MAKALAH
Di Susun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Sejarah Peradilan Islam
Yang di Ampu Oleh Ibu Dr. Hj. Siti Musawwamah, M. Hum
FAKULTAS SYARIAH
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas berkat, rahmat, taufiq, beserta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw, yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang
penuh dengan ilmu seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Kami sangat berharap makalah ini berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di
masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................II
DAFTAR ISI...................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Kesimpulan............................................................................................10
B. Saran .....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
1. Untuk mengetahui Peradilan Agama.
2. Untuk mengetahui analisis problem-problem praksis peradilan
agama.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur dan tugas peradilan agama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Zaini Ahmad Noeh dan Abdul Basit Adnan, Sejarah Singkat Pengadilan Agama Islam di
Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1980), h. 15
2
Jaenal Aripin, Peradilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum Indonesia, (Jakarta: Kencana
predana Media Group, 2008), h.3
3
2. Peradilan Agama
3. Peradilan Militer
4. Peradilan Tata Usaha Negara
5. Peradilan Mahkamah Konstitusi
Peradilan Agama merupakan salah satu literature resmi diantara
Lembaga Peradilan atau Kekuasaan Kehakiman lainnya. Peradilan Agama
adalah salah satu peradilan khusus di Indonesia. Dua peradilan khusus
lainnya adalah Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara.
Dikatakan sebagai peradilan khusus karena Peradilan Agama mengadili
perkara-perkara tertentu. Dalam hal ini wewenang Peradilan Agama hanya
di bidang perdata saja dan tidak bisa menangani perkara di bidang pidana
dan hanya berlaku bagi kalangan penganut Islam.3 Masing-masing pada
setiap peradilan terdiri dari tingkat pertama sampai tingkat banding, semua
tingkatan peradilan tersebut berpuncak pada Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi. Jika hal tersebut dijabarkan maka susunan badan-
badan Peradilan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Peradilan Umum adalah wilayah Pengadilan Negeri
(PN), Pengadilan Tinggi (PT), dan Mahkamah Agung (MA).
2. Lingkungan Peradilan Agama adalah wilayah Pengadilan
Agama (PA), Pengadilan Tinggi Agama (PTA) dan Mahkamah Agung
(MA).
3. Lingkungan Peradilan Militer Tinggi adalah wilayah Mahkamah
Militer (MAHMIL), Mahkamah Militer Tinggi (MAHMILTI), dan
Mahkamah Militer Agung (MAHMILGUNG).
4. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara adalah wilayah
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara (PTTUN), dan Mahkamah Agung (MA).
5. Sedangkan Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili dalam
hal sengketa yang berkaitan dengan konstitusi dan Undang-Undang mulai
tingkat pertama sampai tingkat akhir, dan keputusan bersifat final tidak
ada upaya banding setelahnya.
4
Kemudian setelah lahirnya Undang-Undang No.7 Tahun 1989
yang telah diubah dan ditambah denganUndang-Undang No.3 Tahun
2006, kemudian pada perubahan kedua diubah menjadi Undang-Undang
N0.50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama. Lahirnya Undang-Undang
tersebut membuat beberapa perubahan yang signifikan bagi peradilan
agama dan menjadikan kedudukannya semakin kuat dan betul-betul eksis.
Hal itu ditandai dengan kewenangan yang dapat mengeksekusi
putusannya sendiri. Hal tersebut mengandung arti yang cukup luas, bahwa
Aparatur Pengadilan Agama yang meliputi para Hakim, Panitera dan
Jurusita dituntut untuk bekerja secara sigap dengan profesionalisme yang
tinggi dalam menjalankan tugas-tugas dan wewenang agar tercipta sebuah
lembaga peradilan yang bersih, jujur dan adil dalam memberikan sebuah
putusan.
5
Pengadilan. Agama Serang seringkali tidak hadir pada saat persidangan.
Padahal dari pihak Pengadilan Agama Serang sendiri sudah mengutus
jurusita untuk menyampaikan surat panggilan kepada yang bersangkutan.
Padahal dari apa yang mereka perbuat dapat menimbulkan akibat dan
konsekuensi hukum. Hal- hal langka yang menbuat Majelis Hakim
terjebak adalah saat memeriksa perkara yang ada intervensi.
Lalu bagaimana sikap Majelis Hakim yang mengalami perkaranya
terdapat intervensi ?
a. Apa bila dalam proses pemeriksaan perkara ada orang yang
mengajukan intervensi harus memenuhi prosedur sesuai hokum
acara
b. ada dua cara masuknya Intervenient ( orang yang akan
melakukan campurtangan)
c. apa bila diajukan melalui surat secara umum yang dikirim ke
Pengadilan, surat tsb harus didisposisi oleh Ketua Pengadilan
untuk diteruskan kepada Majelis yang menangani perkara
dimaksud.
d. Apa bila salah satu pihak ada yang menyampaikan secara
langsung dipersidangan agar diijinkan seseorang mealkukan
intervensi disertai dengan dalil-dalil intervensi.
e. Langkah Majelis Hakim, setelah menerima dokumen intervensi
segera mempelajari dokumen dimaksud dan segera
memberitahukan kepada para pihak akan adanya orang yang
ingin masuk sebagai pihak dalam perkara yang sekarang
sedang diperiksa, lalu Majelis Hakim menunda sidang untuk
menyusun putusan sela apakah keinginan Intervenient tersebut
diijinkan atau tidak, bila diijinkan sekaligus akan menyebutkan
kedudukan para pihak yang semula sebagai Penggugat dan
Tergugat menjadi Terlawan I dan Terlawan II.
f. Intervenient yang sudah menjadi pihak dalam perkara memiliki
hak dan kewajiban yang sama di persidangan, yaitu hak
6
dipanggil, menyampaikan argumentasi hokum, jawaban dan
tuntutan serta pembuktian.
g. Apabila Intervenient terlmbat masuk menjadi pihak karena
perkara lama sudah jawab menjawab, agenda persidangan
jawab menjawab tsb yang telah ditentukan diberhentikan
sementara untuk memberi kesempatan kepada Pelawan untuk
mengajukan tanggapan atas gugatan Penggugat atau jawaban
Tergugat.
7
dukungan jurusita, begitu juga sebaliknya jurusita juga tidak mungkin
bertugas tanpa perintah dari hakim.
Menurut M. Yahya Harahap, ada lima tugas dan kewenangan yang
terdapat di lingkungan Peradilan Agama, di antaranya adalah:3
1. Fungsi kewenangan mengadili
2. Memberi keterangan, pertimbangan
3. Kewenangan lain berdasarkan undang-undang
Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,
dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam dibidang:
a. Perkawinan.
b. Waris.
c. Wasiat.
d. Hibah.
e. Wakaf.
f. Zakat.
g. Infaq.
h. Shadaqah.
i. Ekonomi Syariah.4
3
M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Perdata Agama, (Jakarta: Pustaka
Kartini, 1993), hlm. 135
4
Republik Indonesia, “Undang-Undang R.I. Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama,”
dalam Undang-Undang Peradilan Agama (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2012), hlm. 21
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Peradilan Agama adalah salah satu lembaga pelaksanaan kekuasaan
kehakiman yang harus menempatkan dirinya sebagai lembaga peradilan
yang sesungguhnya (court of law) yang disegani dan dihormati serta
memiliki otoritas dan kewenangan yang tinggi.
Pembaharuan sebuah hukum kebanyakan lahir dan diciptakan oleh
sebuah praktik peradilan. Oleh karena itu pemahaman dan penguasa di
bidang teknis sebuah peradilan sangatlah penting dan harus dikuasai oleh
para pejabat peradilan, termasuk jurusita, dan bagi para pejabat peradilan
penguasa hukum acara dan bidang teknis peradilan merupakan pegangan
pokok atau aturan permainan sehari-hari untuk memeriksa, mengadili serta
menyelesaikan suatu perkara.
Salah satu unsur yang harus dilakukan dalam menjalankan hukum
acara adalah pemanggilan para pihak yang berperkara untuk menghadap di
persidangan pada hari, tanggal dan jam yang telah ditentukan oleh Ketua
Majelis Hakim yang menangani perkara tersebut. gadilan Agama bertugas
dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang:
Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, Shadaqah,
dan Ekonomi Syariah.
B. Saran.
Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Kami menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT. Oleh karena itu, Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Kami sangat berharap
kepada Dosen Pengampu dan teman-teman untuk bersedia mengoreksi
9
makalah ini agar menjadi makalah yang lebih baik lagi di waktu yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Noeh, Zaini Ahmad dan Abdul Basit Adnan. Sejarah Singkat Pengadilan Agama
Islam di Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu, 1980.
10