STATUS PERSONAL
Kelompok 3:
Mufrihul Himam (
Qolyubi Rohman (
FAKULTAS SYARIAH
2023-2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas berkat, rahmat, taufiq, beserta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu seperti yang kita rasakan pada saat
ini.
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang
akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................I
DAFTAR ISI.....................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Kesimpulan............................................................................................11
B. Saran .....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Status Personal (Status Personalia) adalah kelompok kaidah-kaidah HPI
yang berlaku bagi seseorang dan senantiasa mengikuti seseorang tersebut
kemanapun ia pergi atau berada. Luas bidang pengertian dari status personal ini
tidak sama dimana-mana berubah-ubah, khususnya jika diperhatikan konsepsi-
konsepsinya yang berlaku saat terdahulu dan waktu sekarang. Namun demikian
berkenaan dengan inti pengertian dari istilah status personal tersebut mereka
masih dapat bersepakat bahwa yang diartikan dengan status personal adalah
kedudukan hukum dari seseorang yang umumnya ditentukan oleh hukum dari
negaranya dan ia dianggap terikat secara permanen.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan tentang pengertian status personal
2. Jelaskan tentang cara menentukan status personal
3. Jelaskan tentang azas kewarganegaraan dalam status personal
4. Jelaskan tentang azas domisili dalam status personal
5. jelaskan tentang perkawinan yang meliputi:
a. Pernikahan
b. Perceraian
c. Pembagian harta bersama
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui tentang pengertian status personal
2. Untuk mengetahui tentang cara menentukan status personal
3. Untuk mengetahui tentang azas kewarganegaraan dalam status personal
4. Untuk mengetahui tentang azas domisili dalam status personal
1
5. Untuk mengetahui tentang pengertian perkawinan yang meliputi:
a. Pernikahan
b. Perceraian
c. Pembagian harta bersama
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional, Jilid II, Bagian I (Buku 7), Alumni, Bandung,
1981, h. 3.
3
B. CARA MENENTUKAN STATUS PERSONAL
Untuk menentukan status personil seseorang, Negara-negara di dunia
menganut dua prinsip. Pertama, Prinsip kewarganegaraan. Yaitu status personil
orang (baik warga Negara maupun asing) ditentukan oleh hukum nasional
mereka. Kedua, Prinsip domisili. Yaitu status personil seseorang ditentukan oleh
hukum yang berlaku di domisilinya.
Di dalam HPI, status personal ada 2 (dua) asas, yaitu:
1. Asas Kewarganegaraan, status personal seseorang di atur menurut
kewarganegaraannya/ nasionalnya. Asas ini dianut oleh negara-negara
dengan sistem hukum Eropa Kontinental. Berdasarkan asas ini, status
personal seseorang ditetapkan berdasarkan hukum kewarganegaraan (lex
patriae) orang itu. Asas ini juga digunakan dalam pasal 16Algemene
Bepalingen van Wetgeving (AB) yang secara teoritis masih berlaku di
Indonesia.2
2. Asas Teritorialites, Asas domisili (domicile) yang dimaksudkan disini
hendaknya diartikan sesuai dengan konsep yang tumbuh di dalam sistem-
sistem hukum common law, dan yang umumnya diartikan sebagai
permanent home atau “tempat hidup seseorang secara permanen”.status
personal dari seseorang mengikuti hukum di mana ia berdomisili. Asas ini
dianut oleh negaranegara dengan sistem hukum Anglo Saxon.
2
Bayu Seto I, Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, h. 164
4
a. Orang-orang yang tidak mempunyai hubungan apapun dengan suatu
Negara tidak boleh dimasukkan sebagai warga Negara dari Negara yang
bersangkutan;
b. Suatu Negara tidak boleh menentukan siapa-siapa yang merupakan
warganegara suatu Negara lainnya.
5
Inggris. Hukum domisili ini didasarkan pada kediaman permanent (permanent
home) seseorang. Istilah domisili ini harus dibedakan dengan istilah lain yang
menggambarkan hubungan individual terhadap suatu tempat tertentu. Tetapi oleh
karena tidak ada definisi yang mutlak atau absolute, maka istilah-istilah tersebut
digunakan secara bergantian dalam konteks khusus untuk mendapat pemahaman
apa yang dimaksud oleh istilah-istilah tersebut.
Asas domisili (domicile) yang dimaksudkan disini hendaknya diartikan
sesuai dengan konsep yang tumbuh di dalam sistem-sistem hukum common law,
dan yang umumnya diartikan sebagai permanent home atau “tempat hidup
seseorang secara permanen”.
Berdasarkan asas ini status dan kewenangan personal seseorang ditentukan
berdasarkan hukum domicile (hukum tempat kediaman permanen) orang itu.
Konsep domicile pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam 3 (tiga) pengertian,
yaitu :
a. Domicile of Origin, yaitu tempat kediaman permanen seseorang karena
kelahiran orang itu di tempat tertentu56. Bagi anak sah, domicile of origin-
nya adalah negara dimana ayahnya berdomisili pada saat ia (sang anak)
dilahirkan. Sedangkan bagi anak tidak sah, domisili ibunyalah yang
menentukan. Domisili sang ayah tersebut dapat berupa domicile of choice
atau domicile of origin. Dalam hal sang ayah mempunyai domicile of
choice, maka domisili tersebut merupakan domicile of origin sang anak.
Jika sang ayah tidak pernah memperoleh domicile of choice, maka
domicile of origin sang ayahlah yang menentukan.
b. Domicile of Dependence (Domicile by Operation of the Law), yaitu
tempat kediaman permanen seseorang karena kebergantungannya pada
orang lain, misalnya : anak-anak di bawah umur akan mengikuti domicile
orang tuanya, atau istri mengikuti domicile suaminya.
c. Domicile of Choice, yaitu tempat kediaman permanen seseorang yang
dipilih orang itu atas dasar kemauan bebasnya58. Untuk memperoleh
domicile of choice menurut sistem hukum Inggris diharuskan untuk
memenuhi persyaratan, yaitu59 :
6
- Kemampuan (capacity)
- Tempat kediaman (residence)
- Hasrat (intention).4
a. Pernikahan
Asas-asas utama yang berkembang dalam HPI tentang hukum yang harus
digunakan untuk mengatur validitas material suatu perkawinan adalah :
4
Gautama,Sudargo. Hukum Perdata Internasional.Jilid II Bagian 1 (buku7). Alumni. Bandung:
1981
5
Ridwan Khairandy.2007. Pengantar Hukum Perdata Internasional. Yogyakarta:FH-UII Press. h.
134
7
perkawinan yang berlaku di dalam sistem hukum para pihak sebelum
perkawinan dilangsungkan.6
b. Perceraian
8
pria warga negara Amerika Serikat yang berdomisili di Negara Bagian Colorado,
hakim Pengadilan Negeri Surabaya mendasarkan dirinya pada hukum Negara
Bagian Colorado, Amerika Serikat. Penggunaan putusan tersebut didasarkan,
bahwa di dalam perkawinan campuran pada asasnya berlaku hukum berdasarkan
kewarganegaraan suami. Sang suami adalah warga negara Amerika Serikat yang
berdomisili di negara Bagian Colorado. Sehingga, hakim dalam putusannya
didasarkan pada hukum Negara Bagian Colorado tersebut.
Beberapa asas HPI untuk menentukan hukum yang berlaku dalam persoalan
pewarisan, misalnya:7
a) Umumnya diterima asas bahwa dalam hal benda yang menjadi objek
pewarisan merupakan benda tetap, maka proses pewarisan atas benda-
benda semacam itu harus diatur berdasarkan hukum dari tempat benda
terletak/berada, berdasarkan asas lex rei sitae atau lex situs;
b) Bila benda-benda yang menjadi objek pewarisan adalah benda-benda
bergerak, maka proses pewarisan benda-benda itu dapat ditundukkan
pada kaidah-kaidah hukum waris dari tempat si pewaris menjadi warga
negara (lex patriae) atau berkediaman tetap (lex domicilii) pada saat ia
meninggal dunia;
c) Hukum dari tempat pewaris berdomisili atau menjadi warga negara pada
saat pembuatan testamen;
7
Bayu Seto Hardjowahono.2006. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional. Bandung:
Citra Aditya Bakti. h.189-191
9
BAB III
PENUTUP
10
A. KESIMPULAN
Status personal dalam Hukum Perdata Internasional ditentukan oleh dua asas
yaitu asas kewarganegaraan dan asas domisili. Setiap negara menganut salah satu
asas tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya tersebut. Kedua asas
tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, namun itu bukan
menjadi penyebab tidak dianutnya asas tersebut dalam suatu negara.
B. SARAN
Status personal harus sesuai dengan status personal yang dianut oleh negara.
Peran serta negara sangat besar dalam melindungi dan menjaga kesejahteraan
warga negaranya dengan status personal tersebut. Selain itu status personal
membantunegara dalam menyelesaikan permasalah yang terjadi berkaitan dengan
hukum perdata internasional yang terjadi antara individu dengan negara lain.
11
DAFTAR PUSTAKA
Gautama,Sudargo. 1981. Hukum Perdata Internasional, Jilid II, Bagian I (Buku 7).
Alumni, Bandung.
12