Di susun oleh:
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................
Latar Belakang.........................................................................................................................................
Rumusan Masalah...................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................
A. Ruang Lingkup Kekuasaan Kehakiman di Indonesia............................................................................
B. Ketentuan Umum Kekuasaan Kehakiman............................................................................................
1. Mahkamah Agung........................................................................................................................
2. Komisi Yudisial.............................................................................................................................
3. Mahkamah Konstitusi..................................................................................................................
C. Independensi Hakim sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman di Indonesia.....................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kekuasaan kehakiman?
2. Lembaga negara apa sajakah yang berperan dalam kekuasaan
kehakiman?
3. Bagaimanakah independensi hakim sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman?
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) telah ditegaskan bahwa Indonesia adalah
negara hukum. Prinsip penting dari negara hukum itu sendiri adalah adanya
jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari
pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan
bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Kekuasaan kehakiman merupakan salah satu bentuk kekuasaan tertinggi di
Indonesia (prime power).2 Pengertian tersebut juga dipertegas oleh Pasal 1 ayat
(1) UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang
menjelaskan bahwa: “Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Indonesia”
1
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), 2008, Hlm 17.
2
Dwi Puteri Mala, Analisis Yuridis Terhadap Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman (Perspektif Fiqh Siyasah), (Banten: UIN “Sultan Maulana Hasanuddin”),
2017, Hlm.
3
Duwi Handoko, Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, (Pekanbaru: Hawa dan AHWA), 2015,
Hlm 2.
3
1. Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.
2. Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang-undang.
3. Mahkamah Konstitusi berwenenang untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Komisi Yudisial berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, serta perilaku
hakim.4
Dalam pandangan Bagir Manan ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
dengan kekuasaan kehakiman yang merdeka ini;5
Sebagai bagian dari sistem pemisahan atau pembagian kekuasaan
diantara badan-badan penyelenggara negara, kekuasaan kehakiman
diperlukan untuk menjamin dan melindungi kebebasan individu;
Kekuasaan kehakiman yang merdeka diperlukan untuk mencegah
penyelenggara pemerintahan bertindak sewenang-wenang dan
menindas;
4
Ibid, hlm 2-3.
5
Achmad Edi Subiyanto, Mendesain Kewenangan Kekuasaan Kehakiman Setelah Perubahan
UUD 1945, Jurnal konstitusi 9 (4):661-80, 2012, Hlm 667.
4
Kekuasaan kehakiman yang merdeka diperlukan untuk menilai
keabsahan suatu peraturan perundang-undangan sehingga sistem
hukum dapat dijalankan dan ditegakkan dengan baik.
1. Mahkamah Agung
6
Lintje Anna Marpaung, Hukum Tata Negara Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2018),
hlm. 95
5
peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 24 ayat 2 UUD 1945.7
Pasal 24A ayat (1) UUD 1945 “Mahkamah Agung berwenang mengadili
pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangan-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh undang-undang”. Pasal 24A ayat (2) UUD 1945 “Hakim
agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela , adil,
professional, dan berpengalaman di bidang hukum”. Pasal 24A ayat (3) UUD
1945 “Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan
Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan
sebagai hakim agung oleh Presiden”. Pasal 24A ayat (4) UUD 1945 “Ketua dan
wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung”. Pasal 24A
ayat (5) UUD 1945 “Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara
Mahkamah Agung serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang-
undang”.
Fungsi utama dari MA sebagai sebuah Lembaga peradilan adalah
mewujudkan tujuan hakiki dari kekuasaan kehakiman yang merdeka dan
mandiri yaitu mewujudkan kedaulatan rakyat, interpreter of the constitution,
menegakkan keadilan, kebenaran dan kepastian hukum, menjalankan fungsi
check and balance guna menegakkan prinsip-prinsip negara hukum guna
mewujudkan masyarakat adil dan makmur.8
2. Komisi Yudisial
7
Ibid, hlm 96.
8
M. Syahrul Borman, Independensi Kekuasaan Kehakiman Dari Pengaruh Kekuasaan di
Indonesia, (Lex Journal: Kajian hukum & keadilan, vol.1 no.1) 2017
6
harapan untuk menegakkan kehormatan dan perilaku para hakim. Dalam hal ini
Komisi Yudisial berfungsi sebagai pengawas. Komisi Yudisial adalah lembaga
negara yang secara hukum dan konstitusional bertanggung jawab dan
berwenang untuk menjaga dan memulihkan kewibawaan dan kepercayaan
masyarakat dan dunia internasional terhadap lembaga peradilan.9
Pasal 24B ayat (1) UUD 1945 “Komisi Yudisial bersifat mandiri yang
berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim”. Peranan pengusulan dan pengangkatan Hakim
Agung meliputi pendaftaran, penyeleksian, penetapan, dan pengajuan calon
Hakim Agung ke Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan peranan penegakkan
kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim adalah
pengawasan terhadap perilaku hakim dimana akan menghasilkan dua hal yang
berbeda, yaitu hal negatif yang berupa pengusulan penjatuhan sanksi,
sebaliknya yang positif adalah pengusulan pemberian penghargaan terhadap
hakim atas prestasi dan jasanya menegakkan kehormatan dan keluhuran
martabat serta menjaga perilaku hakim.10
Pasal 24B ayat (2) UUD 1945 “Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai
pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela”. Pasal 24B ayat (3) UUD 1945 “Anggota
Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat”. Pasal 24B ayat (4) UUD 1945 “Susunan,
kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang”.
3. Mahkamah Konstitusi
9
Nurul Chotidjah, Eksistensi Komisi Yudisial Dalam Mewujudkan Kekuasaan Kehakiman Yang
merdeka, Syiar Hukum 12(2), 166-117, 2010. Hlm 168.
10
Ibid, Hlm 170.
7
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman,
di samping Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Keberadaan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara yang berfungsi
menangani perkara tertentu di bidang ketatanegaraan, dalam rangka menjaga
konstitusi agar dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan kehendak
rakyat dan cita-cita demokrasi.11
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap
Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran
partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Pasal
24C ayat (1) UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
Presiden menurut Undang-Undang Dasar. Pasal 24C ayat (2) UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi
yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh
Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang
oleh Presiden. Pasal 24C ayat (3) UUD 1945.
Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim
konstittusi. Pasal 24C ayat (4) UUD 1945.
Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta
tidak merangkap sebagai penjabat negara. Pasal 24C ayat (5) UUD 1945.
Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta
ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang.
Pasal 24C ayat (6) UUD 1945.
11
Bambang Sutiyoso, Pembentukan Mahkamah Konstitusi Sebagai Pelaku Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia, Jurnal Konstitusi 7 (6), 025-050, 2010. Hlm 29-30.
8
C. Independensi Hakim sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman di
Indonesia
Pada Penjelasan Resmi Angka I UU No. 48 Tahun 2009 memuat klarifikasi
yang lebih tegas tentang adanya independensi badan-badan peradilan dalam
penyelenggaraan peradilan. Hemat penulis perihal tersebut adalah:
“UUD NRI Tahun 1945 menegaskan Indonesia adalah negara hukum.
Sejalan dengan ketentuan tersebut maka salah satu prinsip penting negara
hukum adalah adanya jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang
merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.”
Senada dengan irama pemahaman di atas, dipertegas pula pada Pasal 3 ayat
(1) dan ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009, sebagai berikut:
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim
konstitusi wajib menjaga kemandirian peradilan.
Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar
kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
9
Indonesia, hal ini terkait dengan kewajiban Hakim untuk menggali, mengikuti,
dan memahami nilai-nilai hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Kewajiban inilah yang pada dasarnya merupakan pantulan dari asas Kedaulata
Rakyat.12
12
Aidul Fitriciada Azhari, Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka dan Bertangggungjawab di
Mahkamah Konstitusi: Upaya Menemukan Keseimbangan, Jurisprudence, Vol. 2, No. 1, 89-
118, 2005, Hlm 106.
13
Andi Suherman, Implementasi Independensi Hakim Dalam Pelaksanaan Kekuasaan
Kehakiman, SIGn Jurnal Hukum Vol. 1, No. 1, 42-51, 2019, Hlm 46
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Utama
dan AHWA
ANDI
no.1.
12
Azhari. A, (2005), Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka dan
13
14