bukti autentik atas tertulis c. Bukthi merupakan bukti pemilihan atas materiil d. Saksi merupakan bukti saksi 5. Mengapa Peradilan Hukum Agama Hindu di Indonesia belum dapat terwujud ?. Karena Hukum Hindu merupakan hukum yang dapat dibilng masih sangat tradisional karena masih berdasarkan atau bersumber pada ajaran-ajaran Agama yang kemudian pada bagian-bagian tertentu ada yang diundangkan menjadi undang-undang dan ada pula karena sifatnya dibiarkan sebagaimana halnya dengan kewenangan dan kebebasan Hakim untuk menafsirkannya. Membuat suatu peradilan tentu tidak semudah membuat “pisang goreng” dan tentu pula tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, sesingkat menantikan matahari terbit di esok hari. Banyak hal yang masih perlu dipikirkan lebih kongkrit, cermat, matang, teliti, dan juga penting mempertimbangkan faktor efisiensi, kalau ingin apa yang kita wujudkan itu tidak akan mengalami nasib layu sebelum berkembang.