Anda di halaman 1dari 16

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Makalah Praktek Peradilan H. Hasan Basri, S.Ag.,S.H.,M.H

KEKUASAAN KEHAKIMAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

Alami Citra Nurzia (12020723365)


Alfiani (12020723317)
Alfonda Maikel (12020715889)
Ananta Resty (12020723131)
Annisya Nur (12020723221)

PIH-F/SEMESTER 6

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan

karunia-Nya yang tiada terkira. Semoga kita insan yang dhoif ini bisa selalu

istiqomah terhadap apa yang telah digariskan-Nya. Semoga kita selalu dalam ridha-

Nya. Shalawat beriring salam setulus hati kepada baginda Nabi Muhammad dan ahlul

baitnya (Shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam), sang reformis agung peradaban dunia

yang menjadi inspiring leader dan inspiring human bagi umat di seluruh belahan

dunia. Semoga syafa’atnya kelak menaungi kita di hari perhitungan kelak. Penulis

dapat sampai pada tahap ini dan dapat menyelesaikan Makalah dengan judul

“KEKUASAAN KEHAKIMAN”. Penulis menyadari Makalah ini masih belum

sempurna karena keterbatasan penulis, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca

sangat penulis harapkan demi makalah yang lebih baik dan dapat bermanfaat bagi

seluruh pembaca. 

Pekanbaru, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Pengertian Kekuasaan Kehakiman.................................................................3


B. Badan-Badan Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman................................4
1. Mahkamah Agung (MA).................................................................................4
2. Mahkamah Konstitusi (MK)...........................................................................5
3. Komisi Yudisial (KY).....................................................................................6
C. Lingkungan Peradilan.....................................................................................7
1. Peradilan Umum.............................................................................................7
2. Peradilan Agama.............................................................................................8
3. Peradilan Militer.............................................................................................9
4. Peradilan Tata Usaha Negara..........................................................................9
BAB III PENUTUP...................................................................................................10

A. Kesimpulan...................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia,
begitulah bunyi yang disebutkan dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Kekuasaan
kehakiman menurut Pasal 24 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan kekuasaan yang merdeka yang
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama,
lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Prinsip kekuasaan kehakiman yang
merdeka menghendaki agar hakim terbebas dari campur tangan, tekanan atau
paksaan, baik langsung maupun tidak langsung dari kekuasaan lembaga lain,
teman sejawat, atasan, serta pihak-pihak lain di luar peradilan. Sehingga
hakim dalam memutus perkara hanya demi keadilan berdasarkan hukum dan
hati nurani.
Kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka tidak terdapat
penjelasan lebih lanjut, hanya saja dalam Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman memutuskan suatu
perkara hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, sejalan dengan konsep
Negara Hukum, peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman harus
memegang teguh asas Rule of Law, untuk menegakkan Rule of Law para
hakim dan mahkamah pengadilan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut yaitu: (a) Supremasi Hukum, (b) Equality Before the Law, dan (c)
Human Rights.

1
2

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait pembahasan makalah ini antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan kehakiman?
2. Apa aja azas kekuaaan kehakiman?
3. Apa saja badan-badan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman?
4. Apa saja lembaga peradilan yang ada di Indonesia?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian kekuasaan kehakiman.
2. Untuk mengetahui azas kekuaaan kehakiman.
3. Untuk mengetahui badan-badan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman.
4. Untuk mengetahui lembaga peradilan yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kekuasaan Kehakiman
Defenisi yang disebutkan dalam Undang – Undang yang dimaksud
kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan pancasila dan UUD NRI 1945.1 Pengertian kekuasaan Negara
yang merdeka, dimaksudkan bahwa kekuasaan kehakiman di samping
kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan perundang-undangan mempunyai
kekuasaan yang bebas. Dengan kata lain bebas dari intervensi kekuasaan
lainnya. Bebas yang dimaksud dalam pengertian di atas bukan berarti bahwa
kekuasaan kehakiman dapat dilaksanakan dengan sebebas-bebasnya tanpa
rambu-rambu pengawasan, oleh karena itu dalam aspek beracara dalam
pengadilan dikenal adanya asas umum untuk berperkara yang baik (general
principles of proper justice), dan peraturan-peraturan yang bersifat prosedural
atau hukum acara yang membuka kemungkinan diajukannya upaya hukum.2
Dalam penjelasan Pasal 24 dan 25 UUD 1945 dinyatakan bahwa
Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya terlepas dari
pengaruh kekuasaan Pemerintah. Berhubung dengan itu, harus diadakan
jaminan dalam undang-undang tentang kedudukan para hakim. Walaupun
tidak secara tegas (eksplisit) kekuasaan kehakiman yang merdeka/bebas
dicantumkan dalam uraian Pasal 24 dan 25, secara tegas dijelaskan dalam
Penjelasan Pasal 24 dan 25 UUD 1945. Hal itu tidaklah mengurangi prinsip
yang dianut mengenai kekuasaan kehakiman yang bebas/merdeka dari
pengaruh lembaga/badan ex-tra judicial.3
Jadi dalam pelaksanaannya, penegakan prinsip kebebasan dalam
kekuasaan kehakiman tetap harus dalam koridor yang benar yaitu sesuai

1
Ketentuan UU No. 48 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (1) tentang Kekuasaan Kehakiman
2
Imam Anshori Saleh, Konsep Pengawasan Kehakiman, (Malang: Setara Press, 2014), Hal. 131
3
Zainal Arifin Hoesein, Kekuasaan Kehakiman di Indonesia: Kedudukan, Fungsi dan
Pelaksanaan Kekuasaan Kehakiman dalam Perspekti Konstitusi, (Yogyakarta:Imperium, 2013),
Hal 71

3
4

dengan pancasila, UUD NRI 1945 serta hukum yang berlaku. Kemerdekaan,
kebebasan atau kemandirian kekuasaan kehakiman merupakan syarat mutlak
dan sangat fundamental bagi Negara yang berlandaskan pada sistem negara
hukum dan negara demokrasi. Apabila kekuasaan kehakiman dalam suatu
Negara telah berada di bawah Negara tersebut tidak menjunjung tinggi
prinsip-prinsip Negara hukum dan demokrasi.

B. Badan-Badan Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman


Sesuai dengan isi dari UUD 1945 maka kekuasaan kehakiman di
Indonesia berada di tangan Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah
Konsititusi (MK) serta terdapat Komisi Yudisial (KY) sebagai penegak kode
etik hakim.
1. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah agung merupakan salah satu pelaksana kekuasaan
kehakiman di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Republik Undonesia Tahun 1945 Pasal 24 Ayat (2) dan Pasal 24A ayat (1) dan
UU No.48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman serta UU No.14 Tahun
1989 tentang Mahkamah Agung dan UU No.3 Tahun 2009 tentang perubahan
kedua atas UU No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
Kewenangan Mahkamah Agung Adalah :
a. Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus
- Permohonan Kasasi;
- Sengketa tentang kewenangan mengadili;
- Permohonan peninjauan kembali
b. Menguji peraturan perundang-undangan yang dibawah undang-undang
terhadap undang-undang
c. Kewenangan lainya yang diberikan oleh undang-undang
Kewenangan MA yang dikemukakan di atas dapat disebut kewenangan
bersifat yustisial. Selain yustisial, MA mempunyai kewenangan lain yang
dapat disebut kewenangan non-yustisial. Kewenangan ini diatur dalam Pasal
11 ayat (4) UU Nomor 4 Tahun 2004 yang menyebutkan "Mahkamah Agung
5

melakukan pengawasan atas perbuatan pengadilan dalam lingkungan peradilan


yang berada di bawahnya berdasarkan undang-undang." Kewenangan non-
yustisial MA juga diatur dalam Pasal 27 UU Nomor 4 Tahun 2004 yang
menyebutkan bahwa "Mahkamah Agung dapat membcri keterangan,
pertimbangan dan nasihat masalah hukum kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan apabila diminta."4
Terdapat pengecualian dalam pengajuan permohonan kasasi, ada
perkara-perkara tertentu yang tidak dapat diajukan permohonan kasasi,
perkara tersebut ialah:
a. Putusan peradilan
b. Perkara pidana yang diancam dengan pidana paling lama 1 tahun/pidana
denda
c. Perkara tata usaha negara yang obyek gugatanya berupa keputusan pejabat
daerah yang jangka keputusanya berlaku diwilayah daerah yang
bersangkutan
Mahkamah agung berwenang juga :
a. Mahkamah agung memutus pada tingkat pertama dan terakhir semua
sengketa tentang kewenangan mengadili
b. Mahkamah agung berwenang memutus dalam tingkat pertama dan terakir,
semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatan
oleh kapal perang republik indonesia berdasar peraturan yang berlaku5

2. Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara baru sebagai
pelaksanaan kekuasaan kehakiman di indonesia. Wacana pembentukan
mahkamah konstitusi sebenarnya telah ada saat pembahasan Undang-undang
dasar di badan penyelidikan Usaha-usaha persiapak kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Prof Moh. Yamin sebagai salah satu anggota BPUPKI telah

4
Hotma P. Sibuea, Kekuasaan Kehakiman Indonesia, (Jakarta:Krakatauw Book,2006), Hal 171
5
Sudirman, Hukum Acara Peradilan Agama, (Sulawesi:IAIN Parepare Nusantara Press, 2021),
Hal 2-4
6

mengemukakan pendapat bahwa Mahkamah Agung perlu diberi wewenang


untuk membandingkan Undang-Undang.
Mahkamah konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim.
Hakim konstitusi diajukan masing-masing 3 orang oleh Mahkamah agung, 3
orang oleh Dewan perwakilan rakyat, dan 3 orang oleh presiden yang akan
ditetapkan dengan keputusan presiden dengan masa jabatan 3 tahun.
Putusan mahkamah konstitusi bersifat final, yaitu putusan mahkamah
konstitusi langsung memperoleh kekuatan hukumtetap, sejak diucapkan dan
tidak ada upaya hukum yg akan ditempuhsifat final dalam putusan MK dalam
undang-undang ini mencakup pula kekuatan hukum mengikat. (final and
banding).6

3. Komisi Yudisial (KY)


Seiring dengan tuntutan reformasi peradilan, pada Sidang Tahunan
MPR tahun 2001 yang membahas amandemen ketiga Undang-Undang Dasar
1945, disepakati beberapa amandemen dan penambahan pasal yang berkenaan
dengan kekuasaan kehakiman, termasuk munculnya Komisi Yudisial yang
berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Latar belakang pembentukan pembentukan Komisi Yudisial
merupakan bagian penting dari komitmen bangsa untuk dilakukannya
reformasi multi dimensional dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya
dan hukum, serta, keprihatinan yang mendalam atas praktek peradilan yang
tidak mencerminkan moralitas keadilan. Agenda besar reformasi yang bergulir
di tahun 1999, bertujuan untuk membangun Indonesia yang lebih kuat adil dan
sejahtera. Tugas dan wewenang Komisi Yudisial di beberapa negara pada
intinya yaitu mengusulkan atau merekomendasikan calon Hakim Agung dan
melakukan pengawasan terhadap para hakim.
Eksistensi Komisi Yudisial dalam mewujudkan kekuasaan kehakiman
meliputi pengusulan dan pengangkatan Hakim Agung, dan menegakkan
6
Ibid, Hal 8-9
7

kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim. Peranan


pengusulan dan pengangkatan Hakim Agung meliputi pendaftaran,
penyeleksian, penetapan dan pengajuan calon Hakim Agung ke Dewan
Perwakilan Rakyat. Sedangkan peranan menegakkan kehormatan dan
keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim adalah pengawasan terhadap
perilaku hakim dimana akan menghasilkan dua hal yang berbeda yaitu hal
yang negatif berupa pengusulan penjatuhan sanksi, sebaliknya yang positif
adalah pengusulan pemberian penghargaan terhadap hakim atas prestasi dan
jasanya menegakkan kerhormatan dan keluhuran martabat serta menjaga
perilaku hakim.7

C. Lingkungan Peradilan
1. Peradilan Umum
Peradilan umum merupakan salah satu lembaga pelaksana kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Pada umumnya, jika
rakyat melakukan suatu pelanggaran atau kejahatan, maka menurut peraturan
dapat dihukum atau dikenakan sanksi dan akan diadili dalam lingkungan
peradilan umum. Saat ini peradilan umum diatur berdasarkan UU No.2 Tahun
1986. Lembaga yang termasuk dalam peradilan umum adalah Pengadilan
Negeri dan Pengadilan Tinggi.
Pengadilan tingkat pertama adalah pengadilan negeri, yaitu suatu
pengadilan umum yang berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara dalam tingkat pertama dari segala perkara perdata dan
pidana sipil untuk semua golongan penduduk.
Kedudukan pengadilan negeri adalah diibu kota kabupaten/kota dan
daerah hukumnya meliputi kabupaten/kota. Penempatan kejaksaan negeri pada
tiap-tiap pengadilan negeri adalah sebagai alat pemerintah yang bertindak
sebagai penuntut umum dalam suatu perkara pidana terhadap sipelanggar
hukum.

7
Nurul Chotidjah, “Eksistensi Komisi Yudisial Dalam Mewujudkan Kekuasaan Kehakiman Yang
Merdeka”, FH. UNISBA, Vol.XII. No. 2 (2010):166-177
8

Perkara-perkara dalam pengadilan negeri secara umum diadili oleh


majelis hakim yang terdiri atas satu hakim ketua dan dua hakim anggota,
dibantu oleh seorang panitera. Kecuali untuk masalah/perkara-perkara ringan
yang ancaman hukumannya kurang dari satu tahun, contohnya, perkara
pelanggaran lalulintas. Untuk masalah atau perkara seperti ini, persidangannya
dipimpin oleh hakim tunggal.
Pengadilan Tinggi merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan
Peradilan umum yang berkedudukan di ibu kota Provinsi sebagai Pengadilan
Tingkat 1anding terhadap perkara-perkara yang diputus oleh Pengadilan
Negeri. Pengadilan Tinggi juga merupakan Pengadilan tingkat pertama dan
terakhir mengenai sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di
daerah hukumnya.
Pengadilan tinggi biasanya hanya memeriksa atas dasar pemeriksaan
berkas perkara, walaupun tidak menutup kemungkinan menggelar persidangan
seperti biasa. Empat belas hari setelah vonis pengadilan negeri merupakan
tenggang waktu yang biasa dilakukan untuk mengajukan banding.

2. Peradilan Agama
Dalam Undang-undang diatur susunan, kekuasaan hukum acara, dab
kedudukan hakim serta segi-segi administrasi pada peradilan agama dan
pengadilan tinggi agama. Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan
agama dilaksanakan oleh:
a. Pengadilan agama
b. Pengadilan tinggi agama
Pengadilan agama berkedudukan di ibukota kabupaten, kota dan
daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi, peradilan agama berwenang
memeriiksa, mengadili, memutus dan menyelesaikan perkara antara orang-
orang yang beragama islam sesuai dengan ketentua peraturan perundang-
undangan.
Pengadilan tinggi agama merupakan pengadilan tingkat Banding yang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara yang diputus oleh
9

pengadilan agama dan merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakir


mengedai sengketa kewenangan mengadili antar pengadilan agama di daerah
hukumnya.8

3. Peradilan Militer
Peradilan militer merupakan peradilan Khusus bagi Prajurit Angkatan
bersenjata Republik Indonesia. Prajurit adalah warga negara yang memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk mengabdikan diri dalam
usaha pembelaan negara dengan menyandang senjata.
Peradilan dalam lingkungan peradilan militer merupakan badan
pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan angkatan bersenjata yang
berpuncak pada mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi. Kewenangan
peradilan militer adalah memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak
pidana miloter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.9

4. Peradilan Tata Usaha Negara


Pengadilan tata usaha negara berkedudukan di ibukota kabupaten kota
dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten/kota, pengadilan tinggi tata
usaha negara berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya
meliputi wilayah provinsi pembentukan pengadilan tata usaha negara dan
pengadilan tinggi tatausaha negara dilaksanakan secara bertahap dengan
mempertahankan dan mempertimbangkan sebagai faktor baik bersifat teknis
maupun non Teknis.
Peradilan Tata Usaha Negara merupakan Pengadilan Tingkat pertama
dan pengadilan tinggi tata usaha negara merupakan pengadilan tingkat
banding. Pengadilan tata usaha negara sebagai pelaksanaan kehakiman
berpuncak ke m,ahkamah agung.

8
Sudirman, Op.Cit, Hal 5
9
Ibid, Hal 6
10

Pengadilan tata usaha negara tidak berwenang memeriksa, memutus,


dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara tertentu dalam hal yang
didengketakan itu dikeluarkan :
a. Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam atau
keadaan luar biasa yang membahayakan berdasarkan peraturan
perundangundang yang berlaku
b. Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan
perundang-undangan.10

10
Ibid, Hal 7-8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada makalah di atas dapat disimpulkan bahwa


kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan pengadilan guna menegakkan keadilan. Kekuasaan
kehakiman di Indonesia dilakukan oleh MA yang merupakan lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang
kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas
dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Serta terdapat Komisi
Yudisial (KY) sebagai penegak kode etik hakim.
Untuk penyelenggaraan kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan 
oleh beberapa lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman, diantaranya yaitu:
1. Peradilan umum, terdiri dari pengadilan negeri sebagai peradilan tingkat
pertama yang berkedudukan di kabupaten/kota dan pengadilan tinggi
sebagai peradilan tingkat banding yang berkedudukan di wilayah provinsi.
2. Peradilan Agama, sebagai penyelenggara penegakan hukum dan keadilan
bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu antara orang-orang beragama
Islam.
3. Peradilan Militer, melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai
kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana militer.
4. Peradilan Tata Usaha Negara, melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan terhadap sengketa tata usaha negara.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih


jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam
menjelaskantentang makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan
dapat lebih dipertanggung jawabkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chotidjah, Nurul. "Eksistensi Komisi Yudisial Dalam Mewujudkan Kekuasaan


Kehakiman Yang Merdeka." FH UNISBA, 2010: 166-177.

Hoesein, Zainal Arifin. Kekuasaan Kehakiman di Indonesia: Kedudukan, Fungsi


dan Pelaksanaan Kekuasaan Kehakiman dalam Perspekti Konstitusi.
Yogyakarta: Imperium, 2013.

Saleh, Imam Anshoi. Konsep Pengawaan Kehakiman. Malang: Setara Press,


2014.

Sibuea, Hotma P. Kekuaaan Kehakiman Indonesia. Jakarta: Krakatauw, 2006.

Sudirman. Hukum Acara Peradilan Agama. Sulawesi: IAIN Parepare Nusantara


Press, 2021.

11
12

Anda mungkin juga menyukai