KEHAKIMAN”
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Syahrul Romadhon
(21303004)
FAKULTAS SYARIAH
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas segala
karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa
abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan umatnya.
Sehubungan dengan selesainya penulisan tugas ini maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. H. Baitur Rohman, S.H., M.Hum. selaku dosen yang mengajar pada mata
kuliah “Hukum Tata Negara” ini dan kepada semua pihak yang bersangkutan atau yang telah
membantu atas pengerjaan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT. dan tercatat sebagai
amal shalih. Akhirnya,tugas ini penulis suguhkan kepada ibu dosen untuk memenuhi tugas.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
BAB II ...................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 2
PENUTUP ..............................................................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................................
PENDAHULUAN
(1) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan
kehakiman menurut undang-undang.
(2) Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang.
Akan tetapi asas kemerdekaan kehakiman mahkama agung ditemukan pada penjelasan
Undang – Undang dasar 1945 pasal 24 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :
“Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya terlepas dari pengaruh
kekuasaan Pemerintah. Berhubung dengan itu, harus diadakan jaminan dalam undang-
undang tentang kedudukan para hakim”
Seyogyanya penjelasan dari pasal 24 ayat (1) dan (2) memberikan sebuah gagasan yang sangat
kuat, bahwa seharusnya asas kemerdekaan yang diberikan kepada mahkama agung dalam
bentuk kekuasaan kehakiman dan lembaga tinggi negara harus di tegaskan dalam Undang –
Undang dasar 1945.
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1
Lihat ketentuan UU No. 48 tahun 2009 Pasal 1 ayat (1) tentang Kekuasaan Kehakiman
2
Ibid, Imam Anshori Saleh, Konsep Pengawasan Kehakiman, Setara Press, Malang, 2014,hlm.121-122
3
Bagir Manan, Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, (Bandung: LPPM Universitas Islam Bandung, 1995),
hlm. 45
d. Kekuasaan kehakiman yang merdeka dilakukan semata-mata melalui upaya hukum,
baik upaya hukum biasa maupun upaya hukum luar biasa oleh dan dalam lingkingan
kekuasan kehakiman sendiri.
e. Kekuasaan kehakiman yang merdeka melarang segala bentuk campur tangan dari
kekuasaan diluar kekuasaan kehakiman.
4
Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi”
UUD 1945 setelah perubahan tetap ditempatkan pada kekuasaan yang mandiri bebas
dari campur tangan kekuasaan lain. Dalam susunan kekuasaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang baru, kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah
Agung (MA), badan-badan peradilan lain dibawah MA, yaitu peradilan umum,
peradilan tata usaha negara, peradilan militer, dan peradilan agama serta Mahkamah
Konstitusi. Kemudian untuk menjaring hakim-hakim agung yang perofesional dan
mempunyai integritas terhadap profesinya sebagai penegak hukum dan keadilan,
terdapat lembaga yang khusus diadakan untuk rekrutmen calon-calon hakim agung yaitu
Komisi Yudisial.5
• permohonan kasasi;
• sengketa tentang kewenangan mengadili;
• permohonan peninjauan kembali.
5
Pasal 24B ayat (1) UUD 1945 menyatakan, “Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakum agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim”
c. kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Terdapat
pengecualian dalam pengajuan permohonan kasasi, ada perkara-perkara tertentu
yang tidak dapat diajukan permohonan kasasi, perkara tersebut adalah:
• putusan praperadilan;
• perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau diancam pidana denda;
• perkara tata usaha negara yang objek gugatannya berupa keputusan
pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah
yang bersangkutan. Mahkamah Agung berwenang juga:
• melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan
di semua lingkungan peradilan yang berada di bawahnya dalam
menjalankan kekuasaan kehakiman;
• melakukan pengawasan organisasi, administrasi badan peradilan yang
ada di bawahnya;
• meminta keterangan tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknis
peradilan dari semua badan yang berada di bawahnya;
• memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada pengadilan di
semua badan yang berada di bawahnya;
• memberikan pertimbangan hukum kepada presiden dalam
permohonan grasi dan rehabilitasi;
• dapat memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat masalah hukum
kepada lembaga negara dan lembaga pemerintahan.
6
Achmad Edi Subiyanto, Mendesain Kewenangan Kekuasaan Kehakiman Setelah Perubahan Uud 1945, Jurnal
Konstitusi, Volume 9, Nomor 4, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta. Desember 2012, Hlm 668-669
BAB III
KESIMPULAN
Dalam melaksanakan tugas di lembaga Mahkamah Agung, maka tugas dijalankan oleh
Hakim Mahkamah Agung. Hakim Mahkamah Agung yang di maksud di sini, adalah hakim
yang berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung yaitu disebut Kekuasaan kehakiman, dalam
konteks negara Indonesia, adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya
Negara Hukum Republik Indonesia.
Secara normatif menurut Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang tentang Komisi Yudisial No.
22 Tahun 2004, yang dimaksud dengan hakim adalah hakim agung dan hakim pada badan
peradilan disemua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung serta Hakim
Mahkamah Konstitusi sebagimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Sedangkan secara etimologi atau secara umum, Bambang Waluyo,
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hakim adalah organ pengadilan yang dianggap
memahami hukum, yang dipundaknya telah diletakkan kewajiban dan tanggungjawab agar
hukum dan keadilan itu ditegakkan, baik yang berdasarkan kepada hukum tertulis atau hukum
tidak tertulis (mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau
kurang jelas), dan tidak boleh ada satupun yang bertentangan dengan asas dan sendi peradilan
berdasar Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA
https://home.dilmil-
pontianak.go.id/serajah/#:~:text=Amandemen%20Keempat%20Undang%2DUndang%20Dasar,guna%
20menegakkan%20hukum%20dan%20keadilan%E2%80%9D. Di akses pada tanggal 21 februari 2023
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2021/05.2%20bab%202.pdf?sequence=8&isAll
owed=y. Di akses pada tanggal 21 februari 2023
https://home.dilmil-
pontianak.go.id/serajah/#:~:text=Amandemen%20Keempat%20Undang%2DUndang%20Dasar,guna%
20menegakkan%20hukum%20dan%20keadilan%E2%80%9D. Di akses pada tanggal 21 februari 2023
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/memaknai-freedom-of-judge-dalam-
kewenangan-hakim-oleh-hj-st-zubaidah-s-ag-s-h-m-h-3-10. Di akses pada tanggal 21 februari 2023