Anda di halaman 1dari 11

“MAHKAMA AGUNG SEBAGAI PEMEGANG KEKUASAAN

KEHAKIMAN”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :

“Administrasi Peradilan dan Kepaniteraan Mahkama Agung”

Dosen Pengampu :

Dr. H. Baitur Rohman, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh :

Syahrul Romadhon

(21303004)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI KEDIRI 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas segala
karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa
abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan umatnya.

Sehubungan dengan selesainya penulisan tugas ini maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. H. Baitur Rohman, S.H., M.Hum. selaku dosen yang mengajar pada mata
kuliah “Hukum Tata Negara” ini dan kepada semua pihak yang bersangkutan atau yang telah
membantu atas pengerjaan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT. dan tercatat sebagai
amal shalih. Akhirnya,tugas ini penulis suguhkan kepada ibu dosen untuk memenuhi tugas.

Kediri, 21 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah …..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 1

BAB II ...................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 2

A. Wewenang Mahkama Agung Sebagai actor Pemegang Kekuasaan Kehakiman … 2

BAB III ....................................................................................................................................

PENUTUP ..............................................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mahkama agung merupakan actor tertinggi yang diberikan kekuaasaan kehakiman


sebelum adanya Mahkama Konstitusi. Sebelum dilakukan perubahan Undang – Undang dasar
1945 pasal 24 ayat (1) dan (2) secara explisit tidak ada kata ataupun kalimat yang menyatakan,
bahwa mahkama agung memegang kekuasaan kehakiman dengan asas kemerdekaan untuk
menjalankan amanat Undang undang. Pasal 24 ayat (1) dan (2) mengatakan :

(1) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan
kehakiman menurut undang-undang.
(2) Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang.

Akan tetapi asas kemerdekaan kehakiman mahkama agung ditemukan pada penjelasan
Undang – Undang dasar 1945 pasal 24 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :

“Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya terlepas dari pengaruh
kekuasaan Pemerintah. Berhubung dengan itu, harus diadakan jaminan dalam undang-
undang tentang kedudukan para hakim”

Seyogyanya penjelasan dari pasal 24 ayat (1) dan (2) memberikan sebuah gagasan yang sangat
kuat, bahwa seharusnya asas kemerdekaan yang diberikan kepada mahkama agung dalam
bentuk kekuasaan kehakiman dan lembaga tinggi negara harus di tegaskan dalam Undang –
Undang dasar 1945.

Asas kemerdekaan kekuasaan kehakiman mahkama agung, didapati ketika Undang –


Undang dasar 1945 mengalami sebuah perubahan dalam bab kekuasaan kehakiman. Perubahan
Undang - Undang dasar dalam bab kekuasaan kehakiman menegaskan dan dengan rinci juga,
asas kemerdekaan kekuasaan kehakiman mahkama agung bebas dari segala bentuk bagian
kekuasaan pemerintahan negara yang lainnya. Hal rinci juga ditegaskan dalam perubahan
Undang _ Undang dasar pasal 24 tentang lembaga pengadilan hukum dibawah tingkat mahkama
agung. Dari adanya perubahan Undang – Undang bab IX itu telah berpengaruh besar pada
pelaksanaan kekuasaan yudikatif dalam hukum ketatanegaraan indonesia, dan ini juga menjadi
perintah awal konstitusi untuk membuat mahkama konstitusi dan komisi yudisial yang
tercantum dalam BAB IX tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 24, Pasal 24A, Pasal 24B, Pasal
24C dan Pasal 25.
B. Rumusan Masalah

1. Wewenang mahkama agung sebagai actor pemegang kekuasaan kehakiman?


2. Kedudukan mahkama agung sebagai pengadilan negara tertinggi?

C. Tujuan

1. Mengetahui bagaiman pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang di pegang oleh


mahkama agung?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Wewenang Mahkama agung sebagai actor pemegang kekuasaan kehakiman

Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk


menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
pancisala dan UUD 1945.1 Arti dari kekuasaan kehakiman yang merdeka ialah
kekuasaan kehakiman yang bebas dari semua kekuasaan pemrerintahan dan lainnya.
Kekuasaan kehakiman yang merdeka bertujuan untuk menjaga penyelenggaraan hukum
tidak keluar dari asas – asas umum dan UU yang ada. Kekuasaan kehakiman yang
merdeka bukan berati kesewenang – wenangan dalam menyelenggarakan fungsi
kekuasaan kehakiman. Kemerdekaan dalam asas kekuasaan hakim di tujukan agar
kekuasaan kehakiman dalam suatu negara tidak dipengaruhi dan terpengaruhi dari
kekuasaan lainnya. Apabila kekuasaan kehakiman dalam suatu negara telah berada
dibawah pengaruh kekuasaan lainnya maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut
tidak menjunjung tinggi prinsip negara hukum dan demokrasi.2

Menurut Bagir Manan, ada beberapa substansi dalam kekuasaan kehakiman


yang merdeka, yaitu sebagai berikut 3:

a. Kekuasaan kehakiman yang merdeka adalah kekuasaan dalam menyelenggarakan


peradilan atau fungsi yudisial yang meliputi kekuasaan memeriksa dan memutus suatu
perkara atau sengketa dan kekuasaan membuat suatu ketetapan hukum.

b. Kekuasaan kehakiman yang merdeka dimaksudkan untuk menjamin kebebasan


hakim dari berbagai kekhawatiran atau rasa takut akibat suatu putusan atau suatu
ketetapan hukum.

c. Kekuasaan kehakiman yang merdeka bertujuan menjamin hakim bertindak objektif,


jujur dan tidak memihak.

1
Lihat ketentuan UU No. 48 tahun 2009 Pasal 1 ayat (1) tentang Kekuasaan Kehakiman
2
Ibid, Imam Anshori Saleh, Konsep Pengawasan Kehakiman, Setara Press, Malang, 2014,hlm.121-122
3
Bagir Manan, Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, (Bandung: LPPM Universitas Islam Bandung, 1995),
hlm. 45
d. Kekuasaan kehakiman yang merdeka dilakukan semata-mata melalui upaya hukum,
baik upaya hukum biasa maupun upaya hukum luar biasa oleh dan dalam lingkingan
kekuasan kehakiman sendiri.

e. Kekuasaan kehakiman yang merdeka melarang segala bentuk campur tangan dari
kekuasaan diluar kekuasaan kehakiman.

f. Semua tindakan terhadap hakim semata mata dilakukan semata-mata dilakukan


menurut undang-undang.

Negara republic Indonesian merupakan negara hukum yang menggunakan


system demokrasi sebagai asas utama bernegara. Pembagian kekuasaan dalam negara
indonesia terdapati 3 bagian, yaitu eksekutif, legislative, dan yudikatif yang diantaranya
memiliki peran masing – masing. Berkenaan dengan kekuasaan yudikatif dalam negara
indonesia saat ini memiliki perwujudan dua diantaranya Mahkama konstitusi dan
Mahkama agung. Mahkama agung sebagai peradilan tertinggi dari keempat peradilan
dibawahnya, yaitu pengadilan umum, pengadilan militer, pengadilan agama, dan
pengadilan tata usaha negara yang sebagaimana dicantumkan dalam undang undang
dasar 1945 pasal 24 ayat (2).

Kekuasaan kehakiman di Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan


dengan adanya perubahan UUD 1945 telah mengubah sistem penyelenggaraan negara
di bidang yudikatif atau kekuasaan kehakiman sebagaimana termuat dalam BAB IX
tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 24, Pasal 24A, Pasal 24B, Pasal 24C dan Pasal
25. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, kekuasaan kehakiman yang semula dilakukan oleh
pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan
peradilan tata usaha negara dengan Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi
kemudian berubah menjadi kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah pelaksana kekuasaan kehakiman baru yang disebut
Mahkamah Konstitusi.4

Kekuasaan kehakiman setelah perubahan UUD 1945 menjadi kekuasaan yang


sangat fundamental dan sebagai bagian dari poros kekuasaan yang mempunyai fungsi
menegakkan keadilan. Kekuasaan kehakiman dalam susunan kekuasaan negara menurut

4
Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi”
UUD 1945 setelah perubahan tetap ditempatkan pada kekuasaan yang mandiri bebas
dari campur tangan kekuasaan lain. Dalam susunan kekuasaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang baru, kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah
Agung (MA), badan-badan peradilan lain dibawah MA, yaitu peradilan umum,
peradilan tata usaha negara, peradilan militer, dan peradilan agama serta Mahkamah
Konstitusi. Kemudian untuk menjaring hakim-hakim agung yang perofesional dan
mempunyai integritas terhadap profesinya sebagai penegak hukum dan keadilan,
terdapat lembaga yang khusus diadakan untuk rekrutmen calon-calon hakim agung yaitu
Komisi Yudisial.5

Sebagaimana telah diuraikan di atas, Mahkamah Agung merupakan salah satu


pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945
Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 24A ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman serta Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (UU
MA).
Pasal 24 A
(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-
undang.

Kewenangan Mahkamah Agung tersebut kemudian dielaborasi lagi dalam UU


MA antara lain sebagai berikut meliputi:
a. Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus:

• permohonan kasasi;
• sengketa tentang kewenangan mengadili;
• permohonan peninjauan kembali.

b. Menguji peraturan perundang-undangan yang di bawah undang undang


terhadap undang-undang.

5
Pasal 24B ayat (1) UUD 1945 menyatakan, “Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakum agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim”
c. kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Terdapat
pengecualian dalam pengajuan permohonan kasasi, ada perkara-perkara tertentu
yang tidak dapat diajukan permohonan kasasi, perkara tersebut adalah:

• putusan praperadilan;
• perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau diancam pidana denda;
• perkara tata usaha negara yang objek gugatannya berupa keputusan
pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah
yang bersangkutan. Mahkamah Agung berwenang juga:
• melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan
di semua lingkungan peradilan yang berada di bawahnya dalam
menjalankan kekuasaan kehakiman;
• melakukan pengawasan organisasi, administrasi badan peradilan yang
ada di bawahnya;
• meminta keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknis
peradilan dari semua badan yang berada di bawahnya;
• memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada pengadilan di
semua badan yang berada di bawahnya;
• memberikan pertimbangan hukum kepada presiden dalam
permohonan grasi dan rehabilitasi;
• dapat memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat masalah hukum
kepada lembaga negara dan lembaga pemerintahan.

Dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman, Mahkamah Agung


merupakan pengadilan tertinggi dari semua lingkungan peradilan. Segala
urusan organisasi, administrasi, dan finansial Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya berada di bawah kekuasaan Mahkamah
Agung.6

6
Achmad Edi Subiyanto, Mendesain Kewenangan Kekuasaan Kehakiman Setelah Perubahan Uud 1945, Jurnal
Konstitusi, Volume 9, Nomor 4, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta. Desember 2012, Hlm 668-669
BAB III
KESIMPULAN

Mahkamah Agung Republik Indonesia (disingkat MA RI atau MA) adalah lembaga


tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-
cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara. Kekuasaan kehakiman kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. berdasarkan Pasal 24 ayat
1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca Amandemen ketiga,
demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.

Dalam melaksanakan tugas di lembaga Mahkamah Agung, maka tugas dijalankan oleh
Hakim Mahkamah Agung. Hakim Mahkamah Agung yang di maksud di sini, adalah hakim
yang berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung yaitu disebut Kekuasaan kehakiman, dalam
konteks negara Indonesia, adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya
Negara Hukum Republik Indonesia.

Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 telah membawa perubahan dalam kehidupan


ketatanegaraan. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam
lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer, dan
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, sesuai dengan Pasal 24 ayat 2 Undang-Undang Dasar
1945.

Secara normatif menurut Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang tentang Komisi Yudisial No.
22 Tahun 2004, yang dimaksud dengan hakim adalah hakim agung dan hakim pada badan
peradilan disemua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung serta Hakim
Mahkamah Konstitusi sebagimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Sedangkan secara etimologi atau secara umum, Bambang Waluyo,
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hakim adalah organ pengadilan yang dianggap
memahami hukum, yang dipundaknya telah diletakkan kewajiban dan tanggungjawab agar
hukum dan keadilan itu ditegakkan, baik yang berdasarkan kepada hukum tertulis atau hukum
tidak tertulis (mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau
kurang jelas), dan tidak boleh ada satupun yang bertentangan dengan asas dan sendi peradilan
berdasar Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_48.pdf. Di akses pada tanggal 21 februari


2023

https://home.dilmil-
pontianak.go.id/serajah/#:~:text=Amandemen%20Keempat%20Undang%2DUndang%20Dasar,guna%
20menegakkan%20hukum%20dan%20keadilan%E2%80%9D. Di akses pada tanggal 21 februari 2023

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2021/05.2%20bab%202.pdf?sequence=8&isAll
owed=y. Di akses pada tanggal 21 februari 2023

https://simpus.mkri.id/opac/detail-opac/download?id=5801&type=MODS. Di akses pada tanggal 21


februari 2023

http://library.stik-ptik.ac.id/detail?id=20902&lokasi=lokal. Di akses pada tanggal 21 februari 2023

https://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=20215847. Di akses pada tanggal 21 februari 2023

https://home.dilmil-
pontianak.go.id/serajah/#:~:text=Amandemen%20Keempat%20Undang%2DUndang%20Dasar,guna%
20menegakkan%20hukum%20dan%20keadilan%E2%80%9D. Di akses pada tanggal 21 februari 2023

https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/memaknai-freedom-of-judge-dalam-
kewenangan-hakim-oleh-hj-st-zubaidah-s-ag-s-h-m-h-3-10. Di akses pada tanggal 21 februari 2023

Anda mungkin juga menyukai