FAKULTAS SYARIAH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah guna memenuhi tugas mata
kuliah Metodelogi Penelitian yang berjudul “Ilmu, Pengetahuan dan Penelitian” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih kepada Bapak Miftahudin Azmi selaku dosen pengampu mata kuliah
Peradilan Agama yang telah memberikan tugas ini serta telah membimbing dan mendidik
kami dengan baik.
Sholawat serta salam kami haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW semoga
kelak kita mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami nantikan. Harapan kami semoga makalah ini bisa bermanfaat dikemudian hari
bagi para pembaca dan mendapat ridho Allah SWT, Aamiin.
Kelompok 1
Daftar isi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradilan merupakan salah satu pilar yang fundamental, sebab diatas peradilan
inilah system pemerintahan di sandarekan sebagai bkala agian dalam rangka
mengimplementasikan hokum islam ke dalam setiap aspek kehidupan termasuk juga
dalam hal politik. Lembaga peradilan ini menegakkan keadilan dengan menghukum
siapapun yang paptut dihukum dalam suatu masyarakat dan untuk memastikan ajaran
islam ini dapat ditaati secara terus menerus. Maka, dari hal inilah peradilan islam
termasuk dalam ajaran islam. Manusia memiliki keterbatasan ilmu, sehingga kadang
kala berbuat kesalahan atau kekeliruan, dan penuh dengan prasangka.
Dasarnya, masing-masing orang bertanggung jawab atas kejahatan yang
terjadi di sekitarnya sebagaimana tertera dalam surat At-Tahrim Ayat 6 dengan
redaksi “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah SWT terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Hal ini menandakan bahwa setiap perselisihan dan kejaahatan adalah tanggung
jawab masing-masing untuk menjaaga stabilitas kehidupaan manusia. Namun, ini
menjadi sulit di tangani apabila dilakukan oleh setiap individu maka diperlukan
sebuah lembaga peradilanuntuk menjalankannya dengan legislasi dan jurisdiksi dari
Allah SWT dan Rasulullah SAW. Maka, dalam makalah ini, kami akan menguraikan
tentang Peradilan Dalam Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Peradilan Dan Pengadilan ?
2. Bagaimana Peradilan Pada Masa Pra Islam ?
3. Apa Unsur Peradilan Islam?1
4. Apa Dasar Hukum Peradilan Dalam Islam ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Dari Peradilan Dan Pengadilan.
2. Mengetahui Bagaimana Peradilan Pada Masa Pra Islam .
3. Mengetahui Unsur Peradilan Islam.
4. Mengetahui Dasar Hukum Peradilan Dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Yahya Harapan, Hukum Acara Perdata, ( Jakarta:Sinar Grafika,2009 ), 45
2
Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
3
Hukum,” Perbedaan Peradilan dengan Pengadilan,” Badan Riset Dan Inovasi Nasional, 04 November 2015,
diakses 14 Februari 2022,
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CUpZWwlFwn8J:https://jdih.lipi.go.id/%3Fpage%3
Dpengetahuan_praktis%26id%3D138+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id
Ketuhanan Yang Maha Esa” dan peradilan negara menerapkan dan menegakan
hukum berlandaskan Pancasila.4
Pengadilan dan peradilan merupakan hal yang berbeda, karena pengadilan
merupakan suatu badan atau instansi yang melaksanakan sistem peradilan berupa
memeriksa, mengadili dan memutus perkara guna menegakkan hukum dan keadilan
di Indonesia. Sementara itu, peradilan dapat dikatakan sebuah proses yang
berhubungan dengan tugas negara untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini
berarti pengadilan merupakan badan atau instansi yang menjalankan proses yang
dimaksud. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa peradilan dan pengadilan memiliki
keterkaitan satu sama lain.
ََت فِ ْي ِه َغنَ ُم ْالقَ ْو ِِۚم َو ُكنَّا ِل ُح ْك ِم ِه ْم ٰش ِه ِديْن ِ سلَيْمٰ نَ اِذْ يَحْ ُكمٰ ِن فِى ْال َح ْر
ْ ث اِذْ نَفَش ُ َودَ ٗاودَ َو
78. Dan (ingatlah kisah) Dawud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan
keputusan mengenai ladang, karena (ladang itu) dirusak oleh kambing-kambing milik
kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu.6
َطي َۗ َْر َو ُكنَّا ٰف ِع ِليْن َ س َليْمٰ ِۚنَ َو ُك اًّل ٰاتَ ْينَا ُح ْك ًما َّو ِع ْل ًم ۖا َّو
َ ُس َّخ ْرنَا َم َع دَ ٗاودَ ْال ِج َبا َل ي
َّ س ِبحْ نَ َوال ُ فَفَ َّه ْم ٰن َها
79. Dan Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang
lebih tepat) dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan Kami
4
Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomer 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
5
Samir Aliyah, Sistem Pemerintahan, Peradilan dan Adat dalam Islam, (Jakarta:Khalifah,2004),289-291
6
Tim Penerjemah, Al-Qur’an, Terjemahan Dan Tafsir Untuk Wanita, (Bandung: Penerbit Jabal), 328.
tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. Dan
Kamilah yang melakukannya. 7
Begitu juga peradilan yang terjadi pada bangsa Romawi, Persia, dan Mesir
kuno. Bangsa ini telah memiliki Lembaga peradilan yang terorganisir dengan adanya
undang-undang dan peraturan yang dilaksanakan. Bagi bangsa Israel dan bangsa Arab
8
sebelum islam, alat bukti merupakan saksi ini menujukan bahwa peradilan pada
masa ini telah ada walaupun masih sederhana.
Dalam bidang hukum bangsa Arab pra Islam menjadikan adat sebagai hukum
seperti contohnya dalam perkawinan: Istibdha, poliandri, maqthu', badal dan shighar.9
meskipun Sebagian kecil masih ada yang mempertahankan aqidah Nabi Ibrahim,
dalam bidang muamalah dibolehkanya transaksi mubadalah ( barter ), jual beli, kerja
sama pertanian ( muzaro’ah ) dan riba.10 masyarakat Arab zaman jahiliyah pra Islam
dapat dikatakan belum memiliki bentuk maupun system peradilan yang menyusun dan
membuat undang-undang atau hukum tertentu dalam menyelesaikan
permasalahan(sulthah tasri’iyah) karena pada masa itu tidak adanya kesatuan bangsa,
secara nyata, namun mereka memiliki qodhi untuk menyelesaikan masalah diantara
mereka dengan adat istiadat masing-masih suku. Meskipun Hukum balas dendam (al‐
akhdzu bi al‐tsa'ri) menjadi jalan keluar dari kasus pidana yang mengakibatkan
semakin runcingya dan berkepanjanganya suatu kasus sehingga terjadinya perang
saudara diantara mereka 11
Dalam peradilan jahiliyah setiap suku memiliki qdha yang berarti hukamah
(badan peradilan) dan qadhi berarti hakam, kecuali bagi suku Quraish. Dalam
menyelenggarakan peradilan tempat dilakukan dimana saja pepohonan, kemah, pasar,
rumah sampai akhirnya mereka membangun bangunan khusus umtuk pengadilan13
diantaranya yang mashur Darun Nadwah yang dibangun oleh Qushay bin Ka’ab.
berarti kuat, menahan sesuatu, sedangkan menurut istilah adalah bagian tertentu yang
harus ada dalam suatu kegiatan, tanpa adnya bagian tertentu (rukun) maka tidaklah
sah suatu kegitan tersebut.dapat disimpulkan bahwa Rukun Qadha’ (Unsur Peradilan
Islam ) sesuatu yang menunjukan eksistensi atau terlaksananya peradilan baik berupa
a. Laki-laki merdeka
Menurut madzhab maliki dan syafi’i anak kecil dan wanita tidak sah menjadi hakim
a. Berakal
12
Suparman Jassin, Sejarah Peradilan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 4
13
Hasbi Ash-Shiddieqy, Peradilan dan Adat Dalam Islam, (Jakarta: Khalifa,2004), 295
14
Basiq Djalil, Peradilan Aga,a Di Indonesdia, (Jakarta: Kharisma Putra Utama,2010), 5
Mampu mengolah penjelasan dan menggapi sesuati yang kompleks
b. Islam
Menjadi syarat kesaksian orang islam, adapun Hakim non muslim tidak boleh
2. Hukum
demikian”
b. Qadla’ tarki: penetapan berupa penolakan, dalam artian ucapan hakim kepada
pengunggat “kamu tidak berhak menuntut dari tergugat, karna tidak mampu
memberikan bukti”
3. Mahkum Bihi
Dalam qadha ilzam dan istiqaq diharuskan bagi tergugat untuk memenuhinya,
sedangkan qadha tarki menolak gugatan. Dapat disimpulkan bahwa mahkum bihi adalah
suatu hak.
Secara harfiah ialah orang yang dijatuhkan hukuman atasnya. Mahkum alaih dalam
syara adalah orang yang di minta untuk memenuhi suatu tuntutan yang dihadapkan
5. Mahkum Lahu
Orang yang mengugat suatu hak, baik hak yang murni baginya atau terdapat dua hak
15
Basiq Djalil, Peradilan Islam, (Jakarta: AMZAH,2012), 23
Memutuskan perkara hanya dalam suatu kejadian yang di perkarakan oleh seseoramg
16
Hendra Gunawaan, “Sistem Peradilan Islam,” El-Qanuny 5 (2019): 94.
17
Hendra Gunawaan, “Sistem Peradilan Islam,” El-Qanuny 5 (2019): 94
18
Tim Penerjemah, Al-Qur’an, Terjemahan Dan Tafsir Untuk Wanita, (Bandung: Penerbit Jabal),454.
Artinya: Mereka sangat suka mendengar berita bohong, banyak
memakan (makanan) yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang
kepadamu (Muhammad untuk meminta putusan), maka berilah putusan
di antara mereka atau berpalinglah dari mereka, dan jika engkau
berpaling dari mereka maka mereka tidak akan membahayakanmu
sedikit pun. Tetapi jika engkau memutuskan (perkara mereka), maka
putuskanlah dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang adil.19
19
Tim Penerjemah, Al-Qur’an, Terjemahan Dan Tafsir Untuk Wanita, (Bandung: Penerbit Jabal), 115
20
Hendra Gunawaan, “Sistem Peradilan Islam,” El-Qanuny 5 (2019): 95.
karena seorang anak akan dihubungkan dengan seseorang yang pada tempat
tidurnya ia dilahirkan, dan hukum rajam itu adalah untuk pezina.”.21
21
Hendra Gunawaan, “Sistem Peradilan Islam,” El-Qanuny 5 (2019): 95-96.
menjadi serpihan api neraka dalam perutnya dan dia akan datang
dengan menundukkan lehernya dihari pembalasan. Kedua orang itu
menangis dan salah satu dari mereka berkata, aku berikan bagianku
pada saudaraku. Rasulullah SAW bersabda: “Pergilah kalian
bersama-sama dan bagilah warisan itu diantara kalian dan dapatkan
hak kalian berdua serta masing-masing dari kalian saling
mengatakan, “Semoga Allah SWT mengampunimu dan
mengikhlaskan apa yang dia ambil agar kalian berdua mengdapat
pahala”.
d. Baihaqi, Darqutni dan Thabrani berkata: Rasulullah SAW
bersabda: “Barangsiapa yang diuji Allah SWT dengan
membiarkannya menjadi seorang hakim, maka janganlah dia
membiarkan satu pihak yang berselisih itu duduk didekatnya tanpa
membawa pihak lainnya untuk duduk didekatnya. Dan dia harus
takut pada Allah SWT atas persidangannya, pandangannya
terhadap keduannya dan keputusannya pada keduanya. Dia harus
berhati-hati agar tidak merendahkan yang satu seolah-olah yang
lain lebih tinggi, dia harus berhati-hati untuk tidak menghardik
yang satu dan tidak kepada yang lain dan diapun harus berhati-hati
terhadap keduanya.”
e. Muslim, Abu Daud dan an-Nasa‟i berkata: Ibnu Abbas berkata,
“Rasulullah SAW mengadili manusia dengan sumpah dan para
saksi.”
f. Muslim mengabarkan Abu Hurairah berkata: “Rasulullah SAW
sedang melewati pasar dan beliau melihat seseorang sedang
menjual makanan. Dia meletakkan tangannya di atas sepiring
kurma dan ditemukan kurma-kurmanya basah dibagian bawahnya.
Beliau bertanya, apa ini” Dia menjawab, hujan dari surga Ya
Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda, “Kamu harus
meletakkannya diatas, barangsiapa mencuri timbangan bukan dari
golongan kami”. 22
Semua hadist diatas menyatakan kebenaran pengadilan dan
menjelaskan dari berbagai sudut pandang, dasar-dasar sistem
peradilan Islam antara lain; mulai motivasi menjadi hakim
dikarenakan pahala terhadap hakim yang cukup fantastis namun
22
Hendra Gunawaan, “Sistem Peradilan Islam,” El-Qanuny 5 (2019): 96-98.
peluang melakukan dosa pun cukup besar membuat banyak orang
takut menjadi hakim.
BAB III
KESIMPULAN
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CUpZWwlFwn8J:https://jdih.lipi.g
o.id/%3Fpage%3Dpengetahuan_praktis%26id%3D138+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id
Rosdakarya, 2000
Penerbit Jabal.