Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, serta hidayahNya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa tetap tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benderang seperti saat ini. Dalam kesempatan ini kami membuat makalah
yang berjudul “Badan Yudikatif” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pengantar Ilmu Politik yang dibimbing oleh Ibu Nurlela,S.Pd.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kepada para pembaca kami mohon saran dan kritiknya yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.

Lahat, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 5

1.3 Tujuan Pembahasan.................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Sejarah............................................................................... 6

2.1.Pengertian Badan Yudikatif........................................................................ 6

2.3 Kekuasaan Yudikatif di Indonesia.............................................................. 6


2.4 Sistem Common Law Dan Sistem Civil Law…………………................ 7
2.5 Hak menguji (Judicial Review)………………………………………....... 8
2.6 Badan Yudikatif Dan Judical Review di Indonesia………...,,…………….9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehubungan dengan pembagian kekuasaan menurut fungsi, kekuasaan yudikatif adalah


kekuasaan untuk mengawasi dan mengadili pelanggaran terhadap Undang-Undang. Dalam
pelaksanaannya kekuasaan yudikatif ini dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan atau
Mahkamah Konstitusi serta badan-badan pengadilan. Di Indonesia kekuasaan yudikatif ini
dikenal sebagai kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman yang menjalankan fungsi yudikatif
adalah kekuasaan yang bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya. Inilah yang kita kenal
dengan kebebasan kehakiman.

Salah satu masalah yang berhubungan erat dengan fungsi yudikatif adalah masalah hak
menguji (judicial review). Judicial review adalah wewenang untuk menilai apakah suatu
Undang-Undang sesuai atau tidak dengan Undang-Undang Dasar. Apabila tidak sesuai, dalam
arti bertentangan dengan pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar, maka Undang-Undang
tersebut dapat dinyatakan batal. Di beberapa negara, misalnya Amerika Serikat, Jerman Barat,
Jepang dan India, wewenang ini diserahkan kepada Mahkamah Agung yang memiliki hak
judicial review. Di Indonesia sejak tahun 2003, wewenang ini dimiliki oleh Mahkamah
Konstitusi. Oleh beberapa negara, penyerahan hak ini dinilai tidak demokratis, dengan alasan
bahwa keputusan dari wakil-wakil rakyat dapat dengan mudah diputuskan oleh keputusan
beberapa orang hakim Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi.

Suatu masalah dasar yang melekat pada kekuasaan kehakiman adalah masalah kekuasaan
kehakiman yang bebas, dalam arti tidak dapat dicampuri oleh kekuasaan lain. Karena hanya
dengan terjaminya kebebasan kekuasaan kehakiman dapat diharapkan terjaminya hak-hak asasi
manusia dan terselenggaranya negara hukum. Di Indonesia kebebasan kekuasaan kehakiman
diatur dalam pasal 24 dan 25 Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen. Dalam
amandemen ketiga pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan :”Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan”. Dengan demikian, jaminan konstitusional ini dapat memberikan gambaran

4
bahwa kekuasaan kehakiman di Indonesia adalah bebas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
kekuasaan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan kami bahas pada makalah ini ialah, sebagai berikut :

1. Bagaimana Latar belakang sejarah badan yudikatif?


2. Bagaimana kekuasaan lembaga Yudikatif di Indonesia?
3. Bagaimana Konsep atau asas judicial review dan pelaksanaannya di beberapa negara?
4. Bagaimana konsep Judical Review?
5. Bagimana Peranan badan yudikatif di Indonesia dalam sistem politik di masanya, serta
pelaksanaan wewenang judicial review di Indonesia ?

1.3 Tujuan Pembahasan

Tujuan kami dalam penulisan makalah ini ialah, sebagai berikut :

1. Menjelaskan latar belakang sejarah badan yudikatif


2. Menjelaskan definisi dari badan Yudikatif
3. Menjelaskan bagaimana kekuasaan lembaga Yudikatif di Indonesia
4. Menjelaskan konsep atau asas judicial review dan pelaksanaannya di beberapa negara
5. Menjelaskan peranan badan yudikatif di Indonesia dalam sistem politik di masanya, serta
pelaksanaan wewenang judicial review di Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Sejarah

Sesuai dengan doktrin pembagian kekuasaan, badan yudikatif harus dipegang pejabat yang
tidak merangkap dengan jabatan dalam bidan-badan kekuasaan lainnya. Pelaksanaan konsep ini
dimungkinkan pada masa peranan negara masih sangat terbatas yaitu masa penjaga malam
(Nachtwakter Staat) di mana peranan negara hanya dibatasi mengurus hak keamanan warganya.
Negara hanya campur tangan bila hak warga negara yang satu terampas atau dingnggu oleh
warga negara lain.

Pemikiran pokok yang menjadi landasan, baik dalam perlindungan konstitusional maupun
dalam hukum administrasi, maka perlindungan yang utama terhadap individu tergantung pada
badan kehakiman yang tegas, bebas dan terpandang pasal 10 Deklarasi Sedunia Hak-hak Asasi
Manusia memandang bahwa kebebasan dan tidak memihaknya badan-badan pengadilan
(independent and impartial tribunals) di dalam setiap negra merupakan hal yang esensial. Badan
yudikatif yang independen adalah syarat mutlak dalam suatu masyarakat yang bernaung di
bawah Rule Of Law. Kebebasan badab yudikatif meliputi kebebasan dari campur tangan badan
eksekutuf, legislative ataupun masyarakat umum, di dalam menjalankan tugas yudikatifnya.

2.2 Pengertian Badan Yudikatif

Kekuasaan yudikatif menjalankan fungsi untuk menguasai dan mengadili pelang-garan


undang-undang. Dalam pelaksanaannya kekuasaan yudikatif ini dilaksanakan oleh Mahkamah
Agung dan badan-badan peradilan, kekuasaan kehakiman yang menjalankan fungsi yudikatif
adalah kekuasaan yang bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya.

2.3 Kekuasaan Yudikatif di Indonesia

Asas kebebasan badan yudikatif (independent judiciary) juga dienal di Indonesia. Hal itu
terdapat didalam penjelasan (pasal 24 dan 25) UUD 1945 mengenai kekuasaan kehakiman yang
menyatakan : “Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari

6
penharuh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan dalam UU
tentang kedudukan kehakiman”.

Akan tetapi dalam masa demokrasi terpimpin telah terjadi penyelewengan terhadap asas
kebebasan badan yudikatif seperti yang ditetapkan UUD 1945, yaitu dengan dikeluarkannya UU
no 9 tahun 1964 tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman, yang dalam pasal 19 dari UU
dinyatakan : “Demi kepentingan revolusi, kehormatan negara dan bangsa atau kepentingan
masyarakat yang mendesak, presiden dapat turut atau campur tangan dalam soal pengadilan”.

Didalam penjelasan UU itu dinyatakan bahwa “trias politika tidak, mempunyai tempat
sama sekali dalam hukum Nasional Indonesia” karena kita berada dalam revolusi, dan dikatakan
selanjutnya bahwa “Pengadilan adalah tidak bebas dari pengaruh kekuasaan eksekutif dan
kekuasaan membuat UU”.

Kekuasaan yudikatif berwenang menfsirkan isi undang-undang maupun member sanksi


atas setiap pelanggaran atasnya. Fungsi-fungsi yudikatif yang bias dispesifikasikan kedalam
daftar maslah hukum berikut :

1. Criminal law (pretty offence,misdemeanor, felonies)


2. Civil law (perkawinan,perceraian,warisan,perawatan anak)
3. Constitution law (masalah seputar penafsiran konstitusi)
4. Administrative law (hukum yang mengatur administrasi negara)
5. International law (perjanjian internasional)

2.4 Sistem Common Law Dan Sistem Civil Law

Common law merupakan sistem hukum di mana aturan-aturan hukum tidak dikodifikasi
dan hakim menjadi pembuat peraturan hukum dan berlaku prinsip judge made law. Dalam sistem
civil law aturan hukum telah dikondifisasi dan tertulis, sehingga tidak berlaku asas precedent. Di
negara-negara eks komunis bdan yudikatif memiliki fungsi yang disesuaikan dengan tahapan
sosialisme yang sedang ditimpah negara, tetapi tetap dlam kerangka kepentingan sistem politik
komunis.

7
2.5 Hak menguji (Judicial Review)

Suatu hal yang berkaitan dengan kekuasaan yudikatif, dalam hal ini Mahkamah
Agung/Mahkamah Konstitusi, adalah masalah hak menguji (judicial review) atau dalam bahasa
Belanda dinamakan materieel toersingsrecht. Hak ini adalah wewenang untuk menilai apakah
suatu Undang-undang sesuai atau tidak dengan Undang-Undang Dasar, selain itu Mahkamah
Konstitusi juga memiliki kewajiban untuk memberikan putusan atas pendapat dewan Pewakilan
rakyat mengenai dugaaan pelanggaran oleh presiden dan wakil presiden menurut undang-undang
dasar.

Dengan amandemen konstitusi yang memeberi kewenangan kepada Mahkamah konstitusi,


secara ketatanegaraan kita telah memiliki lembaga yang memiliki kewenangan melakukan hak
uji materil seperti halnya Mahkamah Agung di Amerika Serikat.

Hak atas uji materi maupun uji formal ini diberikan bagi pihak yang menganggap hak
dan /atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya suatu undang-undang,yaitu
(lihat pasal 51 ayat [1] UU No.24 tahun 2003 tentang mahkamah konstitusi);

a) Program warga Negara Indonesia


b) Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara kesatuan republic Indonesia yang diatur
dalam undang-undang
c) Badan hukum public atau privat;atau
d) Lembaga.

Jadi,judicial review adalah mencakup pengujian terhadap suatu norma hukum yang
terdiri dari pengujian secara materiil (uji materi) maupun secara formil (uji formil).dan hak uji
materiil adalah hak untuk mengajukan ujian materiil terhadap norma hukum yang berlaku yang
dianggap melanggar hak-hak konstitusional warga Negara.

Dasar hukum:

1) Undang-undang No.24 tahun 2003 tentang mahkmah konsitusi


2) Undang-undang No.5 tahun 2004 tentang perubahan atas UU No.14 tahun 1985 tentang
mahkamah agung
8
Judicial review ke mahkamah konstitusi dalam praktik,judicial review undang-undang
terhadap undang-undang dasar 1945 dilakukan oleh mahkamah konstitusi (MK).sementara itu,
pengujian peraturan perundang-undang di bawah UU terhadap UU dilakukan oleh mahkamah
agung (MA) .

Bagaimana prosuder pengajuan perkara untuk judicial review MK?

Pengajuan permohonanjudicial review ke mahkamah konsitusi diajukan langsung ke


gedung mahkamah konsitusi Jakarta. Permohonan harus ditulis dalam bahasa Indonesia
baku,ditandatangi oleh pemohon/kuasanya dan dibuat dalam 12 rangkap.permohonan yang
dibuat harus memuat jenis perkara yang dimaksud, disertai bukti penduduk dengan sistematika:

1) Identitas dan legal standing posita


2) Posita petitum
3) Petitum

Adapun prosedur pendaftaran:kemudian

a) Pemeriksaan kelengkapan permohonan panitera


 Belum lengkap, di beritahu
 7( tujuh) hari sejak diberitahu, wajib dilengkapi
b) B . regestrasi sesuai dengan perkara.
 7 ( tujuh) hari kerja sejak regesrtasi untuk perkara
 Setelah berkas permohonan judicial review masuk, maka dalam 14 hari kerja setelah
regestrasi ditetapkan hari sidang 1 ( kecuali perkara penyelisihan hasil pemilu) akan di
tetapkan jadwal sidang. Para pihak berkara kemudian di beritahu / dipanggil , jadwal
sidang perkara tersebut diumumkan.

2.6 Badan Yudikatif Dan Judical Review di Indonesia

Undang-undang dasar 1945 tentang pembagian kekuaasaan negara. Salah satu yang diatur
dalam undang-undang dasar 1945 adalah mengenai kekuasaan badan yudikatif sebagai dijelaskan
dalam pasal 24 dan 25 tentang kekuasaan kehakiman.

9
Dalam perkembangannya badan yudikatif di Indonesia mengalami pasang surut. Di masa
demokrasi terpimpin misalnya terjadi beberapa penyimpangan atas undang-undang dasar 1945
berupa diberikannya kewenangan campur tangan presiden atas lembaga peradilan demi
kepentingan revolusi. Penyimpangan lain adalah diangkatnya ketua MA sebagai menteri dalam
eksekutif. Di masa orde baru semua penyimpangan ini berusaha diluruskan tetapi belum
memberikan kekuasaan yang besar bagi badan yudikatif. Peranaan yang besar dan merdeka bagi
kekuasaan badan yudikatif terjadi di masa reformasi dengan dilakukannya amandemen undang-
undang dasar 1945. Lembaga kehakiman baru yang memiliki wewenang sangat penting dalam
hak uji materil dan mekanisme checks and balances adalah mahkamah konstitusi. Berdasarkan
pasal 24 C perubahan ketiga undang-undang dasar 1945, wewenang lembaga ini diantaranya:

1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar (judicial review)
2. Memutus sengketa kewenangan lemaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
undang-undang dasar.
3. Memutus pembubaran partai politik.
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
5. Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaranoleh
presiden dan wakil presiden menurut undang-undang dasar.
Kehadiran mahkamah konstitusi dalam sistem ketatanegaraan memberikan wewenang
judicial review kepadanya untuk menjadi pengaman Undang-undang dasar. Demikian juga
lembaga-lembaga yudikatif lainnya hadir seperti Komisi Yudisial yang berfungsi untuk menjaga
kehormatan, martabat, dan keseluruhan perilaku para hakim.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lembaga Yudikatif adalah lembaga yang melaksanakan penegakan hukum (kepolisian,


kejaksaan, Pengadilan). Tugas-tugas pokok dan wewenang lembaga yudikatif adalah melakukan
proses penegakan hukum bagi orang atau lembaga yang melakukan suatu pelanggaran perdata
atau pidana baik itu hukumanya berupa teguran atau penjara.

Lembaga yudikatif menjadi lembaga yang mengalami perubahan cukup signifikan dari
segi kelembagaan, terutama karena dibentuknya lembaga – lembaga baru yang memiliki
kewenangan tersendiri. Hal inilah yang kemudian melatar belakangi penulis untuk membuat
suatu perbandingan antara kedudukan dan kewenangan lembaga tinggi yudikatif baik sebelum
dan sesudah dilakukannya amandemen UUD 1945

11
Daftar Pustaka

Budiarjo, Miriam (dkk). (2018). Pengantar Ilmu Politik. Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka.

Budiarjo, Miriam. (1997). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Putra, Anton. 2018. Dualisme Prngujian Peraturan Perundang-Undangan, 15(2), 1.

12

Anda mungkin juga menyukai