OLEH:
HASDIWANTI
B012212024
Puji dan syukur yang tiada henti tercurah untuk Allah SWT. yang
senantiasa melimpahkan hidayah dan karunianya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul, “Independensi dan Kewenangan
Rangkap Jaksa Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia” sebagai
tugas mata kuliah Sistem Peradilan Pidana. Serta shalawat dan salam kita
panjatkan kepada junjukan kita Rasulullah Muhammad SAW. yang telah
menuntun kita dari alam yang gelap menuju alam yang terang benderang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat beberapa kesalahan yang perlu diperbaiki. Karenanya penulis
memohon kritik maupun saran serta masukan dari dosen pengampu mata
kuliah terkait dengan makalah ini.
Hasdiwanti
B012212024
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 7
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN .......................................................... 8
A. Independensi Kejaksaan Dalam Sistem Peradilan Pidana ...... 8
B. Hubungan Kejaksaan Dengan Subsistem Peradilan Pidana
Lainnya .................................................................................... 16
C. Kewenangan Jaksa Sebagai Penyidik Sekaligus Sebagai Jaksa
Penuntut Umum Dalam Penanganan Tindak Pidana Korupsi . 22
BAB III PENUTUP ............................................................................... 28
A. Kesimpulan .............................................................................. 28
B. Saran ........................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
satu yang paling sering menjadi sorotan dari keempat lembaga penegak
2004, yaitu: Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh
1
negara dalam menjaga tegaknya hukum dan norma yang berlaku di
Dewasa ini kejaksaan adalah badan negara yang sudah lama ada
dalam sejarah Negara kita, yakni UU No. 15 Tahun 1961 tentang Pokok-
2
Pokok Kejaksaan RI. Di dalam UU No. 15 Tahun 1961 tentang Pokok-
Umum.1
ini sesuai dengan perspektif hukum tata Negara atau tidak. Melihat Pasal
Dalam Sistem Peradilan Pidana”, Jurnal Akrab Juara, Volume 6, Nomor 3, Agustus 2021,
hal. 6
3
dalam Pasal 38 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 bahwa yang dimaksud
4
tujuan dalam penegakan hukum dan bisa digiring untuk menjalankan
paa doktrin hukum yang mejelaskan bahwa penuntut umum punya hak
dahulu dengan adanya tuntutan pidana dari penuntut umum. Oleh karena
peradilan pidana (criminal justice system). Untuk itu tugas jaksa adalah
(legal guilt) yang ada pada tersangka, Jaksa merupakan aparat penegak
5
Selain terkait dengen independensinya, hal menarik dari
Peradilan Pidana”.
B. Rumusan Masalah
pidana di Indonesia?
6
3. Bagaimana kewenangan jaksa sebagai penyidik sekaligus
korupsi?
C. Tujuan Penulisan
pidana di Indonesia.
korupsi.
7
BAB II
Menurut R. Tresna, nama jaksa atau yaksa berasal dari India dan
Republik Indonesia Tahun 1978 mengatakan bahwa: Jaksa asal kata dari
menjadi landasan jiwa dan raihan cita-cita setiap warga Adhyaksa dan
bersumber pada jujur, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap diri
dalam bertugas dan yang berunsur utama pemilikan rasa tanggung jawab
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa terhadap keluarga dan terhadap
sesama manusia. Wicaksana, bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku
Kemudian, kata jaksa berasal dari kata adhyaksa kata ini diambil
8
seperti sekarang ini tidak bertugas sebagai hakim seperti adhyaksa
Komisaris.
Hal ini telah dijelaskan di dalam Pasal 1 butir 6 (a), dan (b)
tetap;
9
sebagai pengemban kekuasaan negara di bidang penuntutan, sehingga
a. melakukan penuntutan;
lepas bersyarat;
berdasarkan undang-undang;
dengan penyidik.
10
a. peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
dapat di subordinasi dari kekuasaan eksekutif, namun dalam hal ini ahli
11
menurut Undang-Undang, Ayat (2) menyatakan bahawa kekuasaan
secaramerdeka”.
mengungkapkan:7
12
Secara teoritis sudah sejak lama para pakar hukum
ketika hukum dihadapkan pada kekuatan politik, maka hukum akan lebih
politik, pejabat atau sesama penegak hukum sendiri.8 Padahal jika pejabat
13
atau kekuasaan kehakiman.9 Adanya persoalan ini malahirkan gagasan
sebagai kepala Negara pada saat mewakili Negara dalam kasus tertentu
14
Sebagai upaya untuk menjamin independensi kejaksaan perlu
adalah kurang tepat, perlu di ingat sebagai suatu lembaga yang memiliki
Peradilan.11
15
yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
dengan apa yang dicita-citakan oleh negara kita. Terlebih dengan kondisi
saat ini dimana setiap lembaga terlihat seolah saling berlomba untuk
dengan baik untuk mencapai tujuan dari sistem ini. Akan tetapi dalam
16
prakteknya sering miskoordinasi sehingga berpengaruh terhadap
KUHAP.
(3) KUHAP.
17
f. Penuntut umum memberikan turunan surat pelimpahan
dan sehingga sesuai dengan asas peradilan cepat, biaya ringan dan
18
seharusnya setelah 14 hari menerima pengembalian berkas perkara
tidak mengirim berkas perkara kepada penuntut umum dan kondisi ini
perkara semakin lama, dalam hal bolak balik berkas perkara tidak bisa
Status dan sifat KPK yang terkesan Super Body tersebut antara lain
peran dan fungsi yang berada pada lembaga penegak hukum, antara
Kejaksaan Menurut Pasal 110 Dan 138 KUHAP”, Jurnal Lex et Societatis, Volume 4,
Nomor 9, Desember 2016, hal. 106
19
tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
main yang ada, dalam artian aturan main yang formal. Pembagian
Kepolisian.
20
merupakan salah satu subsistem dari sistem peradilan pidana di
21
penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang
pidana korupsi yang ditangani oleh KPK, dilihat dari hal tersebut maka
kejaksaan secara umum tertuang pada KUHAP dan lebih khusus lagi
22
KUHAP koordinasi antara penyidik dan penuntut umum hanya sebatas
barang bukti dan alat bukti dalam suatu penanganan perkara. Selain itu
menguasai penyidikan atas perkara itu maka jaksa akan menjadi lemah
antara penyidik dan penuntut umum lebih kuat pada saat HIR, dan ketiga
2006, hal.159
23
pakar tersebut sepakat bahwa penyidikan dan penuntutan tidak boleh
posisi dan fungsi kejaksaan sebagai dominus litis tergambar jelas dalam
sehingga jaksa menempati posisi sebagai instansi key (key figure) dalam
yang ditata dalam KUHAP Tahun 1981 sebagai induk hukum acara
24
menggambarkan adanya sebuah struktur yang mandiri dan terpadu
sebagainya.16
Dampak lebih jauh dari keadaan yang demikian itu adalah nilai-
instansi centris, dan hal ini sangat tidak menguntungkan jika dilihat dari
saksi pelapornya adalah orang yang sama. Jika demikian maka tidak ada
control seperti apa yang sudah tercantum di peraturan kejaksaan dan jauh
2011, hal. 15
25
saksi verbalisan sendiri adalah seorang penyidik yang kemudian menjadi
ini.
objektif, terlebih lagi penyidik yang menjadi saksi akan membenarkan hasil
artikel Yusril: Tidak Patut Penyidik Dihadirkan sebagai Saksi yang kami
penyidik tidak tepat dihadirkan sebagai saksi fakta karena dipastikan akan
membagi menjadi beberapa sub sistem yaitu, sub sistem penyidikan, sub
Persidangan”, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/
ulasan/lt569a106763c69/apakah-penyidikdapat-dijadikan-saksi-di-persidangan/ dikases
pada 25 Mei 2022.
26
sistem penuntutan, dan sub sistem pengadilan. Dengan adanya
pengawasannya.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
adanya intervensi dari pihak manapun, jaminan yang telah di berikan oleh
membagi menjadi beberapa sub sistem yaitu, sub sistem penyidikan, sub
28
sistem penuntutan, dan sub sistem pengadilan. Dengan adanya
pengawasannya.
B. Saran
konstitusi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Andi Hamzah. 2006. Hukum Aacra Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika.
Anwar Yesmil, Adang. 2011. Sistem Peradilan Pidana. Bandung: Widya
Padjadjaran.
Ermansjah Djaja. 2010. Mendesain Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Jakarta: Sinar Grafika.
Indriyanto Adji. 2009. Humanisme dan Pembaruan Penegakan Hukum.
Jakarta: Kompas.
Ishaq. 2020. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Marwan Effendy. 2005. Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari
Perspektif Hukum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
R. Tesna. 1978. Peradilan di Indonesia dari Abad ke Abad. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Rusli Muhammad. 2011. Sistem Peradilan Pidana Terpadu. Yogyakarta:
UII Pess.
Yudi Kristiana. 2018. Teknik Penyidikan dan Pemberkasan Tindak Pidana
Korupsi. Yogyakarta: Thafa Media.
Jurnal
Appludnopsanji, Pujiyono, “Restrukturisasi Budaya Hukum Kejaksaan
Dalam Penuntutan Sebagai Independensi di Sistem Peradilan
Pidana Indonesia”, Jurnal Sasi, Volume 26, Nomor 4, Desember
2020.
Arwinsyah Putra Napit, “Kajian Terhadap Hubungan Penyidik Polri Dan
Kejaksaan Menurut Pasal 110 Dan 138 KUHAP”, Jurnal Lex et
Societatis, Volume 4, Nomor 9, Desember 2016.
Khairul Umam, Sri Setiadji, Arif Darmawan, “Kedudukan Subsistem
Kejaksaan Dalam Sistem Peradilan Pidana”, Jurnal Akrab Juara,
Volume 6, Nomor 3, Agustus 2021.
M. Thalhah, “Penegakan Hukum oleh Kejaksaan dalam Paradigma Hukum
Progresif, Jurnal Magister Hukum, Volume 1, Nomor 1, Januari
2005.
Ook Mufrohim, Ratna Herawati, “Independensi Lembaga Kejaksaan
sebagai Legal Structure di dalam Sistem Peradilan Pidana
(Criminal Justice System) di Indonesia”, Jurnal Pembangunan
Hukum Indonesia, Volume 2, Nomor 3, 2020.
Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan.
30
Undang-Undang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Lain-lain
Ilham Endra, “Memaknai Independensi Kejaksaan di Indonesia
(Kekuasaan Penuntutan”,
http://ilhamendra.wordpress.com/2008/05/27/kekuasaan-
penuntutan/ Diakses pada 25 Mei 2022.
Nicholas Cowdery, “Independence ff The Prosecution.” Makalah
disampaikan pada (Conference of Rule of Law: The Challenges of a
Changing World, 2007) di Brisbane pada tanggal 31 August 2007.
Tri Jata Ayu Pramesthi, “Apakah Penyidik dapat dijadikan Saksi di
Persidangan”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt569a106763c69/
apakah-penyidikdapat-dijadikan-saksi-di-persidangan/ dikases pada
25 Mei 2022.
31