Anda di halaman 1dari 23

Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

REFORMULASI PENGAWASAN MAHKAMAH KONSTITUSI


DEMI MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENEGAKAN KODE ETIK HAKIM
KONSTITUSI

Wahyu Aji Ramadan, Irma Aulia Pertiwi Nusantara, Tanti Mitasari


Universitas Gadjah Mada
Wahyu.aji.r@mail.ugm.ac.id, Irmaaulia2020@mail.ugm.ac.id,
Tanti.mitasari@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK
Pelaksanaan pengawasan Mahkamah Konstitusi dilakukan oleh Dewan Etik dan MKMK untuk
menegakkan pelanggaran kode etik dan menjaga marwah serta keluruhan martabat Hakim
Konstitusi. Keberadaan Dewan Etik dalam keadaan status quo seakan mati suri karena disatu sisi
secara yuridis Mahkamah Konstitusi menjelaskan bahwa dengan hadirnya UU No. 7 tahun 2020
menandai berakhirnya eksistensi Dewan Etik. Namun di sisi lain PMK No. 2 tahun 2014 sebagai
pedoman pelaksanaan pengawasan Dewan Etik belum dicabut melalui PMK baru. Sehingga
mekanisme pengawasan kode etik Hakim Konstitusi mengalami kekosongan jabatan dan tidak
dapat berjalan secara efektif. Penelitian ini berusaha melihat bagaimana pengawasan Dewan Etik
dan MKMK dari segi tataran historis juga praktik dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia.
Kemudian melakukan perbandingan dengan negara lain, mengkaji problematika implementasi
pengawasan Dewan Etik dan MKMK, serta bagaimana mekanisme pengawasan yang lebih efektif
untuk menegakkan kode etik Hakim Konstitusi. Dalam rangka melakukan analisis tersebut,
penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan teknis analisis deskriptif-kualitatif.
Terdapat beberapa temuan, antara lain ketidakefektifan penanganan perkara etik karena
kewenangan Dewan Etik yang terbatas dan MKMK yang bersifat ad hoc. Pembentukan Dewan
Etik melalui PMK berimplikasi berpotensi ditunggangi conflict of interest, dan pengawasan oleh
Hakim Konstusi bersifat pasif karena Dewan Etik hanya dapat memeriksa dugaan pelanggaran
kode etik berdasarkan laporan masyarakat. Sehingga Penulis merumuskan adanya reformulasi
normatif dengan mengembalikan peranan KY sebagai pengawas eksternal MK dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku Hakim konstitusi yang
efektif.
Kata Kunci: Mahkamah Konstitusi, Dewan Etik, MKMK, Pengawasan, Efektif

ABSTRACT
The implementation of supervision of the Constitutional Court is carried out by the Ethics Council
and MKMK to establish a code of ethics and maintain the dignity of Constitutional Justices. The
existence of the Ethics Council in a state of status quo seems to be in suspended because, on the
one hand, the Constitutional Court explains that with the presence of Law no. 7 of 2020, showed
the end of the existence of the Ethics Council. But on the other hand, PMK No. 2 of 2014 as a
guideline for the implementation of the Ethics Council's supervision has not been revoked through
a new PMK. So that the mechanism for supervising the code of ethics of Constitutional Judges has
a vacancy in office and cannot run effectively. This study seeks to see how the Ethics Council and
MKMK supervise from a historical level as well as practice in the constitutional system in
Indonesia. Then make comparisons with other countries, examine the problem of implementing the
supervision of the Ethics Council and MKMK, as well as how to have a more effective supervisory
mechanism for the application of the code of ethics for Constitutional Justices. In order to carry
out the analysis, this study uses a normative juridical method with a descriptive-qualitative
analysis technique. There were several findings, including the ineffectiveness of handling ethical
cases due to the limited authority of the Ethics Council and the ad hoc MKMK. The Ethics Council
through PMK implies a possible conflict of interest, and supervision by the Constitutional Judge is
passive because the Ethics Council can only examine alleged violations of the code of ethics based
on public reports. So that the author formulates a normative reformulation by restoring the role of
KY as an external supervisor of the Constitutional Court in order to maintain and uphold the
honor, noble dignity, and effective behavior of constitutional judges.
Keywords: Constitutional Court, Ethics Council, MKMK, Supervision, Effective

21
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

A. PENDAHULUAN Dalam penyelenggaraan wewenang


Reformasi konstitusi berhasil dan kewajibannya, MK memiliki Hakim
melahirkan lembaga-lembaga baru untuk Konstitusi yang pengangkatannya ditetapkan
mengendalikan kemungkinan terjadinya oleh presiden.5 Hakim Konstitusi terdiri atas
tindakan penguasa yang bertentangan sembilan orang yang diajukan
dengan konstitusi. Hal tersebut sejalan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah
dengan Lord Acton yang berpendapat Agung (MA), tiga orang oleh DPR, dan tiga
bahwa, “Power tends to corrupt, absolute power orang oleh Presiden.6 Kemudian, untuk
corrupt absolutely”. Hasilnya, lembaga-lembaga memilih Hakim Konstitusi tersebut ada
baru seperti Mahkamah Konstitusi (MK) conditio sine qua non sebagai syarat yang harus
lahir dengan gagasan utama untuk menguji dimiliki oleh para Hakim Konstitusi. Syarat
undang-undang terhadap Undang-Undang tersebut seperti negarawan yang menguasai
Dasar Negara Republik Indonesia (UUD konstitusi dan ketatanegaraan, berintegritas,
NRI Tahun 1945).1 Sifat pengujian ini pun tidak tercela dan lain sebagainya.5 Oleh
bersifat mutlak karena diatur di dalam UUD karena itu, untuk mencapai realisasi para
NRI Tahun 1945 untuk menjaga hak-hak Hakim Konstitusi yang bermartabat, luhur,
konstitusional, baik yang bersifat asasi tidak tercela, akuntabel, dan imparsial perlu
maupun yang melekat pada jati diri bangsa.2 adanya pembatasan perilaku hakim melalui
MK sebagai salah satu lembaga kode etik. Konsekuensi tersebut nantinya
yudikatif mempunyai empat wewenang dan akan menghadirkan unsur pengawasan
satu kewajiban yang diatur di dalam Pasal terhadap kode etik dan perilaku Hakim, baik
24C UUD NRI Tahun 1945 yaitu, untuk yang bersifat internal maupun eksternal.6
menguji undang-undang terhadap UUD, Dalam perjalanan perubahan
menyelesaikan sengketa kewenangan konstitusi, Komisi Yudisial (KY) masuk ke
lembaga negara yang kewenangannya dalam BAB IX UUD NRI Tahun 1945
diberikan oleh UUD, memutus perselisihan sebagai lembaga mandiri untuk menjaga dan
hasil pemilihan umum dan memutus menegakkan kehormatan, keluhuran
pembubaran partai politik, serta satu martabat, dan perilaku hakim.7 Lebih lanjut,
kewajiban untuk memberikan putusan atas wewenang KY diatur di dalam UU No. 22
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial (UU
terkait dugaan pelanggaran yang dilakukan KY).8 Namun, fungsi pengawasan yang ada
oleh Presiden dan/atau Wakil pada KY sebagai pengawas eksternal
Presiden menurut UUD.3 Oleh karenanya, terhadap Hakim Agung, Hakim Konstitusi,
MK juga disebut dengan “the guardian of dan hakim-hakim badan peradilan yang
constitution, the final interpreter of constitution, the berada di bawah MA menuai beragam
guardian of democracy, the protector of citizen’s pendapat.9
constitutional right, and the protector of human MA menganggap KY seharusnya
rights”.4 hanya mengawasi perilaku hakim
1
Ni’matul Huda dan Riri Nazriyah (2011). Teori
dan Pengujian Peraturan Perundang-Undangan. Sebagai Penjaga Konstitusi dan Pengawal
Yogyakarta: Nusamedia. Hlm. 34. Demokrasi Dalam Sengketa Pemilu”
2
Wendra Yunaldi. (2018). Judicial Review “Satu Jakarta, 3 Mei 2013. Hlm. 2. 5 Pasal 24C
Atap” Peraturan Perundang-Undangan di ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. 6 Pasal 24
Bawah Kewenangan Mahkamah Konstitusi, ayat (3) UUD NRI Tahun 1945.
5
Pagaruyuang Law Journal 1(2). Hlm.199. Pasal 24 C ayat (5) UUD NRI Tahun 1945.
6
3
Pasal 24 C ayat (1) dan ayat (2) UUD NRI Wiryanto. (2019). Etik Hakim Konstitusi:
Tahun 1945. Rekonstruksi dan Evolusi Sistem Pengawasan.
4
Materi Pointers Hakim Mahkamah Depok: Rajawali Pers. Hlm.1-17.
7
Konstitusi Prof. Dr. Arief Hidayat, S.H., Pasal 24 B ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.
8
M.S. Dalam Acara Continuing Legal Telah diperbarui oleh UU No. 18 Tahun 2011
9
Education,” Peran Mahkamah Konstitusi Putusan MK No. 005/PUU-IV/2006

22
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

berdasarkan kode etik dan tidak pengawasan Hakim Konstitusi di dalam


mengganggu hak-hak konstitusional Hakim Pasal 27A. Pengawasan tersebut dilakukan
Agung. Oleh karenanya, beberapa Hakim oleh MKMK yang terdiri atas satu orang
Agung MA memutuskan melakukan Hakim Konstitusi, satu orang anggota KY,
pengujian UU No. 22 Tahun 2004.10 Pada satu orang dari unsur DPR, satu orang dari
intinya pengujian tersebut tidak menjadikan unsur Pemerintah yang menyelenggarakan
Hakim Konstitusi sebagai objek urusan pemerintahan dibidang hukum, dan
pengawasan KY sebagaimana Putusan MK satu orang Hakim Agung.15 Kemudian,
No. 005/PUU-IV/2006 dengan beberapa pengaturan keanggotaan MKMK yang
pertimbangan yang di antaranya terdiri atas anggota KY, DPR, dan Hakim
menyebutkan bahwa, “Secara sistematis dan Agung dicabut dengan Putusan MK No.
dari penafsiran “original intent”, ketentuan 49/PUU/2011 dan PMK 10 Tahun 2006
Pasal 24B UUD NRI Tahun 1945 tidak diubah menjadi PMK No. 1 Tahun 2013
mencakup objek perilaku Hakim Konstitusi tentang MKMK.13
sebagaimana diatur dalam Pasal 24C UUD Pada tahun 2013, MK menjadi pusat
NRI Tahun 1945. Hal ini dapat dibuktikan perhatian karena ketua MK nonaktif Akil
dengan risalah-risalah rapat-rapat Panitia ad Mochtar tertangkap tangan oleh Komisi
hoc I Badan Pekerja MPR maupun dari Pemberantasan Korupsi (KPK).14 MK pun
keterangan para mantan anggotanya. mengeluarkan PMK No. 2 Tahun 2013
Pertimbangan lainnya adalah karena Hakim tentang Dewan Etik Hakim Konstitusi
Konstitusi bukanlah hakim profesi, sebagai perangkat yang menjaga dan
melainkan hakim karena jabatan. Apabila menegakkan Kode Etik dan Pedoman
Hakim Konstitusi diawasi oleh KY, maka Perilaku Hakim (KEPPH) Konstitusi.
kewenangan MK akan terganggu dan Seiring berjalannya waktu, oleh karena PMK
terjebak serta dapat menimbulkan anggapan a quo belum dilandasi dasar hukum yang
bahwa MK tidak dapat bersikap imparsial. jelas, pemerintah pun menerbitkan Peraturan
Terkhusus, apabila ada masalah sengketa Pemerintah Pengganti Undang-Undang
kewenangan lembaga negara yang salah Nomor 1 Tahun 2013 (Perppu No. 1 Tahun
satunya adalah KY”.11 2013) untuk meningkatkan rasa percaya
Sejak saat itu, MK hanya memiliki masyarakat karena wibawa MK yang
satu pengawas internal, yaitu Majelis tercoreng akibat kasus yang menjerat Ketua
Kehormatan Mahkamah Konstitusi MK nonaktif Akil Mochtar.15 Peraturan
(MKMK) yang diatur di dalam Pasal 23 ayat tersebut pun disahkan menjadi UU No. 4
(3) dan ayat (5) UU No. 24 Tahun 2003 Tahun 2014 tentang Penetapan Peraturan
tentang MK dan Peraturan Mahkamah Pemerintah Pengganti UU No. 1 Tahun
Konstitusi (PMK) No. 7 Tahun 2005 2013 tentang Perubahan Kedua Atas UU
tentang Kode Etik dan Perilaku Hakim. No. 24 Tahun 2003 tentang MK Menjadi
Namun, pengaturan pengawasan mengenai UU No. 4 Tahun 2014. Namun, UU a quo
MKMK ini masih belum jelas adanya dan kembali dinyatakan batal melalui Putusan
tidak spesifik.12 Oleh karena itu, UU No. 24
tahun 2003 mengalami perubahan menjadi 13
Wiryanto. (2016). Penguatan Dewan Etik
UU No. 8 Tahun 2011 tentang Perubahan dalam Menjaga Keluhuran Martabat Hakim
atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang MK. Konstitusi, Jurnal Konstitusi. 13(4). Hlm.722.
Hadirnya perubahan UU MK mempertegas 14
Hidayatullah, B.A. (2021). Rekonstruksi
konstruksi normatif dari adanya sistem Pengawasan Etik Hakim Mahkamah Konstitusi
dalam
10
Op.cit., hlm. 9. Perspektif Hukum Administrasi Negara.
11
Putusan MK No. 005/PUU-IV/2006. Jurnal Hukum Kenegaraan dan Politik Islam.
12
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Hlm. 39
15
Dr. Wiryanto, S.H., M. Hum. selaku Dian Maharani “Mantan Ketua MK Akil
penulis buku “Etik Hakim Konstitusi: Mochtar Divonis Seumur Hidup”,
Rekonstruksi dan Evolusi Sistem https://nasional.kompas.com/read/2014/06/30/
Pengawasan”. 15 Pasal 27 ayat (2) UU No. 2203501/Mantan.Ketua.MK.Akil.Mochtar.Divon
8 Tahun 2011. is.S eumur.Hidup. Diakses 26 Juli 2022

23
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

MK No. 1-2/PUU-IX/2014, sehingga hukum Res judicata pro veritate habiteur19 dan
pengawasan Hakim Konstitusi kembali pertimbangan isi putusannya.
berlandaskan UU No. 8 Tahun 2011 Dari sisi normatif, Dewan Etik tidak
(sekarang telah dilakukan perubahan ketiga memiliki wewenang untuk memberhentikan
menjadi UU No. 7 Tahun 2020 tentang Hakim Konstitusi terduga/terlapor dan
Perubahan Ketiga atas UU No. 24 Tahun harus mengusulkan pembentukan MKMK
2003 tentang MK) dan PMK No. 2 tahun terlebih dahulu. Hal ini tidak efektif dari segi
2013 tentang Dewan Etik Hakim Konstitusi waktu dan berpotensi menghambat kinerja
yang diganti dengan PMK No. 2 tahun 2014 Hakim Konstitusi dalam melaksanakan
tentang MKMK. tugasnya sebagai pelaku kekuasaan
Kasus hukum yang menjerat Hakim kehakiman.20 Ditambah pada tahun 2022,
Konstitusi pun tidak hanya berhenti di dua dari tiga anggota Dewan Etik sudah
tahun 2013. Hal tersebut berlanjut dengan habis masa jabatannya di tahun 2021.
adanya pelanggaran-pelanggaran KEPPH Terhitung saat Penulisan ini dibuat masih
yang dilakukan beberapa di antaranya oleh belum ada pengisian kekosongan jabatan
Ketua MK Arief Hidayat dan Hakim Dewan Etik yang ditampilkan di laman
Konstitusi Patrialis Akbar.16 Adanya kode website MK RI.21 Oleh sebab itu, Penulisan
etik yang seharusnya menjadi acuan batasan artikel ilmiah ini berjudul Reformulasi
sekaligus pengingat bagi Hakim Konstitusi Pengawasan Mahkamah Konstitusi
untuk senantiasa menjaga perilaku dan Demi Meningkatkan Efektivitas
moralnya tetap saja dilanggar dan seolah Penegakan Kode Etik Hakim Konstitusi
tidak mengindahkan adanya lembaga .
pengawas internal mereka, yaitu Dewan Etik Adapun tinjauan pustaka yang
sebagai pengawas harian (day to day) dan digunakan dalam Penulisan ini yaitu;
MKMK sebagai perangkat ad hoc yang Pertama, tinjauan Teori Pengawasan Hakim,
diusulkan oleh Dewan Etik saat ada dugaan kegiatan pengawasan berhubungan dengan
pelanggaran berat.17 perencanaan pekerjaan pada sebuah
Selain itu, landasan yuridis Dewan lembaga/organisasi yang menurut pendapat
Etik sangat problematik karena terlahir Stoner dan Wankel diperlukan untuk
hanya melalui PMK No. 2 Tahun 2013 dan memastikan sebuah organisasi/lembaga
tidak diatur di dalam UU MK seperti bergerak sesuai jalurnya.22 Apabila
MKMK. Permasalahan tersebut pun organisasi/lembaga ini tidak berjalan sesuai
memunculkan kekeliruan yang mengira arah tujuan maka para manajer akan
bahwa tidak ada landasan hukum dari mengarahkan kepada jalurnya kembali.
Dewan Etik.18 Padahal terdapat PMK No. 2 Dalam konteks ini, hakim merupakan
Tahun 2013 yang diganti dengan PMK No. pejabat peradilan negara yang berwenang
2 Tahun 2014 sebagai keputusan hakim yang
harus dianggap benar, mengingat asas
16
Keputusan Dewan Etik Hakim Konstitusi dan
Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi,
https://www.mkri.id/. Diakses 26 Juli 2022
19
17
Indra Ramdani. (2020). Pengawasan Sudikno M. (2007). Penemuan Hukum Sebuah
hakim Mahkamah Konstitusi oleh Pengantar. Yogyakarta: Liberty. Hlm. 7.
20
Dewan Etik Kaitannya dengan Prinsip Lihat wewenang Dewan Etik Hakim Konstitusi
Objektivitas: Studi Keputusan Kewan di dalam Putusan Mahkamah Konstitusi
Etik Nomor 18/lap-v/bap/de/2018. Nomor 12/PUU-IX/2014.
21
UIN Sunan Gunung DJATI. Hlm 7–8. Profil Dewan Etik.
18
Ellydar, Chaidir dan Suparto. (2017) https://testing.mkri.id/peradilan/dewan_etik/profil.
Perlunya Pengawasan Terhadap Kode Diakses 25 Juli 2022
22
Etik dan Prilaku Hakim Konstitusi M. Riza. dkk (2018). Pengawasan terhadap
dalam rangka menjaga Martabat dan Integritas Hakim Konsitusi dalam Sistem
Kehormatannya. Jurnal UIR Law Review Ketatanegaraan di Indonesia. Jakarta: Mahkamah
01(02). hlm. 122-123. Konstitusi RI. 26.

24
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

untuk mengadili menurut undang-undang.23 Kedua, Teori kode etik dan perilaku
Menurut Bambang Waluyo, hakim yang hakim, kode etik menurut Shidarta
mengerti hukum diberikan kewajiban dan merupakan norma yang tersusun secara
tanggung jawab di pundaknya untuk dapat sistematis, berupa prinsip-prinsip moral
menegakkan hukum dan keadilan sesuai pada suatu profesi yang keberadaannya
dengan asas yang mengatur serta nilai melekat dan tidak dapat dipisahkan.25 Kode
ketuhanan di sendi peradilan.27 etik profesi mengarahkan anggotanya untuk
Lebih lanjut, hakim di dalam UU No. berbuat sesuai aturan yang mereka terima,
48 tahun 2009 tentang Kekuasaan demi menjamin moral profesi di pandangan
Kehakiman dapat dibagi menjadi Hakim masyarakat.26 Hal ini sejalan dengan
(hakim yang badan peradilannya berada di deklarasi kode etik dan perilaku Hakim
bawah MA), Hakim Agung (Hakim MA), Konstitusi atau Sapta Karsa Utama yang
Hakim Konstitusi (Hakim MK) dan Hakim disusun dengan merujuk The Bangalore
ad hoc (hakim yang bersifat sementara). Principle Of Judicial Condact27 guna terpelihara
Berdasarkan teori pengawasan hakim di atas, dan terjaganya integritas serta kompetensi
hakim bukanlah malaikat tetapi hanya Hakim Konstitusi.
seorang manusia biasa yang dapat Kode etik juga dijadikan landasan
melakukan kesalahan dalam memutus moral sekaligus pedoman sikap dan tingkah
sebuah perkara. Pekerjaan hakim itu laku. Sehingga sanksi yang didapatkan
dilakukannya dengan sifat hakim yang berupa sanksi administratif dan sanksi
merdeka dan mandiri. Akan tetapi, ada moral. Kemudian, tinjauan KEPPH,
anggapan bahwa kemerdekaan atau merupakan panduan moral dan etik bagi
kebebasan hakim itu tidak bersifat absolut setiap Hakim Konstitusi, baik dalam
karena hakim harus menegakkan keadilan menjalankan tugas konstitusionalnya
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun maupun dalam pergaulannya di
1945. masyarakat.28 Panduan ini merujuk pada
Hal ini sebagaimana diatur dalam PMK No. 9 Tahun 2006 tentang
Pasal 24C ayat 5 UUD NRI Tahun 1945 dan Pemberlakuan Deklarasi kode etik dan
Pasal 27A UU MK (UU No. 7 Tahun 2020) perilaku Hakim Konstitusi. Kode etik ini
yang keduanya sama-sama mengamanatkan sebagai penuangan konkrit dari aturan etika
bahwa Hakim Konstitusi harus memiliki
integritas berdasarkan norma dan etika yang
diatur dalam kode etik dan perilaku Hakim. Kementrian Hukum dan HAM, 2010).
Hlm. 71.
Oleh karena itu, hakim dapat bersifat 25
A. S. Niru. (2020). Kode Etik Sebagai
merdeka atau bebas, tetapi kebebasannya
Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum yang
tersebut tidak boleh terlepas dari tanggung Baik”, Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara.
jawab yang membatasi kebebasannya (tidak VIX(2). Hlm. 3.
terlepas dari pengawasan).24 26
M. Abdulkadir. (2006). Etika Profesi Hukum.
Bandung: PT Citra Bakti. Hlm 77.
27
The Bangalore Priciple Of Judicial Condact
23
Pasal 1 Butir 8 mengatur mengenai independence,
Undang-Undang Nomor 8 impartiality, integrity, propriety, equality, and
Tahun 1981 tentang Hukum competence and diligent sebagai tolak ukur
Acara Pidana 27 Riko penilaian perilaku
Syahrudin. Kedudukan Hakim hakim,https://www.unodc.org/res/ji/impor
di Indonesia. t/international_standards/commentary_on_t
http//www.academia.edu/27325847/Kedudukan_Ha he_bangalo
kim_ di Indonesia. Diakses 31 Juli 2022 re_principles_of_judicial_conduct/bangalore_
24
A. Ahsin Thohari. (2010). Desain principles_english.pdf. Diakses 31 Juli
Konstitusional Komisi Yudisial dalam 2022; lihat pula PMK Nomor
Sistem Ketatanegaraan Indonesia, 9/PMK/2006 tentang Deklarasi Kode
Jurnal Legislasi Indonesia, Vol.7 No. 1, Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi
28
Maret, (Jakarta: Direktorat Jenderal Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2
Peraturan Perundang-Undangan Tahun 2014

25
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

dan moral. Hal inilah yang nantinya akan mengukur efektivitas. Faktor ini terdiri dari
berusaha dijaga dan ditegakkan oleh pencapaian tujuan, integrasi, dan adaptasi.
pengawas etik. Pencapaian tujuan dinilai sebagai periodisasi
Ketiga, Teori Efektivitas, efektivitas tahapan atau kurun waktu yang ditentukan
berasal dari kata dasar efek yang berarti untuk mencapai target sasaran. Integrasi
pengaruh dan kata efektif yang berarti dapat dipandang berkaitan dengan proses-proses
membawa hasil, manjur, dan mangkus.29 yang menyangkut sosialisasi. Sedangkan,
Menurut Siswandi, efektivitas berkaitan adaptasi digunakan sebagai kemampuan
dengan proses mengerjakan pekerjaan menyesuaikan diri yang digunakan oleh
dengan benar atau sesuai dengan tugasnya.30 organisasi dengan lingkungannya untuk
Menurut Kurniawan, efektivitas dijelaskan mengisi pengadaan dan tenaga kerja.34
sebagai kemampuan untuk melaksanakan Berdasarkan uraian mengenai latar
fungsi atau tugas dari sebuah organisasi belakang dan keadaan status quo, Penulis akan
maupun sejenisnya yang mana telah mengangkat tiga rumusan masalah, yaitu:
memasuki tahap tanpa hadirnya ketegangan Pertama, Bagaimana pengaturan
dalam pelaksanaannya.31 Hal tersebut pengawasan Hakim Konstitusi oleh Dewan
menjelaskan bahwa efektivitas merupakan Etik dan Majelis Kehormatan Mahkamah
suatu tahap telah tercapainya keberhasilan Konstitusi? Rumusan ini akan menerangkan
dari suatu tujuan. mengenai sejarah pengawasan Hakim
Pengertian tersebut sejalan dengan Konstitusi, komparasi antar peraturan, dan
pendapat Bastian yang menerangkan bahwa analisis implikasi dari pengaturan normatif
efektivitas adalah keberhasilan yang dicapai yang berlaku. Kedua, Bagaimana
dari sasaran atau tujuan yang telah implementasi pengawasan Hakim
ditetapkan sebelumnya.32 Konsep ini dapat Konstitusi dan Majelis Kehormatan
diidentifikasi melalui sudut pandang Mahkamah Konstitusi? Rumusan ini akan
keorganisasian yang membaginya menjadi menganalisis implementasi peraturan terkait
tiga bagian yaitu individu, kelompok, dan Dewan Etik dan Majelis Kehormatan
organisasi.33 Mahkamah Konstitusi, permasalahan/kasus
Menurut Richard M. Steers yang yang timbul selama pelaksanaan pengawasan
dikutip oleh Ducan, ada faktor yang dapat dikaitkan dengan pengaturan normatif, serta
komparasi lembaga pengawasan etik. Ketiga,
29
KBBI Online, https://kbbi.web.id/efektivitas. Bagaimana model reformulasi pengawas
Diakses 03 Agustus 2022. hakim konstitusi dalam menjaga dan
30
Siswandi. (2011). Aplikasi Manajemen mengawasi kode etik dan perilaku Hakim
Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Hlm. Konstitusi? Rumusan ini memaparkan
39. bagaimana solusi yang akan Penulis bawa
31
A.Y. Wambrauw. (2013). Efektivitas terkait pengawasan Hakim Konstitusi,
Pelaksanaan Peraturan Daerah termasuk bagaimana formulasinya.
Perpajakan dan Retribusi Daerah Adapun tujuan Penulisan ini
Dalam Memperoleh Pendapatan Asli ditujukan secara subyektif untuk mengikuti
Daerah di Kabupaten Supiori Provinsi
Kompetisi Artikel Ilmiah dalam rangkaian
Papua.
acara Constitutional Law Festival 2022 yang
http://ejournal.uajy.ac.id/id/eprint/4241.
Diakses 03 Agustus 2022 diadakan oleh Fakultas Hukum Universitas
32
D. Suhendri. (2017). Efektivitas Kinerja Brawijaya. Sedangkan, secara obyektif
Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Penulisan ini ditujukan untuk menganalisis,
Kota dalam Mengelola Taman Kenanga mengetahui, dan mengkritisi kinerja Dewan
Dusun Gemulo Kota Batu. Hlm. 19. Etik serta untuk merumuskan dan
https://eprints.umm.ac.id/35927/ Diakses menerapkan reformulasi pengawas Hakim
03 Agustus 2022. Konstitusi.
33
Gibson, James L., John M. Ivancevich dan
James H. Donnely Jr. (1996). Organisasi:
34
Perilaku, Struktur, Proses. (Terjemahan) Edisi Richard M. S. (1985). Efektivitas Organisasi.
Delapan. Jakarta: Binarupa Aksara. Jakarta: Erlangga. Hlm. 53.

26
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

Selanjutnya, manfaat Penulisan ini pendapat yang sedang berkembang.42


yaitu; Pertama, manfaat teoritis, Penulisan Sebagai pembahasan awal, Penulis akan
artikel ini diharapkan bisa memberi menggambarkan permasalahan pada status
kontribusi terhadap ilmu pengetahuan quo yang dilanjutkan dengan menganalisis
hukum untuk menemukan solusi dalam dan mengkaji untuk mendapatkan solusi
reformulasi kinerja Dewan Etik. Kedua, yang tidak hanya untuk mengungkapkan
Penulis berharap tulisan ini dapat kebenaran tetapi untuk dapat memahaminya
bermanfaat untuk legislator, akademisi, pula.
pemerintah, dan masyarakat sehingga
menambah pemahaman bahwa kondisi
C. PEMBAHASAN
Dewan Etik dalam status quo memerlukan
1. Pengaturan Pengawasan Hakim
pembaruan untuk dapat menjalankan
Konstitusi oleh Dewan Etik dan Majelis
tugasnya dalam menjaga dan mengawasi
Kehormatan Mahkamah Konstitusi dan
kode etik dan perilaku Hakim Konstitusi.
Implikasinya
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini ialah penelitian hukum
A. Sejarah Pengaturan Pengawasan
(legal research) yang tergolong penelitian
Hakim Konstitusi
hukum normatif35 atau yang disebut sebagai
MK sebagai salah satu Lembaga
penelitian hukum dogmatis oleh para ahli.
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia diawasi
Penelitian ini akan menganalisis norma atau
oleh KY sebagai pengawas eksternal
ketentuan hukum yang ada, membahasnya
sebagaimana diamanatkan UUD NRI Tahun
secara sistematis, menganalisis hubungan
1945. Dalam pasal 24B ayat (1) UUD NRI
antara norma atau ketentuan yang ada, serta
Tahun 1945 dinyatakan bahwa dalam rangka
mengkaji permasalahan atau hambatan di
menjaga dan menegakkan kehormatan,
status quo.36
keluhuran, dan
Pada penelitian ini, cara pengambilan
perilaku hakim, KY diberikan wewenang
data dilakukan melalui studi pustaka37
lain.38 Wewenang ini kemudian diatur lebih
terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi,
lanjut dalam UU No. 22 Tahun 2004 tentang
peraturan perundang-undangan terkait,
Komisi Yudisial (UU KY). Pasal 13 UU KY
buku, artikel, jurnal online, hasil penelitian,
dimuat ketentuan bahwa KY berwenang
fakta dan isu hukum akurat serta pendapat
untuk mengusulkan pengangkatan Hakim
para ahli. Pengambilan data tersebut
Agung dan menegakkan kehormatan dan
dilakukan melalui; Pertama, metode
keluhuran martabat, serta menjaga perilaku
pendekatan perundang-undangan yang
hakim. Kemudian dalam Pasal 20 dijelaskan
diperoleh dengan mencari peraturan
bahwa demi mencapai tujuan dari pasal 13,
perundang-undangan. Kedua, penelusuran
maka KY dapat melakukan pengawasan
publikasi hukum. Ketiga, melalui
terhadap hakim yang mana jika merujuk
penelusuran bahan hukum non-hukum dari
pada Pasal 1 angka 5 disebutkan bahwa yang
fakta dan isu akurat yang memiliki relevansi.
dimaksud oleh hakim dalam UU tersebut
Semua data ini akan dikumpulkan dan
adalah hakim agung dan hakim pada badan
dianalisis melalui pemaparan secara
peradilan lain di bawah MA, serta Hakim
deskriptif kualitatif untuk menggambarkan,
Konstitusi .
menganalisis, dan mengkaji kondisi, isu, dan
Dalam konstruksi pengawasan
eksternal oleh KY terhadap MK di atas
35
Amiruddin dan Zainal Asikin. (2004). Pengantar menjadi perdebatan tersendiri di kalangan
Metode Hukum. Jakarta: Raja Grafindo praktisi maupun akademisi. Dalam UU KY
Persada. Hlm. 29. Pasal 1 angka 5 menggunakan konsep dan
36
Ibid.. Hlm. 118. perumusan makna hakim adalah include.39
37
Soerjono dan Sri. (2007). Penelitian
38
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Umum. Ellydar Chaidir dan Suparto. Loc.Cit. Hlm. 112.
39
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 23. 42 Titik Triwulan Tutik. (2014). Pengawasan
Ibid. Hakim Konstitusi Dalam Sistem Pengawasan

27
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

Penafsiran demikian sejalan dengan apa yang hanya diangkat untuk jangka waktu lima
dikemukakan Fajrul Falaakh, Jimly tahun.44 Pendapat Natabaya ini sejalan
Asshiddiqie, dan M. Laica Marzuki. Fajrul dengan putusan akhir yang diambil oleh MK
Falaakh berpendapat bahwa sebenarnya untuk mengamputasi pengawasan eksternal
tidak ada penafsiran spesifik makna hakim KY melalui Putusan MK No.
pada tingkat konstitusi, tetapi kita dapat 005/PUU-VI/2006 tentang Judicial Review
merujuk pada Risalah Sidang MPR dan UU No. 22 Tahun 2004 dan UU No. 4
bahan sosialisasi hasil-hasil amandemen.40 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
Berdasarkan kedua sumber tersebut, melalui pada 23 Agustus 2006.45 Dalam putusan
metode penafsiran semantik dapat dipahami tersebut salah satunya memutuskan bahwa
pemaknaan kata “hakim” ialah sebagaimana pencakupan Hakim Konstitusi masuk
dituliskan yaitu mencakup semua hakim dalam pengertian hakim pada UU KY
sehingga pemaknaan hakim pada pasal 24B adalah tidak benar dan bertentangan dengan
ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 mencakup UUD NRI Tahun 1945 dan membatalkan
semua hakim.41 Pernyataan Fajrul Falaakh beberapa pasal dan materi hampir
sejalan dengan pendapat Jimly Asshiddiqie, seluruhnya.46
Jimly berpendapat bahwa berdasarkan Dengan diamputasinya kewenangan
penafsiran harafiah, Hakim Konstitusi pengawasan eksternal terhadap MK oleh
masuk ke dalam pengeritan hakim yang KY, pembentuk UU dalam hal ini DPR,
diawasi oleh KY sebagaimana Pasal 24B ayat melalui perubahan UU No. 24 Tahun 2003
(1).42 Pendapat kedua ahli di atas didukung tentang MK dengan UU No. 8 Tahun
pula dengan pernyataan M. Laica Marzuki, ia 2011.47 Dalam perubahan UU tersebut DPR
menyatakan bahwa amanat Konstitusi mengonstruksikan adanya pengawasan
kepada KY untuk menjaga dan menegakkan internal dari MK sebagai pengganti
kehormatan dan keluhuran hakim adalah pengawasan eksternal yang telah diamputasi.
termasuk Hakim Konstitusi .43 Konstruksi pengawasan ini diatur dalam
Berbeda dengan Fajrul Falaakh, Jimly Pasal 27A bahwa MKMK merupakan
Asshiddiqie, dan M. Laica Marzuki, perangkat yang dibentuk MK, guna
Natabaya berpendapat bahwa Hakim melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
Konstitusi bukan termasuk pengertian para Hakim Konstitusi dalam hal memantau,
hakim yang diawasi oleh KY karena Hakim memeriksa, dan merekomendasikan
Konstitusi bukan hakim profesi tetap, tindakan Hakim Konstitusi yang diduga
layaknya hakim pada umumnya, melainkan melanggar KEPPH.53 Berikut perbandingan

Hakim Menurut Undang-Undang Dasar


Negara RI 1945. Jurnal Dinamika Hukum. 44
Hukum Online. Hakim MK Tak Mau Diawasi
12(2). Hlm. 305. KY
40
Mohammad Fajrul Falaakh. Beberapa https://www.hukumonline.com/berita/a/hakim-m
Pemikiran untuk Revisi UU Komisi ktak-mau-diawasi-ky-hol15347. Diakses 22 Juli
Yudisial dalam Komisi Yudisial. Bunga 2022
Rampai Refleksi Satu Tahun Komisi 45
Achmad Safiudin R. (2016). Pengawasan
Yudisial RI, Jakarta: Komisi Yudisial Komisi Yudisial Terhadap Hakim Mahkamah
RI. Hlm. 218-219. Konstitusi Perspektif Fiqh Sifayah. Al-Daulah
41
Ibid. Jurnal Hukum dan Perundangan Islam 6(1). Hlm.
42
Jimly Asshiddiqie. (2005). Kedudukan 83.
Mahkamah Konstitusi dalam Struktur 46
Moh. Mahfud MD. (2011) Perdebatan Hukum
Ketatanegaraan Indonesia, dalam Mahkamah Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi.
Konstitusi, Bunga Rampai Mahkamah Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 105.
Konstitusi RI, Jakarta : Setjen dan 47
Jimly Asshiddiqie. (2005). Kedudukan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi dalam Struktur
RI. Hlm. 35. Ketatanegaraan Indonesia, dalam Mahkamah
43
M. Laica Marzuki. (2006). Komisi Yudisial dan Konstitusi, Bunga Rampai Mahkamah Konstitusi
Relevansinya dengan Kekuasaan Kehakiman RI, Jakarta : Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah
Jurnal Konstitusi. 6(2). Hlm. 86. Konstitusi RI. Hlm. 35.

28
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

substansi pengawasan antara UU No. 24 2 Tahun 2013.50 Adanya peraturan tersebut


Tahun 2003 dengan UU No. 8 Tahun 2011: Dewan Etik diarahkan untuk menjaga dan
Tabel 1 Perbandingan pengaturan MKMK dalam menegakkan kehormatan, keluhuran
UU No. 24 Tahun 2003 dan UU No. 11 Tahun martabat, perilaku, dan KEPPH
2011 Konstitusi.57
Kasus suap yang menjerat ketua MK
secara tidak langsung membuat pemerintah
menerbitkan peraturan hukum baru,
pemerintah mengeluarkan Perppu No. 1
Tahun 2013 yang kemudian pada 15 Januari
2014 menjadi UU No. 4 Tahun 2014 yang
beberapa ketentuan di dalamnya mengubah
pengaturan terkait MKMK. Berikut adalah
perbedaan antara pengaturan MKMK pada
UU No. 8 Tahun 2011 dan UU No. 4 Tahun
2014:
Tabel 2 Perbandingan pengaturan MKMK dalam
UU No. 8 Tahun 2011 dan UU No. 4 Tahun
Sumber: Diolah Penulis 2022 2014
Melalui UU No. 8 Tahun 2011
tersebut, semangat pengawasan terhadap
Hakim Konstitusi berkembang dengan baik.
Namun, di tengah semangat pengawasan
tersebut, kinerja MKMK dipertanyakan
dengan munculnya kasus suap dan
pencucian uang oleh hakim ketua MK Akil
Mochtar.48 Akil Mochtar terbukti menerima
suap dari sengketa Pilkada Kab. Gunung
Mas sebesar Rp3 M, Kalimantan Tengah
Rp3 M, Lebak Banten Rp1 M, Empat
Lawang Rp10 M dan 500.000 dollar AS, dan
Palembang Rp3 M.49 Dengan adanya kasus
yang menjerat ketua Hakim Konstitusi di
atas, kepercayaan rakyat terhadap negara,
khususnya MK, berbuah kekecewaan.
Menurut Penulis, hal ini disebabkan karena
dalam ketentuan UU No. 8 Tahun 2011, Sumber: Diolah Penulis 2022
tugas MKMK hanya sebatas menegakkan
sebagai langkah represif, tidak adanya upaya Dari konstruksi pengawasan yang
preventif untuk mengawasi Hakim coba dibangun oleh UU No. 4 Tahun 2014,
Konstitusi sehingga dengan keadaan yang menurut Penulis menunjukkan adanya upaya
demikian tidak dapat mencegah adanya untuk memberikan kepastian hukum yang
potensi pelanggaran. Oleh karena itu, lebih jelas dengan beberapa pengaturan baru
sebagai upaya pengawasan preventif, MK dan lebih terperinci terkait dengan MKMK.
membentuk Dewan Etik melalui PMK No. Contohnya, pelibatan KY dalam
penyusunan

48
Ibid.
49
Heru Sri Kumoro, Mantan Ketua Mk Akil 50
Achmad Safiudin R. (2016). Pengawasan
Mochtar Divonis Seumur Hidup Komisi Yudisial Terhadap Hakim Mahkamah
https://nasional.kompas.com/read/2014/06 Konstitusi Perspektif Fiqh Sifayah. Al-Daulah
/30/2203501/Mantan.Ketua.MK.Akil.Mochtar Jurnal Hukum dan Perundangan Islam 6(1).
.Divonis.S eum. Diakses 23 Juli 2022. Hlm. 83.

29
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

KEPPH serta pembentukan MKMK. Di lainnya akan diatur dalam PMK


sini pembentuk UU mencoba sebagaimana diamanatkan Pasal 27A ayat 7
mengakomodir apa yang diamanatkan oleh UU a quo. Namun, sampai dengan saat ini
UUD NRI Tahun 1945 Pasal 13. Kemudian, nyatanya MK belum mengeluarkan PMK
sifat MKMK yang berubah menjadi tetap untuk mengatur hal tersebut. Dengan
memberikan jawaban atas persoalan tidak demikian, hingga saat ini pengaturan terkait
diamanatkannya pembentukan Dewan Etik Dewan Etik dan MKMK lebih merujuk
oleh UU. Hal ini dapat dikatakan demikian pada PMK No. 2 Tahun 2014.
karena adanya perangkat pengawas etik yang B. Perbandingan Pengaturan
bersifat tetap yang memiliki dasar yuridis Pengawasan Dewan Etik dan MKMK
jelas dalam UU dapat memberikan kepastian Berdasarkan PMK No. 2 Tahun 2014,
hukum yang lebih kuat. Selain itu, UU No. 4 pengawasan terhadap Hakim Konstitusi
Tahun 2014 juga mengatur hal baru terkait dilakukan oleh MKMK dan Dewan Etik,
dengan syarat anggota MKMK, masa kedua perangkat ini pun memiliki hubungan
jabatan, kewenangan, dan sanksi yang lebih keterkaitan. Dewan Etik adalah perangkat
rinci. Oleh karena beberapa ketentuan baru yang dibentuk MK secara tetap guna
dan rinci di atas, menurut Penulis UU No. 4 menjaga dan menegakkan kehormatan
Tahun 2014 ini dapat lebih memberikan hakim terkait dengan laporan dugaan
kepastian hukum daripada UU No. 8 Tahun pelanggaran oleh Hakim Konstitusi, dalam
2011. hal ini hakim terlapor/terduga, dari
Adanya perbaikan sistem pengawasan masyarakat.52 Disisi lain, MKMK merupakan
Hakim Konstitusi melalui UU No. 4 Tahun perangkat yang dibentuk MK atas usulan
2014 di atas tidak serta merta memberikan Dewan Etik apabila terjadi suatu
angin segar. Nyatanya UU tersebut pelanggaran berat oleh hakim terlapor.60
dinyatakan tidak mempunyai kekuatan Dengan kata lain MKMK bersifat ad hoc.61
hukum mengikat oleh Putusan MK No. Kemudian, terkait dengan tugas dan
1-2/PUU-IX/2014 karena bertentangan wewenang kedua perangkat yang menjadi
dengan UUD NRI Tahun 1945. Adanya pokok bahasan Penulis adalah sebagai
Putusan MK tersebut mengembalikan berikut :
ketentuan pengawasan Hakim Konstitusi Tabel 3 Perbandingan Tugas dan Wewenang
merujuk pada UU No. 8 Tahun 2011.51 Dewan Etik dan MKMK berdasarkan PMK No.
Namun, mengingat seperti halnya yang telah 2 Tahun 2014 yang menjadi pokok bahasan
tersaji pada tabel 1 dan 2, pengaturan terkait penulis
dengan MKMK terbatas pada ketentuan
umum. Oleh karena itu, MK membentuk
PMK No. 2 Tahun 2014 menggantikan
PMK No. 2 Tahun 2013. Dalam PMK No. 2
Tahun 2014 dimasukkanlah pengaturan
lebih detail mengenai MKMK dan Dewan
Etik. Pemberlakuan kembali UU No. 8
Tahun 2011 di atas berakhir dengan adanya
UU No. 7 Tahun 2020. Dalam UU tersebut,
menurut Penulis, pembentuk UU lebih
dominan menghapus sebagian besar
ketentuan terkait ketentuan MKMK,
menyisakan pengaturan pembentukan Sumber: Diolah Penulis 2022
MKMK oleh MK dan keanggotaannya saja.
Terkait dengan susunan organisasi dan hal Dari tabel yang bersumber dari PMK
No. 2 Tahun 2014 di atas dapat tercermin
51 sistem kerja Dewan Etik dan MKMK secara
Fajlurahhman Jurdi, dkk. (2020).Optimalisasi
Fungsi Pengasawasan Dewan Etik
Mahkamah Konstitusi. Jurnal Hukum &
Pembangunan Tahun ke-50. 3. Hlm. 692. 52
Achmad Safiudin R. Loc.Cit.

30
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

sederhana. Sistem kerja tersebut dapat subjek pembentuknya adalah sekaligus objek
tergambar pada bagan berikut: yang diawasi. Ketiga, terkait dengan

wewenang Dewan Etik dalam upaya


Bagan 1 Alur Sistem Kerja Dewan Etik dan menegakkan kehormatan, keluhuran, dan
MKMK kode etik hakim terbatas pada jika terdapat
Sumber: Diolah Oleh Penulis 2022 aduan dari masyarakat.53 Hal ini
menyebabkan Dewan Etik sebagai
Dari kondisi adanya dua perangkat perangkat pengawas MK bersifat pasif
yang berbeda sifat, Dewan Etik yang tetap dalam menjalankan wewenang tersebut.
dan MKMK yang ad hoc, serta gambaran 2. Implementasi Pengawasan Dewan
sistem kerja di atas, maka Penulis Etik dan MKMK Terhadap Hakim
berpendapat bahwa terdapat sejumlah Konstitusi
permasalahan yang timbul.
Implementasi pengawasan oleh
Permasalahan tersebut adalah adanya
Dewan Etik dan MKMK terhadap Hakim
potensi tidak efisiennya proses penegakan
Konstitusi dewasa ini telah mengalami
pelanggaran etik. Adanya potensi tidak
dinamika yang kompleks dalam menangani
efisiennya proses penegakan ini sebagai
perkara mulai sejak dibentuk. Di samping
akibat dari beberapa ketentuan terkait
itu, Dewan Etik dan MKMK juga menuai
Dewan Etik dan MKMK. Pertama, adanya
beragam celah permasalahan untuk
potensi tidak efisiennya proses penegakan
kemudian diperlukan penguatan
pelanggaran etik akibat wewenang Dewan
keberadaannya melalui reformulasi.
Etik yang terbatas pada pemberian sanksi
Munculnya permasalahan pada alur
teguran lisan dan sifat MKMK sebagai
pelaksanaan penanganan perkara oleh
perangkat ad hoc untuk mengisi wewenang
Dewan Etik sebagaimana dituangkan pada
pemberian sanksi jika terdapat pelanggaran
bagan 1, akan dikaji oleh Penulis lebih
berat. Kedua hal tersebut menjadikan
mendalam melalui study case pelanggaran etik
penegakan pelanggaran, khususnya
oleh Hakim Konstitusi yang pernah terjadi
pelanggaran berat, lama dan melalui banyak
di Indonesia. Kasus pelanggaran etik Hakim
proses.
Konstitusi yang cukup terkenal di
Kedua, dalam melaksanakan tugas masyarakat yakni ditangkapnya Hakim
dan wewenangnya Dewan Etik juga Konstitusi Patrialis Akbar pada tahun
berpotensi tidak independen dan imparsial 2017.54 Dalam kasus a quo Dewan Etik dan
dalam menegakkan pelanggaran etik yang MKMK-lah yang berperan menangani
ada. Menurut Penulis, hal ini berkaitan penegakan kode etik yang telah dilanggar.
dengan pembentuk Dewan Etik adalah MK Berikut disajikan alur penanganan perkara
dan berkedudukan pula di internal MK. terhadap kasus Patrialis Akbar.
Dengan keadaan demikian Dewan Etik
dalam menegakkan pelanggaran yang
dilakukan oleh hakim MK berpotensi untuk 53
Pasal 13 huruf b PMK No. 2 Tahun 2014.
tidak independen dan imparsial karena 54
Keputusan MKMK No.
01/MKMK-SPL/II/2017.

31
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

Keadaan demikian menimbulkan MKMK


tidak dapat berperan dalam upaya preventif
terhadap adanya judicial corruption. Hal ini
sejalan dengan pendapat Harjono bahwa
dalam upaya melaksanakan fungsi
penegakan etik dan perilaku hakim tidaklah
bisa dilakukan oleh lembaga yang bersifat ad
hoc, karena fungsi tersebut adalah fungsi
yang permanen sehingga harus dilaksanakan
oleh lembaga yang permanen pula.58 Di
samping itu, mengingat dalam pembentukan
MKMK perlu adanya rapat pleno Hakim
Konstitusi terlebih dahulu, maka
Bagan 2 Alur penanganan kasus Patrialis Akbar oleh menimbulkan adanya potensi menghambat
Dewan Etik dan MKMK efektivitas pelaksanaan tugas Hakim
Sumber: Diolah oleh Penulis berdasarkan Keputusan Konstitusi dalam mengadili perkara.59
MKMK Nomor 01/MKMK-SPL/II/2017 Meninjau penanganan perkara etik
Berkaca terhadap fakta empiris yang oleh lembaga etik, Penulis akan melakukan
terjadi pada kasus di atas dan bagan 1 studi komparatif dengan Dewan
Penulis menilai alur penanganan perkara Kehormatan Penyelenggara Pemilu
yang panjang mulai dari pemeriksaan oleh Republik Indonesia (DKPP RI) dan
Dewan Etik hingga pelimpahan perkara lembaga Penegak etik di Mahkamah Agung
kepada MKMK terbukti menimbulkan (MA) serta lembaga Penegak etik di
ketidakefektifan waktu. beberapa negara. Berikut disajikan tabel
Ketidakefektifan yang terjadi pada perbandingan antara lembaga Penegak etik
penanganan perkara etik merupakan MK, DKPP RI dan lembaga Penegak etik
implikasi dari 2 (dua) hal yakni Pertama, MA.
karena kewenangan Dewan Etik hanya bisa
dalam menangani pelanggaran etik hanya
dapat memberikan sanksi teguran secara
lisan atau tulisan kepada hakim terduga atau
hakim terlapor jika terbukti melakukan
pelanggaran etik ringan, sedangkan jika
terbukti melakukan pelanggaran etik berat
maka perkara akan dilimpahkan kepada
MKMK.55 Hal ini menimbulkan
ketidakefektifan waktu akibat alur yang
relatif lama, padahal menurut Wiryanto
seharusnya Dewan Etik juga dapat
memberhentikan hakim terlapor yang
terbukti melakukan pelanggaran etik berat
tanpa harus membentuk Majelis
Kehormatan terlebih dahulu agar jangka
waktu proses penanganan perkara menjadi
lebih singkat dan efisien.56 Kedua,
kedudukan MKMK yang bersifat ad hoc.57

55
Lihat Pasal 31 dan 32 PMK No. 2 tahun 2014.
56
M. Riza, dkk. Op.Cit. Hlm. 127.
57
Zihan Syahayani. (2014). Pembaharuan Hukum
dalam Sistem Seleksi dan Pengawasan Hakim
58
Konstitusi. Fakultas Hukum Universitas Ibid.
59
Brawijaya. Hlm. 4. Wiryanto. Op.Cit. Hlm. 127.

32
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

Tabel 4 Perbandingan antara lembaga etik MK Tabel 5 Perbandingan lembaga pengawasan etik di
dan DKPP KPU negara lain

Sumber: Data dirangkum dari Buku “Etik


Hakim Konstitusi: Rekonstruksi dan Evolusi
Sistem Pengawasan” dan jurnal dengan judul
“Rekonstruksi Pengawasan Etik Hakim
Mahkamah Konstitusi dalam Perspektif Hukum
Administrasi Negara”
Kemudian permasalahan
pengawasan oleh Dewan Etik berikutnya
adalah terkait kedudukan dan
pembentukannya. Kedudukannya sebagai
pengawas internal MK tidak memiliki
landasan yuridis yang kuat. Hal tersebut
Sumber: Diolah Penulis berdasarkan UU No. 7 karena Dewan Etik lahir bukan dari perintah
Tahun 2020, PMK No. 2 Tahun 2014, jurnal hukum UU, tetapi melalui PMK dan dibentuk oleh
sasana “Rekayasa Sosial Sistem Integritas Penyelenggara MK.60 Padahal menurut Hans Kelsen dalam
Pemilu”, Peraturan Bersama Ketua KY dan Ketua MA teori (Stufentheorie) bahwa norma itu
No. 04/SKB/P.KY/IX/2012 dan berjenjang dan berlapis-lapis dalam suatu
04/KMA/SKB/IX/2012, dan Jurnal Konstitusi dan
Demokrasi
hierarki, dalam artian suatu norma yang
dengan judul “Check and Balances Sistem Peradilan
lebih rendah berlaku, bersumber, dan
Etik” berdasar pada norma yang lebih tinggi.61
Keadaan demikian menimbulkan kerancuan
konstruksi dasar hukum pada Dewan Etik
dan kedudukannya di internal MK terkesan
dibentuk untuk melindungi Hakim
Konstitusi itu sendiri. Di samping itu,
keputusan yang dijatuhkan berpotensi
menimbulkan conflict of interest serta menjadi
tidak independen dan imparsial.
Penulis akan mengkaji salah satu
keputusan Dewan Etik sebagaimana
dituangkan pada BAHP No.
18/Lap-V/BAP/DE/2018 tanggal 11
Januari 2018 atas kasus Ketua MK Arief
60
Wiryanto. Op.Cit. Hlm. 237.
61
Hans Kelsen. (1978) Pure Theory of Law.
Berkley: University California Press. Hlm. 35.

33
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

Hidayat karena ditemukan sebuah keputusan sembilan fraksi sepakat Arief


kejanggalan. Dalam sidang Dewan Etik, Hidayat dipilih kembali dan satu fraksi
Roestandi bersilang pendapat dengan Gerindra bukan menolak, tetapi tidak
anggota Dewan Etik lainnya yakni Salahudin memberikan pendapat. Sementara dalam
Wahid dan Bintan Saragih terkait penjatuhan proses seleksi di DPR RI Arief merupakan
sanksi kepada Arief Hidayat.62 Roestandi calon Hakim Konstitusi tunggal. Kemudian
menilai mengingat kedudukan Arief Hidayat pada 6 Desember 2018 Arief akhirnya
sebagai Ketua MK yang mana menjadi terbukti terpilih kembali sebagai Hakim
teladan Hakim Konstitusi lain dan bukan Konstitusi periode 2018-2023 berdasarkan
sebagai hakim biasa, maka sudah fit and proper test melalui panel oleh Komisi
sepantasnya dijatuhi sanksi berat. Sementara III DPR RI.
anggota Dewan Etik lainnya seperti Jika Arief Hidayat diputuskan oleh
Salahudin berpendapat bahwa perkara Arief Dewan Etik melakukan pelanggaran berat,
Hidayat hanya sebagai pelanggaran etik maka DPR RI tidak memiliki calon Hakim
ringan, sedangkan Bintan menilai tidak ada Konstitusi yang diusulkan untuk periode
pelanggaran kode etik. Namun, mereka pun berikutnya. Kemudian apabila keputusan
akhirnya bermusyawarah dan menjatuhkan tersebut direalisasikan, maka akan semakin
sanksi berupa teguran lisan terhadap Arief memperkeruh lamanya proses seleksi
Hidayat. internal di DPR RI untuk pemilihan calon
Menurut Penulis, keputusan yang Hakim Konstitusi lainnya yang diusulkan
diambil oleh Dewan Etik di atas dapat dan mengganggu pelaksanaan tugas DPR
menimbulkan spekulasi negatif yang RI. Oleh karena itu, Penulis menilai
berujung adanya conflict of interest dan mengingat kedudukan Dewan Etik sebagai
keputusan yang diterbitkan sulit ditelaah pengawas internal, maka keputusan yang
untuk menentukan independesi dan diberikan berpotensi ditunggangi conflict of
imparsialitas Dewan Etik. Hal ini interest agar kinerja DPR RI dalam proses
berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh pemilihan calon Hakim Konstitusi lebih
selama pemeriksaan berupa, Pertama, efektif dan Arief Hidayat tetap dapat turut
bahwa Arief Hidayat terbukti di pemeriksaan menjadi Hakim Konstitusi yang diusulkan
Dewan Etik bertemu dengan sejumlah oleh DPR RI untuk periode berikutnya.
pimpinan Komisi III DPR RI di sebuah Permasalahan selanjutnya adalah
hotel tanpa undangan resmi. Hal tersebut dalam pelaksanaan pengawasan, Dewan Etik
merupakan perbuatan tercela dan melanggar tidak memiliki kewenangan untuk secara
prinsip kepantasan serta kehati-hatian. Oleh aktif mencari fakta-fakta yang terkait dengan
karena itu, Penulis sejalan dengan pendapat penyebab pelanggaran kode etik oleh Hakim
Roestandi seharusnya dijatuhkan sanksi Konstitusi, dengan kata lain bersifat pasif
berat kepada Arief mengingat kedudukannya menunggu laporan dari masyarakat.63 Hal ini
sebagai Ketua MK dan teladan Hakim karena untuk memeriksa perkara terkait
Konstitusi lainnya. dugaan pelanggaraan kode etik, Dewan Etik
Kedua, Penulis menemukan fakta hanya mampu menunggu laporan dari
bahwa Arief akan dicalonkan menjadi perseorangan, kelompok orang, lembaga
Hakim Konstitusi di periode berikutnya oleh atau organisasi.64 Menurut Penulis, keadaan
DPR RI melalui fit and proper test yang ini dapat berimplikasi menimbulkan kurang
dilakukan dengan panel ahli. Kemudian optimalnya kinerja pengawasan Dewan Etik
DPR RI melakukan rapat pleno dengan karena sepatutnya meskipun tidak
dilaporkan masyarakat, Dewan Etik juga
62
Pratiwi, P. S. (2018). Dua Kali Kena
63
Sanksi, Arief Hidayat Masih Pimpin Fajlurahhman Jurdi dkk. Op.Cit. Hlm.
MK. CNN Indonesia. 695–696.
64
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20 Lihat Pasal 9 Peraturan Dewan Etik Hakim
180116153601-12-269337/dua-kali-kena Konstitusi No. 1 Tahun 2014 tentang
-sanksi-ariefhidayat-masih-pimpin-mk. Mekanisme Kerja dan Tatacara
Diakses 20 Juli 2022. Pemeriksaan Laporan dan Informasi.

34
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

dapat melakukan pemeriksaan terhadap Dalam Penulisan artikel ilmiah ini,


dugaan pelanggaraan oleh Hakim Penulis menemukan bahwa secara normatif
Konstitusi. lembaga pengawas internal Hakim
Masalah lain juga timbul akibat Konstitusi status quo terdiri dari dua lembaga
terbatasnya kewenangan Dewan Etik yang pengawas, yaitu yang kedudukannya bersifat
hanya dapat memeriksa berdasarkan laporan permanen (Dewan Etik) dan ad hoc
masyarakat berimplikasi pada ditolaknya (MKMK). Lembaga yang bersifat permanen
laporan dari internal MK itu sendiri. atau Dewan Etik ini memiliki tiga orang
Misalnya pada Tahun 2018, laporan peneliti anggota yang terdiri dari Achmad Sodiki,
MK terhadap dugaan pelanggaran etik yang Ahmad Syafii Maarif, dan Sudjito. Akan
dilakukan oleh Arief Hidayat yang ditolak tetapi, dua dari tiga orang anggota Dewan
oleh Dewan Etik karena dianggap bukan Etik tersebut telah habis masa jabatannya
masyarakat sehingga tidak memiliki legal dan hanya menyisakan Sudjito sebagai
standing.65 Pelaporan ini pun kemudian anggota Dewan Etik dengan masa jabatan
berujung dibebastugaskannya pegawai hingga tahun 2023.
pelapor untuk sementara dan menuai reaksi Menurut Fajar Laksono sebagai juru
dari berbagai pihak yang menganggap MK bicara MK, Dewan Etik yang ada saat ini
telah melanggar hak asasi manusia dan hak memang sedang tidak optimal dan tidak
konstitusional warga negara yang sepatutnya ideal dikarenakan sedang masa transisi
dilindungi MK sebagai the guardian of constition pembentukan MKMK.66 Hal ini disebutkan
and constitutional rights.75 pula sebelumnya oleh Fajar Laksono bahwa
3. Reformulasi Pengawas Etik Hakim Dewan Etik akan bertransformasi menjadi
Konstitusi Dalam Menjaga dan MKMK sebagaimana revisi UU MK terbaru
Mengawasi Kode Etik dan Perilaku (UU No. 7 Tahun 2020).77
Hakim. Di sisi lain, sebenarnya ada hal yang
Reformulasi merupakan salah satu perlu dipertanyakan kembali atas penjelasan
langkah yang dapat memaksimalkan kinerja di atas. Jika demikian, siapakah yang
dan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh berperan menjadi lembaga penegak kode
Dewan Etik. Hal ini dikarenakan beberapa etik dan perilaku Hakim Konstitusi ketika
pertimbangan yang telah diterangkan dalam banyak media yang membicarakan mengenai
pembahasan-pembahasan sebelum ini. Mulai pernikahan Ketua MK Anwar Usman
dari dasar hukum Dewan Etik yang terlalu dengan saudara presiden saat Dewan Etik
lemah karena hanya diatur di dalam PMK, tersisa satu orang anggota? Dugaan adanya
hingga permasalahan wewenang Dewan pelanggaran kode etik Hakim Konstitusi
Etik yang limitatif. tersebut pun dikhawatirkan akan
A. Pembentukan Mahkamah membentuk conflict of interest apabila ada
Kehormatan Hakim Konstitusi permasalahan yang berkaitan dengan
Dalam rangka menegakkan supremasi keluarga saudara presiden.67 Seperti yang
konstitusi diperlukan reformulasi baru bagi dilansir dari Direktur Pusat Studi Konstitusi
lembaga pengawas kode etik dan perilaku (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas
Hakim Konstitusi. Pelaksanaan perubahan
tersebut dapat dilakukan melalui revisi UU 66
Andi Saputra. (2022). Bukan Mati Suri,
No. 24 Tahun 2003 tentang MK Ini Kata MK soal Anggota Dewan Etik
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 yang Tinggal 1 Orang.
Tahun 2011 dan diubah kembali dengan UU https://news.detik.com/berita/d-6048327/buk
No. 7 Tahun 2020 tentang Perubahan an-mati-suri-ini-kata-mk-soal-anggotadewan-etik-
yang-tinggal-1-orang. Diakses 02 Agustus
Ketiga atas UU No. 24 Tahun 2003 tentang
2022. 77 Ibid.
MK. Perubahan ini dilakukan guna 67
CNN Indonesia, PBHI Akan Gugat ke Dewan
mengefektifkan dan mengoptimalkan kinerja Etik MK Desak Anwar Usman Mundur,
lembaga pengawas internal MK di masa https://www.cnnindonesia.com/nasional/2022032
yang akan datang. 2084150-12-774510/anwar-usman-dimintamundu
r-dari-mk-jika-nikah-dengan-adik-jokowi. Diakses
65
Achmad Safiudin R. Loc.Cit. 02 Agustus 2022.

35
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

Andalas, Feri Amsari, berpendapat jika dengan membentuk Mahkamah


pernikahan Anwar Usman dengan adik Kehormatan Hakim Konstitusi (MKHK)
Presiden Jokowi akan menimbulkan dampak demi menguatkan kembali peranan
terhadap ketatanegaraan, karena Anwar pengawasan Hakim Konstitusi yang luhur
selaku Hakim Konstitusi akan dan bermartabat.
menyidangkan perkara-perkara yang Pembentukan Mahkamah
berkaitan dengan kepentingan politik Kehormatan Hakim Konstitusi (MKHK)70
presiden.68 akan berfokus pada perubahan
Penulis juga menemukan pernyataan norma-norma normatif yang memuat
resmi MK dari website mkri.id dengan judul penghapusan Dewan Etik melalui Putusan
berita ’Perpisahan Dengan Dewan Etik MK dan/atau PMK, mengalihkan tugas
Hakim Konstitusi’ tertanggal 23 Desember Dewan Etik dan MKMK kepada MKHK
Tahun 2021. Berita tersebut menegaskan dengan melakukan penyesuaian agar lebih
bahwa tugas Dewan Etik akan dilanjutkan efektif dan tidak mengganggu kinerja Hakim
oleh MKMK sebagaimana diamanatkan di Konstitusi yang menjadi terduga/terlapor,
dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2020.69 serta memberikan kewenangan yang lebih
Maka dari itu, dengan adanya luas bagi fungsi pengawasan MKHK. Oleh
kekosongan jabatan di Dewan Etik, muncul karena itu, nantinya hanya akan ada satu
pertanyaan apakah akan ada PMK sebagai lembaga pengawas internal MK untuk
pelaksana amanat Pasal 27A UU MK? mengawasi kode etik Hakim Konstitusi.
Penulis pun berpendapat apabila benar Sebagai klarifikasi tambahan,
bahwa Pertama, Dewan Etik telah pembentukan Mahkamah Kehormatan
memasuki masa purnatugas dan Hakim Konstitusi (MKHK) dalam
mengucapkan perpisahan, Kedua, Penulisan artikel ilmiah ini tidak berarti
keberadaan UU a quo tidak mengatur menghidupkan kembali Majelis
mengenai Dewan Etik, dan ketiga, belum Kehormatan Hakim Konstitusi yang
adanya pencabutan PMK tentang Dewan pernah dibentuk dalam UU No. 4 Tahun
Etik. Maka secara otomatis Dewan Etik 2014. MKHK dalam Penulisan ini hanya
dapat dikatakan masih eksis secara memiliki singkatan yang sama dan
normatif,81 tetapi telah terjadi kekosongan pembentukan MKHK ini diperlukan sebagai
jabatan di lembaganya. Sehingga perkara penegasan bahwa perlu adanya pembaruan
dugaan pelanggaran kode etik dan perilaku lembaga pengawas internal demi
Hakim Konstitusi yang disangkakan kepada meningkatkan penguatan kode etik dan
Anwar Usman masih belum ditangani sesuai perilaku Hakim Konstitusi yang
dengan tupoksi kewenangan yang tersedia putusan-putusannya menyangkut kehidupan
secara normatif oleh tiga orang anggota berbangsa dan bernegara.
Dewan Etik. Dari hal itu, Penulis Pertama, untuk susunan keanggotaan
mengusulkan perlu adanya perubahan MKHK dalam artikel ilmiah ini, Penulis
lembaga pengawas Hakim Konstitusi menyarankan untuk tidak memasukkan
unsur Hakim Konstitusi aktif. Hal ini demi
68
CNN Indonesia, Anwar Usman Diminta tidak terjadinya tumpang tindih kekuasaan
Mundur dari MK Jika Nikah dengan Adik
70
Jokowi, Nama Mahkamah digunakan dengan
https://www.cnnindonesia.com/nasional/2022032 merujuk referensi Mahkamah
2084150-12-774510/anwar-usman-dimintamundu Kehormatan Dewan. Berdasarkan
r-dari-mk-jika-nikah-dengan-adik-jokowi. Diakses wawancara dan riset yang dilakukan
02 Agustus 2022. bersama Fitrah Bukhari, SH., MSI.,
69
MKRI. Perpisahan dengan Dewan Etik Hakim MH. (Tenaga ahli MKD DPR RI)
Konstitusi. mengenai Mahkamah Kehormatan
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Beri Dewan, Penulis mengusulkan
ta&id=17897&menu=2. Diakses 02 Agustus pembentukan lembaga ini sebagai
2022. 81 Wawancara bersama Faiz Rahman, Mahkamah. Pemilihan ini berangkat
S.H., LL.M., Dosen Fakultas Hukum dari pemikiran the rules of law yang harus
Universitas Gadjah Mada. diiringi dengan the rules of ethics.

36
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

karena Hakim Konstitusi aktif juga memiliki laporan yang masuk tersebut menunjukkan
peran untuk memeriksa dan mengadili hasil yang baik, tetapi apakah laporan yang
perkara di MK. Penulis mengusulkan jarang tersebut disebabkan karena kinerja
susunan komposisi keanggotaan MKHK pengawasan Dewan Etik yang memang baik
terdiri dari 2 (dua) orang mantan Hakim dan Hakim Konstitusi yang menaati
Konstitusi, 2 (dua) orang praktisi hukum, 2 KEPPH dengan patuh? ataukah karena
(dua) orang guru besar dibidang hukum, dan kurangnya pengetahuan masyarakat umum
1 (satu) orang tokoh masyarakat. terkait pengawasan internal MK tersebut?
Kedua, pengaturan kedudukan Oleh karena itu, Penulis memberikan solusi
MKHK secara normatif harus bersifat tetap tambahan bahwa MKHK bisa memiliki
karena apabila MKHK bersifat ad hoc, maka kewenangan untuk menyosialisasikan diri
tidak efisien dan tidak bersifat berkelanjutan mereka seperti DKPP RI.73 Misalnya
sehingga penanganan laporan day to day akan menyediakan handbook bahan sosialisasi yang
mengalami masalah karena tidak ditangani memuat penjelasan fungsi, kewenangan, alur
oleh anggota tetap serta memicu judicial pemeriksaan, alur pengaduan dan cara
corruption.71 Kemudian, karena kedudukannya pengaduan yang lebih jelas dan terperinci
bersifat tetap, anggota KY tidak bisa apabila ada dugaan pelanggaran KEPPH
menjadi anggota MKHK karena objek yang bisa diunduh oleh siapa saja melalui
pengawasan KY tidak mencakup Hakim website resmi MK RI.
Konstitusi sebagaimana diatur di dalam Kelima, MKHK bisa memiliki sanksi
ketentuan Putusan MK Nomor yang lebih tegas dari Dewan Etik dan dapat
005/PUU-IV/2006. bersikap aktif menangani dugaan
Ketiga, terkait dengan pelanggaran kode etik (bukan menunggu
pembentukannya sendiri, MKHK akan perkara/laporan masyarakat). Sebelumnya
dipilih oleh panel ahli yang akan menyeleksi Dewan Etik hanya memiliki kewenangan
secara ketat dan akuntabel. Panel ahli ini pemberian sanksi terhadap pelanggaran
terdiri dari 1 (satu) orang mantan Hakim ringan berupa teguran lisan dan
Konstitusi, 1 (satu) orang guru besar mengusulkan rekomendasi pembentukan
dibidang hukum dan 1 (satu) orang tokoh MKMK untuk dugaan pelanggaran berat
masyarakat yang masing-masing diakui dan dengan jangka waktu paling lambat dibentuk
tidak tercela kepribadiannya, serta ketiganya tujuh hari sejak rekomendasi pengusulan
masing-masing dipilih oleh MK sehingga Dewan Etik tersebut diterima.74 Oleh karena
kedudukannya masih bersifat internal. Lebih itu, demi mengefektifkan waktu pemrosesan
lanjut, untuk menutup adanya dugaan tidak perkara maka MKHK diusulkan oleh
independen dan dugaan bahwa Hakim Penulis memiliki kewenangan pemberian
Konstitusi dilindungi oleh lembaga sanksi teguran tertulis (peringatan dan
pengawas internalnya, maka susunan pengisi peringatan keras), pemberhentian sementara
panel ahli maupun anggota MKHK harus dan pemberhentian tetap seperti sanksi yang
diisi oleh orang-orang yang memang ada pada DKPP RI tanpa perlu membentuk
memiliki track record bagus dan dipercaya lembaga ad hoc untuk memutus pelanggaran
oleh publik. berat.75
Keempat, keadaan status quo
mengindikasikan semakin jarangnya laporan
yang masuk ke Dewan Etik.72 Jarangnya 73
DKPP. https://dkpp.go.id/bahan-sosialisasi/
Diakses 02 Agustus 2022.
74
71
Pratiwi, P. S. (2018). Dua Kali Kena Sanksi, Lihat Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal 15
Arief Hidayat Masih Pimpin MK. CNN Peraturan Dewan Etik Hakim Konstitusi
Indonesia. No. 1 Tahun 2014 tentang Mekanisme
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180 Kerja dan dan Tatacara Pemeriksaan
116153601-12-269337/dua-kali-kena-sanksi-ar Laporan dan Informasi.
75
ief- hidayat-masih-pimpin-mk. Diakses 20 Juli Lihat Pasal 22 Peraturan Dewan Kehormatan
2022. Penyelenggara Pemilihan Umum Republik
72
MKRI, Loc.Cit. Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang

37
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

B. Mengembalikan KY Sebagai Service Commision (JSC),78 dan Makedonia


Lembaga Pengawas Eksternal MK dengan The Republican Judicial Council.79
Kekuasaan yang besar dalam ranah Dengan demikian, sebagai langkah preventif
kekuasaan kehakiman tanpa diimbangi oleh untuk dapat menekan potensi adanya abuse of
pengawasan yang sama besar akan memicu power yang dilakukan oleh MK dan untuk
judicial corruption dan penyalahgunaan mencegah adanya masalah perilaku Hakim
kekuasaan lainnya yang dapat menghidupkan Konstitusi. Perlu adanya lembaga pengawas
penindasan dalam kehidupan berbangsa dan eksternal sebagai alat kontrol dan
bernegara. Pertimbangan lain mengapa perlu pengawasan yang tidak dapat dipengaruhi
adanya pengawasan lembaga eksternal di karena posisinya yang sejajar untuk
samping lembaga internal adalah karena mengawasi MK. Dengan catatan tanpa
meskipun Hakim Konstitusi memiliki sifat mengganggu independensi dan sifat
merdeka, kemerdekaan atau kebebasan itu imparsial Hakim Konstitusi.
tidak dapat dikatakan mutlak. Hal ini sejalan Di samping itu, inisiatif pembentukan
dengan pendapat lembaga pengawas eksternal haruslah
International Court of Jurists bahwa, dibentuk melalui amandemen UUD NRI
“Independence does not mean that judge is entitled to Tahun 1945 sebagai pilihan utama agar tidak
act in an arbitary manner”. Selain itu, menurut bertentangan dengan Putusan MK No.
Benny Ramdhany, Dewan Etik sebagai 005/PUU-XII/2006 dan PMK No.
pengawas internal masih menyimpan 1-2/PUU-XII/2014. Adapun lembaga
masalah sehingga tidak dapat bekerja secara pengawas eksternal yang diusulkan ialah KY
efektif dan dibentuk sendiri oleh MK dengan melakukan reformulasi sistematika
melalui PMK.76 Tidak adanya pengawasan BAB Kekuasaan Kehakiman UUD NRI
dan alat kontrol di luar internal MK Tahun 1945 agar KY secara yuridis-filosofis
tersebutlah yang dapat menciptakan adanya saling berkaitan dengan MA dan MK serta
abuse of power, seperti contohnya kasus Akil menyatakan secara eksplisit bahwa KY
Mochtar dan Patrialis.89 sebagai pengawas Hakim Konstitusi yang
Pembentukan lembaga eksternal independen. Sehingga kelemahan-kelemahan
sejatinya bukanlah ide yang asing dalam pengawas internal seperti adanya potensi
pengawasan suatu lembaga atau organisasi. semangat membela sesama (esprit de corps)80
Dalam sistem ketatanegaraan, hal tersebut dan penilaian subyektif (tidak obyektif
tidak asing karena sebagai contohnya ada karena menilai dan mengawasi diri sendiri)
banyak lembaga eksternal yang telah dapat ditekan oleh kehadiran KY sebagai
dibentuk seperti KY yang mengawasi MA pengawas eksternal MK dan berjalan lebih
dan Dewan Pers yang mengawasi Jurnalistik. efektif.
Di negara lain pun ada lembaga pengawas Adapun catatan tambahan, KY harus
eksternal yang mengawasi MK di negaranya, diberi batasan hanya sebagai pengawas
seperti Korea Selatan dengan Majelis perilaku Hakim Konstitusi dan diberi
Nasionalnya77, Afrika Selatan dengan Judicial
78
Pasal 177 The Constitution of South Africa,
Amended on 11 Oct 1996 in force since: 7 Feb
1997.
79
Pasal 104 The Constitution of Macedonia, Adopted
on: 17 Nov 1991, effective since: 20 Nov
Kode Etik dan Perilaku Penyelenggara 1991, amanded on: 6 Jan 1992.
Pemilihan Umum. 80
Sarif, H. A., & Firdaus, S. U. (2018).
76
Tempo. Cegah Abuse of Power, Perlu Pengaturan Fungsi Pengawasan
Lembaga Pengawas Untuk MK. Internal Terhadap Hakim Konstitusi
Sebagai Upaya Mewujudkan Kekuasaan
https://nasional.tempo.co/read/1128832/ceg Kehakiman Yang Merdeka (Studi
ah-abuse-of-power-perlu-lembaga-pengawas-unt Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
ukmk. Diakses 03 Agustus 2022. 1-2/PUU-XII/2014). Res Publica, 2(1).
77
Penjabaran Pasal 65 ayat (1) Konstitusi Korea Hlm. 63. Diakses 04 Agustus
Selatan. 2022

38
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

tanggungjawab bersama untuk mengawasi kehormatan, keluhuran, dan kode etik


penegakkan KEPPH yang dilakukan oleh hakim terbatas pada jika terdapat aduan
pengawas internal MK. dari masyarakat berakibat pasifnya
Apabila pengawas internal MK tidak kewenangan Dewan Etik.
melaksanakan tugas dengan baik, maka KY b. Berdasarkan rumusan masalah dua,
dapat mengambil langkah lebih lanjut untuk Penulis berhasil menemukan
memberikan peringatan tertulis kepada permasalahan secara praktis terhadap
pengawas internal MK dan rekomendasi pengawasan oleh Dewan Etik dan
usulan dugaan pelanggaran kode etik yang MKMK yakni; Pertama,
tidak secara cepat tanggap dilakukan. Selain Ketidakefektifan mekanisme penanganan
itu, KY berperan bersama MKHK dari perkara yang relatif panjang dan lama,
pemeriksaan hingga penjatuhan sanksi bagi karena Dewan Etik memiliki
hakim terduga atau terlapor. kewenangan yang terbatas pada
pemberian sanksi berupa teguran lisan
atau tulisan terhadap perkara yang
diputuskan sebagai pelanggaran ringan.
Sedangkan ketika terdapat putusan
pelanggaran berat maka akan
dilimpahkan pada MKMK. Kedua,
Kedudukan dan pembentukan Dewan
Etik yang dibentuk melalui PMK
berimplikasi membawa kesan bahwa
lembaga etik MK digunakan untuk
melindungi Hakim Konstitusi itu sendiri
dan berpotensi memicu conflict of interest.
Ketiga, Dewan Etik bersikap pasif dalam
menangani perkara dugaan pelanggaran
Bagan 3 Alur mekanisme penegakan perilaku etik oleh Hakim Konstitusi, karena
Hakim Konstitusi oleh lembaga internal dan kewenangan yang dimiliki terbatas hanya
eksternal MK mampu menunggu laporan dari
Sumber: Diolah oleh Penulis 2022 masyarakat.
c. Berdasarkan rumusan masalah tiga,
Penulis telah berhasil memberikan
D. PENUTUP rekomendasi solusi dan mekanisme dari
1. Kesimpulan permasalahan dan pembahasan yang
a. Berdasarkan rumusan masalah satu, telah dipaparkan pembahasan satu dan
Penulis berpendapat bahwa terdapat dua. Adapun rekomendasi tersebut
sejumlah permasalahan yang timbul adalah: Pertama, melakukan rekonstruksi
akibat adanya dua perangkat pengawas normatif pengawas etik Hakim
etik MK. Pertama, adanya potensi tidak Konstitusi melalui revisi UU MK.
efisiennya proses penegakan pelanggaran Gagasan ini ditujukan dengan
etik akibat wewenang Dewan Etik yang membentuk lembaga baru bernama
terbatas pada pemberian sanksi teguran MKHK. Kedua, mengembalikan
lisan dan adanya MKMK sebagai peranan KY yang disesuaikan
perangkat ad hoc untuk mengisi kewenangannya untuk melengkapi
wewenang pemberian sanksi jika terdapat pengawasan Hakim Konstitusi.
pelanggaran berat. Kedua, dalam 2. Saran
melaksanakan tugas dan wewenangnya Berdasarkan pemaparan diatas,
Dewan Etik juga berpotensi tidak Penulis merekomendasikan kepada pihak
independen dan imparsial dalam pemerintah agar mengadopsi gagasan yang
menegakkan pelanggaran etik yang ada. Penulis berikan demi menciptakan
Ketiga, terkait dengan wewenang Dewan efektivitas dan efisiensi pengawasan oleh
Etik dalam upaya menegakkan lembaga etik Hakim Konstitusi agar

39
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

praktik-praktik tercela yang dilarang Siswandi. (2011). Aplikasi Manajemen


sebagaimana diatur kode etik Hakim Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana
Konstitusi dapat dihindari. Sehingga Media.
kepercayaan masyarakat kepada MK sebagai Soekanto, Soerjonodan dan Mamudji, Sri.
the guardian of constitution dan the final interpreter (2007). Penelitian Hukum Normatif
of constitutionsemakin meningkat. Suatu Tinjauan Umum. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
F. DAFTAR PUSTAKA Syahayani, Zihan. (2014). Pembaharuan
A. Buku Hukum dalam Sistem Seleksi dan
Amiruddin dan Asikin, Zainal. (2004). Pengawasan Hakim Konstitusi. Fakultas
Pengantar Metode Hukum. Jakarta: Hukum Universitas Brawijaya.
Raja Grafindo Persada. Wiryanto. (2019). Etik Hakim Konstitusi
Asshiddiqie, Jimly. (2005). Kedudukan Rekonstruksi dan Evolusi Sistem
Mahkamah Konstitusi dalam Struktur Pengawasan. Depok: Rajawali Pers.
Ketatanegaraan Indonesia, dalam
Mahkamah Konstitusi, Bunga Rampai B. Disertasi/Thesis/Makalah/Jurnal
Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta: B. A, Hidayatullah. (2021). Rekonstruksi
Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Pengawasan Etik Hakim Mahkamah
Konstitusi RI. Konstitusi dalam Perspektif Hukum
Fajrul Falakh, Mohammad. Beberapa Administrasi Negara. Jurnal Hukum
Pemikiran untuk Revisi UU Komisi Kenegaraan dan Politik Islam.
Yudisial. dalam Komisi Yudisial. Bunga Chaidir, Ellydar dan Suparto. (2017). Perlunya
Rampai Refleksi Satu Tahun Komisi Pengawasan Terhadap Kode Etik dan
Yudisial RI, Jakarta: Komisi Yudisial Prilaku Hakim Konsitusi dalam
RI. rangka menjaga Martabat dan
Gibson, James L., John M. Ivancevich dan Kehormatannya, Jurnal UIR Law
James H. Donnely Jr. (1996). Review 01(02).
Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. H. A. Sarif, & Firdaus, S. U. (2018).
(Terjemahan) Edisi Delapan. Jakarta: Pengaturan Fungsi Pengawasan
Binarupa Aksara Internal Terhadap Hakim Konstitusi
Sebagai Upaya Mewujudkan
Huda, Ni’matul dan Nazriyah, Riri. (2011).
Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka
Teori dan Pengujian Peraturan
(Studi Putusan Mahkamah Konstitusi
Perundang-Undangan. Yogyakarta:
Nomor 1-2/PUU-XII/2014). Res
Nusamedia.
Publica, 2(1).
Kelsen, Hans. (1978). Pure Theory of Law,
Jurdi, Fajlurahhman dkk. (2020) Optimalisasi
Berkley: University California Press.
Fungsi Pengasawasan Dewan Etik
Riza, M, dkk. (2018). Pengawasan terhadap
Mahkamah Konstitusi, Jurnal Hukum
Integritas Hakim Konstitusi dalam
& Pembangunan Tahun ke-
Sistem Ketatanegaraan di Indonesia.
50. 3.
Jakarta: Mahkamah Konstitusi RI.
MD. Moh. Mahfud. (2011) Perdebatan Marzuki, M. Laica. (2006). Komisi Yudisial
Hukum Tata Negara Pasca Amandemen dan Relevansinya dengan Kekuasaan
Konstitusi. Jakarta: RajaGrafindo Kehakiman Jurnal Konstitusi. 6(2).
Persada. R, Achmad Safiudin. (2016). Pengawasan
Komisi Yudisial Terhadap Hakim
M, Sudikno. (2007). Penemuan Hukum Sebuah
Mahkamah Konstitusi Perspektif
Pengantar. Yogyakarta: Liberty.
Fiqh Sifayah. Al-Daulah Jurnal Hukum
M. S. Richard. (1985). Efektivitas Organisasi. dan Perundangan Islam 6(1).
Jakarta: Erlangga. Ramdani, Indra. (2020). Pengawasan hakim
Muhammad, Abdulkadir. (2006). Etika Mahkamah Konstitusi oleh Dewan
Profesi Hukum. Bandung: PT Citra Etik Kaitannya dengan Prinsip
Bakti. Objektivitas: Studi Keputusan Kewan

40
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

Etik Nomor 18/lap-v/bap/de/2018. Nomor 24 Tahun 2003 Tentang


UIN Sunan Gunung DJATI. Mahkamah Konstitusi.
Sinaga, Niru Anita. (2020). Kode Etik Sebagai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011
Pedoman Pelaksanaan Profesi Perubahan Atas Undang-Undang
Hukum yang Baik”, Jurnal Ilmiah Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi
Hukum Dirgantara. VIX(2). Yudisial.
Thohari, A. Ahsin. (2010). Desain Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014
Konstitusional Komisi Yudisial dalam Penetapan Peraturan Pemerintah
Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Jurnal Legislasi Indonesia. 7(1). Jakarta: Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua
Direktorat Jenderal Peraturan Atas Undang-Undang Nomor 24
Perundang-Undangan Kementrian Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Hukum dan HAM. Konstitusi Menjadi Undang-Undang.
Tutik, Titik Triwulan. (2014) Pengawasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020
Hakim Konsitusi Dalam Sistem Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
Pengawasan Hakim Menurut Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Undang-Undang Dasar Negara RI Mahkamah Konstitusi.
1945. Jurnal Dinamika Hukum. 12(2). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Wiryanto. (2016). Penguatan Dewan Etik tentang Hukum Acara Pidana.
dalam Menjaga Keluhuran Martabat
Peraturan Pemerintah Pengganti
Hakim Konsitusi . Konstitusi, 13(4).
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Yunaldi, Wendra. (2018) Judicial
2013.
Review “Satu Atap” Peraturan
Perundang- Peraturan Dewan Etik Hakim Konstitusi
Undangan di Bawah Kewenangan Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Mahkamah Konstitusi, Pagaruyuang Mekanisme Kerja dan dan Tatacara
Law Journal 1(2). Pemeriksaan Laporan dan Informasi.
C. E-Jurnal
Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara
Suhendri, D. (2017). Efektivitas Kinerja
Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor
Dinas PU Cipta Karya dan Tata
2 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan
Ruang Kota dalam Mengelola
Perilaku Penyelenggara Pemilihan
Taman Kenanga Dusun Gemulo
Umum.
Kota Batu.
Putusan MK No. 005/PUU-IV/2006.
https://eprints.umm.ac.id/35927/.
Putusan MK No. 49/PUU/2011.
Diakses 03 Agustus 2022.
Putusan MK Nomor 1-2/PUU-IX/2014.
Wambrauw.A.Y. (2013). Efektivitas
Pelaksanaan Peraturan Daerah Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 7
Perpajakan dan Retribusi Daerah Tahun 2005.
Dalam Memperoleh Pendapatan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 10
Asli Daerah di Kabupaten Supiori Tahun 2006.
Provinsi Papua. Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 9
http://ejournal.uajy.ac.id/id/eprint/4 Tahun 2006.
241. Diakses 03 Agustus 2022. Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2
D. Peraturan Perundang-undangan Tahun 2013.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2
Indonesia Tahun 1945. tahun 2014.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Konstitusi Korea Selatan.
tentang Komisi Yudisial. The Constitution of South Africa.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 The Constitution of Macedonia.
tentang Mahkamah Konstitusi. E. Putusan Pengadilan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
Perubahan Atas Undang-Undang 005/PUU-VI/2006

41
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

Putusan MK No. 49/PUU/2011 /30/2203501/Mantan.Ketua.


MK.Akil.Mochtar.Divonis.Seumur.Hidup.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1-2
Diakses 26 Juli 2022
PUU-IX/2014
Hukum Online, Hakim MK Tak Mau Diawasi
Keputusan Majelis Kehormatan Mahkamah KY,
Konstitusi Nomor https://www.hukumonline.com/berita/a/haki
01/MKMKSPL/II/2017. m-mk-tak-mau-diawasi-kyhol15347. Diakses
F. Internet 22 Juli 2022
Mahkamah Konstitusi. Perpisahan dengan Kumoro, Heru Sri, Mantan Ketua Mk Akil
Dewan Etik Hakim Konstitusi. Mochtar Divonis Seumur Hidup
https://www.mkri.id/index.php?page=w https://nasional.kompas.com/read/2014/06
eb.Berita&id=178 97&menu=2 /30/2203501/Mantan.Ketua.MK.Akil.Moc
diakses 02 Agustus 2022. htar.Divonis.Seum. Diakses 23 Juli 2022.
Pratiwi, P. S. (2018). Dua Kali Kena Sanksi,
DKPP. Arief Hidayat Masih Pimpin MK. CNN
https://dkpp.go.id/bahan-sosialisasi Indonesia.
/. Diakses 02 Agustus 2022. https://www.cnnindonesia.com/nasional/2018
KBBI Online, https://kbbi.web.id/efektivitas. 011615360112-269337/dua-kali-kena-sank
Diakses 3 Agustus 2022. si-arief-hidayat-masih-pimpinmk. Diakses 20
Juli 2022.
The Bangalore Priciple Of Judicial Condact mengatur Tempo. Cegah Abuse of Power, Perlu
mengenai independence, impartiality, Lembaga Pengawas Untuk MK.
integrity, propriety, equality, an d competence https://nasional.tempo.co/read/1128832/ce
an diligent sebagai tolak ukur penilaian gah-abuse-of-power-perlulembaga-pengawas-un
perilaku hakim, tuk-mk. Diakses 03 Agustus 2022.
https://www.unodc.org/res/ji/import/intern Saputra, Andi. (2022) Bukan Mati Suri, Ini
ational_standards/ Kata MK soal Anggota Dewan Etik
commentary_on_the_bangalore_principles_of yang Tinggal 1 Orang.
_judicial_conduct/bang https://news.detik.com/berita/d-6048327/
alore_principles_english.pdf. Diakses 31 Juli bukanmati-suri-ini-kata-mk-soal-anggota-de
2022 wan-etik-yang-tinggal-1-orang.
Syahrudin, Riko. Kedudukan Diakses 02 Agustus 2022.
Hakim di
indonesia.http//www.academia.edu/273258 H. Wawancara, Diskusi, dan Seminar
47/Kedudukan_Hakim_di Indonesia. Wawancara dengan Bapak Dr. Wiryanto,
Diakses 31 Juli 2022. S.H., M. Hum.
G. Artikel
CNN Indonesia, PBHI Akan Gugat ke Dewan Wawancara dengan Faiz Rahman, S.H.,
Etik MK Desak Anwar Usman Mundur, LL.M.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/2022 Wawancara bersama Fitrah Bukhari SH.,
0322084150-12774510/anwar-usman-dimin MSI., M.H.
ta-mundur-dari-mk-jika-nikah-denganadik-jok I. Dokumen Lain
owi. Diakses 02 Agustus 2022. Materi Pointers Hakim Mahkamah
CNN Indonesia, Anwar Usman Diminta Konstitusi Prof. Dr. Arief Hidayat, S.H.,
Mundur dari MK Jika Nikah dengan M.S. Dalam Acara Continuing Legal
Adik Jokowi, Education,” Peran Mahkamah Konstitusi
https://www.cnnindonesia.com/nasional/2022 Sebagai Penjaga Konstitusi dan Pengawal
0322084150-12774510/anwar-usman-dimin Demokrasi Dalam
ta-mundur-dari-mk-jika-nikah-denganadik-jok Sengketa Pemilu” Jakarta, 3 Mei 2013.
owi. Diakses 02 Agustus 2022. Hlm. 2
Dian, Maharani “Mantan Ketua MK Akil
Mochtar Divonis Seumur Hidup”,
https://nasional.kompas.com/read/2014/06

42
Jurnal Studia Legalia : Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 Nomor 2, November 2022 ISSN :

e-ISSN :

43

Anda mungkin juga menyukai