e-ISSN :
ABSTRAK
Pelaksanaan pengawasan Mahkamah Konstitusi dilakukan oleh Dewan Etik dan MKMK untuk
menegakkan pelanggaran kode etik dan menjaga marwah serta keluruhan martabat Hakim
Konstitusi. Keberadaan Dewan Etik dalam keadaan status quo seakan mati suri karena disatu sisi
secara yuridis Mahkamah Konstitusi menjelaskan bahwa dengan hadirnya UU No. 7 tahun 2020
menandai berakhirnya eksistensi Dewan Etik. Namun di sisi lain PMK No. 2 tahun 2014 sebagai
pedoman pelaksanaan pengawasan Dewan Etik belum dicabut melalui PMK baru. Sehingga
mekanisme pengawasan kode etik Hakim Konstitusi mengalami kekosongan jabatan dan tidak
dapat berjalan secara efektif. Penelitian ini berusaha melihat bagaimana pengawasan Dewan Etik
dan MKMK dari segi tataran historis juga praktik dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia.
Kemudian melakukan perbandingan dengan negara lain, mengkaji problematika implementasi
pengawasan Dewan Etik dan MKMK, serta bagaimana mekanisme pengawasan yang lebih efektif
untuk menegakkan kode etik Hakim Konstitusi. Dalam rangka melakukan analisis tersebut,
penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan teknis analisis deskriptif-kualitatif.
Terdapat beberapa temuan, antara lain ketidakefektifan penanganan perkara etik karena
kewenangan Dewan Etik yang terbatas dan MKMK yang bersifat ad hoc. Pembentukan Dewan
Etik melalui PMK berimplikasi berpotensi ditunggangi conflict of interest, dan pengawasan oleh
Hakim Konstusi bersifat pasif karena Dewan Etik hanya dapat memeriksa dugaan pelanggaran
kode etik berdasarkan laporan masyarakat. Sehingga Penulis merumuskan adanya reformulasi
normatif dengan mengembalikan peranan KY sebagai pengawas eksternal MK dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku Hakim konstitusi yang
efektif.
Kata Kunci: Mahkamah Konstitusi, Dewan Etik, MKMK, Pengawasan, Efektif
ABSTRACT
The implementation of supervision of the Constitutional Court is carried out by the Ethics Council
and MKMK to establish a code of ethics and maintain the dignity of Constitutional Justices. The
existence of the Ethics Council in a state of status quo seems to be in suspended because, on the
one hand, the Constitutional Court explains that with the presence of Law no. 7 of 2020, showed
the end of the existence of the Ethics Council. But on the other hand, PMK No. 2 of 2014 as a
guideline for the implementation of the Ethics Council's supervision has not been revoked through
a new PMK. So that the mechanism for supervising the code of ethics of Constitutional Judges has
a vacancy in office and cannot run effectively. This study seeks to see how the Ethics Council and
MKMK supervise from a historical level as well as practice in the constitutional system in
Indonesia. Then make comparisons with other countries, examine the problem of implementing the
supervision of the Ethics Council and MKMK, as well as how to have a more effective supervisory
mechanism for the application of the code of ethics for Constitutional Justices. In order to carry
out the analysis, this study uses a normative juridical method with a descriptive-qualitative
analysis technique. There were several findings, including the ineffectiveness of handling ethical
cases due to the limited authority of the Ethics Council and the ad hoc MKMK. The Ethics Council
through PMK implies a possible conflict of interest, and supervision by the Constitutional Judge is
passive because the Ethics Council can only examine alleged violations of the code of ethics based
on public reports. So that the author formulates a normative reformulation by restoring the role of
KY as an external supervisor of the Constitutional Court in order to maintain and uphold the
honor, noble dignity, and effective behavior of constitutional judges.
Keywords: Constitutional Court, Ethics Council, MKMK, Supervision, Effective
21
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
22
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
23
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
MK No. 1-2/PUU-IX/2014, sehingga hukum Res judicata pro veritate habiteur19 dan
pengawasan Hakim Konstitusi kembali pertimbangan isi putusannya.
berlandaskan UU No. 8 Tahun 2011 Dari sisi normatif, Dewan Etik tidak
(sekarang telah dilakukan perubahan ketiga memiliki wewenang untuk memberhentikan
menjadi UU No. 7 Tahun 2020 tentang Hakim Konstitusi terduga/terlapor dan
Perubahan Ketiga atas UU No. 24 Tahun harus mengusulkan pembentukan MKMK
2003 tentang MK) dan PMK No. 2 tahun terlebih dahulu. Hal ini tidak efektif dari segi
2013 tentang Dewan Etik Hakim Konstitusi waktu dan berpotensi menghambat kinerja
yang diganti dengan PMK No. 2 tahun 2014 Hakim Konstitusi dalam melaksanakan
tentang MKMK. tugasnya sebagai pelaku kekuasaan
Kasus hukum yang menjerat Hakim kehakiman.20 Ditambah pada tahun 2022,
Konstitusi pun tidak hanya berhenti di dua dari tiga anggota Dewan Etik sudah
tahun 2013. Hal tersebut berlanjut dengan habis masa jabatannya di tahun 2021.
adanya pelanggaran-pelanggaran KEPPH Terhitung saat Penulisan ini dibuat masih
yang dilakukan beberapa di antaranya oleh belum ada pengisian kekosongan jabatan
Ketua MK Arief Hidayat dan Hakim Dewan Etik yang ditampilkan di laman
Konstitusi Patrialis Akbar.16 Adanya kode website MK RI.21 Oleh sebab itu, Penulisan
etik yang seharusnya menjadi acuan batasan artikel ilmiah ini berjudul Reformulasi
sekaligus pengingat bagi Hakim Konstitusi Pengawasan Mahkamah Konstitusi
untuk senantiasa menjaga perilaku dan Demi Meningkatkan Efektivitas
moralnya tetap saja dilanggar dan seolah Penegakan Kode Etik Hakim Konstitusi
tidak mengindahkan adanya lembaga .
pengawas internal mereka, yaitu Dewan Etik Adapun tinjauan pustaka yang
sebagai pengawas harian (day to day) dan digunakan dalam Penulisan ini yaitu;
MKMK sebagai perangkat ad hoc yang Pertama, tinjauan Teori Pengawasan Hakim,
diusulkan oleh Dewan Etik saat ada dugaan kegiatan pengawasan berhubungan dengan
pelanggaran berat.17 perencanaan pekerjaan pada sebuah
Selain itu, landasan yuridis Dewan lembaga/organisasi yang menurut pendapat
Etik sangat problematik karena terlahir Stoner dan Wankel diperlukan untuk
hanya melalui PMK No. 2 Tahun 2013 dan memastikan sebuah organisasi/lembaga
tidak diatur di dalam UU MK seperti bergerak sesuai jalurnya.22 Apabila
MKMK. Permasalahan tersebut pun organisasi/lembaga ini tidak berjalan sesuai
memunculkan kekeliruan yang mengira arah tujuan maka para manajer akan
bahwa tidak ada landasan hukum dari mengarahkan kepada jalurnya kembali.
Dewan Etik.18 Padahal terdapat PMK No. 2 Dalam konteks ini, hakim merupakan
Tahun 2013 yang diganti dengan PMK No. pejabat peradilan negara yang berwenang
2 Tahun 2014 sebagai keputusan hakim yang
harus dianggap benar, mengingat asas
16
Keputusan Dewan Etik Hakim Konstitusi dan
Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi,
https://www.mkri.id/. Diakses 26 Juli 2022
19
17
Indra Ramdani. (2020). Pengawasan Sudikno M. (2007). Penemuan Hukum Sebuah
hakim Mahkamah Konstitusi oleh Pengantar. Yogyakarta: Liberty. Hlm. 7.
20
Dewan Etik Kaitannya dengan Prinsip Lihat wewenang Dewan Etik Hakim Konstitusi
Objektivitas: Studi Keputusan Kewan di dalam Putusan Mahkamah Konstitusi
Etik Nomor 18/lap-v/bap/de/2018. Nomor 12/PUU-IX/2014.
21
UIN Sunan Gunung DJATI. Hlm 7–8. Profil Dewan Etik.
18
Ellydar, Chaidir dan Suparto. (2017) https://testing.mkri.id/peradilan/dewan_etik/profil.
Perlunya Pengawasan Terhadap Kode Diakses 25 Juli 2022
22
Etik dan Prilaku Hakim Konstitusi M. Riza. dkk (2018). Pengawasan terhadap
dalam rangka menjaga Martabat dan Integritas Hakim Konsitusi dalam Sistem
Kehormatannya. Jurnal UIR Law Review Ketatanegaraan di Indonesia. Jakarta: Mahkamah
01(02). hlm. 122-123. Konstitusi RI. 26.
24
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
untuk mengadili menurut undang-undang.23 Kedua, Teori kode etik dan perilaku
Menurut Bambang Waluyo, hakim yang hakim, kode etik menurut Shidarta
mengerti hukum diberikan kewajiban dan merupakan norma yang tersusun secara
tanggung jawab di pundaknya untuk dapat sistematis, berupa prinsip-prinsip moral
menegakkan hukum dan keadilan sesuai pada suatu profesi yang keberadaannya
dengan asas yang mengatur serta nilai melekat dan tidak dapat dipisahkan.25 Kode
ketuhanan di sendi peradilan.27 etik profesi mengarahkan anggotanya untuk
Lebih lanjut, hakim di dalam UU No. berbuat sesuai aturan yang mereka terima,
48 tahun 2009 tentang Kekuasaan demi menjamin moral profesi di pandangan
Kehakiman dapat dibagi menjadi Hakim masyarakat.26 Hal ini sejalan dengan
(hakim yang badan peradilannya berada di deklarasi kode etik dan perilaku Hakim
bawah MA), Hakim Agung (Hakim MA), Konstitusi atau Sapta Karsa Utama yang
Hakim Konstitusi (Hakim MK) dan Hakim disusun dengan merujuk The Bangalore
ad hoc (hakim yang bersifat sementara). Principle Of Judicial Condact27 guna terpelihara
Berdasarkan teori pengawasan hakim di atas, dan terjaganya integritas serta kompetensi
hakim bukanlah malaikat tetapi hanya Hakim Konstitusi.
seorang manusia biasa yang dapat Kode etik juga dijadikan landasan
melakukan kesalahan dalam memutus moral sekaligus pedoman sikap dan tingkah
sebuah perkara. Pekerjaan hakim itu laku. Sehingga sanksi yang didapatkan
dilakukannya dengan sifat hakim yang berupa sanksi administratif dan sanksi
merdeka dan mandiri. Akan tetapi, ada moral. Kemudian, tinjauan KEPPH,
anggapan bahwa kemerdekaan atau merupakan panduan moral dan etik bagi
kebebasan hakim itu tidak bersifat absolut setiap Hakim Konstitusi, baik dalam
karena hakim harus menegakkan keadilan menjalankan tugas konstitusionalnya
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun maupun dalam pergaulannya di
1945. masyarakat.28 Panduan ini merujuk pada
Hal ini sebagaimana diatur dalam PMK No. 9 Tahun 2006 tentang
Pasal 24C ayat 5 UUD NRI Tahun 1945 dan Pemberlakuan Deklarasi kode etik dan
Pasal 27A UU MK (UU No. 7 Tahun 2020) perilaku Hakim Konstitusi. Kode etik ini
yang keduanya sama-sama mengamanatkan sebagai penuangan konkrit dari aturan etika
bahwa Hakim Konstitusi harus memiliki
integritas berdasarkan norma dan etika yang
diatur dalam kode etik dan perilaku Hakim. Kementrian Hukum dan HAM, 2010).
Hlm. 71.
Oleh karena itu, hakim dapat bersifat 25
A. S. Niru. (2020). Kode Etik Sebagai
merdeka atau bebas, tetapi kebebasannya
Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum yang
tersebut tidak boleh terlepas dari tanggung Baik”, Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara.
jawab yang membatasi kebebasannya (tidak VIX(2). Hlm. 3.
terlepas dari pengawasan).24 26
M. Abdulkadir. (2006). Etika Profesi Hukum.
Bandung: PT Citra Bakti. Hlm 77.
27
The Bangalore Priciple Of Judicial Condact
23
Pasal 1 Butir 8 mengatur mengenai independence,
Undang-Undang Nomor 8 impartiality, integrity, propriety, equality, and
Tahun 1981 tentang Hukum competence and diligent sebagai tolak ukur
Acara Pidana 27 Riko penilaian perilaku
Syahrudin. Kedudukan Hakim hakim,https://www.unodc.org/res/ji/impor
di Indonesia. t/international_standards/commentary_on_t
http//www.academia.edu/27325847/Kedudukan_Ha he_bangalo
kim_ di Indonesia. Diakses 31 Juli 2022 re_principles_of_judicial_conduct/bangalore_
24
A. Ahsin Thohari. (2010). Desain principles_english.pdf. Diakses 31 Juli
Konstitusional Komisi Yudisial dalam 2022; lihat pula PMK Nomor
Sistem Ketatanegaraan Indonesia, 9/PMK/2006 tentang Deklarasi Kode
Jurnal Legislasi Indonesia, Vol.7 No. 1, Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi
28
Maret, (Jakarta: Direktorat Jenderal Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2
Peraturan Perundang-Undangan Tahun 2014
25
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
dan moral. Hal inilah yang nantinya akan mengukur efektivitas. Faktor ini terdiri dari
berusaha dijaga dan ditegakkan oleh pencapaian tujuan, integrasi, dan adaptasi.
pengawas etik. Pencapaian tujuan dinilai sebagai periodisasi
Ketiga, Teori Efektivitas, efektivitas tahapan atau kurun waktu yang ditentukan
berasal dari kata dasar efek yang berarti untuk mencapai target sasaran. Integrasi
pengaruh dan kata efektif yang berarti dapat dipandang berkaitan dengan proses-proses
membawa hasil, manjur, dan mangkus.29 yang menyangkut sosialisasi. Sedangkan,
Menurut Siswandi, efektivitas berkaitan adaptasi digunakan sebagai kemampuan
dengan proses mengerjakan pekerjaan menyesuaikan diri yang digunakan oleh
dengan benar atau sesuai dengan tugasnya.30 organisasi dengan lingkungannya untuk
Menurut Kurniawan, efektivitas dijelaskan mengisi pengadaan dan tenaga kerja.34
sebagai kemampuan untuk melaksanakan Berdasarkan uraian mengenai latar
fungsi atau tugas dari sebuah organisasi belakang dan keadaan status quo, Penulis akan
maupun sejenisnya yang mana telah mengangkat tiga rumusan masalah, yaitu:
memasuki tahap tanpa hadirnya ketegangan Pertama, Bagaimana pengaturan
dalam pelaksanaannya.31 Hal tersebut pengawasan Hakim Konstitusi oleh Dewan
menjelaskan bahwa efektivitas merupakan Etik dan Majelis Kehormatan Mahkamah
suatu tahap telah tercapainya keberhasilan Konstitusi? Rumusan ini akan menerangkan
dari suatu tujuan. mengenai sejarah pengawasan Hakim
Pengertian tersebut sejalan dengan Konstitusi, komparasi antar peraturan, dan
pendapat Bastian yang menerangkan bahwa analisis implikasi dari pengaturan normatif
efektivitas adalah keberhasilan yang dicapai yang berlaku. Kedua, Bagaimana
dari sasaran atau tujuan yang telah implementasi pengawasan Hakim
ditetapkan sebelumnya.32 Konsep ini dapat Konstitusi dan Majelis Kehormatan
diidentifikasi melalui sudut pandang Mahkamah Konstitusi? Rumusan ini akan
keorganisasian yang membaginya menjadi menganalisis implementasi peraturan terkait
tiga bagian yaitu individu, kelompok, dan Dewan Etik dan Majelis Kehormatan
organisasi.33 Mahkamah Konstitusi, permasalahan/kasus
Menurut Richard M. Steers yang yang timbul selama pelaksanaan pengawasan
dikutip oleh Ducan, ada faktor yang dapat dikaitkan dengan pengaturan normatif, serta
komparasi lembaga pengawasan etik. Ketiga,
29
KBBI Online, https://kbbi.web.id/efektivitas. Bagaimana model reformulasi pengawas
Diakses 03 Agustus 2022. hakim konstitusi dalam menjaga dan
30
Siswandi. (2011). Aplikasi Manajemen mengawasi kode etik dan perilaku Hakim
Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Hlm. Konstitusi? Rumusan ini memaparkan
39. bagaimana solusi yang akan Penulis bawa
31
A.Y. Wambrauw. (2013). Efektivitas terkait pengawasan Hakim Konstitusi,
Pelaksanaan Peraturan Daerah termasuk bagaimana formulasinya.
Perpajakan dan Retribusi Daerah Adapun tujuan Penulisan ini
Dalam Memperoleh Pendapatan Asli ditujukan secara subyektif untuk mengikuti
Daerah di Kabupaten Supiori Provinsi
Kompetisi Artikel Ilmiah dalam rangkaian
Papua.
acara Constitutional Law Festival 2022 yang
http://ejournal.uajy.ac.id/id/eprint/4241.
Diakses 03 Agustus 2022 diadakan oleh Fakultas Hukum Universitas
32
D. Suhendri. (2017). Efektivitas Kinerja Brawijaya. Sedangkan, secara obyektif
Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Penulisan ini ditujukan untuk menganalisis,
Kota dalam Mengelola Taman Kenanga mengetahui, dan mengkritisi kinerja Dewan
Dusun Gemulo Kota Batu. Hlm. 19. Etik serta untuk merumuskan dan
https://eprints.umm.ac.id/35927/ Diakses menerapkan reformulasi pengawas Hakim
03 Agustus 2022. Konstitusi.
33
Gibson, James L., John M. Ivancevich dan
James H. Donnely Jr. (1996). Organisasi:
34
Perilaku, Struktur, Proses. (Terjemahan) Edisi Richard M. S. (1985). Efektivitas Organisasi.
Delapan. Jakarta: Binarupa Aksara. Jakarta: Erlangga. Hlm. 53.
26
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
27
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
Penafsiran demikian sejalan dengan apa yang hanya diangkat untuk jangka waktu lima
dikemukakan Fajrul Falaakh, Jimly tahun.44 Pendapat Natabaya ini sejalan
Asshiddiqie, dan M. Laica Marzuki. Fajrul dengan putusan akhir yang diambil oleh MK
Falaakh berpendapat bahwa sebenarnya untuk mengamputasi pengawasan eksternal
tidak ada penafsiran spesifik makna hakim KY melalui Putusan MK No.
pada tingkat konstitusi, tetapi kita dapat 005/PUU-VI/2006 tentang Judicial Review
merujuk pada Risalah Sidang MPR dan UU No. 22 Tahun 2004 dan UU No. 4
bahan sosialisasi hasil-hasil amandemen.40 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
Berdasarkan kedua sumber tersebut, melalui pada 23 Agustus 2006.45 Dalam putusan
metode penafsiran semantik dapat dipahami tersebut salah satunya memutuskan bahwa
pemaknaan kata “hakim” ialah sebagaimana pencakupan Hakim Konstitusi masuk
dituliskan yaitu mencakup semua hakim dalam pengertian hakim pada UU KY
sehingga pemaknaan hakim pada pasal 24B adalah tidak benar dan bertentangan dengan
ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 mencakup UUD NRI Tahun 1945 dan membatalkan
semua hakim.41 Pernyataan Fajrul Falaakh beberapa pasal dan materi hampir
sejalan dengan pendapat Jimly Asshiddiqie, seluruhnya.46
Jimly berpendapat bahwa berdasarkan Dengan diamputasinya kewenangan
penafsiran harafiah, Hakim Konstitusi pengawasan eksternal terhadap MK oleh
masuk ke dalam pengeritan hakim yang KY, pembentuk UU dalam hal ini DPR,
diawasi oleh KY sebagaimana Pasal 24B ayat melalui perubahan UU No. 24 Tahun 2003
(1).42 Pendapat kedua ahli di atas didukung tentang MK dengan UU No. 8 Tahun
pula dengan pernyataan M. Laica Marzuki, ia 2011.47 Dalam perubahan UU tersebut DPR
menyatakan bahwa amanat Konstitusi mengonstruksikan adanya pengawasan
kepada KY untuk menjaga dan menegakkan internal dari MK sebagai pengganti
kehormatan dan keluhuran hakim adalah pengawasan eksternal yang telah diamputasi.
termasuk Hakim Konstitusi .43 Konstruksi pengawasan ini diatur dalam
Berbeda dengan Fajrul Falaakh, Jimly Pasal 27A bahwa MKMK merupakan
Asshiddiqie, dan M. Laica Marzuki, perangkat yang dibentuk MK, guna
Natabaya berpendapat bahwa Hakim melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
Konstitusi bukan termasuk pengertian para Hakim Konstitusi dalam hal memantau,
hakim yang diawasi oleh KY karena Hakim memeriksa, dan merekomendasikan
Konstitusi bukan hakim profesi tetap, tindakan Hakim Konstitusi yang diduga
layaknya hakim pada umumnya, melainkan melanggar KEPPH.53 Berikut perbandingan
28
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
48
Ibid.
49
Heru Sri Kumoro, Mantan Ketua Mk Akil 50
Achmad Safiudin R. (2016). Pengawasan
Mochtar Divonis Seumur Hidup Komisi Yudisial Terhadap Hakim Mahkamah
https://nasional.kompas.com/read/2014/06 Konstitusi Perspektif Fiqh Sifayah. Al-Daulah
/30/2203501/Mantan.Ketua.MK.Akil.Mochtar Jurnal Hukum dan Perundangan Islam 6(1).
.Divonis.S eum. Diakses 23 Juli 2022. Hlm. 83.
29
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
30
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
sederhana. Sistem kerja tersebut dapat subjek pembentuknya adalah sekaligus objek
tergambar pada bagan berikut: yang diawasi. Ketiga, terkait dengan
31
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
55
Lihat Pasal 31 dan 32 PMK No. 2 tahun 2014.
56
M. Riza, dkk. Op.Cit. Hlm. 127.
57
Zihan Syahayani. (2014). Pembaharuan Hukum
dalam Sistem Seleksi dan Pengawasan Hakim
58
Konstitusi. Fakultas Hukum Universitas Ibid.
59
Brawijaya. Hlm. 4. Wiryanto. Op.Cit. Hlm. 127.
32
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
Tabel 4 Perbandingan antara lembaga etik MK Tabel 5 Perbandingan lembaga pengawasan etik di
dan DKPP KPU negara lain
33
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
34
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
35
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
36
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
karena Hakim Konstitusi aktif juga memiliki laporan yang masuk tersebut menunjukkan
peran untuk memeriksa dan mengadili hasil yang baik, tetapi apakah laporan yang
perkara di MK. Penulis mengusulkan jarang tersebut disebabkan karena kinerja
susunan komposisi keanggotaan MKHK pengawasan Dewan Etik yang memang baik
terdiri dari 2 (dua) orang mantan Hakim dan Hakim Konstitusi yang menaati
Konstitusi, 2 (dua) orang praktisi hukum, 2 KEPPH dengan patuh? ataukah karena
(dua) orang guru besar dibidang hukum, dan kurangnya pengetahuan masyarakat umum
1 (satu) orang tokoh masyarakat. terkait pengawasan internal MK tersebut?
Kedua, pengaturan kedudukan Oleh karena itu, Penulis memberikan solusi
MKHK secara normatif harus bersifat tetap tambahan bahwa MKHK bisa memiliki
karena apabila MKHK bersifat ad hoc, maka kewenangan untuk menyosialisasikan diri
tidak efisien dan tidak bersifat berkelanjutan mereka seperti DKPP RI.73 Misalnya
sehingga penanganan laporan day to day akan menyediakan handbook bahan sosialisasi yang
mengalami masalah karena tidak ditangani memuat penjelasan fungsi, kewenangan, alur
oleh anggota tetap serta memicu judicial pemeriksaan, alur pengaduan dan cara
corruption.71 Kemudian, karena kedudukannya pengaduan yang lebih jelas dan terperinci
bersifat tetap, anggota KY tidak bisa apabila ada dugaan pelanggaran KEPPH
menjadi anggota MKHK karena objek yang bisa diunduh oleh siapa saja melalui
pengawasan KY tidak mencakup Hakim website resmi MK RI.
Konstitusi sebagaimana diatur di dalam Kelima, MKHK bisa memiliki sanksi
ketentuan Putusan MK Nomor yang lebih tegas dari Dewan Etik dan dapat
005/PUU-IV/2006. bersikap aktif menangani dugaan
Ketiga, terkait dengan pelanggaran kode etik (bukan menunggu
pembentukannya sendiri, MKHK akan perkara/laporan masyarakat). Sebelumnya
dipilih oleh panel ahli yang akan menyeleksi Dewan Etik hanya memiliki kewenangan
secara ketat dan akuntabel. Panel ahli ini pemberian sanksi terhadap pelanggaran
terdiri dari 1 (satu) orang mantan Hakim ringan berupa teguran lisan dan
Konstitusi, 1 (satu) orang guru besar mengusulkan rekomendasi pembentukan
dibidang hukum dan 1 (satu) orang tokoh MKMK untuk dugaan pelanggaran berat
masyarakat yang masing-masing diakui dan dengan jangka waktu paling lambat dibentuk
tidak tercela kepribadiannya, serta ketiganya tujuh hari sejak rekomendasi pengusulan
masing-masing dipilih oleh MK sehingga Dewan Etik tersebut diterima.74 Oleh karena
kedudukannya masih bersifat internal. Lebih itu, demi mengefektifkan waktu pemrosesan
lanjut, untuk menutup adanya dugaan tidak perkara maka MKHK diusulkan oleh
independen dan dugaan bahwa Hakim Penulis memiliki kewenangan pemberian
Konstitusi dilindungi oleh lembaga sanksi teguran tertulis (peringatan dan
pengawas internalnya, maka susunan pengisi peringatan keras), pemberhentian sementara
panel ahli maupun anggota MKHK harus dan pemberhentian tetap seperti sanksi yang
diisi oleh orang-orang yang memang ada pada DKPP RI tanpa perlu membentuk
memiliki track record bagus dan dipercaya lembaga ad hoc untuk memutus pelanggaran
oleh publik. berat.75
Keempat, keadaan status quo
mengindikasikan semakin jarangnya laporan
yang masuk ke Dewan Etik.72 Jarangnya 73
DKPP. https://dkpp.go.id/bahan-sosialisasi/
Diakses 02 Agustus 2022.
74
71
Pratiwi, P. S. (2018). Dua Kali Kena Sanksi, Lihat Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal 15
Arief Hidayat Masih Pimpin MK. CNN Peraturan Dewan Etik Hakim Konstitusi
Indonesia. No. 1 Tahun 2014 tentang Mekanisme
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180 Kerja dan dan Tatacara Pemeriksaan
116153601-12-269337/dua-kali-kena-sanksi-ar Laporan dan Informasi.
75
ief- hidayat-masih-pimpin-mk. Diakses 20 Juli Lihat Pasal 22 Peraturan Dewan Kehormatan
2022. Penyelenggara Pemilihan Umum Republik
72
MKRI, Loc.Cit. Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang
37
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
38
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
39
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
40
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
41
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
42
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :
e-ISSN :
43