Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERADILAN AGAMA SEBAGAI PERADILAN ISLAM DAN PERADILAN


NEGARA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradilan Islam

Yang diampu oleh Ibu Dosen Dr. Hj. Siti Musawwamah, M. Hum.

Disusun oleh kelompok 1 :

Badrut Tammam (21382011075)

Nur Aini (21382012029)

Fatimatus Syahroh (21382012041)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalahyang berjudul Peradilan
Agama sebagai Peradilan Islam dan Peradilan Negaraini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
kuliah Sejarah Peradilan IslamSelain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentangSejarah Peradilan Islambagi pembaca dan penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Siti Musawwamah, M. Hum.
selaku dosen di mata kuliah Sejarah PeradilanIslamyang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunkan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

WassalamualaikumWr. Wb

Pamekasan, 16 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
A. PengertianPeradilan Agama.......................................................................................................2
B. Peradilan Agama Sebagai Peradilan Islam.................................................................................2
C. Peradilan Agama sebagai Peradilan Negara...............................................................................4
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................6
A.Kesimpulan....................................................................................................................................6
B. Saran.............................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................7

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi


rakyat pencari keadilan yang beragama Islam. Mengenai acara perdata tertentu yang
diatur dalam Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
sebagaimana telah diubah pada perubahan pertama berupa Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 dan perubahan kedua berupa Undang Undang Nomor 50 Tahun 2009.
Pengadilan agama ini telah ada sejak sebelum kemerdekaan Negara Republik
Indonesia. Bahkan sudah ada sejak abad 16. Dalam sejarah tanggal 19 Januari 1882
ditetapkan sebagai hari jadinya, yaitu bersamaan dengan di undang-undangkannya
ordonanteStbl. 1882 tentang Peradilan Agama di pulau Jawa dan Madura.2 152.

Dalam perkembangannya Peradilan Agama mengalami pasang surut dengan


beragam kondisi saat itu. Pasca kemerdekaan pada masa orde baru, Peradilan Agama
masih dibawah kekuatan lembaga eksekutif. Sampai pada lahirnya era reformasi
Negara Republik Indonesia Peradilan Agama pun baru mengalami perubahan yang
signifikan menyangkut status, kedudukan, maupun wewenangnya dengan mengikuti
paradigma separation of power. yang pada akhirnya Peradilan Agama dilepaskan dari
lembaga eksekutif dan dibawah naungan Departemen Agama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Peradilan Agama?
2. Bagaimana peradilan Agama sebagai Peradilan Islam?
3. Bagaimana Peradilan Agama sebagai Peradilan Negara ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Peradilan Agama
2. Untuk mengetahui Bagaimana peradilan Agama sebagai Peradilan Islam
3. Untuk mengetahui Bagaimana Peradilan Agama sebagai Peradilan Negara

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PengertianPeradilan Agama
Peradilan adalah tugas atau fungsi menegakkan hukum dan keadilan
yang dibebankan kepada pengadilan. Pengadilan adalah organisasi atau badan
yang menjalankan tugas dan fungsi peradilan tersebut. Peradilan Agama
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat,
hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan lain-lain. Sedangkan peradilan
agama adalah sebutan (literatur) resmi bagi salah satu di antara empat
lingkungan Peradilan negara atau kekuasaan kehakiman yang sah di indonesia.
Tiga lingkungan lainnya adalah peradilan umum, peradilan militer, dan
peradilan tata usaha negara.
Dasar hukum peradilan agama dalam Undang-Undang Dasar 1945
adalah diatur oleh Pasal 24 yang pada ayat (1) menjelaskan bahwa kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Undang – Undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana diubah terakhir kalinya
denganUndang - UndangNomor 50 Tahun 2009, yang dalam Pasal 2
menegaskan bahwa peradilan agama merupakan salah satu pelaksana
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam
mengenai perkara perdata yang diatur dalam undang - undang. Selanjutnya,
dalam Pasal 2 ayat (1) menerangkan bahwa kekuasaan kehakiman di
lingkungan peradilan agama dilaksanakan oleh pengadilan agama dan
pengadilan tinggi agama.1

B. Peradilan Agama Sebagai Peradilan Islam


Kata peradilan Islam bila tanpa dirangkaikan dengan kata-kata
Indonesia makna yang dimaksudkan adalah peradilan Islam menurut konsepsi
Islam secara universal, maka peradilan Islam itu meliputi segala jenis perkara
menurut ajaran Islam secara universal. Di mana-mana negara Islam, atau
negara yang mayoritas Muslim di dunia ini asas peradilannya mempunyai
1
Erfaniah zuhriah, peradilan agama indonesia, (UINMalang,2009), hlm.14-17

2
prinsip-prinsip kesamaan dengan peradilan agama di Indonesia, semua itu
disebabkan karena hukum Islam itu tetap satu dan berlaku atau dapat
diberlakukan di mana pun yakni bukan hanya untuk satu bangsa atau suatu
negara tertentu saja, di mana pun di dunia ini. Untuk menghindari kekeliruan
pemahaman, apabila yang dimaksud adalah “Peradilan Islam di Indonesia”
maka cukup digunakan istilah peradilan agama.2
Peradilan agama di Indonesia merupakan peradilan Islam yang
menjalankan fungsi peradilan bagi masyarakat Muslim di Indonesia.
Sebagaimana dikemukakan oleh Mahmud Saedun Awang Othman, 3peradilan
Islam pada masa awal berdirinya di negara Islam memiliki karakteristik
berikut:
1. Hukum yang diterapkan adalah syariat Islam, karenanya
pengadilan Islam sering disebut sebagai pengadilan syariat,
mahkamah syarih, atau mahkamah syar’iyah;
2. Qadhiatau Hakim diberi kewenangan penuh dan independen
dalam memutus perkara;
3. Peradilan Islam memiliki kewenangan yang komprehensif,
mencakup Semua jenis perkara perdata. Memperhatikan hal
tersebut di atas, makadapat dipahami bahwa umat Islam sangat
menghendaki penyelesaian sengketanya didasarkan pada
ketentuan dalam syariat Islam. Ber-Islam secara kaffah adalah
melaksanakan nilai-nilai ajaran Islam, bahkan untuk
penyelesaian sengketa sekalipun. Inilah ratiolegis mengapa
umat Islam sejatinya sangat menghendak ipenyelenggaraan
proses peradilan menurut ajaran hukum Islam (syariat).

Peradilan agama di Indonesia merupakan bentuk khas peradilan Islam.


Ia sama dalam landasan memutus perkara, yaitu sesuai dengan norma hukum
Islam. Peradilan agama, selain mengacu pada norma-norma hukum Islam, juga
mengacu norma hukum positif yang ada. Artinya bahwa, dalam memutus
perkara, hakim-hakim peradilan agama dapat merujuk sejumlah norma hukum
positif yang relevan dan selaras dengan maqashid al syariat. Inilah salah satu
kekhasan peradilan agama yang menjadikannya, bukan hanya peradilan Islam,
2
H.A. Basiq Djalil, PERADILAN AGAMA DI INDONESIA, (Jakarta, Kencana 2006.0141), Hlm. 7.
3
Sebagaimana dikutip oleh Rifyal Ka’bah dan dikutip kembali oleh Tim Penyusun, ibid.

3
namun sekaligus sebagai lembaga peradilan resmi negara yang diberi
kewenangan tertentu.

C. Peradilan Agama sebagai Peradilan Negara


Keberadaan Peradilan Agama di Indonesia adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila yang dianut oleh bangsa Indonesia terutama sila
pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang menjiwai sila-sila
lainnya.Keberadaan Peradilan Agama yang berdasarkan hukum Islam
merupakan cerminan norma-norma bangsa Indonesia yang mayoritas
beragama Islam. Hukum Islam sudah menjadi hukum yang hidup dalam
masyarakat Indonesia sejak Islam mulai berkembang di nusantara. Adapun
dasar yuridis yang merupakan landasan konstitusional keberadaan Peradilan
Agama di Indonesia adalah UUD 1945. Lahirnya UU Nomor 7 Tahun 1989
merupakan momentum kebangkitan dari keberadaan Peradilan Agama di
Indonesia yang mengakhiri keanekaragaman peraturan perundang-undangan
yang selama ini mengatur Pengadilan Agama dan mencapai puncak
kekokohannya dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 35
Tahun 1999 yang menyatakan bahwa semua lingkungan peradilan, termasuk
Peradilan Agama, pembinaan organisasi, administrasi dan finansialnya
dialihkan dari pemerintah kepada Mahkamah Agung. Dan terakhir kedudukan
dan kewenangan yang dimiliki Peradilan Agama semakin diperkokoh lagi
sehingga benar-benar sudah menjadi peradilan yang mandiri dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang diubah lagi dengan Undang-
Undang Nomor 50 Tahun 2009 yang juga memperluas kewenangan
Pengadilan Agama termasuk kewenangan mengadili sengketa ekonomi
syariah.
Keberadaan dan kedudukan Peradilan Agama di Indonesia sebagai
peradilan negara harus tetap dipertahankan bahkan harus senantiasa
ditingkatkan karena sesuai dengan aspirasi umat Islam sebagai umat yang
mayoritas di Indonesia. Kalau dilihat dari aturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan Peradilan Agama, keberadaan dan kedudukan Peradilan
Agama sudah sangat kuat, sejajar dengan lembaga peradilan lainnya di
Indonesia, maka tinggal lagi usaha keras dari seluruh warga Peradilan Agama

4
di bawah pimpinan Mahkamah Agung lebih spesifiknya di bawah Direktorat
Jenderal Badan Peradilan Agama untuk terus berbenah dengan meningkatkan
mutu sumber daya manusia beserta sarana dan prasarana menuju peradilan
yang modern berkelas dunia. Keberadaan dan kedudukan Peradilan Agama
yang sudah kokoh dalam sistem hukum di Indonesia sekarang ini harus
disertai dengan bukti kepada masyarakat dan warga Negara Indonesia bahwa
Pengadilan Agama sebagai bagian dari sistem hukum Indonesia dapat
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat termasuk kesiapan dalam
menyelesaikan sengketa ekonomi syariah yang sudah menjadi kewenangan
baru Pengadilan Agama.4

4
A.Havizh Martius, Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Indonesia, 64-65

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peradilan adalah tugas atau fungsi menegakkan hukum dan keadilan yang
dibebankan kepada pengadilan. Pengadilan adalah organisasi atau badan yang
menjalankan tugas dan fungsi peradilan tersebut. Peradilan Agama bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq,
shadaqah dan lain-lain.

Peradilan agama di Indonesia merupakan bentuk khas peradilan Islam. Ia


sama dalam landasan memutus perkara, yaitu sesuai dengan norma hukum Islam.
Peradilan agama, selain mengacu pada norma-norma hukum Islam, juga mengacu
norma hukum positif yang ada. Keberadaan dan kedudukan Peradilan Agama di
Indonesia sebagai peradilan negara harus tetap dipertahankan bahkan harus senantiasa
ditingkatkan karena sesuai dengan aspirasi umat Islam sebagai umat yang mayoritas
di Indonesia.

B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, bisa menambah wawasan,
pengetahuan tentang Peradilan Agama sebagai Peradilan Islam dan Peradilan Negara.
Penyusun sangat mengharapkan respon dari para teman-teman mahasiswa ataupun
dosen yang mungkin ingin memberikan saran demi perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca khususnya bagi penyusun sendiri.
Aamin Ya Rabbal alamin.

6
DAFTAR PUSTAKA

A.HavizhMartius, Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Indonesia, 64-65

Erfaniahzuhriah, peradilan agama indonesia, (UINMalang,2009), 14-17

H.A. Basiq Djalil, PERADILAN AGAMA DI INDONESIA, (Jakarta, Kencana 2006.0141), 7

Sebagaimana dikutip oleh Rifyal Ka’bah dan dikutip kembali oleh Tim Penyusun, ibid.

Anda mungkin juga menyukai